Anda di halaman 1dari 24

PENGENALAN ALAT UKUR POHON

(Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan)

Oleh.

Maurent Kartika Maharani


1714151035

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran tinggi dan diameter suatu pohon penting untuk dilakukan dalam

bidang kehutanan, karena dengan melakukan pengukuran tersebut kita dapat

mengetahui atau menduga suatu potensi tegakan ataupun komunitas pohon

tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis atau penggunaan alat

merupakan faktor penentu utama untuk mempengaruhi keakuratan data-data yang

diperoleh. Alat ukur yang dipergunakan semakin bagus maka kemungkinan hasil

yang didapatkan pada pengukuran akan semakin baik dan akurat. Kemampuan

para pengamat dalam mengukur diperhatikan, karena semakin baik dalam

penggunaan suatu alat maka data yang akan diperoleh semakin tepat.

Pendugaan tinggi dan diameter pohon dilakukan dengan pengukuran

menggunakan alat ukur tinggi dan diameter. Pengukuran yang dilakukan akan

bermanfaat dalam kondiai tertentu dan khususnya dalam beberapa inventarisasi

hutan. Data tinggi pohon digunakan bukan hanya untuk menghitung nilai luas

bidang dasar suatu tegakan, data tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui

volume pohon dan tegakan. Data diameter pohon merupakan salah satu parameter

yang sangat penting dalam pengumpulan data potensi hutan dan keperluan

pengelolaan.

2
Tingkat ketelitian pengukuran tergantung dari faktor-faktor seperti tingkat

ketelitian yang diinginkan, alat ukur yang dipakai, cara pengukurannya,

kecermatan dan keahlian tenaga pengukur, waktu dan biaya untuk pengukuran,

dan faktor lainnya. Beberapa alat untuk mengukur tinggi dan diameter pohon

dalam kehutanan terdiri dari berbagai macam alat dimana masing-masing alat

terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Sehingga untuk

mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran maka diperlukan

pengenalan terhadap alat ukur tinggi dan diameter pohon.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa mengetahui jenis alat ukur pohon.

2. Mahasiswa mengetahui cara kerja jenis alat ukur pohon.

C. Waktu dan Tempat

Tempat praktikum pengenalan alat ukur pohon berlokasi di Arboretum Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada hari Kamis, 28 Februari 2019 pukul 10:00-

12:00 WIB.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan adalah suatu kegiatan dalam pengelolaan hutan yang

memerlukan waktu cukup lama, tenaga yang banyak dan waktu yang cukup lama,

tenaga yang banyak dan biaya yang besar. Data potensi tegakan pada umumnya

diperoleh dari hasil kegiatan inventarisasi, dimana dalam inventarisasi tersebut

massa tegakan ditaksir melalui pendugaan volume setiap pohon penyusun tegakan

yang bersangkutan (Susila dan Darwo, 2015).

B. Pengukuran

Pengukuran adalah suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi

data kuantitatif baik data yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian

yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya terhadap atribut yang diukur dengan alat

ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.

4
C. Pengukuran Dimensi

Asy’ari dkk. (2012) menyebutkan bahwa pengertian dimensi adalah suatu ukuran

panjang dengan satuan ukuran tertentu. Suatu ruang atau bangunan tertentu

memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, sehingga dimensi yang diukur ini

dapat menghasilkan volume atau isi, yaitu hasil perkalian ketiga dimensi yang

dimiliki ruang atau bangunan tersebut. Sejalan dengan pengertian tersebut, maka

untuk batang pohon berdiri memiliki dimensi diameter atau keliling, dan tinggi.

Sedangkan untuk pohon rebah atau pohon setelah tebang memiliki dimensi

diameter atau keliling, dan panjang. Dimensi-dimensi tersebut yang kemudian

dinyatakan sebagai dimensi pohon yang diukur pada saat pengukuran dilakukan.

D. Cara Pengukuran Dimensi Pohon

Menurut Susila dan Darwo (2015) terdapat dua cara mengukur dimensi pohon,

baik pohon berdiri maupun pohon rebah, yaitu secara langsung dan tidak

langsung.

(1) Pengukuran Langsung ( direct measurment) .

Pengukuran secara langsung ini dapat dilakukan terhadap

diameter atau keliling batang, baik pohon dalam keadaan berdiri

atau rebah. Sedangkan tinggi atau panjang hanya dapat dilakukan

terhadap pohon rebah (kayu bulat).

(2) Pengukuran tidak langsung (estimate/penaksiran).

5
Pengukuran secara tidak langsung biasanya dilakukan dengan

cara menduga dimensi yang diukur. Cara menduga dimensi

dilakukan secara kasat mata atau tanpa bantuan alat pengukuran

dimensi apapun. Cara ini biasa dilakukan hanya bagi orang-orang

yang berpengalaman di lapangan.

E. Pengukuran Diameter

Pengukuran diameter di bidang kehutanan, khususnya dalam ilmu ukur kayu

dilakukan pada batang pohon berdiri, bagian pohon yang dipotong dan cabang.

Pengukuran diameter ini penting karena merupakan dimensi yang dapat langsung

diukur dan dari diameter dapat ditentukan luas penampang melintang pohon/luas

bidang dasar serta volume pohon. diameter batang dapat didefinisikan sebagai

panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang

melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang menjadi dimensi pohon

berdiri yang paling mudah diukur karena pengukurannya dilakukan pada pohon

bagian bawah. Tetapi, bentuk batang pohon yang umumnya semakin mengecil ke

ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga

banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik dari pangkal batang

hingga ke ujung batang. Oleh karena itulah perlu ditetapkan letak pengukuran

diameter batang yang akan menjadi ciri karakteristik sebuah pohon. Atas dasar

itu ditetapkanlah diameter setinggi dada atau dbh (diameter at breast height)

sebagai standar pengukuran diameter batang (Endoem dan Soenarno, 2018).

6
F. Pengukuran Tinggi Pohon

Balenovic dkk (2015) menyatakan bahwa tinggi pohon merupakan variabel

penting dalam memberikan gambaran kuantitatif dari pohon dan tegakan yang

dapat menentukan kualitas tapak dari tegakan dan memperkirakan beberapa

parameter seperti : biomassa, cadangan karbon, pertumbuhan tegakan, dll. Data

pohon biasanya diperoleh dengan melakukan kegiatan inventarisasi hutan (Sari

dan Ariyanto, 2018).

7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu CH Meter, Hagameter, Clinometer,

Garpu pohon, Pita meter, Beter lich, Bitmore stick dan caliper. Bahan yang

digunakan yaitu beberapa jenis pohon yang berada di Arboretum Fakultas

Pertanian.

B. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum pengenalan alat ukur pohon yaitu

sebagai berikut.

1. Diamati bentuk dan macam-macam alat yang digunakan dalam pengukuran

diameter serta tinggi pohon.

2. Dicari gambar dan keterangan dari jenis alat ukur pohon.

3. Dicari cara kerja dari jenis alat ukur pohon.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Tabel 1. Alat Ukur Tinggi dan Diameter Pohon

No Gambar Bagian Cara kerja

1. 1) Arahkan secara bersamaan


ujung tongkat R ke batang
bagian

atas (R1 = ujung batang/tajuk


atau tinggi tertentu) dan

pangkal tongkat S ke pangkal


batang (S1).

(2) Perhatikan tanda takik C


yang berimpit pada batang
(C1). Ukur

tinggi C1 dari permukaan tanah


Tongkat Ukur yaitu setinggi S1C1.

(3) Tinggi pohon (S1R 1)


diperoleh dari S1R1 = 10 x
S1C1.

9
2. A. Bagian yang (1) Impitkan galah 4 meter
digunakan (T1G) pada batang pohon.
untuk pangkal
pohon (2) Arahkan secara bersamaan
B. Skala bagian ujung alat (C) ke ujung
C. Bagian yang
digunakan batang atau batas bebas cabang
untuk ujung (C1) dan bagian pangkal alat
(T) ke

arah pangkal batang pohon


(T1).
Christenmeter
(3) Saat keduanya berimpit,
Hypsometer (CH baca skala tinggi di penggaris.
meter)
(4) Nilai skala tersebut
langsung menunjukkan tinggi
pohon dalam satuan meter .

Tabel 1. Lanjutan

No Gambar Bagian Cara kerja

3. Clinometer (1) Bidik ke bagian atas


batang (ujung
batang/tajuk, bebas cabang
atau

pada tinggi hingga


diameter tertentu = C) dan
baca skala sudut α

(derajat) atau %sudut


(sudut dalam persen).

(2) Arahkan ke pangkal


batang (A) dan baca
besaran sudut β

(derajat) atau %sudut.

(3) Ukur jarak (lapangan)


antara pengukur/pembidik
terhadap pohon

10
yang dibidik (Jm).

(4) Tinggi pohon, T = AC


= (t1 + t2).

4. Abney Level A. Pemfokus (1) Buka kunci K agar


objek penunjuk skala S dapat
B. Skala bergerak bebas.
derajat
C. Skala (2) Bidik bagian atas
persen batang (C) dan ke pangkal
D. Lensa
pohon (A). Saat sasaran
E. Tabung
ditemukan; perhatikan
apakah gelembung udara
apakah masih

terletak ditengah-tengah.
Jika tidak, maka
pembidikan di ulang.

(3) Ukur jarak antara si


pengukur dan pohon yang
dibidik (Jd).

(4) Tinggi pohon (T = AC)


dihitung dengan rumus di
atas.

5. Hagameter (1) Putar batang segienam


berskala hingga tampak
sisi skala yang

diinginkan (%, ft, 15, 20,


25, 30.

Tabel 1. Lanjutan

No Gambar Bagian Cara kerja

11
A. Mata (2) Menentukan sudut
pembidik lereng
B. Arah
Bidik (a) Tekan tombol (buka
C. Pemutar kunci) K1 agar jarum
pilihan skala bergerak bebas,
J dan S. D. kemudian arahkan Haga
Skala ke batang pohon setinggi
E. Tombol mata (Tm)
Pelepas
Kunci pengukur/pembidik hingga
F. Tombol berimpit dengan pisir.
Pengunci Untuk

memudahkan pembidikan
setinggi mata dapat
dibantu dengan

tongkat yang sebelumnya


telah diukur setinggi mata

pembidik.

(b) Tongkat tersebut


diimpitkan pada batang
pohon dan

menghadap ke pengukur.

(c) setelah batas setinggi


mata atau ujung tongkat
berimpit

dengan pisir, tekan tombol


(tutup kunci) K2 agar
jarum tidak

bergerak lagi dan baca


sudut lereng. Sudut lereng
yang diperoleh akan
menunjukkan apakah
kondisi lapangan relatif

datar atau tidak.

12
(d) ukur jarak antara
pembidik dan pohon (Jm).

(3) Bidik bagian atas


batang dan pangkal batang
atau sebaliknya.

(a) buka kunci K1,


arahkan pisir ke bagian
atas batang; setelah

berimpit tekan tombol K2.


Baca skala C (derajat atau
persen).

Tabel 1. Lanjutan

N Gambar Bagian Cara kerja


o

(b) buka kunci


K1, arahkan pisir
ke pangkal
batang; setelah

berimpit tekan
tombol K2. Baca
skala A (derajat
atau persen).

(4) Tinggi pohon


(T = AC) dihitung
dengan rumus.

6. Spiegel Relascope Bitterlich A. Celah (1) Arahkan alat


untuk ke ujung {C} dan
mengamati pangkal batang
objek
{A}sambil
B. Visier
bidik penekan tombol
C. Pengatur
penghenti
cahaya
D. Lubang goyangan.
cahaya

13
E. Knop (2) Setelah titik
penggerak sasaran tepat dan
skala kondisi skala
tinggi
tidak bergoyang
F. Skrup
lagi, hentikan
penekanan tombol
dan baca skala.

(3) Ukur jarak


antara si pengukur
terhadap pohon
yang dibidik

(Jd).

(4) Tinggi pohon


(T = AC) dihitung
dengan rumus.

7. Pita meter A. Wadah (1) Tentukan


pita lokasi pengukuran
B. Penggulun diameter.
g
C. Skala (2)
D. Pita Lilitkan/lingkarka
E. Pengait
n phiband pada
batang pohon dan
baca skalanya.

Tabel 1. Lanjutan

No Gambar Bagian Cara kerja

8. Kaliper A. Kaki (a) Apitkan kedua lengan


tetap sama tinggi dari muka
B. Kaki tanah (setinggi dada =
bergerak
C. Skrup 130 cm).
pengunci
D. Skala (b) Tentukan bagian
lingkar batang yang
terpendek (d1) sebagai

14
pengukuran diameter yang
pertama.

(c) Pengukuran diameter


yang kedua (d2), tegak
lurus pengukuran

diameter yang pertama


atau diameter terpanjang.

(d) Diameter batang pohon


adalah rataan keduanya,
yaitu :
1
d= x (d2 + d1)
2

9. Garpu Pohon A. Pangkal (1) Apitkan kedua lengan


garpu pada batang dan
pohon cari/tentukan bagian
B. Skala
lingkar
atau
lengan batang yang terkecil (d1);
garpu
sebagai pengukuran
C. Skala
atau diameter yang
lengan
pertama.
garpu
(2) Upayakan kedua
lengan sama tinggi dari
permukaan tanah (setinggi

dada = 130 cm).

(3) Pengukuran diameter


yang kedua (d2), tegak
lurus pengukuran

diameter yang pertama


atau diameter terpanjang.

(4) Diameter batang pohon


adalah rataan keduanya,
yaitu
1
d= x (d1- d2) .
2

15
Tabel 1. Lanjutan

No Gambar Bagian Cara kerja

10. Biltmore Stick A. skala (1) Impitkan


dalam cm mistar pada
B. jarak batang.
antara
mata dan (2) Geser ke
alat kiri-kanan
C. Lubang
hingga MBQ
pegangan
merupakan garis
lurus.

(3) Skala yang


terbaca pada S
merupakan
diameter batang.

11. Biterlich Stick A. Visier 1). Tentukan BAF


bidik alat dengan rumus
B. Celah : 2500 x (a2/b2),
bidik
dimana a adalah
C. Tongkat
lebar celah
(gambar B) dan b
adalah panjang
tongkat
2). Kemudian
bidik batang pohon
yang akan diukur
hingga posisi
batang tepat pas
sebesar celah B.
3). Ukur jarak
antara pohon
dengan pengukur.

16
4). Diameter dapat
dihitung dengan
rumus:

B. Pembahasan

Pengukuran dimensi pohon dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran tinggi

dan diameter pohon. Penggunaan alat ukur sederhana dalam bidang kehutanan

diperlukan agar dapat menghitung potensi hutan yang berkaitan dengan ilmu

inventarisasi hutan. Pengenalan alat-alat ukur yang digunakan untuk melakukan

pengukuran pohon perlu dilakukan agar data yang diperoleh tepat dan akurat

(Hardjana, 2013).

Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan berbagai alat antara lain Phi-

band, garpu pohon, dan pita keliling. Hasil perbandingan diameter yang diukur

langsung dengan kaliper atau pita meter dalam beberapa hal tertentu

penggunaannya tidak masalah, namun untuk kayu bulat yang dijual di pasar,

volume kayunya dihitung dengan menggunakan metode optimalisasi pembagian

batang (Endom dan Sugilar, 2017). Pengukuran diameter pohon dapat juga

digunakan dengan menggunakan biltmore stick. Alat ini lebih murah, cepat, dan

mudah digunakkan dibanding dengan diameter tape, namun untuk ketelitian

diameter tape lebih unggul. Penggunaan alat yang berbeda dapat menghasilkan

pengukuran yang berbeda pula, perbedaannya bisa nyata, kurang nyata, atau tidak

nyata. Data yang digunakan adalah untuk keperluan pengukuran potensi hutan

(forest sampling), maka hendaknya dipilih alat yang ekonomis sehingga rasional

untuk digunakan.

17
Data diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar

suatu tegakan, melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon

dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas diameter

tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.

Dalam pengukuran luas bidang dasar, diameter setinggi dada 1,3 m atau dalam

satuan internasionalnya 4,3 feet (kaki) diatas pangkal batang dimana untuk pohon

yang berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas

pengukuran sederhana. Alat ini merupakan alat pengukur koreksi secara otomatis

seperti tingkat biltmore stick dan relaskop biterlich (Zobrist, 2009).

Pengukuran alat ukur tinggi pohon menggunakan prinsip trigonometri, yakni hasil

pengukuran datanya lebih teliti dan akurat. Hal ini dikarenakan dalam pengukuran

tinggi pohon melalui alat-akat pengukuran jarak datar yang disesuaikan dengan

kondisi lapangan. Dari hasil pengukuran tinggi pohon yang diperoleh kita dapat

membandingkan hasil-hasil tersebut yang merupakan hasil pengukuran tinggi

dengan alat-alat yang berbeda-beda (Larjavaara dan Muller, 2013). Terdapat

perbedaan hasil pengukuran alat yang dibuat secara manual seperti christen

hypsometer dan tongkat ukur menunjukkan hasil perbedaan jauh dengan

menggunakan clinometer. Hal ini disebabkan ridak ada ketepatan pengukuran

jarak antar, kurangnya ketelitian dari kedua alat tersebut, dan ketepatan membidik.

Pengukuran tinggi pohon dengan klinometer elemen kerja yang terlama waktunya

adalah mencari posisi pengukuran yang pas. Pengukuran tinggi pohon dengan

menggunakan klinometer sebaiknya dilakukan pada jarak datar minimal setinggi

18
pohon tersebut, atau pada kelerengan maksimal 70%, karena akan mempengaruhi

akurasi atau tingkat ketelitoan dari pengukuran tinggi pohon tersebut. Sedangkan

pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan hagameter, elemen waktu kerja

yang terlama adalah pada kegiatan mengukur tinggi bebas cabang (pengukuran

menggunakan hagameter dengan alat bantu meteran) dan mengukur tinggi titik

puncak (pengukuran mengggunakan hagameter dengan alat bantu papan skala)

(Williams dkk, 2014).

Hasil pengamatan dilapangan juga menunjukkan bahwa pengukuran tinggi pohon

di hutan dengan klinometer dan hagameter dapat dipengaruhi oleh lebar tajuk

maupun kerapaatan pohon, dimana hal ini bisa mempengaruhi kecepatan akurasi

pengukuran tinggi pohon. Kesalahan dalam pengukuran tinggi pohon dapat terjadi

baik karena kesalahan pengukur maupun kesalahan alat, kesalahan dalam melihat

puncak pohon, dan pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak.

Pengukuran dalam bidang kehutanan untuk mengetahui tinggi dan diameter suatu

pohon sangat perlu untuk dilakukan. Mengingat alat pengukuran pohon terbuat

dari alat-alat sederhana seperti kayu yang memudahkan dalam pengukuran di

hutan, sehingga sebelum pengaplikasiannya harus mengetahui cara kerja serta

deskripsi singkat terhadap alat ukur tersebut, agar pada saat dilaksanakan

dilapangan tidak membingungkan untuk diaplikasikan. Pada saat alat ukur pohon

tersebut telah diketahui dan dikenali deskripsi serta cara kerjanya, maka

kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dapat dikurangi.

19
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari praktikum pengenalan alat ukur pohon adalah sebagai berikut.

1. Pada pengukuran pohon terdapat dua jenis pengukuran, yaitu pengukuran tinggi

pohon dan pengukuran diameter pohon. Masing-masing pengukuran memiliki

fungsi masing-masing, pengukuran tinggi pohon berfungsi untuk menentukan

kulitas tapak dari suatu pohon, sedangkan pada pengukuran diameter pohon untuk

mengetahui luas bidang dasar dan volume suatu pohon.

2. Jenis-jenis alat ukur pohon memiliki cara kerja yang berbeda, pada pengukuran

tinggi pohon cara kerja yang digunakan yaitu memacu terhadap hukum

trigonometri agar pengukuran yang dilakukan lebih tepat dan akurat, sedangkan

utnuk pengukuran diameter pohon cara kerjanya menggunakan metode langsung

dengan kaliper atau pita meter, sedangkan untuk kayu bulat menggunakan metode

optimalisasi pembagian batang.

20
B. Saran

Pada praktikum pengenalan alat ukur pohon yang terdiri atas pengukuran tinggi

pohon dan diameter pohon diperlukan pemahaman secara jelas agar setiap alat

ukur tidak salah baik nama, fungsi, serta cara kerja. Jika alat ukur yang didapatkan

pengenalannya sudah salah, maka selanjutnya fungsi dan cara kerjanya pun akan

salah, sehingga dapat memperlambat proses pengukuran tinggi dan diameter

pohon.

21
DAFTAR PUSTAKA

Balenovic, I., Seletkovic, A., Pernar, R, dan Jazbec, A. 2015. Estimation of The
Mean Tree Height of Forest Stands by Photogrammetric Measurments
Using Digital Aerial Images of High Spatial Resolution. J. Ann Forest.
58(1): 125-143 p.

Endom, W., dan Soenarno. 2018. Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon
di Hutan Alam. J. Penelitian Hasil Hutan. 36(2): 101-112 p.

Endom, W., dan Soenarno. 2016. Penyempurnaan Alat Ukur Diameter Pohon. J.
Rencana Penelitian dan Pengembangan. 29(2): 120-129 p.

Hardjana, A.K. 2013. Model Hubungan Tinggi dan Diameter Tajuk dengan
Diameter Setinggi Dada Pada Tegakan Tengkawang Tungkul Putih (Shorea
macrophylla) dan Tungkul Merah (Shorea stneopteraburck) di Semboja,
Kabupaten Senggau. J. Penelitian Dipterokarpa. 7(1): 7-18 p.

Larjavaara, M., dan Muller-Landau, H.C. 2013. Measuring Tree Height: A


Quantitative Comparison of Two Common Field Methods in A Moist
Tropical Forest. J. Methods in Ecology and Evolution. 1(1): 1-9 p.

Sari, D.R., dan Ariyanto. 2018. Analisis Waktu Kerja Pengukuran Tinggi Pohon
Menggunakan Klinometer dan Hagameter. J. Hutan Tropik. 2(2): 79-94 p.

Susila, I.W.W., dan Darwo. 2015. Riap dan Dugaan Volume Tegakan Ampupu
(Eucalyptus Urophylla S.T. Blake) Di Kawasan Hutan Wololobo, Bajawa
Flores. J. Penelitian Hutan Tanaman. 12(2): 105-113 p.

Treona, E.A. 1996. Produktivitas, Konsep, Pendekatan dan Pengukuran


Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

22
Williams, Bechtold, dan Labau. 2014. Five Instruments for Measuring Tree
Height: An Evaluation. J. Applied Forestry. 18(2): 76- 80 p.

Zobrist, K.W. 2009. Measuring Trees Virtual Cruiser Vest. J. Forest Research.
130(2): 219-233 p.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai