Data tentang kondisi tegakan yang obyektif dan akurat sangat diperlukan guna menyusun
perencanaan pengelolaan hutan. Salah satu data yang sering diukur adalah luas bidang dasar
(LBDS) tegakan. Basal area (Bidang dasar) adalah penampang lintang dari suatu batang
pohon, biasanya diukur setinggi dada. Luas bidang dasar berasal dari diameter pohon.
Sedangkan luas bidang dasar tegakan adalah kumulatif dari luas bisang dasar pohon dalam
suatu luas tertentu.
Metode pengukuran luas bisang dasar tegakan bermacam-macam. Pada praktikum ini dikenal
tiga metode, yaitu dengan menggunakan sistem plot tetap, tanpa plot dan tree sampling.
Perbedaan metode tersebut tergantung kepada penggunaan plot pada pengukuran LBDS.
Data LBDS tegakan merupakan data yang digunakan untuk informasi volume tegakan,
tinggkat kerapatan tegakan pada suatu hutan, memperhitung nilai Kerapatan Bidang Dasar
(KBD) dan lainnya.
TUJUAN PRAKTIKUM
METODE PRAKTIKUM
Tahapan yang perlu dilakukan pada metode menggunakan plot adalah sebagai berikut:
Membuat dua plot dengan ukuran masing-masing plot 0,1 ha dengan bentuk lingkaran
(r=17,8 m). Antara plot tidak saling tumpang tindih dengan jarak 40 m dan arah azimuth
tertentu (ditentukan berikut).
2
02 Keterangan:
02= Nomor Plot
14 14 = Nomor Pohon
LBDS pohon = ¼ Л D2
= Л r2
Dimana:
Л = nilai phi = 3,14159265358979323846.. = 3,14
D = diameter pohon setinggi dada (130 m)
R = jari-jari lingkaran pohon setinggi dada (130 m)
3
2 cm
Keterangan:
A : visier bidik
B : celah bidik 1m
C : tongkat
4
a d
Keterangan: c
a = celah bidik
b = panjang tongkat
c = jarak pohon ke pengukur = jari-jari lingkaran khayal
d = Diameter pohon (DBH)
𝑐 𝑏
=
𝑑 𝑎
Bidang Dasar Pohon
Bidang dasar per satuan per satuan luas =
Luas Lingkaran Khayal
1
.𝜋.𝑑 2
Maka = 4
𝜋.𝑐 2
1
.𝜋.𝑑 2
= 4
𝑏2 . 𝑑2
𝜋. 2
𝑎
1 𝑎2
=
4 𝑏2
Untuk luas satu Ha = 10.000 m 2
1 𝑎2
Maka diperoleh = 𝑥 10.000
4 𝑏2
𝑎2
= 2500
𝑏2
= BAF = Basal Area Factor
Bidang Dasar tegakan = N X BAF
Dimana:
N = Jumlah batang yang dihitung dalam
- Pohon kategori “In” = 1
- 50% pohon ketegori “Border Line” = ½
Apabila diinginkan cara yang lebih teliti, maka pohon “Border Line” dapat diperiksa lagi, yaitu
diukur DBH dan jarak ke pohon jika:
𝑑 𝑎
> maka pohon “In”
𝑐 𝑏
𝑑 𝑎
= maka pohon “Border Line”
𝑐 𝑏
𝑑 𝑎
< maka pohon “Out”
𝑐 𝑏
5
d
d
1 J6 d6
2 2
𝐿𝑖 = 𝜋𝑅
𝑅 = J6 + ½𝑑6 d3
R
Li : Luas petak ukur ke i (ha) d5
R : Jari-jari plot berubah (tree sampling) dalam meter d4
J6 : Jarak dari titik pusat pengukuran sampai
pohon keenam
d6 : Diameter pohon ke enam.
𝜋 : Konstanta sebesar 3,141593........
Analisis Data
1 1.
2.
…
Rata-Rata …..
6
2 1.
2.
…
Rata-Rata ….
Rata2 Plot ….
- Berdiri di tengah tegakan (bisa sama dengan pusat titik plot yang dibuat sebelumnya),
kemudian bidik pohon-pohon sekitarnya dengan alat bitterlich stick. Lakukan hal yang
sama di setiap tempat yang bersamaan dengan metode dengan plot pada masing-
masing tempat pengukuran.
- Dihitung/dicacah jumlah pohon yang In, Border Line, dan Out, kemudian masukan
hitungan ke tally sheet yang tersedia.
- Hitung lbds tegakan dengan cara:
1
Lbds = (∑ 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝐼𝑛 + 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑛𝑒) x BAF
2
- Hitung rata-rata lbds tegakan dari ke tiga perhitungan tersebut sehingga diperoleh nilai
lbds tegakan per Ha.
Titik 1
Titik 2
Rata-Rata …….
Lokasi 2
Titik 1
Titik 2
Rata-Rata …….
3) Tree Sampling
LBDS tegakan per plot dengan metode tree sampling dapat diketahui dengan
rumus :
7
Dimana:
LBDSi1 = LBDS pohon ke-1 plot ke-i
LBDSi6 = LBDS pohon ke-6 plot ke-i
LBDSi = LBDS plot ke-1
𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖
𝐿𝐵𝐷𝑆𝑖/𝐻𝑎 =
𝐿𝑖
LBDSi = LBDS plot ke-i
Li = luas plot ke-i
Perbandingan antara alat ukur di metode plot dengan tanpa plot dicarikan selisihnya seperti
tercantum pada Tabel berikut :
Analisis Data
Pada tingkat keyakinan 95%, lakukan pengujian terhadap perbedaan hasil pengukuran
diameter pohon dan luas bidang dasar tegakan dengan prosedur sebagai berikut:
H0 : µx = µp artinya kedua alat ukur memiliki hasil pengukuran diameter/lbds yang sama
(tidak berbeda).
H1 : µx ≠ µp artinya kedua alat ukur memiliki hasil pengukuran diameter/lbds yang tidak
sama (berbeda).
Kriteria uji:
𝛼
thitung ≤ t (𝑛 − 1) terima Ho: tolak H1
2
𝛼
thitung > t (𝑛 − 1) tolak Ho ; terima H1
2
|𝑑𝑗 |
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(𝑠𝑗 /√𝑛)
Dimana:
dj= rata-rata selisih pada perbandingan ke-j =∑ 𝑦𝑖𝑗 /𝑛
2
2 −{(∑ 𝑦 ) /𝑛})
(∑ 𝑦𝑗𝑖 𝑗𝑖
sj = simpangan baku selisih pada perbandingan ke-j = √ (𝑛−1)