Anda di halaman 1dari 8

1

PENGUKURAN LUAS BIDANG DASAR TEGAKAN


PENDAHULUAN

Data tentang kondisi tegakan yang obyektif dan akurat sangat diperlukan guna menyusun
perencanaan pengelolaan hutan. Salah satu data yang sering diukur adalah luas bidang dasar
(LBDS) tegakan. Basal area (Bidang dasar) adalah penampang lintang dari suatu batang
pohon, biasanya diukur setinggi dada. Luas bidang dasar berasal dari diameter pohon.
Sedangkan luas bidang dasar tegakan adalah kumulatif dari luas bisang dasar pohon dalam
suatu luas tertentu.

Metode pengukuran luas bisang dasar tegakan bermacam-macam. Pada praktikum ini dikenal
tiga metode, yaitu dengan menggunakan sistem plot tetap, tanpa plot dan tree sampling.
Perbedaan metode tersebut tergantung kepada penggunaan plot pada pengukuran LBDS.
Data LBDS tegakan merupakan data yang digunakan untuk informasi volume tegakan,
tinggkat kerapatan tegakan pada suatu hutan, memperhitung nilai Kerapatan Bidang Dasar
(KBD) dan lainnya.

TUJUAN PRAKTIKUM

1) Membuat nomor pohon dan no plot


2) Menentukan lbds menggunakan metode plot tetap
3) Menentukan lbds menggunakan metode tanpa plot (plotless) sampling
4) Menentukan lbds menggunakan metode tree sampling

BAHAN DAN ALAT


Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah sebagai
berikut:

- Kompas - Roll meter (50 meter)


- Phi band - Infraboard
- GPS - Paku payung
- Bitterlich stick - Tallysheet

METODE PRAKTIKUM

A. Pengukuran LBDS dengan Menggunakan Plot Tetap

Tahapan yang perlu dilakukan pada metode menggunakan plot adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Plot, Penomoran Pohon dan Penomoran Plot

Membuat dua plot dengan ukuran masing-masing plot 0,1 ha dengan bentuk lingkaran
(r=17,8 m). Antara plot tidak saling tumpang tindih dengan jarak 40 m dan arah azimuth
tertentu (ditentukan berikut).
2

Sebelum melakukan pengukuran pada pohon-pohon sehat terlebih dahulu dilakukan


penomoran pohon dengan cara membuat nomor pohon dengan dimulai dari pusat
lingkaran ke luar ke arah Utara dan diteruskan searah jarum jam sebagaimana Gambar 1
dan Gambar 2 berikut.

Gambar 1. Arah Penomoran Pohon

02 Keterangan:
02= Nomor Plot
14 14 = Nomor Pohon

Gambar 2. Penomoran Pohon dan Plot

2. Pengukuran Bidang Dasar Pohon


Bidang dasar ini adalah luas penampang pohon pada ketinggian setinggi dada (1,3 m).
Rumus yang digunakan adalah:

LBDS pohon = ¼ Л D2
= Л r2
Dimana:
Л = nilai phi = 3,14159265358979323846.. = 3,14
D = diameter pohon setinggi dada (130 m)
R = jari-jari lingkaran pohon setinggi dada (130 m)
3

3. Pengukuran Bidang Dasar Tegakan.


Bidang dasar ini merupakan pengabungan atau jumlah bidang dasar pohon-pohon
dalam tegakan. Penentuan bidang dasar dilakukan dengan sampling/penarikan
contoh dengan satuan contoh berupa plot dengan luasan tertentu. Seluruh pohon
dalam plot diukur diameter setinggi dada (Diameter Breast Height/DBH).

Bidang dasar tegakan = ∑ bida𝑛𝑔 dasar pohon


1
= ∑𝑛𝑖=1 𝜋𝐷2
4
1
= 𝜋 ∑𝑛𝑖=1 𝐷2
4

B. Sistem tanpa plot (plotless sampling)


Kegiatan ini dilakukan tanpa membuat plot dan tanpa mengukur plot. Dengan bantuan
alat ukur seperti: tongkat Bitterlich, prisma baji, SRB atau lainnya.

Metode Pengukuran Luas bidang dasar tegakan dengan Bitterlich Stick:


Terdapat tiga kategori perhitungan, yaitu: In, Border Line, dan Out. Pohon yang
dihitung/dicacah adalah pohon yang termasuk katerori “In” dan “Border Line”

2 cm

IN BORDER LINE OUT

Keterangan:

A : visier bidik
B : celah bidik 1m
C : tongkat
4

Prinsip Kerja Bitterlich Stick

a d

Keterangan: c
a = celah bidik
b = panjang tongkat
c = jarak pohon ke pengukur = jari-jari lingkaran khayal
d = Diameter pohon (DBH)

𝑐 𝑏
=
𝑑 𝑎
Bidang Dasar Pohon
Bidang dasar per satuan per satuan luas =
Luas Lingkaran Khayal
1
.𝜋.𝑑 2
Maka = 4
𝜋.𝑐 2
1
.𝜋.𝑑 2
= 4
𝑏2 . 𝑑2
𝜋. 2
𝑎
1 𝑎2
=
4 𝑏2
Untuk luas satu Ha = 10.000 m 2

1 𝑎2
Maka diperoleh = 𝑥 10.000
4 𝑏2
𝑎2
= 2500
𝑏2
= BAF = Basal Area Factor
Bidang Dasar tegakan = N X BAF
Dimana:
N = Jumlah batang yang dihitung dalam
- Pohon kategori “In” = 1
- 50% pohon ketegori “Border Line” = ½

Apabila diinginkan cara yang lebih teliti, maka pohon “Border Line” dapat diperiksa lagi, yaitu
diukur DBH dan jarak ke pohon jika:
𝑑 𝑎
> maka pohon “In”
𝑐 𝑏

𝑑 𝑎
= maka pohon “Border Line”
𝑐 𝑏

𝑑 𝑎
< maka pohon “Out”
𝑐 𝑏
5

4.3.2. Metode Tree Sampling


Luas plot yang digunakan pada metode ltree sampling berdasarkan jumlah pohon yang tetap.
Prinsip pembuatan plot ini adalah jumlah pohon yang selalu tetap pada setiap plot, yaitu dalam
praktikum ini sebanyak 6 pohon. Ke enam pohon adalah pohon terdekat dari pusat plot yang
dihitung mulai dari yang terdekat dari titik pusat plot. Luas plot berubah-ubah tergantung jarak
pohon ke enam, yaitu pohon terjauh dari sekelompok pohon tersebut. Data yang diambil
adalah data keenam pohon tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Utuk bagan peletakan jalur dan plot di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6.

d
d
1 J6 d6
2 2
𝐿𝑖 = 𝜋𝑅
𝑅 = J6 + ½𝑑6 d3
R
Li : Luas petak ukur ke i (ha) d5
R : Jari-jari plot berubah (tree sampling) dalam meter d4
J6 : Jarak dari titik pusat pengukuran sampai
pohon keenam
d6 : Diameter pohon ke enam.
𝜋 : Konstanta sebesar 3,141593........

Gambar 5. Plot berubah (Tree Sampling)

Analisis Data

1) Menggunakan Plot Tetap


- Membuat dua plot dengan ukuran masing-masing plot 0,1 ha dengan bentuk lingkaran
(r=17,8 m). Antara plot tidak saling tumpang tindih.
- Ukur diameter pohon dalam plot setinggi 1.3 m dan dicari luas bidang dasar setiap pohon.
- Jumlahkan lbds masing-masing pohon dalam tiap plot sehingga memperoleh data lbds
tegakan per 0,1 Ha
- Dari kedua plot tersebut dicari rata-rata lbds per 0,1 Ha
- Kemudian dikonversi nilai lbds menjadi lbds per Ha

Contoh Tally Sheet LBDS dengan Plot


Plot No Pohon Diameter (cm) LBDS LBDS
Ke- (m /0,1 Ha) (m2/ Ha)
2

1 1.
2.


Rata-Rata …..
6

Plot No Pohon Diameter (cm) LBDS LBDS


Ke- (m /0,1 Ha) (m2/ Ha)
2

2 1.
2.

Rata-Rata ….
Rata2 Plot ….

2) Tanpa Plot (Plotless sampling)

- Berdiri di tengah tegakan (bisa sama dengan pusat titik plot yang dibuat sebelumnya),
kemudian bidik pohon-pohon sekitarnya dengan alat bitterlich stick. Lakukan hal yang
sama di setiap tempat yang bersamaan dengan metode dengan plot pada masing-
masing tempat pengukuran.
- Dihitung/dicacah jumlah pohon yang In, Border Line, dan Out, kemudian masukan
hitungan ke tally sheet yang tersedia.
- Hitung lbds tegakan dengan cara:
1
Lbds = (∑ 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝐼𝑛 + 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑛𝑒) x BAF
2
- Hitung rata-rata lbds tegakan dari ke tiga perhitungan tersebut sehingga diperoleh nilai
lbds tegakan per Ha.

Tallysheel. Hasil Pengukuran Biterrlich Stick


Lokasi/Titik Jumlah Pohon In Jumlah Pohon LBDS (m2/Ha)
Border Line
Lokasi 1

Titik 1

Titik 2

Rata-Rata …….

Lokasi 2

Titik 1

Titik 2

Rata-Rata …….

3) Tree Sampling

LBDS tegakan per plot dengan metode tree sampling dapat diketahui dengan
rumus :
7

𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖 = 𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖1 + 𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖2 + ⋯ + 1⁄2 𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖6

Dimana:
LBDSi1 = LBDS pohon ke-1 plot ke-i
LBDSi6 = LBDS pohon ke-6 plot ke-i
LBDSi = LBDS plot ke-1

Talley sheet. Hasil Pengukuran Tree Sampling

No R Plot No Keliling Diameter LBDS per LBDS per LBDS per ha


Plot (m) Pohon (cm) (cm) pohon plot (m2/Ha)
(m2/pohon) (m2/plot)
1. 1
2
3
4
5
6
2. 1
2
3
4
5
6

Konversi lbsds per plot ke satuan per ha adalah sebagai berikut:

𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖
𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖/𝐻𝑎 =
𝐿𝑖
LBDSi = LBDS plot ke-i
Li = luas plot ke-i

Perbandingan antara alat ukur di metode plot dengan tanpa plot dicarikan selisihnya seperti
tercantum pada Tabel berikut :

Tabel. Selisih luas bidang dasar tegakan


Plot/Lokasi Selisih lbds (PT-TP) Selisih lbds (PT-TS) Selisih lbds (TP-TS)
1
2
Jumlah ∑ 𝑦𝑖𝑗 ∑ 𝑦𝑖𝑗 ∑ 𝑦𝑖𝑗
Ket: PT = Plot Tetap, TP= Tanpa Plot, TS = Tree sampling
8

Analisis Data

Pada tingkat keyakinan 95%, lakukan pengujian terhadap perbedaan hasil pengukuran
diameter pohon dan luas bidang dasar tegakan dengan prosedur sebagai berikut:

H0 : µx = µp artinya kedua alat ukur memiliki hasil pengukuran diameter/lbds yang sama
(tidak berbeda).

H1 : µx ≠ µp artinya kedua alat ukur memiliki hasil pengukuran diameter/lbds yang tidak
sama (berbeda).

Kriteria uji:
𝛼
thitung ≤ t (𝑛 − 1) terima Ho: tolak H1
2

𝛼
thitung > t (𝑛 − 1) tolak Ho ; terima H1
2

|𝑑𝑗 |
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(𝑠𝑗 /√𝑛)

Dimana:
dj= rata-rata selisih pada perbandingan ke-j =∑ 𝑦𝑖𝑗 /𝑛
2
2 −{(∑ 𝑦 ) /𝑛})
(∑ 𝑦𝑗𝑖 𝑗𝑖
sj = simpangan baku selisih pada perbandingan ke-j = √ (𝑛−1)

n = jumlah pohon untuk pengukuran diameter


= jumlah plot/lokasi untuk pengukuran lbds

Anda mungkin juga menyukai