Anda di halaman 1dari 13

Praktikum ke: 2 Hari/Tanggal: Senin, 7 Februari 2022

PRAKTIKUM ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN BW-2202

PENENTUAN BULK DENSITY DAN POROSITAS TANAH

Disusun Oleh:
Fardan Muhammad Rizqin Januar Fadhilah 11520026
Kelompok 1

Asisten :
Fina Lutfia Arouffy 11519015

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Layaknya manusia, tanaman sebagai makhluk hidup melakukan proses


pertumbuhan dan perkembangan. Proses tersebut dapat berlangsung optimal ataupun tidak.
Oleh karena itu terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menentukan tingkat
keoptimalan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah tanah. Tanah
merupakan media tumbuh alami bagi tanaman. Tanah yang baik akan menyediakan bahan-
bahan yang dibutuhkan oleh tanaman baik dari segi jumlah ataupun kualitas. Jumlah dan
kualitas yang dibutuhkan tanaman tersebut seringkali kurang atau bahkan tidak tersedia
pada tanah karena perlu diketahui tanah memiliki sifat yang sangat rumit karena terdiri dari
komponen penyusun berupa cairan (air), udara, dan padatan yang jarang berada dalam
kondisi setimbang. Ketidakseimbangan ini tentunya dipengaruhi pula oleh faktor lain yang
berada di luar tanah. Oleh karena itu perlu untuk kita mengetahui sifat-sifat fisik, kimia,
maupun biologi dari tanah dan bagaimana mengalisisnya agar tanah yang ada baik bagi
pertumbuhan tanaman (Undang Kurnia, Fahmuddin Agus, Abdurachman Adimihardja,
2006).
Undang Kurnia, Fahmuddin Agus, dan Abdurachman Adimihardja (2006)
menjelaska pada bukunya bahwa tanah memiliki sifat fisik yakni sifat yang ditentukan oleh
bahan penyusunnya. Sifat fisik ini mencakup diantaranya adalah tekstur, struktur, porositas,
dan warna tanah. Cakupan tersebut dapat menjadi indikator suatu tanah baik dan sesuai bagi
pertumbuhan suatu tanaman. Tanah yang tekstur dan strukturnya terlalu padat akan
menyulitkan akar tanaman menembus tanah dan sulit pula untuk meneruskan air ke
dalamnya. Tingkat kepadatan tanah ini juga disebut sebagai bobot isi tanah (Haridjaja et
al., 2010). Bobot isi dipengaruhi oleh indikator lainnya terutama porositas. Jumlah pori dan
bagaimana persebarannya akan memengaruhi besar kecil dari bobot isi tanah. Jumlah pori
dan bobot isi tanah yang saling mempengaruhi dapat mengindikasikan kadar air yang
terkandung dalam suatu tanah (Harist et al., 2017). Dapat diketehaui bahwa memahami sifat
fisik tanah akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
Sebagai mahasiswa rekayasa kehutanan yang bergerak dibidang kehutanan, penting
untuk mengetahui sifat fisik tanah seperti bobot isi dan porositas agar kita dapat mengetahui
kadar air yang ada dan bagaimana mengatasi ketidaksesuian pada tanah tempat tanaman
tumbuh. Langkah tersebut merupakan bentuk perawatan bagi tanaman agar tanaman
tumbuh dengan efektif. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil sampel
tanah pada suatu tapak hutan dan menganalisis bobot isi, porositas dan kadar air yang
terkandung menggunakan alat dan bahan yang disediakan berdasarkan penjelasan teori dan
rumus perhitungan yang telah ditetapkan. Dari situ kita dapat mengetahui dimana letak
kekurangan tanah yang menyebabkan tanaman tumbuh kurang efektif sehingga dapat
dilakukan perbaikan pada tanah. Manfaat perawatan dan perbaikan tanah berdasarkan hasil
analisis adalah kita dapat mengefektifkan pertumbuhan tanaman sehingga fungsi pohon
atau hutan secara keseluruhan dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang
maksimal pula, salah satunya adalah kondisi tanah yang baik dan sesuai dengan kondisi
akar tanaman akan menghasilkan tingkat keterikatan akar tanaman yang kuat dan kokoh
pada tanah sehingga mencegah terjadinya erosi sehingga bencana alam seperti longsor
dapat dihindari.

1.2 Tujuan
1. Menentukan bulk density pada sampel tanah utuh.
2. Menentukan porositas pada sampel tanah utuh.
3. Menentukan kadar air pada sampel tanah utuh.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan pengambilan sampel tanah dilaksanakan pada hari senin tanggal 7


Februari 2022 pukul 15.00-17.00 WIB, berlokasi di Institut Teknologi Bandung Kampus

Gambar 1. Foto Rona Lingkungan Lokasi Gambar 2. Foto Rona Lingkungan Lokasi
Pengambilan Sampel Tanah (TB1) Pengambilan Sampel Tanah (TB2)
(Dokumentasi Pribadi) (Dokumentasi Pribadi)
Jatinangor. Pengambilan sampel dilakukan di Tapak Hutan Campuran dengan dua kali
pengambilan. Sampel tanah pertama diambil pada lokasi berkoordinat S 06o55.856’ E 107
46.262’ sedangkan sampel tanah kedua diambil pada lokasi berkoordinat S 06o55.862’ E
o

107 o46.261’. Kondisi kedua lokasi pengambilan dapat diperhatikan melalui Gambar 1.
dan Gambar 2.

2.2 Alat dan Bahan


• Form pengamatan
• Alat tulis
• Kamera
• Kertas label
• GPS
• Ring sampler
• Balok kayu
• Kape
• Pisau
• Kantung plastic
• Alumunium foil
• Timbangan
• Oven

2.3 Cara Kerja


Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Ring sampler diukur berat dan volumenya
kemudia diletakan pada permukaan tanah lokasi sampel diambil yang telah dibersihkan
sebelumnya. Ring sampler yang satu dengan yang lain ditumpuk dengan posisi bagian tajam
ring sampler satu dihadapkan ke bawah dan bagian tajam rings sampler 2 dihadapkan ke
atas. Tumpukan ring sampler ditumpuk kembali dengan balok kayu kemidian balok kayu
dipukul oleh benda berat yang ada hingga ring sampler 1 dipenuhi seluruh ruangnya oleh
tanah dan ring sampler 2 dipenuhi sebagian ruangnya oleh tanah. Dilakukan pengulangan
langkah penumpukan ring sampler apabila dirasa ring sampler satu kurang dalam dengan
ditumpukkan ring sampler ketiga, keempat, dst. Tanah di sekitar ring sampler digemburkan
untuk kemudian ring sampler satu yang sudah terisi tanah sepenuhnya diambil dengan hati-
hati. Kelebihan tanah pada ring sampler dibersihkan menggunakan pisau atau kape hingga
permukaan ring sampler datar. Sampel tanah yang diperoleh dibungkus dengan alumunium
foil yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik. Bagian
luar ring sampler diberi label berisi data yang diperoleh dari sampel tanah tersebut. Sampel
tanah ditimbang dan berat yang diperoleh dicatat kemudia dimasukan ke dalam oven untuk
dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Sampel tanah yang telah dikeringkan
ditimbang kembali dan berat yang diperoleh dicatat. Setelah semua data yang dibutuhkan
tersedia maka bulk density¸ porositas tanah dan kadar air tanah dapat dihitung menggunakan
rumus:

g Berat Kering Tanah(g)


𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 ( 3
)=
cm Volume Ring Sampler (cm3 )
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
Porositas Tanah (%) = 1 − ( ) x 100%
2,65

Berat Segar Tanah (g) − Berat Kering Tanah (g)


