Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK EKOLOGI

ANALISIS EKOSISTEM TERESTRIAL

BAGIAN I. PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN ABOTIK TERESTRIAL

Oleh:

Annisa AlFaadhilah Ruhani

2021051024016

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungan. Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang
disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan
apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan
organisme. (Wirakusumah,2003) Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang
saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan
abiotik, tetapi juga antara biotik maupun abiotik itu sendiri. (Wirakusumah,2003)

Faktor abiotik merupakan salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan
yang mempengaruhi organisme. Komponen abiotik adalah komponen lingkungan
yang terdiri atas makhluk tak hidup atau segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. (Irwan,1992). Faktor abiotik
terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber daya fisik (physical resource) dan faktor
fisik (physical factors). (Megurran,1988). Sumber daya fisik adalah faktor abiotik
yang dibutuhkan oleh organisme untuk bertahan hidup sedangkan faktor fisik adalah
faktor abiotik yang membatasi derajat (kualitas hidup) organisme untuk bertahan
hidup.

Salah satu contoh sumber daya fisik adalah udara, yang mencakup oksigen,
karbon dioksida dan gas gas lain yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kondisi udara
yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat.
Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara,
intensitas cahaya dan kecepatan angin.

Pengukuran temperatur udara dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.


Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau
kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat
Celcius, derajat Fahrenhet, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif
dilakukan dengan alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip
pemuaian atau pengerutan suatu zat padat atau cairan akibat pemanasan atau
pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa atau alkohol yang diberi warna
agar mempermudah dalam pembacaan.

Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara


atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara
tertentu. Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang
sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut.
Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan
tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan. Alat yang dipergunakan untuk
menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity) adalah sling psychrometer.

Intensitis cahaya adalah intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak
hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi
juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan.
Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light
Meter atau Lux Meter.

Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan
waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s). Kecepatan angin bervariasi
dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin,
dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan
menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf.

Faktor abiotik lain adalah tanah yang merupakan faktor abiotik geografi dan
geologi. Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil proses
dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri
dari partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Parameter tanah terdiri dari tekstur
tanah, suhu tanah yang dapat diukur dengan termomoter tanah. sedangkan Ph tanah,
kadar air, kadar organic dam kadar anorganik tanah dapat diukur dengan soil moisture
tester, bobot isi tanah dan porositas tanah. (Undang, dkk, 2006).

Bobot isi tanah (Bulk density) adalah perbandingan antara masa tanah dengan
volume partikel ditambah dengan ruang pori diantanya. Sedangkan porositas tanah
atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori pori dalam suatu tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu dan
liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. (Undang, dkk, 2006).

Menurut Lakitan (1994), Iklim mikro adalah iklim lokal, yang hanya
terdapatpada suatu wilayah, bersifat terbatas, namun iklim mikro mempunyai
komponen yang pentinguntuk kehidupan seluruh makhluk hidup. Hal tersebut
disebabkan iklim mikro akan langsung berpengaruh terhadap makhluk hidup.
Pengaruh langsung dari iklim mikro disebabkan oleh beberapa unsur, yang menurut
Idham(2016)diantaranya adalah suhu, kelembaban, radiasi matahari, hembusan
angin di wilayah setempat.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pembatas ekosistem


terestrial dengan mengukur iklim mikro (sinar/cahaya, temperatur/suhu, kelembaban
udara, pH tanah, kandungan air/kelembaban tanah, kandungan organik dan mineral,
bulk density dan particle density, dan porositas)
1.2 TUJUAN
Mengetahui faktor-faktor pembatas ekosistem terestrial dengan mengukur
iklim mikro (sinar/cahaya, temperatur/suhu, kelembaban udara, pH tanah, kandungan
air/kelembaban tanah, kandungan organik dan mineral, bulk density dan particle
density, dan porositas).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dan lingkungan.
Komponen-komponen lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem menjamin
kelangsungan kehidupan jika lingkungan dapat memenuhi kebutuhan minimum organisme.
(Wirakusumah, 2003)

Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan salah satu komponen lingkungan atau faktor yang
mempengaruhi organisme. Komponen abiotik merupakan komponen lingkungan hidup yang
terdiri dari benda-benda non-kreatif atau benda-benda yang tidak hidup, seperti tanah, udara,
iklim, kelembaban, cahaya, dan suara. (Irlandia, 1992)

Faktor abiotik terbagi dalam dua kategori yaitu sumber daya fisik dan faktor fisik.
(Megurran, 1988). Sumber daya fisik adalah faktor abiotik yang dibutuhkan organisme untuk
bertahan hidup, sedangkan faktor fisik adalah faktor abiotik yang membatasi kelangsungan
hidup (kualitas hidup) organisme. Salah satu contoh sumber daya fisik adalah udara, yang
mengandung oksigen, karbon dioksida, dan gas-gas lain yang dibutuhkan makhluk hidup.
Kondisi udara yang mempengaruhi tumbuhan atau berhubungan langsung dengan tumbuhan
disebut iklim mikro. Komponen iklim mikro tersebut antara lain suhu udara, kelembaban,
intensitas cahaya, dan kecepatan angin.

Pengukuran suhu udara dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram atau kilokalori, sedangkan pengukuran
kualitatif dinyatakan dalam Celcius, Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran kualitas
dilakukan dengan termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau
kontraksi benda padat atau cair akibat pemanasan atau pendinginan. Merkuri atau alkohol,
cairan berwarna untuk memudahkan pembacaan, digunakan.

Kelembaban udara menunjukkan jumlah uap air di udara atau atmosfer, biasanya
dinyatakan sebagai massa uap air per satuan volume udara. Berdasarkan perhitungan di atas,
setiap suhu tertentu pada lokasi yang sama memberikan nilai kelembaban tertentu yang
disebut kelembaban absolut. Kelembapan yang berlaku adalah kelembapan relatif udara, yang
didasarkan pada perbandingan tekanan uap air di udara pada saat pengukuran dengan tekanan
uap air jenuh pada suhu yang sama. Alat yang digunakan untuk mengetahui kelembaban
relatif udara adalah psikrometer.

Intensitas cahaya adalah kekuatan dan durasi radiasi matahari, yang tidak hanya
mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga jumlah
energi yang dibutuhkan untuk produksi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya
dapat dilakukan dengan light meter atau Luxometer.

Kecepatan angin adalah jarak yang ditempuh angin dengan atau tanpa pergerakan
dalam satuan waktu dan dinyatakan dalam meter per detik (m/s). Kecepatan angin bervariasi
menurut ketinggian di atas permukaan tanah, sehingga terdapat profil angin di mana angin
bergerak semakin cepat semakin tinggi Anda berada. Kecepatan angin diukur dengan
anemometer atau anemograf. Faktor abiotik lainnya adalah tanah, yang merupakan faktor
abiotik dalam geografi dan geologi.

Tanah merupakan suatu benda yang terbentuk akibat pelapukan yang disebabkan oleh
iklim dan organisme, pelapukan batuan sumber, dan bahan organik yang tercipta dalam
proses pembusukan yang mampu menunjang kehidupan. Komponen tanah terdiri dari
partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Parameter tanah terdiri dari struktur tanah,
suhu tanah, yang dapat diukur dengan termometer tanah.

Sedangkan pH tanah, kadar air, kandungan bahan organik dan kandungan bahan
anorganik tanah dapat diukur dengan alat pengukur kelembaban tanah, kepadatan tanah dan
porositas tanah. (Uttu dkk., 2006). Kepadatan tanah adalah perbandingan massa tanah
terhadap volume partikel dan ruang pori di antara keduanya. Sedangkan porositas tanah atau
ruang pori tanah adalah volume pori-pori tanah sempurna dalam persentase. Porositas terdiri
dari ruang antara partikel pasir, debu dan tanah liat, serta ruang antara bahan tanah. (Uttu
dkk., 2006).

Sifat Fisika Tanah


Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
tersedianya air, udara tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara
tanaman. Sifat ini juga akan mempengaruhi potensi tanah untuk berproduksi secara maksimal
(Naldo, 2011). Menurut Rosyidah dan Wirosoedarmo (2013), Sifat fisik tanah yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya masalah degradasi struktur tanah akibat fungsi pengelolaan.
Selain itu pada lahan budidaya yang tidak tererosi, bahan organik hilang secara cepat. Hal
tersebut ditemukan di Missouri Agricultural Experiment Station bahwa sebagai hasil
budidaya lebih dari 60 tahun, tanah pada keadaan yang tidak tererosi, bahan organik hilang
sepertiganya, kehilangan tersebut lebih besar pada awal budidaya dibandingkan budidaya
selanjutnya. Kehilangan bahan organik sekitar 25% pada 20 tahun awal, sekitar 10% pada 20
tahun kedua dan hanya sekitar 7% pada 20 tahun ketiga. Berdasarkan dari hasil penelitian
Kurnia, dkk (2006), Menyatakan bahwa beberapa kasus di lapang menunjukan bahwa
karakteristik tanah dapat berubah dalam rentang waktu yang sempit. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam satuan lahan yang sama dapat dijumpai keragaman karakteristik tanah yang
berbeda-beda, bahkan seringkali dijumpai bahwa di dalam satuan peta lahan yang dihasilkan
masih memiliki keragaman karakteristik tanah yang tinggi.

Iklim Mikro
Intensitas cahaya dan suhu udara merupakan komponen iklim yang dapat diamati.
Pada skala kecil, iklim mikro sangat mudah untuk diamati karena lingkupnya yang tidak
terlalu luas. Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan
pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu lingkungan. Iklim mikro merupakan iklim di
lapisan udara terdekat permukaan bumi dengan ketinggian + 2 meter (Bunyamin, 2010).
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat:

● Lux meter

● Termometer air raksa

● Hand Auger

● Oven

● Furnace

● Penggaris

● Pipa kecil sebagai core sampler

● Kertas label

● Spidol

● Kawat

● Alumunium foil

● Sendok

● Wadah untuk tanah saat di furnace

● Timbangan digital
Bahan:

● Tanah

3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai secara langsung di
lapangan pada 4 titik lokasi yang berbeda.

3.3 Analisis
Analisis data yang dilakukan dengan metode deskriptif yaitu menjelaskan suatu
keadaan yang ada dilapangan berdasarkan sifat fisika kimia tanah pada masing-masing
lokasi.

3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktul: Praktikum ini dilaksanakan pada 23 September 2023

Tempat: Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 4 titik, 1 titik di halaman Gedung
Biologi, dua titik di belakang Gedung FMIPA, dan 1 titik di Hutan Fisika

3.5 Cara Kerja


Sampel tanah diambil
Sampel tanah disimpan dengan
Ditentukan 4 titik lokasi menggunakan hand auger dengan Diambil juga core sampler dan
alumunium foil, dan diberi label
pengambilan sampel tanah kedalaman -+ 10 cm sebanyak 5 diberi label
menggunakan spidol permanen
gram atau -+ satu sendok makan

Lokasi pengambilan sampel


Diukur suhu lokasi pengambilan dihitung pH tanah, kelembaban,
Ditimbang berat core sampler Ditimbang berat segarnya
sampel dan intensitas cahaya
menggunakan lux meter

Sampel tanah dimasukkan ke


dalam cawan porselen/porselen
Sampel tanah dioven dengan
Ditimbang berat keringnya Dihitung volume core sampler kering, ditutup menggunakan
suhu 105°C selama 48 jam
alumunium foil dan diikat dengan
kawat

Dilakukan proses
pembakaran/pengabuan sampel
Ditimbang berat setelah furnace tanah menggunakan tungku
pembakar (furnace) selama 4 jam
dengan suhu 450°C

3.6 Koleksi Data


Berat tanah 5 gram
berat
A1 A2 berat (g) A3 berat (g)
(g)

basah 8,0 Basah 5,5 basah 9,5

kering 7,4 Kering 5,0 kering 8,7

abu
abu tanah 1,8 abu tanah 1,7 1,8
tanah

berat
B1 B2 berat (g) B3 berat (g)
(g)

basah 6,2 Basah 6,4 basah 5,7

kering 5,8 Kering 5,8 kering 5,2


abu
abu tanah 1,9 abu tanah 1,9 1,8
tanah

berat
C1 C2 berat (g) C3 berat (g)
(g)

basah 5,2 basah 5,5 basah 5,1

kering 4,6 kering 4,8 kering 4,6

abu
abu tanah 1,6 abu tanah 1,0 1,5
tanah

berat
D1 D2 berat (g) D3 berat (g)
(g)

basah 6,4 basah 6,9 basah 7,2

kering 5,6 kering 6,0 kering 6,5

abu
abu tanah 1,9 abu tanah 1,8 1,8
tanah

Berat kering core sampler (gr)


A1 = 31,4 A2 = 31,7 A3 = 34,1

B1 = 42,5 B2 = 44,3 B3 = 44,0

C1 = 31,4 C2 = 29,6 C3 = 32,7

D1 = 38,7 D2 = 38,4 D3 = 41,6

Volume core sampler


A1 = 19,23 A2 = 18,15 A3 = 19,23

B1 = 24,50 B2 = 29,84 B3 = 25,00

C1 = 20,87 C2 = 21,77 C3 = 24,04


D1 = 18,14 D2 = 20,51 D3 = 25,40

Volume core sampler ( tanpa tanah )


A1 = 36,43 A2 = 36,44 A3 = 36,45

B1 = 35,65 B2 = 35,66 B3 = 35,67

C1 = 31,67 C2 = 31,68 C3 = 31,69

D1 = 30,14 D2 = 30,15 D3 = 30,16


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sinar/cahaya
No. Lokasi Intensitas Cahaya (Lux)
1 Halaman Gedung Biologi 238
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 828
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 259
4 Hutan Gedung Fisika 393
Berdasarkan tabel di atas untuk rata-rata kuat pencahayaan setiap tiitk lokasi yaitu
238, 828, 259, 39. Untuk lokasi 1, standarnya masih di bawah yang telah ditentukan SNI
yaitu 250 lux. Pada lokasi 2, 3, dan 4 standarnya melebihi yang telah ditentukan SNI yaitu
250 lux Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu, salah satunya adalah rimbunnya
pepohonan yang menutupi lokasi.

Temperatur/suhu
No. Lokasi Suhu (°C)
1 Halaman Gedung Biologi 30
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 29
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 29
4 Hutan Gedung Fisika 30
Menurut Standar kenyamanan untuk suhu diambil berdasarkan KepMenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu suhu yang nyaman berkisar 180C - 300C. Dilihat pada tabel
diatas, menunjukkan bahwa suhu di setiap lokasi masih dalam batas normal dan nyaman,
salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah curah hujan saat pengambilan sampel
tanah.

Kelembaban Tanah
No
Lokasi Kelembaban Tanah
.
1 Halaman Gedung Biologi 29
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 31
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 29
4 Hutan Gedung Fisika 29
Sesuai data kelembapan tanah ideal, kelembapan tanah kering berkisar antara 0%-
40%, kelembapan ideal 40%-60%, kelembapan tanah basah 60%-100%. Tabel di atas
menunjukkan bahwa kelembaban pada 4 lokasi berada diantara ideal dan tidak idel,
kondisinya tidak seimbang.

pH tanah
No
Lokasi pH Tanah
.
1 Halaman Gedung Biologi 6,5
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 6,5
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 6
4 Hutan Gedung Fisika 7
Tanah dengan pH netral berada pada angka 6,5 hingga 7,8. Tingkat keasam-basaan ini
merupakan pH ideal dengan kandungan senyawa organik, mikroorganisme, unsur hara dan
mineral-mineral dalam kondisi yang optimal. Tabel di atas menunjukkan bahwa pH berada
dalam kondisi yang oprimal.

Kandungan air/kelembaban tanah


berat segar tanah−berat kering tanah
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ (%) = × 100%
berat kering tanah
No 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
Sampel
. (%)
1 A1 7
2 A2 4,5
3 A3 8,5
4 B1 5,2
5 B2 5,4
6 B3 4,7
7 C1 4,2
8 C2 4,5
9 C3 4,1
10 D1 5,4
11 D2 5,9
12 D3 6,2
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap lokasi yang berbeda. Sampel
tanah A3 memiliki kadar air tanah yang lebih tinggi dibandingkan sampel tanah lainnya yaitu
sebesar 8,5%. Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang
menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-
butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut menghambat aliran air di atas permukaan
tanah sehingga mengalir dengan lambat. Arsyad (2010) menyatakan bahwa bahan organik
dapat menyerap air sebanyak dua sampai tiga kali beratnya.
Akan tetapi, kemampuan ini hanya merupakan faktor kecil dalam pengaruhnya
terhadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik dalam memengaruhi aliran permukaan
terutama berupa perlambatan aliran permukaan, peningkatan infiltrasi dan pemantapan
agregat tanah, sehingga kadar air di dalam tanah menjadi lebih banyak. Proses pengolahan
tanah berpengaruh terhadap ketersediaan bahan organik tanah, sehingga memengaruhi kadar
air tanah. Kandungan bahan organik pada tanah olah tidak mendukung untuk proses
penyerapan air ke dalam tanah diakibatkan lahan tegalan lebih mudah tererosi sehingga
ketersediaan air tanahnya lebih rendah dibandingkan penggunaan lahan hutan. Buckman
(1982) menyatakan bahwa bahan organik meningkatkan daya menahan air tanah dan
mempertinggi jumlah air yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan.
Kandungan organik dan mineral (anorganik) total tanah
berat kering tana berat abu tana h
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (%) = × 100%
berat kering tanah
Sampe Kandungan organik 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
No.
l (%)
1 A1 7,1
2 A2 4,6
3 A3 8,4
4 B1 5,4
5 B2 5,4
6 B3 4,8
7 C1 4,2
8 C2 4,5
9 C3 4,2
10 D1 5,2
11 D2 5,7
12 D3 6,2
Kadar bahan organik tanah pada sampel berdasarkan tabulasi dari 12 sampel
tergolong sedang. Dengan kandungan organik tanah paling tinggi pada sampel tanah A3, dan
kandungan organik tanah paling rendah pada sampel tanah C1 dan C3.

berat abu tana h


𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (%) = × 100%
berat kering tanah
Sampe Kandungan mineral 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
No.
l (%)
1 A1 0,2
2 A2 0,3
3 A3 0,2
4 B1 0,3
5 B2 0,3
6 B3 0,3
7 C1 0,3
8 C2 0,2
9 C3 0,3
10 D1 0,3
11 D2 0,3
12 D3 0,2
Mineral yang terdapat didalam tanah berbeda-beda pada setiap wilayah. Kandungan
mineral dalam tanah berpengaruh besar terhadap hara yang dikandungnya. Perbedaan ini
sangat dipengaruhi oleh bahan induk pembentuknya serta proses-proses kimia dan biokimia
yang terjadi dalam tanah. Di dalam tanah biasanya terdapat dua jenis mineral, dikenal sebagai
mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terkristalisasi
selama proses pembekuan magma, sedangkan mineral sekunder adalah mineral yang
terbentuk melalui proses pelapukan mineral primer, ataupun sebagai hasil proses penambahan
yang terjadi pada mineral primer (Mulyanto; Harahap, F. Dkk. 2021)

Komposisi tanah yang baik dan ideal untuk tanaman utamanya pertanian
dipresentasikan sebanyak: Kandungan mineral memiliki porsi 45% dari keseluruhan
komponen tanah dan 5% diporsikan pada bahan organik. Pada tabel di atas, terlihat bahwa
kandungan mineral dari keseluruhan sampel tanah, kandungannya mineralnya tidak tinggi,
dan cenderung rendah.
Bulk density dan Particle density
berat kering tana
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
volume core sampler

Vol core sampler ¿ π r 2 t

Sampe
No. Bulk density
l
1 Ac1 0,8
2 Ac2 0,8
3 Ac3 0,9
4 Bc1 1,1
5 Bc2 1,2
6 Bc3 1,2
7 Cc1 0,9
8 Cc2 0,9
9 Cc3 1,0
10 Dc1 1,2
11 Dc2 1,2
12 Dc3 1,3
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makain padat suatu tanah makin
tinggi bulk Density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus akar tanaman
Wawointana et al., (2020). Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar
dari tanah yang sama tetapi kurang padat sehingga pada umumnya tanah lapisan atas pada
tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
dibawahnya (Luta et al., 2020). Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3,
sedangkan tanah organic umumnya memiliki BD antara 0,1-0,9 gram/cm3 (Hakansson and
Lipiec, 2000). Bulk density (berat isi) adalah perbandingan berat tanah kering dengan satuan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3 .
Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori
tanah dengan gr/cm3 (Hanif et al., 2020). Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat
jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Bulk density ditentukan dengan
mengukur massa tanah di udara dan massa air demikian pula halnya dengan berat per satuan
volumenya. (Arsyad, A.R., 2004)
Hasil pengamatan pada tabel diatas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
tanah memiliki nilai Bulk density yang cukup. Sampel tanah yang mengandung bahan
organik yang tinggi akan memiliki nilai Bulk density yang rendah, sebaliknya tanah yang
mengandung bahan organik yang rendah memiliki nilai Bulk density yang tinggi. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) bahwa kandungan bahan organik yang cukup
mempengaruhi nilai butiran tanah karena bahan organik yang sangat ringan sehingga
mempengaruhi kepadatan tanah. . Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density
adalah tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik serta pengelolahan tanah dan praktek
budidaya. Kandungan bahan organik dikatakan berpengaruh karena pada umumnya tanah
lapisan atas mempunyai nilai Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
yang berada di bawahnya ini terjadi karena adanya pengaruh bahan organik (Darmayanti,
A.S., 2012). Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti et al., (2019) bahwa bahan organik yang
terdapat pada tanah mempunyai pengaruh yang besar yaitu bahan organik dapat memperkecil
nilai Bulk Density karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral.

berat kering tana


𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑐𝑒𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
volume tanah yg dipadatkan dalam core sampler
No
Sampel Particel density
.
1 Ac1 1,6
2 Ac2 1,7
3 Ac3 1,7
4 Bc1 1,7
5 Bc2 1,4
6 Bc3 1,7
7 Cc1 1,5
8 Cc2 1,3
9 Cc3 1,3
10 Dc1 2,1
11 Dc2 1,8
12 Dc3 1,6
Menurut Kartasapoetra (1991), semakin tinggi bobot volume tanah menyebabkan
kepadatan tanah meningkat, aerasi dan drainase terganggu, sehingga perkembangan akar
menjadi tidak normal. Nilai bobot volume tanah dapat menggambarkan adanya lapisan tanah,
pengolahan tanah, kandungan bahan organik tanah, mineral, porositas, daya memegang air,
sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Sejalan dengan perubahan ruang pori dan
struktur, bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lapisan ke lapisan.

Islami (1995), menyatakan bahwa semakin padat suatu tanah makin tinggi bobot isi,
yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat
memilki bobot isi yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya
tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bobot isi yang lebih rendah dibandingkan
dengan tanah di bawahnya. Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa bobot tanah secara
keseluruhan berada pada kisaran yang tinggi.

Porositas

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) = 1 - [ bulk density


]
Particel density
×100 %

No
Sampel Porositas (%)
.
1 Ac1 2
2 Ac2 2,1
3 Ac3 0,1
4 Bc1 1,5
5 Bc2 1,1
6 Bc3 1,4
7 Cc1 1,6
8 Cc2 1,4
9 Cc3 1,3
10 Dc1 1,7
11 Dc2 1,5
12 Dc3 1,2
Hasil analisis porositas tanah pada beberapa sampel tanah yang diambil di 4 titik
lokasi berbeda, sebagai mana disajikan pada diatas. Berdasarkan hasil analisis porositas
menunjukkan kurang porosnya tanah pada enam penggunaan lahan tersebut. Porositas tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana bahan organik meningkatkan porositas
dan mempengaruhi ruang pori. Hal ini didukung oleh Sukmana (1984), bahwa dekomposisi
bahan organik mempengaruhi ruang pori yang ada diantara partikel tanah. Tanah yang
banyak mengandung bahan organik mempunyai sifat fisik yang baik, mempunyai
kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga memiliki porositas
yang tinggi (Refliaty dan Marpaung 2010).

KESIMPULAN
Secara keseluruhan, iklim mikro pada 4 titik lokasi bernilai tinggi/sedang/ideal, namun untuk
kandungan mineral nilai/kadarnya rendah.
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, R. Q., Alaydrus, I., & Ghaffar, A. (). PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK
LINGKUNGAN . Jakarta ; https://www.academia.edu/.

Arsyad, A.R., 2004. Pengaruh Olah Tanah Konservasi Dan Pola Tanam Terhadap Sifat Fisika Tanah
Ultisol Dan Hasil Jagung [The Effect Of Conservation Tillage And Cropping System On Physical
Soil Properties And Maize Yield]. Jurnal Agronomi, 8(2), pp.111-116.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kedua, Cetakan Kedua. Bogor: Institut Pertanian
Bogor Press.

Buckman, Harry O & Nyle C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Darmayanti, A.S., 2012. Beberapa sifat fisika kimia tanah yang berpengaruh terhadap model
kecepatan infiltrasi pada tegakan mahoni, jabon, dan trembesi di Kebun Raya Purwodadi.
Berkala Penelitian Hayati, 17(2), pp.185-191

Hakansson, I. and Lipiec, J., 2000. A review of the usefulness of relative bulk density values in studies
of soil structure and compaction. Soil and Tillage Research, 53(2), pp.71-85.

Hanafiah, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hanif, A., Harahap, F.S., Novita, A., Rauf, A., Oesman, R. And Hernosa, S.P., 2020, February.
Conservation Soil Processing Test on The Improvement of Soil Physics Properties. In
Proceeding International Conference Sustainable Agriculture and Natural Resources
Management (ICoSAaNRM) (Vol. 2, No. 01).

Harahap, F. S., Oesman, R., Fadhillah, W., & Nasution, A. P. (2021). Penentuan Bulk Density Ultisol
Di Lahan Praktek Terbuka Universitas Labuhanbatu. AGROVITAL: Jurnal Ilmu
Pertanian, 6(2), 56-59.

Idham, N. C. (2016). Arsitektur dan Kenyamanan Termal. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Kurnia Undang, dkk. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Kurnia Undang, dkk. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Luta, D.A., Siregar, M., Sabrina, T. and Harahap, F.S., 2020. Peran aplikasi pembenah tanah terhadap
sifat kimia tanah pada tanaman bawang merah. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 7(1),
pp.121-125

Megurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and It’s Measurments. Princeton University Press
: New Jersey
Susanti, R., Afriani, A. and Harahap, F.S., 2019. 34 Aplikasi Mikoriza dan Beberapa Varietas Kacang
Tanah Dengan Pengolahan Tanah Konservasi terhadap Perubahan sifat Biologi Tanah. