Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN TROPIKA

MODUL I
PENGUKURAN DAN TEKNIK PENCUPLIKAN DATA
(Fardan Muhammad Rizqin Januar Fadhilah – 11520026 – Kelompok
B4)

Hasil Interpretasi Data Praktikum


1.4.1 Pengukuran Mikroklimat dan Faktor Edafik
Pada buku Mikroklimatologi Hutan yang disusun Karyati (2019), dijelaskan
bahwa pada dasanya ilmu klimatologi terbagi menjadi dua yaitu makroklimatologi
yang membahas iklim dalam cakupan wilayah luas dan mikroklimatologi yang
membahas iklim dalam cakupan wilayah lebih sempit. Lebih spesifik lagi,
mikroklimatologi membahas iklim dan atmosfer pada suatu permukaan tanah
kurang dari 100 m secara horizontal dan 2 meter di bawah dan di atas permukaan
tanah (vertical). Jika dikaitkan dengan proses suatu tanaman, mikroklimatologi
merupakan ilmu yang mempelajari iklim dan atmosfer dengan ruang dan waktu
yang terbatas dari tanah dan akar hingga pucuk tajuk suatu tanaman dan sifat
atmosfer disekitarnya. Sifat iklim dan atmosfer ini akan mempengaruhi energi,
massa, rangsangan yang diterima oleh tanah dan tanaman sehingga akan
berpengaruh pula pada pertumbuhan dan ekosistem tanaman tersebut. Rizki
Indrawan et al (2017) menambahkan bahwa mikroklimat menjadi faktor yang
memberikan pengaruh langsung pada suatu lingkungan dan mudah untuk diamati
karena cakupan wilayahnya yang tidak luas. Hal-hal yang dapat diamati pada
mikroklimat diantaranya adalah suhu udara dan tanah, kelembaban udara dan tanah,
intensitas cahaya, kadar air, mineral, dan organic tanah serta pH. Faktor-faktor
tersebut dapat diamati dengan cara melakukan pengukuran menggunakan bahan
dan alat yang disiapkan kemudian data yang diperoleh dapat dianalisis untuk
kedepannya digunakan untuk mengevaluasi mikroklimat yang ada pada suatu
ekosistem tanaman. Proses pengukuran mikroklimat ini penting karena menjadi
salah satu cara bagaimana merawat dan mengefektifkan suatu pertumbuhan dan
perkembangan ekosistem tanaman.
Beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya juga merupakan faktor
edafik yang mempengaruhi mikroklimat. Menurut Lugo & Londoño (2020) faktor
edafik merupakan faktor-faktor tanah yang mempengaruhi suatu ekosistem. Faktor
edafik ini membahas bahan dan kandungan yang ada di dalam suatu tanah dan
ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologis. Manuaba (2018) menambahkan bahwa
faktor edafik meliputi kondisi suatu tanah dengan mengamati tekstur, komposisi
pembentuk, suhu, pH, hingga organisme yang hidup di dalam tanah tersebut. Tanah
sebagai faktor edafik memiki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman sebab tanah merupakan media tanam alami bagi
tanaman tersebut. Tanah mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan suatu tanaman
untuk tumbuh seperti air, zat hara, dan mineral. Faktor-faktor yang sebelumnya
disebutkan akan mempengaruhi ketersediaan bahan-bahan tersebut sehingga
menentukan suatu tanaman akan tumbuh dengan baik atau tidak. Selain
mikroklimat yang dapat diamati dan diukur, faktor edafik pun dapat diamati dan
diukur menggunakan bahan dan alat yang disediakan untuk kemudian data yang
diperoleh dianalisis sebagai kebutuhan evaluasi agar dapat merawat tanaman dan
ekosistem dengan lebih baik dan efektif. Mikroklomat dan faktor edafik sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran tanaman pada suatu ekosistem.

A. Pengukuran Mikroklimat
1. Suhu Udara di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka
Tanaman memiliki prasyarat khusus yang harus dipenuhi agar dapat tumbuh
dengan baik. Suhu menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman memiliki kriteria suhu yang berbeda-beda
agar dapat tumbuh. Terdapat suhu minimum, optimum, dan maksimum bagi suatu
tanaman dapat tumbuh dan bertahan. Pada tanaman, suhu sangat berpengaruh pada
proses metabolisme. Metabolisme tanaman yang berada pada area dengan suhu
lebih tinggi akan berlangsung lebih cepat begitupun sebaliknya. Hal ini tentu akan
berpengaruh pada efektifitas proses pertumbuhan tanaman. Perlu diketahui bahwa
proses metabolisme yang maksimum dan paling efektif terjadi pada suhu optimum
(Karyati, 2019).

Perbandingan Suhu Udara antara


Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
(°C)
31,5
31
31
SUHU UDARA (°C)

30,5

30
29,5
29,5

29

28,5
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 1.1 Perbandingan Suhu Udara antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
Pengukuran suhu udara dilakukan di tapak terbuka dan tapak ternaung
menggunakan alat bantu sling psychrometer dan didapat hasilnya seperti yang
tertera pada Diagram 1.1. pada tapak terbuka besar suhu udara yang didapat adalah
31 °C sedangkan pada tapak ternaung besar suhu udara yang didapat adalah 29,5
°C. Suhu udara pada tapak terbuka lebih besar dibandingkan dengan suhu udara
pada tapak ternaung dan berdasarkan literatur yang tertera, hal tersebut dipengaruhi
karena tapak terbuka lebih banyak menerima paparan cahaya dibanding tapak
ternaung. Paparan cahaya yang lebih banyak menyebabkan suhu semakin tinggi.
Seperti penjelasan yang diberikan oleh Karyati (2019), tingginya suhu akan
menyebabkan proses metabolisme pada tanaman meningkat sehingga dapat
diketahui aktivitas metabolism tanaman di tapak terbuka lebih cepat dibanding
tanaman pada tapak ternaung, namun belum dapat diketahui apakah suhu tersebut
merupakan suhu optimum yang membuat metabolisme tanaman maksimal.

2. Kelembapan Udara di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Membahas pengaruh suhu pada suatu tanaman tidak terlepas pada
pembahasan pengaruh suhu pada faktor klimat lainnya terutama kelembapan yang
tentunya akan mempengaruhi kembali proses pertumbuhan tanaman. Besar
kecilnya kelembapan pada suatu area tempat tumbuh tanaman mempengaruhi besar
kecilnya curah hujan. Lebih spesifiknya, kelembapan udara merepresentasikan
besar uap air yang terkandung pada udara disekitar area tempat tanaman tumbuh.
Hal ini menandakan ketersediaan air pada area tersebut nantinya dan tentunya
berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman. Kelembapan udara juga
berpengaruh pada tumbuh dan kembang organisme yang dapat menyebabkan
tanaman terkena penyakit. Tingkat kelembapan yang lebih tinggi akan lebih
berpotensi memunculkan organisme yang dapat memberikan penyakit tersebut
(Karyati, 2019).

Perbandingan Kelembapan Udara


antara Tapak Terbuka dan Tapak
Ternaung (%)
53,5
53
KELEMBAPAN UDARA (%)

53
52,5
52
51,5
51
51
50,5
50
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 1.2 Perbandingan Kelembapan Udara antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
Pengukuran kelembaban udara dilakukan di tapak terbuka dan tapak
ternaung menggunakan alat bantu sling psychrometer dan didapat hasilnya seperti
yang tertera pada Diagram 1.2. pada tapak terbuka besar kelembaban udara yang
didapat adalah 51% sedangkan pada tapak ternaung besar kelembaban udara yang
didapat adalah 53%. Kelembaban udara pada tapak ternaung lebih besar
dibandingkan dengan kelembaban udara pada tapak terbuka dan berdasarkan
literatur yang tertera, hal tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit
menerima paparan cahaya dibanding tapak terbuka. Paparan cahaya yang lebih
sedikit menyebabkan kelembaban semakin tinggi. Selain cahaya, kadar air
berpengaruh pada tingkat kelembaban udara karena seperti penjelasan yang
diberikan oleh Karyati (2019), kelembapan udara merepresentasikan besar uap air
yang terkandung pada udara disekitar area tempat tanaman tumbuh. Hal ini
menandakan ketersediaan air pada area tersebut sehingga dapat diketahui
ketersediaan air pada area tanaman di tapak ternaung lebih banyak dibanding
tanaman pada tapak terbuka, namun perlu diketahui tanaman pada tapak ternaung
lebih berpotensi terkena penyakit dari organisme lain karena lebih lembab.

3. Intensitas Cahaya di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Pertumbuhan suatu tanaman terutama keadaan morfologi dan proses
fisiologi dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima. Secara umum cahaya
berpengaruh pada proses pembentukan energi yaitu fotosintesis, pergerakan dan
pembentukan tanaman. Cahaya menjadi bahan yang sangat mendasar untuk
melakukan aktivitas tersebut oleh karena itu ketersediaan cahaya sangat penting
bagi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jumlah cahaya yang
diterima akan berpengaruh pada efektivitas proses tersebut. Pertumbuhan
morfologi tanaman seperti panjang/tinggi, diameter, lebar daun, pertumbuhan
cabang dan lain-lain terjadi lebih cepat pada area yang lebih banyak mendapat
cahaya. Sebaliknya, pertumbuhan morfologi tanaman akan lebih lambat pada area
yang sedikit mendapat cahaya. Secara fisiologis, fungsi organ pada tanaman yang
terkena cahaya lebih banyak akan lebih maksimal dibanding dengan tanaman yang
sedikit terkena cahaya karena dipengaruhi oleh jumlah kebutuhan energi untuk
tumbuh dan berkembang (Karyati, 2019).

Perbandingan Intensitas Cahaya


antara Tapak Terbuka dan Tapak
Ternaung (Lux)
500 470
INTENSITAS CAHAYA (LUX)

400

300

200

100
10
0
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 1.3 Perbandingan Intensitas Cahaya antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan di tapak terbuka dan tapak ternaung


menggunakan alat bantu lux meter dan didapat hasilnya seperti yang tertera pada
Diagram 1.3. pada tapak terbuka besar intensitas cahaya yang didapat adalah 470
Lux sedangkan pada tapak ternaung besar intensitas cahaya yang didapat adalah 10
Lux. intensitas cahaya pada tapak terbuka lebih besar dibandingkan dengan suhu
udara pada tapak ternaung dikarenakan tapak terbuka lebih banyak menerima
paparan cahaya dibanding tapak ternaung. Kanopi dan tajuk yang ada pada tapak
terbuka lebih sedikit dibanding pada tapak tertutup sehingga lebih memudahkan
cahaya menyentuh lantai tapak. Seperti penjelasan yang diberikan oleh Karyati
(2019), Jumlah cahaya yang diterima akan berpengaruh pada efektivitas proses
tersebut. Pertumbuhan morfologi tanaman seperti panjang/tinggi, diameter, lebar
daun, pertumbuhan cabang dan lain-lain terjadi lebih cepat pada area yang lebih
banyak mendapat cahaya. Sebaliknya, pertumbuhan morfologi tanaman akan lebih
lambat pada area yang sedikit mendapat cahaya sehingga dapat diketahui aktivitas
pertumbuhan tanaman di tapak terbuka berpotensi lebih cepat dibanding tanaman
pada tapak ternaung,

B. Faktor Edafik
1. pH Tanah di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka
Selain beberapa faktor klimat yang dapat mempengaruhi cepat lambat
proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, pH sebagai salah satu faktor
edafik tanah dapat mempengaruhi cepat lambat proses tumbuh dan kembang
tanaman. Sama seperti suhu, setiap jenis tanaman memiliki syarat kebutuhan pH
yang berbeda-beda oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian agar tanaman dapat
tumbuh dengan optimal. pH memiliki pengaruh pada tanaman berupa penentuan
seberapa mudah ion-ion dan zat hara diserap oleh tanaman. Ion-ion dan zat hara
merupakan bahan dasar pembentuk energi yang akan digunakan oleh tanaman
dalam proses pertumbuhan. Pada umumnya, tanaman mudah menyerap bahan-
bahan tersebut pada kondisi pH 6-7. Pada kondisi tersebut, sebagian besar ion dan
zat hara mudah larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman. Selain itu, pH
dapat berperan sebagai indikator tingkat kesuburan tanaman dan zat-zat beracun
atau merusak yang ada di dalam tanah. pH tanah juga berpengaruh pada tinggi
rendahnya suhu tanah sehingga berpengaruh pada efektifitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. (Karamina, Fikrinda and Murti, 2018).

Perbandingan pH Tanah antara


Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
9
8 8
8
7
6
PH TANAH

5
4
3
2
1
0
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.1 Perbandingan pH Tanah antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
Pengukuran pH tanah dilakukan di tapak terbuka dan tapak ternaung
menggunakan alat bantu soil tester dan didapat hasilnya seperti yang tertera pada
Diagram 2.1. pada tapak terbuka besar suhu udara yang didapat adalah 8 dan pada
tapak ternaung besar pH tanah yang didapat adalah 8. pH tanah pada tapak terbuka
besarnya sama dengan pH tanah pada tapak ternaung dan berdasarkan literatur yang
tertera dan data yang diperoleh sebelumnya suhu dan kelembaban udara yang
mempengaruhi kelembaban tanah nilainya tidak berbeda jauh sehingg
memungkinkan pH yang ada hasilnya sama. Seperti penjelasan yang diberikan oleh
Karamina, Fikrinda dan Murti (2018), pH memiliki pengaruh pada tanaman berupa
penentuan seberapa mudah ion-ion dan zat hara diserap oleh tanaman. Ion-ion dan
zat hara merupakan bahan dasar pembentuk energi yang akan digunakan oleh
tanaman dalam proses pertumbuhan sehingga dapat diketahui aktivitas kemampuan
menyerap ion dan zat hara tanaman di tapak terbuka sama dengan tanaman pada
tapak ternaung.

2. Kelembapan Tanah di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Kelembaban tanah pada tiap kedalaman tanah berbeda-beda. Kelembaban
tanah dipengaruhi oleh suhu tanah, suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas
cahaya pada area tersebut. Semakin dalam lapisan tanah maka kelembaban tanah
semakin bertambah (Karyati, 2019). Kelembaban tanah juga mempengaruhi
sirkulasi udara di dalam tanah dan sirkulasi udara berpengaruh pada proses
pertumbuhan tanaman (Karamina, Fikrinda and Murti, 2018). Selain itu,
kelembaban tanah menjadi representasi ketersediaan air pada area tersebut.
Kelembaban yang tinggi menandakan ketersediaan air yang banyak begitupun
sebaliknya. Ketersediaan air sebagai bahan dasar pembentukan energi penting
untuk menentukan pertumbuhan tanaman yang optimal. Di sisi lain, kelembaban
yang terlalu tinggi dapat berpotensi memunculkan organisme yang dapat merusak
dan memberikan penyakit pada tanaman sedangkan jika kelembabannya terlalu
rendah akan menyebabkan kurangnya ketersediaan air dan sirkulasi udara yang
buruk bagi tanaman (Djumali and Mulyaningsih, 2014).
Perbandingan Kelembapan Tanah
antara Tapak Terbuka dan Tapak
Ternaung (%)
80 73
KELEMBAPAN TANAH (%)

70
60
50 43
40
30
20
10
0
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.2 Perbandingan Kelembapan Tanah antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran kelembaban tanah dilakukan di tapak terbuka dan tapak


ternaung menggunakan alat bantu soil tester dan didapat hasilnya seperti yang
tertera pada Diagram 2.2. pada tapak terbuka besar kelembaban tanah yang didapat
adalah 43% sedangkan pada tapak ternaung besar kelembaban tanah yang didapat
adalah 73%. Kelembaban pada tapak ternaung lebih besar dibandingkan dengan
kelembaban tanah pada tapak terbuka dan berdasarkan literatur yang tertera, hal
tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit menerima paparan cahaya
dibanding tapak terbuka. Paparan cahaya yang lebih sedikit menyebabkan suhu
semakin rendah dan menyebabkan kelembaban tinggi. Seperti penjelasan yang
diberikan oleh Djumali dan Mulyaningsih (2014), kelembaban tanah menjadi
representasi ketersediaan air pada area tersebut. Kelembaban yang tinggi
menandakan ketersediaan air yang banyak begitupun sebaliknya sehingga dapat
diketahui ketersediaan air pada area tanaman di tapak ternaung lebih banyak
dibanding tanaman pada tapak terbuka, namun perlu diketahui tanaman pada tapak
ternaung lebih berpotensi terkena penyakit dari organisme lain karena lebih lembab.

3. Suhu Tanah di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Telah disinggung pada penjelasan sebelumnya, suhu tanah dipengerahui
oleh suhu udara. Fluktuasi suhu udara mengakibatkan suhu tanah berbeda-beda
pada tiap kedalaman. Persebaran besar suhu tanah dipengaruhi oleh konduktivitas
dan kapasitas panas yang dapat diterima tanah. Lapisan tanah yang semakin dalam
akan mengakibatkan suhu tanah mencapai titik maksimal pada tiap kedalaman yang
berbeda. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan tanaman menyerap bahan-
bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan (Karyati, 2019). Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa suhu mempengaruhi cepat lambat proses metabolisme tanaman.
Semakin tinggi suhu makan proses metabolisme tanaman akan semakin cepat
namun metabolisme maksimum terjadi pada kondisi suhu optimum (tidak terlalu
rendah atau tinggi bagi tanaman) sehingga pertumbuhan tanaman efektif. Selain
proses metabolisme, suhu juga berpengaruh pada proses asimilasi dan pernafasan
tanaman yang tentunya menentukan pertumbuhan tanaman (Dewi, 2020).

Perbandingan Suhu Tanah antara


Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung
(°C)
35 32
30
24
SUHU TANAH (°C)

25
20
15
10
5
0
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.3 Perbandingan Suhu Tanah antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran suhu tanah dilakukan di tapak terbuka dan tapak ternaung


menggunakan alat bantu 4in1 dan didapat hasilnya seperti yang tertera pada
Diagram 2.3. pada tapak terbuka besar suhu tanah yang didapat adalah 32 °C
sedangkan pada tapak ternaung besar suhu udara yang didapat adalah 24 °C. Suhu
tanah pada tapak terbuka lebih besar dibandingkan dengan suhu udara pada tapak
ternaung dan berdasarkan literatur yang tertera, hal tersebut dipengaruhi karena
tapak terbuka lebih banyak menerima paparan cahaya dibanding tapak ternaung.
Paparan cahaya yang lebih banyak menyebabkan suhu semakin tinggi. Seperti
penjelasan yang diberikan oleh Karyati (2019), tingginya suhu akan menyebabkan
proses metabolisme pada tanaman meningkat sehingga dapat diketahui aktivitas
metabolisme tanaman di tapak terbuka lebih cepat dibanding tanaman pada tapak
ternaung, namun belum dapat diketahui apakah suhu tersebut merupakan suhu
optimum yang membuat metabolisme tanaman maksimal.

4. Kadar air di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Air menjadi salah satu bahan mendasar yang tidak bisa dipisahkan dari
pertumbuhan tanaman. Air berperan penting sebagai bahan dasar proses fotosintesis
dan aktivitas transpirasi. Ketersediaan air akan menentukan proses fotosintesis yang
efektif atau tidak sehingga menentukan pula pertumbuhan tanaman. Kadar air yang
rendah akan diserap oleh akar tanaman dalam jumlah sedikit sehingga energi yang
dihasilkan pun sedikit dan transpirasi dapat menurun. Kadar air yang tinggi pada
suatu tanah akan memudahkan akar tanaman menyerap lebih banyak air sehingga
proses fotosintesis lebih banyak menghasilkan energi untuk digunakan dalam
proses pertumbuhan sehingga pertumbuhan dapat berjalan lebih optimal. Kadar air
yang tinggi juga akan meningkatkan tekanan turgor sehingga stomata dapat terbuka
dengan optimal dan proses transpirasi berjalan lancar (Mugniesya, 2010).
Perbandingan Kadar Air Tanah
antara Tapak Terbuka dan Tapak
Ternaung (%)
60,00
48,19
KADAR AIR TANAH (%)

50,00

40,00

30,00 23,69
20,00
10,00

0,00
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.4 Perbandingan Kadar Air antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran kadar air dilakukan untuk tapak terbuka dan tapak ternaung
menggunakan data yang didapat di lapangan seperti berat kering, berat basah, dan
berat abu tanah kemudian dihitung menggunakan rumus yang ditetapkan dan
didapat hasilnya seperti yang tertera pada Diagram 2.4. Pada tapak terbuka besar
kadar air yang didapat adalah 23,69% sedangkan pada tapak ternaung besar suhu
udara yang didapat adalah 48,19%. kadar air pada tapak ternaung lebih besar
dibandingkan dengan kadar air pada tapak terbuka dan berdasarkan literatur yang
tertera, hal tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit melakukan
penguapan air dibanding tapak ternaung. Seperti penjelasan yang diberikan oleh
Mugniesya (2010) Kadar air yang tinggi pada suatu tanah akan memudahkan akar
tanaman menyerap lebih banyak air sehingga proses fotosintesis lebih banyak
menghasilkan energi untuk digunakan dalam proses pertumbuhan sehingga
pertumbuhan dapat berjalan lebih optimal. Kadar air yang tinggi juga akan
meningkatkan tekanan turgor sehingga stomata dapat terbuka dengan optimal dan
proses transpirasi berjalan lancar sehingga dapat diketahui aktivitas fotosintesis dan
transpirasi tanaman di tapak ternaung berpotensi lebih cepat dibanding tanaman
pada tapak terbuka.

5. Kadar Bahan Organik di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Tanah yang baik dan sangat mendukung pertumbuhan tanaman adalan
tanah dengan kadar organik dalam jumlah banyak. Kadar organik yang ada akan
mempengaruhi tingkat kegemburan tanah dan kesuburan tanaman yang tumbuh.
Penguraian bahan organik terjadi dengan cepat apabila pergantian suhu pada suatu
area terjadi pada waktu yang cukup sering (Karyati, 2019).
Perbandingan Kandungan Organik
Tanah antara Tapak Terbuka dan
Tapak Ternaung (%)
97,00
KANDUNGAN ORGANIK TANAH (%)
96,45
96,50
96,00
95,50
95,00 94,81

94,50
94,00
93,50
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.5 Perbandingan Kandungan Organik antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran kandungan organik dilakukan untuk tapak terbuka dan tapak


ternaung menggunakan data yang didapat di lapangan seperti berat kering, berat
basah, dan berat abu tanah kemudian dihitung menggunakan rumus yang ditetapkan
dan didapat hasilnya seperti yang tertera pada Diagram 2.5. Pada tapak terbuka
besar kandungan organik yang didapat adalah 94,81% sedangkan pada tapak
ternaung besar kandungan organik yang didapat adalah 96,45%. kandungan organik
pada tapak ternaung lebih besar dibandingkan dengan kadar air pada tapak terbuka
dan berdasarkan literatur yang tertera serta data yang diperoleh sebelumnya, hal
tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit melakukan penguapan air
dibanding tapak ternaung sehingga kandungan organiknya lebih banyak ditambah
dengan tapak ternaung menghasilkan lebih banyak bahan untuk diurai sehingga
bahan organic yang terbentuk lebih banyak. Seperti penjelasan yang diberikan oleh
Karyati (2010). Kadar organik yang ada akan mempengaruhi tingkat kegemburan
tanah dan kesuburan tanaman yang tumbuh sehingga dapat diketahui aktivitas
pertumbuhan tanaman di tapak ternaung berpotensi lebih cepat dibanding tanaman
pada tapak terbuka. Tanah pada tapak ternaung pun lebih gembur dibanding dengan
tanah pada tapak terbuka.

6. Kadar Mineral di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Mineral menjadi zat yang terbawa air dan ikut terserap oleh akar tanaman.
Mineral membantu pertumbuhan dan ketahanan suatu tanaman. Zat mineral yang
terkandung pada tanah tempat tanaman tumbuh dapat mengurangi zat-zat asam
hasil proses dekomposisi yang bersifat racun dan merusak bagi tanaman. Zat-zat
asam tersebut dapat mengganggu proses metabolisme tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu. Kadar mineral yang rendah akan sulit untuk
menghilangkan zat beracun tersebut sehingga tanaman dapat rusak atau bahkan
mati. Selain itu, zat mineral mengandung kation kation yang dapat membentuk
senyawa organik yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Semakin tinggi jumlah kadar air pada tanah maka
semakin tinggi zat hara makro maupun mikro yang terkandung sehingga akan
meningkatkan proses pertumbuhan morfologi, fisiologi dan metabolisme tanaman.
Begitupun sebaliknya, kadar mineral yang rendah akan menyebabkan ketersediaan
zat hara rendah sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (David A Sibagariang,
2014)

Perbandingan Kandungan Mineral


Tanah antara Tapak Terbuka dan
Tapak Ternaung (%)
3,60 3,54
KANDUNGAN MINERAL TANAH (%)

3,50
3,40
3,30
3,20
3,07
3,10
3,00
2,90
2,80
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.6 Perbandingan Kandungan Mineral antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran kandungan mineral dilakukan untuk tapak terbuka dan tapak


ternaung menggunakan data yang didapat di lapangan seperti berat kering, berat
basah, dan berat abu tanah kemudian dihitung menggunakan rumus yang ditetapkan
dan didapat hasilnya seperti yang tertera pada Diagram 2.6. Pada tapak terbuka
besar kandungan mineral yang didapat adalah 3,07% sedangkan pada tapak
ternaung besar kandungan mineral yang didapat adalah 3,54%. kandungan mineral
pada tapak ternaung lebih besar dibandingkan dengan kadar air pada tapak terbuka
dan berdasarkan literatur yang tertera serta data yang diperoleh sebelumnya, hal
tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit melakukan penguapan air
dibanding tapak ternaung sehingga kandungan organiknya lebih banyak ditambah
dengan kelembaban dan pH tanahnya yang sesuai menyebabkan kandungan mineral
lebih tersedia. Seperti penjelasan yang diberikan oleh David A Sibagariang (2014)
Kadar mineral yang rendah akan sulit untuk menghilangkan zat beracun tersebut
sehingga tanaman dapat rusak atau bahkan mati. Selain itu, zat mineral
mengandung kation kation yang dapat membentuk senyawa organik yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Semakin tinggi jumlah kadar air pada tanah maka semakin tinggi zat hara
makro maupun mikro yang terkandung sehingga akan meningkatkan proses
pertumbuhan morfologi, fisiologi dan metabolisme tanaman. Dapat diketahui
aktivitas pertumbuhan tanaman di tapak ternaung berpotensi lebih cepat dibanding
tanaman pada tapak terbuka serta tanaman pada tapak ternaung cenderung terhindar
dari zat beracun yang merusak.

7. Bobot isi di Tapak Ternaung VS Tapak Terbuka


Perbandingan berat tanah kering dengan volume tanah serta indikator
untuk menunjukkan volume pori-pori tanah dapat diketahui melalui bobot isinya.
Dengan kata lain, bobot isi merepresentasikan kepadatan suatu tanah. Semakin
besar bobot isi tanah maka semakin tinggi tingkat kepadatan tanah tersebut.
Semakin padat suatu tanah maka semakin sulit air mengalir dan diteruskan serta
akar tanaman akan kesulitan menembus tanah. Tanah yang terlalu padat akan
menyulitkan tanaman menyerap air, zat hara dan mineral sehingga pertumbuhannya
terhambat dan tidak optimall. Tanah yang terlalu rendah kepadatannya akan
membuat tanaman sulit berdiri dan tumbuh dengan kokoh, dalam keadaan paling
buruk tanaman dapat mati karena tanahnya yang rusak (Haridjaja, Hidayat and
Maryamah, 2010).

Perbandingan Bobot Isi Tanah


antara Tapak Terbuka dan Tapak
Ternaung (gr/cm3)
0,80 0,76
BULK DENSITY TANAH (GR/CM3)

0,70 0,62
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Tapak Terbuka Tapak Ternaung

Diagram 2.7 Perbandingan Bobot Isi antara Tapak Terbuka dan Tapak Ternaung

Pengukuran bobot isi dilakukan di tapak terbuka dan tapak ternaung


menggunakan alat bantu Core sampler dan didapat hasilnya seperti yang tertera
pada Diagram 1.1. pada tapak terbuka besar bobot isi yang didapat adalah 0,76
gr/cm3 sedangkan pada tapak ternaung besar bobot isi yang didapat adalah 0,62
gr/cm3. Bobot isi pada tapak terbuka lebih besar dibandingkan dengan bobot isi
pada tapak ternaung dan berdasarkan literatur yang tertera serta data yang diperoleh
sebelumnya, hal tersebut dipengaruhi karena tapak terbuka lebih banyak menerima
paparan cahaya dibanding tapak ternaung. Paparan cahaya yang lebih banyak
menyebabkan suhu semakin tinggi sehingga kelembaban tanah rendah.
Kelembaban tanah yang rendah menandakan ketersediaan air yang lebih sedikit
sehingga tanah mudah kering. Seperti penjelasan yang diberikan oleh Haridjaja,
Hidayat dan Maryamah (2010) Semakin besar bobot isi tanah maka semakin tinggi
tingkat kepadatan tanah tersebut. Semakin padat suatu tanah maka semakin sulit air
mengalir dan diteruskan serta akar tanaman akan kesulitan menembus tanah
sehingga dapat diketahui kemampuan mengalirkan air pada tanaman di tapak
terbuka lebih sulit dibanding tanaman pada tapak ternaung, namun kemampuannya
menjadikan tanaman berdiri kokoh lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
David A Sibagariang, W. dan H. Y. (2014) ‘Pengaruh pemberian tanah
mineral dan aerasi pada tanah gambut yang disawahkan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman padi (’, Jurnal Online Mahasiswa, 1(1),
pp. 1–11.
Dewi, A. R. (2020) ‘Kata Pengantar’, Tunas Agraria, 3(3), pp. 1–10. doi:
10.31292/jta.v3i3.129.
Djumali and Mulyaningsih, S. (2014) ‘Pengaruh Kelembaban Tanah
Terhadap Karakter Agronomi, Hasil Rajangan Kering Dan Kadar Nikotin
Tembakau (Nicotiana tabacum L; Solanaceae) Temanggung Pada Tiga Jenis
Tanah’, Berita Biologi, 13(1), pp. 1–11.
Haridjaja, O., Hidayat, Y. and Maryamah, L. S. (2010) ‘Pengaruh Bobot Isi
Tanah Terhadap Sifat Fisik Tanah Dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah
Dan Kedelai (Effect of Soil Bulk Density on Soil Physical Properties and
Seed Germinations of Peanut and Soybean)’, Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 15(3), pp. 147–152.
Karamina, H., Fikrinda, W. and Murti, A. T. (2018) ‘Kompleksitas pengaruh
temperatur dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan
jambu biji varietas kristal (Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu’,
Kultivasi, 16(3), pp. 430–434. doi: 10.24198/kultivasi.v16i3.13225.
Karyati (2019) ‘Mikroklimatologi Hutan’, Mulawarman University Press, p.
104.
Lugo, E. bonilla and Londoño, J. pineda (2020) ‘View metadata, citation and
similar papers at core.ac.uk’, PENGARUH PENGGUNAAN PASTA LABU
KUNING (Cucurbita Moschata) UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU
DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG ANGKAK DALAM PEMBUATAN
MIE KERING, (1408), pp. 274–282.
Manuaba, I. B. A. (2018) ‘Open Acces :
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/index KAJIAN SPESIES
TUMBUHAN KARAKTER MELALUI ANALISIS NP DAN SDR PADA
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Biologi Universitas Pendidikan
Ganesha Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha Indonesi’, 5(1).
Mugniesya, S. S. M. (2010) ‘Pengaruh kandungan air tanah terhadap
pertumbuhan dan transpirasi semai’.
Rizki Indrawan, R. et al. (2017) ‘Kajian iklim Mikro Terhadap berbagai
Sistem Tanam dan Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt.)’, Jurnal Produksi Tanaman, 5(1), pp. 92–99.

Anda mungkin juga menyukai