Kadar Air Tanah (%) = 𝑥 100%
Berat Kering Tanah (g)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Tutupan Lahan


Pengambilan sampel dilakukan di Tapak Hutan Campuran dengan dua kali
pengambilan. Sampel tanah pertama kemudia disebut titik bantu pertama (TB1) diambil
pada lokasi berkoordinat S 06o55.856’ E 107 o46.262’ sedangkan sampel tanah kedua
kemudian disebut titik bantu dua (TB2) diambil pada lokasi berkoordinat S 06o55.862’ E
107 o46.261’. Berdasarkan rona lingkungan yang ditunjukkan Gambar 1. dan Gambar 2.
sebelumnya, dapat diperhatikan bahwa pada TB1 terdapat banyak jenis vegetasi mulai dari
herba seperti Paspalum fimbriatum, perdu hingga pohon seperti Khaya anthotheca dan
Antidesma bunius dengan kerimbunan dan kerapatan yang tinggi sehingga permukaan
tanah pada TB1 tertutup rapat. Serasah yang ikut menutupi permukaan tanah membuat
tanah menjadi cukup basah dan lembab karena hanya mendapat pencahayaan sedang.
Pada TB2 jenis vegetasi yang dimukan masih sama namun kerapatan dan
kerimbunannya lebih rendah dibanding TB1. Banyak permukaan tanah yang tidak
tertutupi oleh vegetasi maupun serasah sehingga tanah lebih kering dan bertekstur kasar.
Dapat diringkas bahwa pada TB1 keadaan tanahnya lebih lunak dibandingkan TB2 yang
lebih kering, kondisi tutupan baik oleh vegetasi maupun serasah lebih tinggi pada TB1
dibandingkan TB2, dan air hujan yang jatuh pada TB1 tidak langsung menghantam
permukaan tanah dibanding permukaan tanah pada TB2 yang dapat langsung terhantam
air hujan karena kondisinya yang sangat terbuka.

3.2 Kondisi Bulk Density Sampel Tanah Utuh

Perbandingan Bulk Density Antara


TB1 dan TB2
1,4
1,212456345
1,2
1
0,796106996
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Bulk Density Bulk Density
TB 1 TB 2
Bulk Density Bulk Density
TB 1 TB 2

Gambar 3. Grafik Perbandingan Bulk Density Antara Titik Bantu 1 dan Titik Bantu 2
Melalui bulk density atau bobot isi tanah kita dapat mengetahui seberapa padat
suatu tanah. Lebih rincinya kita dapat mengetahui perbandingan amtara berat tanah kering
dengan volume bongkahan tanah yang digunakan sebagai sampel serta merepresntasikan
keadaan volume pori-pori dari tanah tersebut. Jika bobot isi suatu tanah semakin tinggi
maka kepadatan tanah tersebut semakin tinggi. Begitupula sebaliknya, semakin rendah
nilai bobot isi tanah maka tingkat kepadatannya semakin rendah. Akibat dari kepadatan
ini adalah jika tanah semakin padat maka semakin sulit akar tumbuhan menembus tanah
sehingga sulit untuk tumbuhan mendapatkan air, mineral, dan zat hara. Akibat lainnya jika
semakin padat tanah adalah air akan sulit untuk diteruskan sehingga ketersediaan air dapat
berkurang pada tanah tersebut (Haridjaja et al., 2010).
Grafik perbandingan bobot isi tanah pada lokasi titik bantu satu (TB1) dan lokasi
titik bantu dua (TB2) yang ditunjukkan Gambar 3. menunjukkan hasil bahwa bobot isi
tanah pada TB1 bernilai 0,79 g/cm3 dan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan bobot
isi tanah pada TB2 yang bernilai 1,21 g/cm3. Hal ini disebabkan karena tanah pada TB1
lebih banyak terdapat tutupan dan vegetasi di atasnya. Tanah dengan jumlah vegetasi atau
tutupan yang lebih banyak tidak akan mudah hancur akibat tumbukan air hujan sehingga
penyumbatan pori tanah dapat diminimalisir. Penyumbatan pori akan membuat tanah
menjadi lebih padat (Sandrawati et al., 2016). Sedangkan tanah pada TB 2 kondisinya
kurang tertutupi oleh tutupan atau vegetasi sehingga memudahkan air hujan langsung
menumbuk permukaan tanah dan menyebabkan pori tanah tersumbat sehingga tanah
menjadi lebih padat. Dari data dan literatur yang ada, dapat disimpulkan bahwa akar
tanaman pada TB1 akan lebih mudah menembus akar dan ketersediaan airnya berpotensi
lebih banyak dibanding tanaman pada TB2 karena bobot isi tanahnya yang lebih kecil.

3.3 Kondisi Porositas Tanah Sampel Tanah Utuh


Porositas atau dapat disebut dengan ruang pori adalah rongga-rongga yang berada
diantara tanah dan akan berisikan air atau udara. Semakin besar ukuran pori-pori tanah
maka air atau udara yang tertampung semakin banyak sehingga tingkat permeabilitas
tanah semakin cepat (Harist et al., 2017). Porositas tanah menunjukkan ukuran dan
penyebaran pori-pori dari suatu tanah, bagaimana susunan dan ukurannya sehingga
mempengaruhi tingkat ketersediaan air. Untuk mengetahui ukuran dan persebaran tanah
dilakukan perbandingan antara volume pori-pori dari suatu tanah yang dijadikan sampel
dengan volume tanah sampel tersebut. Porositas yang baik tentunya akan mencegah tanah
dari kerusakan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berjalan optimal. Perlu diketahui
bahwa porositas dipengaruhi oleh tinggi rendahnya bulk density atau bobot isi dari suatu
tanah (Utomo, 2016). Dari penelitian yang dilakukan oleh Sandrawati et al., (2016),
menunjukan pengaruh bobot isi tanah terhadap porositas tanah yaitu tanah dengan tingkat
porositas tinggi atau dapat dikatakan jumlah porinya banyak maka bobot isi tanah tersebut
akan rendah. Sebaliknya, tanah dengan tingkat porositas tanah yang rendah atau jumlah
porinya sedikit maka bobot isi tanah tersebut akan semakin besar. Dari penilitian ini

Perbandingan Porositas Tanah


Antara TB1 dan TB2
80
69,95822655
70
60 54,24693039

50
40
30
20
10
0
Porositas Tanah Porositas Tanah
TB 1 TB 2
(%) (%)
Porositas Tanah Porositas Tanah
TB 1 TB 2
(%) (%)
Gambar 4. Grafik Perbandingan Porositas Tanah Antara Titik Bantu 1 dan Titik Bantu
2

terungkap pula bahwa tanah dengan jumlah vegetasi atau tutupan yang lebih banyak tidak
akan mudah hancur akibat tumbukan air hujan sehingga penyumbatan pori tanah dapat
diminimalisir.
Grafik perbandingan porositas tanah pada lokasi titik bantu satu (TB1) dan lokasi
titik bantu dua (TB2) yang ditunjukkan Gambar 4. menunjukkan hasil bahwa porositas
tanah pada TB1 bernilai 69,95% dan lebih besar nilainya dibandingkan dengan porositas
tanah pada TB2 yang bernilai 54,24%. Hal ini disebabkan karena tanah pada TB1 lebih
kecil nilai bobot isi tanahnya. Berdasarkan penjelasan dari literatur sebelumnya, bobot isi
tanah yang kecil akan menyebabkan pori tanah semakin besar sehingga porositasnya
semakin besar pula Sedangkan tanah pada TB 2 nilai bobot isi tanahnya lebih besar
menyebabkan pori tanahnya lebih kecil sehingga porositasnya pun kecil. Dari data dan
literatur yang ada, dapat disimpulkan bahwa pori tanah pada TB1 lebih besar dan akan
lebih memudahkan air untuk diteruskan sehingga ketersediaan airnya berpotensi lebih
banyak dibanding tanah pada TB2 yang pori tanahnya lebih kecil.

3.4 Kondisi Kadar Air Sampel Tanah Utuh


Air menjadi salah satu bahan utama agar suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu ketersediaan air pada tanah tempat tumbuh tanaman harus sesuai dengan kebutuhan suatu
tanaman tersebt. Ketersediaan air dapat direpresentasikan melalui besar kecilnya kadar air pada
suatu tanah. Kadar air merupakan suatu perbandingan antara berat air dengan berat partikel di dalam
tanah. Secara praktiknya, kadar air dapat diperoleh melalui pengeringan tanah basah sehinga
diketahui air yang hilang akibat pengeringan merupakan kadar air yang ada. Jumlah ketersediaannya
di dalam tanah bagi suatu tanaman dinyatakan dengan % (persen) (Amri, 2019). Jumlah kadar air
pada suatu tanah ditentukan oleh kondisi tanah tersebut terutama bobot isi dan porositas tanah. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Harist et al., (2017) didapat kesimpulan bahwa semakin besar bobot
isi (kerapatan) tanah maka jumla porinya semakin sedikit yang artinya tingkat porositas dari tanah
tersebut rendah, dan jika porositas tanah semakin rendah maka kemampuan meneruskan air hingga
ke dalam tanah akan semakin sulit, begitupun sebaliknya. Jika air sulit untuk diteruskan ke dalam
tanah maka ketersediaan air akan semakin sedikit sehingga dapat diketahui kadar air pada tanah
tersebut juga sedikit. Chairani et al., (2015) menambahkan dari hasil penelitiannya, kadar air yang
sedikit mengindikasikan ketersediaan air pada suatu tanah dalam jumlah sedikit pula sehingga

Perbandingan Kadar Air Tanah


Antara TB1 dan TB2
30
24,92695679
25
20
15
10 6,902437723
5
0
Kadar air Kadar Air
TB 1 TB 2
(%) Kadar air Kadar Air (%)
TB 1 TB 2
(%) (%)

Gambar 5. Grafik Perbandingan Kadar Air Tanah Antara Titik Bantu 1 dan Titik
Bantu 2

menyebabkan tanah akan semakin padat. Tanah yang padat memiliki ikatan partikel yang kuat
sehingga tahan terhdap gesekan dan sulit dibentuk, namun adanya penambahan kadar air akan
membuat ikata partikel tanah melemah sehingga tanah akan mudah dibentuk. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Yulina & Ambarsari (2021) diperoleh informasi tambahan yakni tanah dengan
tekstur yang lebih padat memiliki kemampuan menyediakan air yang lebih kecil dibanding tanah
dengan tekstur yang lebih lunak.
Grafik perbandingan kadar air tanah pada lokasi titik bantu satu (TB1) dan lokasi
titik bantu dua (TB2) yang ditunjukkan Gambar 5. menunjukkan hasil bahwa kadar air
tanah pada TB1 bernilai 24,92% dan lebih besar nilainya dibandingkan dengan kadar air
tanah pada TB2 yang hanya bernilai 6,90% . Hal ini disebabkan karena tanah pada TB1
lebih kecil nilai porositas tanahnya. Berdasarkan penjelasan dari literatur sebelumnya,
bobot isi tanah yang kecil akan menyebabkan pori tanah semakin besar sehingga
porositasnya semakin besar pula, dan porositas yang semakin besar menandakan ruang
pori yang lebih besar sehingga air lebih banyak tertampung dan semakin mudah untuk
diteruskan sehingga ketersediaan kadar airnya semakin banyak. Sedangkan tanah pada TB
2 nilai bobot isi tanahnya lebih besar menyebabkan pori tanahnya lebih kecil sehingga
porositasnya pun kecil, dan porositas yang semakin kecil menandakan ruang pori yang
lebih kecil sehingga air lebih sedikit tertampung dan semakin sulit untuk diteruskan
sehingga ketersediaan kadar airnya semakin sedikit Dari data dan literatur yang ada, dapat
disimpulkan bahwa kadar air tanah pada TB1 lebih besar dan akan lebih menyuburkan
tanah sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dibanding tanah pada TB2 yang pori
tanahnya lebih kecil.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

1. Bulk density pada sampel tanah utuh TB1 adalah 0,79 g/cm3 dan pada TB2 adalah 1,21 g/cm3.
Tanah pada TB2 lebih padat sehingga akan sulit ditembus akar tanaman dan sulit meneruskan air
ke dalam tanah serta permukaannya lebih kasar dibanding TB1.
2. Porositas pada sampel tanah utuh TB1 adalah 65,95% dan pada TB2 adalah 54,24%.
Tanah pada TB1 akan lebih mudah menampung dan meneruskan air ke dalam tanah
dibanding TB2.
3. Kadar air pada sampel tanah utuh TB1 adalah 24,92% dan pada TB2 adalah 6,90%. Tanah
pada TB1 memiliki ketersediaan air yang lebih banyak dibanding TB2 sehingga tanaman
yang tumbuh diatasnya akan berpotensi tumbuh lebih optimal.

4.2 Rekomendasi
Nilai dari ketiga parameter yakni bulk density, porositas, dan kadar air tanah telah
didapatkan. Diketahui bahwa tanah pada TB2 kurang baik untuk mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman sehingga solusi yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan
ketersediaan air baik melalui tangan manusi ataupun penambahan vegetasi dengan tingkat
kerapatan dan kerimbunan yang cukup tinggi agar tanah mendapat banyak asupan bahan
organic sehingga akan lebih gembur, tidak kering dan mampu menampung dan
meneruskan air dalam jumlah relative cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. (2019). LAPORAN METODOLOGI PENELITIANKADAR AIR TANAH. 8.


https://www.academia.edu/37844071/Kadar_Air_Tanah
Chairani, S., Idkham, M., & Wahyuliana, D. (2015). Analisis Pengolahan Tanah dengan Menggunakan
Traktor Roda Empat dan Pemberian Sekam Padi Terhadap Perubahan Sifat Fisika dan Mekanika
Tanah. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015, 163–169.
Haridjaja, O., Hidayat, Y., & Maryamah, L. S. (2010). Effect of Soil Bulk Density on Soil Physical
Properties and Seed Germinations of Peanut and Soybean. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15(3),
147–152.
Harist, A., Wawan, & Wardati. (2017). The Soil Physical Properties and The Growht of Rubber Trees
(Hevea brasiliesis Muell. Arg) on Several Ground Cover Condition by Mucuna Bracteata. JOM
Faperta UR, 4(2), 1–14.
Sandrawati, A., Setiawan, A., & Kesumah, G. (2016). Pengaruh Kelas Kemiringan Lereng dan
Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisik Tanah. Jurnal Soilrens, 14(1), 6–10.
Undang Kurnia, Fahmuddin Agus, Abdurachman Adimihardja, A. D. (2006). Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumber Daya Pertanjan, 53(9), 1689–1699.
Utomo, M. (2016). Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaan. KENCANA.
https://books.google.co.id/books?id=i1e-
DwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
Yulina, H., & Ambarsari, W. (2021). Hubungan Kadar Air Dan Bobot Isi Tanah Terhadap Berat Panen
Tanaman Pakcoy Pada Kombinasi Kompos Sampah Kota Dan Pupuk Kandang Sapi. Jurnal
AgroTatanen, 3(2), 1–6.

Anda mungkin juga menyukai