Disusun oleh :
NPM : E1B018040
3. Siswahyono., S. Hut, Mp
Kelompok : 2 (dua)
LABORATORIUM KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang melintang
pohon dan menghubungkan pohon dan menghubungkan dua titik yang terdapat pada
garis lingkaran luar pohon ( Handayani,2012).
Diameter adalah salah satu parameter pohon yang mudah untuk mengetahui
potensi yang dimiliki pohon. Dengan mengukur diameter pohon kita dapat
memperkirakan umur dan volume yang dimiliki pohon agar memudahkan kita
mendata berbagai macam potensi pohon yang ada. Diameter adalah panjang garis
lurus antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat. Hubungannya dengan
keliling: d = k/π. Untuk pohon berdiri, diameter diukur pada “setinggi
dada”(fina,2013)
Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh atau diukur
terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada
umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan
dapat diperoleh tak hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik
dari pangkal batang hingga ke ujung batang. Oleh karena itulah perlu ditetapkan
letak pengukuran diameter batang yang akan menjadi ciri karakteristik sebuah
pohon. Atas dasar itu ditetapkanlah diameter setinggi dada atau DBH (diameter at
breast height) sebagai standar pengukuran diameter batang. Sekurangnya ada tiga
alasan mengapa diameter diukur pada ketinggian setinggi dada, yaitu :
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dari praktikum ini di pelajari empat alat untuk pengukuran diameter pohon yaitu,
pita ukur atau phi band, garpu pohon, caliper, dan biltmore stick. Namun ada
perbedaan antara pita ukur dan phi band yaitu pita ukur harus dihitung secara manual
untuk mendapatkan diameternya sedangkan phi band kita dapat mengetahui
diameternya sekaligus. Pengukuran diameter pohon ini dilakukan pada pohon
setinggi dada yaitu setinggi 130cm atau yang biasa dikenal DBH (diameter at breast
height). Hal ini sama seperti menurut (Sidiyasa, 2016) Pengukuran dilakukan pada
posisi setinggi dada (± 1.30 m) diatas tanah. Pohon-pohon yang berbanir lebih tinggi
dari 1.30 m dilakukan pengukuran 20 cm diatas banir. Pohon yang cabangnya lebih
rendah dari 1.30 m, maka pengukuran dilakukan setinggi dada kedua cabangnya dan
dihitung 2 pohon. Pohon-pohon yang terletak pada tanah miring, posisi pengukur
harus di bagian permukaan tanah yang lebih tinggi. kenapa harus melakukan
pengukuran DBH hal itu dilakukan untuk memudahkan pengukuran, kepraktisan dan
kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus
membungkuk atau berjingkat.
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Alat ukur diameter pohon yang di pelajari ada 4 yaitu pita ukur/phi-band, garpu
pohon, apitan pohon/caliper, biltmorestick/tongkat. Cara penggunaan pita ukur
dilakukan dengan melilitkan pita ukur setinggi dada pada permukaan pohon sehingga
memperoleh kelilingnya, sedangkan pada garpu pohon penggunaannya dengan cara
mengapitkan kaki garpu terhadap pohon yang diukur dan melihat kotak skala yang
terdapat di garpu pohon setiap skala warna berjarak 5cm dan dilakukan pada 2 sisi
yang berlawanan, kemudian pada alat caliper penggunaannya dimasukkan batang
yang dikur diantara 2 kaki/penyangga dan kemudian salah satu kaki digeser sampai
batang yang diukur terjepit dan ini juga dilakuka pada 2 sisi yang berlawanan, dan
yang terakhir pengukuran menggunakan biltmorestick dengan memposisikan ujung
tongkat pada jarak antar mata dan bagian sisi kiri garis kemudian tentukan diameter
secara bersamaan dengan melihat posisi sisi kanan batang kayu.
5.2 Saran
Sebaiknya ruangan praktikum di laboratorium kehutanan ditambahkan pendingin
ruangannya atau di perluas ruangannya karena para praktikan yang terlalu padat dan
terlalu banyak membuat suhu ruangan menjadi panas dan sempit sehingga menjadi
kurang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Fina,O. 2013. “pengenalan alat – alat pengukur volume pohon”. jakarta. Universitas
indonesia.
Fina 2013.Metode Inventore Hutan.Pustaka pelajar.Yogyakarta.
Handayani. 2012.PenyusunanTabel Volume Lokal Jenis Tegakan Rhizophora apicula
dan bruguira gymnorriza di hutan mangrove HPH.PT.Thai Rajvithi Riau.
Pekanbaru. Universitas Lancan Kuning
Rohman, F. dan I Wayan S. 2011. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang. JICA
Sidiyasa, K., Zakaria dan Ramses, I. 2016. Hutan desa Setulang dan Sengayan
Malinau, Kalimantan Timur: potensi dan identifikasi
langkah-langkah perlindungan dalam rangka
pengelolaannya secara lestari. Bogor, CIFOR.
LAMPIRAN