Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR HUTAN

PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER POHON

Disusun oleh :

Nama : Izzatul Jannah

NPM : E1B018040

Dosen : 1. Dr. Gunggung Senoaji., S. Hut, MP

2. Dr. Ir. Enggar Apriyanto., M. Sc

3. Siswahyono., S. Hut, Mp

Co-Ass :1. M Ispan Djayusman (E1B015080)

2. Devi Oktasari (E1B015056)

3. Vebiola Geraldine (E1B015056)

4. Ivana Rindi Antika (E1B016035)

Kelompok : 2 (dua)

Shift : 1 (Satu) pukul (08.00)

LABORATORIUM KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan ditinggali oleh berbagai jenis hewan.
Di dalam hutan biasanya ditumbuhi pepohonan yang sejenis dan memberikan kesan
umum yang sama serta berumur relatif sama. Pohon merupakan tumbuhan berkayu
yang memiliki diameter lebih dari 20cm dan tinggi 5m serta berkambium. Pohon
yang masih hidup pasti mengalami perubahan dimensi seperti diameter dan tingginya,
oleh karna itu dibutuhkan alat – alat untung mengukur pohon dan mengambil data
perubahan sebuah pohon. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara
penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keakuratan
data-data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka kemungkinan
semakin baik pula hasil pengukuran yang akan kita didapatkan. Begitu pula dengan
kemampuan para pengamat dalam mengukur, semakin baik dalam penggunaan suatu
alat maka semakin baik juga data yang diperoleh.
Akan tetapi meskipun alat semakin canggih dan bagus kita perlu untuk
mengetahui cara penggunaan alat pengukur diameter pohon yang sederhana untuk
mengetahui sedikit sejarah dan perkembangan alat pengukur diameter pohon.
Penggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda juga.
Dengan demikian, perbedaan relatif dari manfaat yang keakuratan data yang
diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula
kelebihan dan kekurangan alat tertentu, dengan mengetahui kekurangan dan
kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan, maka akan memungkinkan kita untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mengenal alat-alat pengukur diameter pohon serta dapat


menegetahui cara-cara penggunaannya. Manfaat yang diperoleh dalam praktikum ini
adalah mahasiswa akan mengetahui cara pengukuran diameter pohon yang berdiri,
yang akhirnya dapat digunakan untuk menduga potensi pohon.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang melintang
pohon dan menghubungkan pohon dan menghubungkan dua titik yang terdapat pada
garis lingkaran luar pohon ( Handayani,2012).
Diameter adalah salah satu parameter pohon yang mudah untuk mengetahui
potensi yang dimiliki pohon. Dengan mengukur diameter pohon kita dapat
memperkirakan umur dan volume yang dimiliki pohon agar memudahkan kita
mendata berbagai macam potensi pohon yang ada. Diameter adalah panjang garis
lurus antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat. Hubungannya dengan
keliling: d = k/π. Untuk pohon berdiri, diameter diukur pada “setinggi
dada”(fina,2013)
Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh atau diukur
terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada
umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan
dapat diperoleh tak hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik
dari pangkal batang hingga ke ujung batang. Oleh karena itulah perlu ditetapkan
letak pengukuran diameter batang yang akan menjadi ciri karakteristik sebuah
pohon. Atas dasar itu ditetapkanlah diameter setinggi dada atau DBH (diameter at
breast height) sebagai standar pengukuran diameter batang. Sekurangnya ada tiga
alasan mengapa diameter diukur pada ketinggian setinggi dada, yaitu :

1. Alasan kepraktisan dan kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah


dilakukan tanpa harus membungkuk atau berjingkat
2. Pada kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi dada bebas dari pengaruh
banir
3. DBH pada umumnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan peubah-
peubah (dimensi) pohon lainnya (Rochman dan Wayan 2011).
Pengukuran diameter batang pohon dilakukan pada seluruh jenis pohon dewasa
yang sehat dan mempunyai diameter ≥20 cm. Beberapa ketentuan pengukuran
diameter berdasarkan keadaan pohon adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan pada posisi setinggi dada (± 1.30 m) diatas tanah
b. Pohon-pohon yang berbanir lebih tinggi dari 1.30 m dilakukan pengukuran 20
cm diatas banir
c. Pohon yang cabangnya lebih rendah dari 1.30 m, maka pengukuran dilakukan
setinggi dada kedua cabangnya dan dihitung 2 pohon.
d. Pohon-pohon yang terletak pada tanah miring, posisi pengukur harus di bagian
permukaan tanah yang lebih tinggi. (Sidiyasa, 2016)
Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang mudah untuk
diukur. Dengan pengukuran diameter kita dapat mengetahui potensi tegakan suatu
komunitas hutan. Besarnya diameter pohon dipengaruhi kualitas tempat tumbuh dan
usia dari pohon tersebut. Semakin subur tempat tumbuh maka pertumbuhan pohon
akan semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter pohon
tersebut. Demikian pula pengaruh usia pohon dengan ukuran diameter pohon,
semakin tua umur pohon maka diameternya akan lebih besar(Fina,2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat :

Waktu : Sabtu 16 februari 2019 (08.00 wib)


Lokasi : Laboratorium kehutanan
3.2 Alat dan Bahan:

Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah :

1. Lembaran kerja untuk mengambar


2. Alat tulis,alat hitung dan alat gambar
3. Alat ukur diameter : pita ukur,caliper,garpu pohon,dan tongkat Biltmore
4. Pita ukur kain,kayu,skala ukuran untuk membuat proto type alat ukur
diameter.

3.3 Cara Kerja/Metode Pratikum:

1. Setiap kelompok Mahasiswa mendapatkan alat ukur diamater pohon.


2. Memperkenalkan penggunaan dan cara kerja alat ukur diameter tersebut dan
diwajibkan bisa mengoperasikannya.
3. Menggambar pada lembaran kerja alat-alat ukur diameter tersebut dan
menyebutkan komponen-komponen alatnya.
4. Setiap kelompok membuat alat ukur diameter phi band dan biltmore stick.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Nama alat Rumus Cara menggunakan


1 pita ukur (phi band) d = k/π. 1. Ukur pohon
Diameter= keliling setinggi DBH
pohon dibagi pi 2. Ukur keliling
(22/7 atau 3,14 pohon pada
seringgi DBH
3. Setelah dapat
keliling masukan
kedalam rumus
untuk mengetahui
diameternya.
2 garpu pohon D= OPX1,1547 1. Ukur tinggi pohon
OP= nilai kotak atau setinggi DBH

skala pada garpu 2. Kemudian


masukkan pohon
pohon
kegarpu pohon
3. Baca skala warna
pada garpu pohon
4. Hitung diameter
menggunaka
rumus, dan
lakukan ini 2x
pada area yang
berlawanan.
5. Untuk ø total =
hasil depan + hasil
samping
3 apitan pohon(caliper) D= 1. Ukur tinggi pohon
ø depan+ ø samping setinggi DBH
2 2. Apit pohon
menggunakan
caliper
3. Geser-geser kaki
caliper sampai8
menemukan posisi
yanng pas
4. Ukur dan baca
skala pada tangkai
yang berada di
caliper
5. Lakukan 2x pada
sisi yang
berlawanan
6. Lalu hitung
menggunakan
rumus yang ada.

tongkat biltmore (biltmore OB . D 1. Ukur tinggi pohon


D=
stick) √OB (OB + D) setinggi DBH

4 OB= 60cm jarak 2. Ukur pohon dari


pandang mata dengan ujung dengan skala
pohon 0
3. Lakukan
pengukuran dengan
jarak pandang
sejauh 60cm
4. Lakukan
perhitungan
menggunakan
rumus.

4.2 Pembahasan

Diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan


potensi pohon dan tegakan. Sama seperti menurut (fina, 2013) diameter pohon adalah
parameter pohon yang mudah untuk diukur untuk mengetahui potensi dan tegakan
pohon. Dalam mengukur diameter pohon diperlukan beberapa alat bantu untuk
menghitung dan mengukur diameternya.

Dari praktikum ini di pelajari empat alat untuk pengukuran diameter pohon yaitu,
pita ukur atau phi band, garpu pohon, caliper, dan biltmore stick. Namun ada
perbedaan antara pita ukur dan phi band yaitu pita ukur harus dihitung secara manual
untuk mendapatkan diameternya sedangkan phi band kita dapat mengetahui
diameternya sekaligus. Pengukuran diameter pohon ini dilakukan pada pohon
setinggi dada yaitu setinggi 130cm atau yang biasa dikenal DBH (diameter at breast
height). Hal ini sama seperti menurut (Sidiyasa, 2016) Pengukuran dilakukan pada
posisi setinggi dada (± 1.30 m) diatas tanah. Pohon-pohon yang berbanir lebih tinggi
dari 1.30 m dilakukan pengukuran 20 cm diatas banir. Pohon yang cabangnya lebih
rendah dari 1.30 m, maka pengukuran dilakukan setinggi dada kedua cabangnya dan
dihitung 2 pohon. Pohon-pohon yang terletak pada tanah miring, posisi pengukur
harus di bagian permukaan tanah yang lebih tinggi. kenapa harus melakukan
pengukuran DBH hal itu dilakukan untuk memudahkan pengukuran, kepraktisan dan
kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus
membungkuk atau berjingkat.

Setelah melakukan pengukuran DBH maka dialkukan pengukuran diameter


menggunakan alat ukur. Pada alat pita ukur memiliki bentuk seperti meteran biasa
dan menggunakannya secara manual dan belum mengetahui diameternya sekaligus
tidak seperti phi band yang mengetahui diameternya sekaligus. Adapun bagian dari
pita ukur yaitu skala, cangkolan, pita dari baja, sarung yang dibuat dari kulit dan
pemutar. Pada garpu pohon terdapat skala yang berwarna dan berjarak 5cm dan
memiliki tangkai pegangan. Caliper memiliki 2 kaki yang satu diam dan satu lagi
untuk di geser-geser untuk menemukan posisi yang pas, memiliki skrup pengeras
pada kaki geser, dan memiliki tangkai berskala. Biltmore stick memiliki bentuk
seperti penggaris namun memiliki lubang untuk pegangan karena harus berjarak
60cm dari pangdangan.
BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Alat ukur diameter pohon yang di pelajari ada 4 yaitu pita ukur/phi-band, garpu
pohon, apitan pohon/caliper, biltmorestick/tongkat. Cara penggunaan pita ukur
dilakukan dengan melilitkan pita ukur setinggi dada pada permukaan pohon sehingga
memperoleh kelilingnya, sedangkan pada garpu pohon penggunaannya dengan cara
mengapitkan kaki garpu terhadap pohon yang diukur dan melihat kotak skala yang
terdapat di garpu pohon setiap skala warna berjarak 5cm dan dilakukan pada 2 sisi
yang berlawanan, kemudian pada alat caliper penggunaannya dimasukkan batang
yang dikur diantara 2 kaki/penyangga dan kemudian salah satu kaki digeser sampai
batang yang diukur terjepit dan ini juga dilakuka pada 2 sisi yang berlawanan, dan
yang terakhir pengukuran menggunakan biltmorestick dengan memposisikan ujung
tongkat pada jarak antar mata dan bagian sisi kiri garis kemudian tentukan diameter
secara bersamaan dengan melihat posisi sisi kanan batang kayu.

5.2 Saran
Sebaiknya ruangan praktikum di laboratorium kehutanan ditambahkan pendingin
ruangannya atau di perluas ruangannya karena para praktikan yang terlalu padat dan
terlalu banyak membuat suhu ruangan menjadi panas dan sempit sehingga menjadi
kurang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Fina,O. 2013. “pengenalan alat – alat pengukur volume pohon”. jakarta. Universitas
indonesia.
Fina 2013.Metode Inventore Hutan.Pustaka pelajar.Yogyakarta.
Handayani. 2012.PenyusunanTabel Volume Lokal Jenis Tegakan Rhizophora apicula
dan bruguira gymnorriza di hutan mangrove HPH.PT.Thai Rajvithi Riau.
Pekanbaru. Universitas Lancan Kuning
Rohman, F. dan I Wayan S. 2011. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang. JICA
Sidiyasa, K., Zakaria dan Ramses, I. 2016. Hutan desa Setulang dan Sengayan
Malinau, Kalimantan Timur: potensi dan identifikasi
langkah-langkah perlindungan dalam rangka
pengelolaannya secara lestari. Bogor, CIFOR.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai