Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM ILMU UKUR HUTAN

“PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER POHON”

Disusun Oleh:
Nama: Trioza Al Hakim
NPM: E1B023045
Kelompok: 4 (Empat)
Shift: Kamis (14.00-16.00)
Dosen: 1.Dr. Gunggung Senoaji, S.Hut,MP
2.Dr. Ir. Nani Nuryatin, M.Si
Co-ass: 1.Eden Lewis G Pasaribu (E1B020037)
2.Arif Rachman Hakim (E1B021036)
3.Surya Mardiana (E1B021038)
4.Teni Nuryani (E1B021024)

LABORATORIUM KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui
atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dimesi pohon
merupakan beberapa parameter dari suatu individu pohon yang dapat diukur. Dimesi
pohon tentu saja berbeda dengan dimensi tegakan dimana individu pohon itu sendiri
merupakan objek dalam pengukuran dimensi tegakan.
Pendugaan suatu komunitas pohon dilakukan dengan melakukan pengukuran pada
tinggi pohon dan diameternya dari komunitas pohon yang akan diukur tersebut. Tinggi
pohon dan diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan
potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk
menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk
menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan,
perkiraan hasil pengolahan kayu dan dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu
tegakan hutan.
Pengukuran dapat dilakukan dengan baik dan benar, perlu dilakukan pengenalan alat
untuk pengukuran, Agar tidak terjadi kesalahan pemakaian dan pengukuran yang akan
dilakukan.
1.2 TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat-alat pengukur diameter dapat
mengetahui cara-cara penggunaannya. Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini
adalah mahasiswa akan mengetahui cara pengukuran diameter pohon yang berdiri, yang
akhirnya dapat digunakan untuk menduga potensi pohon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang mudah untuk diukur.
Dengan pengukuran diameter kita dapat mengetahui potensi tegakan suatu komunitas
hutan. Besarnya diameter pohon dipengaruhi kualitas tempat tumbuh dan usia dari pohon
tersebut. Semakin subur tempat tumbuh maka pertumbuhan pohon akan semakin baik, hal
ini ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter pohon tersebut. Demikian pula
pengaruh usia pohon dengan ukuran diameter pohon, semakin tua umur pohon maka
diameternya akan lebih besar (Fina,2013).
Pengukuran pula merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam
proses inventarisasi hutan,pengukuran sangat penting dilakukan untuk menduga atau
mengetahui potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam setiap
inventarisasi hutan tertentu, dapat diberikan tekanan pada suatu atau beberapa masalah
tersebut, bergantung pada arah dan tujuan, tetapi untuk penilaian yang menyeluruh
terhadap suatu areal hutan dan terutama dengan maksud untuk penelitian dan pengelolaan,
semua elemen itu harus dikuasai (Juanda dkk., 2017).
Dalam bidang kehutanan ada istilah pengukuran diameter dan pengukuran tinggi suatu
pohon pada keadaan tegakan tertentu. Prinsip pengukuran tinggi, instrumen yang
digunakan untuk pengukuran tinggi pohon yang paling sering dipilih adalah
hypsometer. Pengukuran alat tinggi dan instrumen yang telah dikembangkan, tetapi hanya
sedikit yang telah menerima penerimaan yang luas dan banyak rimbawan (Rahlan,
2014). Prinsip dasar trigonometris Kebanyakan sering dijelmakan didalam hypsometer
dan kompas klino pengukuran menggunakan haga hypsometer dan kompas klino lebih
tinggi, teliti dan lebih cermat, tetapi lebih membutuhkan waktu dan kadang-kadang
diperlukan jarak yang terlalu jauh pengamat dan pohon (Rahlan, 2014).
Pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang melintang pohon
dan menghubungkan pohon dan menghubungkan dua titik yang terdapat pada garis
lingkaran luar pohon ( Handayani,2012).
Inventarisasi hutan adalah suatu kegiatan dalam pengelolaan hutan yangmemerlukan
waktu cukup lama, tenaga yang banyak dan waktu yang cukup lama,tenaga yang banyak
dan biaya yang besar. Data potensi tegakan pada umumnyadiperoleh dari hasil kegiatan
inventarisasi, dimana dalam inventarisasi tersebutmassa tegakan ditaksir melalui
pendugaan volume setiap pohon penyusun tegakanyang bersangkutan (Susila dan Darwo,
2015).
Diameter adalah salah satu parameter pohon yang mudah untuk mengetahui potensi
yang dimiliki pohon. Dengan mengukur diameter pohon kita dapat memperkirakan umur
dan volume yang dimiliki pohon agar memudahkan kita mendata berbagai macam potensi
pohon yang ada. Diameter adalah panjang garis lurus antara dua titik pada lingkaran yang
melalui titik pusat. Hubungannya dengan keliling: d = k/π. Untuk pohon berdiri, diameter
diukur pada “setinggi dada”(fina,2013).
Setiap pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda,yaitu pertumbuhan
vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter. Pertumbuhan tinggi dan
diameter menyebabkan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk pohon yang pada
gilirannya sangat menentukan dalam pendugaan volume pohon maupun
tegakan .Pengembangan metode pendugaan potensi hutan,termasuk di dalamnya
pendugaan model hubungan antara karakteristikndividual pohon seperti tinggi dan
diameter telah banyak dilakukan.Berbagai fungsi yang menyatakan hubungan tinggi dan
diameter telah banyak di pelajari dan diteliti.(Husch et al 2011);(Huang et al 2012).
Apabila pohon yang di ukur adalah pohon yang berbinar maka tinggi pohon cabang
yang di catat adalah jarak vertikal dari permukaan tanah kepada cabang pertamadikurangi
tinggi banir pohon tersebut (Sidiyasa,2016)
Secara umum pengukuran diameter dilakukan setinggi 1,3 m dengan menggunakanalat
phiband, kemudian pengukuran tinggi pohon menggunakan galah berkait dan jikakondisi
pohon terlalu tinggi dilakukan pengukuran dengan alat clinometer yang dipadukan dengan
alat digital distancemeter untuk mengukur jarak pengukur dan objek (Asef,2013).
Pengukuran pita dilakukan dengan 6 langkah yaitu meluruskan, memberikan tegangan,
pengguntingan, menandai pajang pita, membaca pita dan mencatat jarak. Penerapan
langkah-langkah pengukuran dengan pita ini pada tanah yang bertipe datar dan miring
(Arland dkk, 2018).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu: Kamis , 29 Februari 2024
Tempat: Laboratorium Kehutanan Universitas Bengkulu
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah :
1. Lembaran kerja untuk mengambar
2. Alat tulis,alat hitung dan alat gambar
3. Alat ukur diameter : pita ukur,caliper,garpu pohon,dan tongkat Biltmore.
4. Pita ukur kain,kayu,skala ukuran untuk membuat proto type alat ukur diameter.

3.3 Cara Kerja


1. Setiap kelompok Mahasiswa mendapatkan alat ukur diamater pohon.
2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur diameter tersebut dan diwajibkan
bisa mengoperasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur diameter tersebut dan menyebutkan
komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur diameter phi band dan biltmore stick.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

N Nama Alat Cara Penggunaan Rumus


O

1 Pita Ukur Mengukur setinggi dada k


π
(130 cm) diatas permukaan
tanah, lalu pita ukur tersebut
di kelilingkan
melingkari(mengelilingi)
batang pohon

2 Garpu Pohon Diukur setinggi dada/130


D= OPX1,1547
cm dari permukaan tanah,
lalu garpu pohon dijepitkan OP= nilai kotak
ke batang pohon.Cara atau skala pada
mengetahui ukurannya: garpu pohon
melihat garpu pohon yang
saling
berhimpit(berkenaan).diukur
dari depan dan samping.Satu
kotak=5 cm

3 Apitan pohon( Caliper ) Diukur setinggi dada D=


(130cm) dari permukaan ø depan+ ø samping
2
tanah.Lalu caliper di apitkan
ke batang pohon di bagian
depan dan
samping,sesuaikan apitan
jangan sampai longgar ke
batang pohon dan lihat
hasilnya.

D=
4 Tongkat Biltmore Diukur setinggi dada(130
OB . D
cm) dari permukaan
√OB (OB + D)
tanah.Lalu meletakkan
biltmore di depan pohon OB= 60cm jarak
pandang mata
sesuaikan angka 0 dari kiri
dengan pohon
sampai ke ujung batang
dengan jarak mata yaitu 60
cm/25 inch dari biltmore

4.2 Pembahasan
Untuk pengukuran diameter alat yang dapat digunakan antara lain phi band,garpu
pohon,apitan pohon,biltmore (Ryan,2015).Untuk pohon tanpa banir, pengukuran diameter
dilakukan pada ketinggian 1,3 meter diatass tanah atau kurang lebih setinggi dada,sedangkan
pada phon berbanir,dilakukan 5-10cm di atas banir.Untuk memperoleh data diameter tanpa
kulit ,namun pengukuran ini biasanya memerlukan lebih banyak waktu dan relatif mahal
dengan kemungkinan kesalahan lebih besar jika dilakukan pada saat pohon berdiri ( Deng
dkk,2012). Phi band sendiri addalah alat ukur diameter pohon yang dapat juga digunkan
sebagai alat ukur jarak panjang karena selain memiliki skala diameter dalam cm dan meter
juga memiliki skala pengukuran jarak/panjang dalam cm,meter,dan inchi.Biasanya dalam satu
gulung phi band memiliki panjang 30 meter (Endom & Soenamo,2018).
Lalu caliper yang kurang lebih sama seperti jangka sorong yang digunakan untuk
mengukur diameter,panjang,minimal kaki caliper adalah 0,5 kali diameter pohon yang akan di
ukur agar menghasilkan pengukuranyang akurat.Kaliper sendiri terdiri dari berbagai
macam,dahulu terbuat dari kayu kemudian seiring berkembangnya zaman telah muncul
caliper bebagan dasar besi,stainless atau aluminium.Adapun biltmore digunakan untuk
menaksir diameter suatu pohon dengan cepat.Karena tujuan utamanya untuk menaksir,maka
sebaiknya alat ini bukan digunakan untuk mengukur diameter dalam rangka penaksiran
potensi.( Endom & Soenamo).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Alat ukur diameter pohon yang di pelajari ada 4 yaitu pita ukur/phi-band, garpu
pohon, apitan pohon/caliper, biltmorestick/tongkat. pada pengukuran diameter pohon untuk
mengetahui luas bidang dasar dan volume suatu pohon. Cara menggunakan alat ukur
diameter pohon berbeda- beda tergantung ketentuan serta rumus-rumus yang digunakan pada
setiap alat.
5.2. Saran
Saran saya sebaiknya ruangan praktikum di laboratorium kehutanan universitas
bengkulu ditambahkan pendingin ruangannya dan di perluas lagi ruangannya karena ruangan
praktikan yang terlalu padat sehingga ruangannya menjadi sempit sehingga menjadi kurang
kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Fina,O. 2013. “pengenalan alat – alat pengukur volume pohon”. Jakarta:Universitas


indonesia

Fina 2013. Metode Inventore Hutan.Pustaka pelajar.Yogyakarta.


Endom & Soenarno. 2018. Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon Di Hutan
Alam. Bogor
Naibaho, Y., B.D.A.S. Simarangkir, A. Ruchaemi, F. Pambudhi, Y. Ruslim &
A.Suhardiman. 2016. Pemodelan Kurva Tinggi Tegakan Kelompok Jenis
Sidiyasa, K., Zakaria & R. Iwan. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau,
Kalimantan Timur. Bogor: International Forestry Research (CIFOR)
Senoaji, G. 2003. Buku Ajar Ilmu Ukur kayu. Bengkulu: Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu
Sidiyasa, 2016. “pengukuran diameter pohon” Yogyakarta
Handayani,2012 “laporan pengenalan alat pengukuran tinggi diameter”. Jakarta
Rahmanda, H., G. Hardiansyah & Iskandar. 2018. Studi Perbandingan Pengukuran
Biomassa Pohon Meranti (Shorea Spp.) dengan Menggunakan Alat Manual, Mekanis dan
Digital di Kawasan Arboretum Sylva Indonesia PC. Untan. J. Hutan Lestari. Vol. 6 (1) : 30
38.
Husch, B., Miller, C.I. and Beers, T.W. 2011. Forest Mensuration. New York: The
Ronald Press Company.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai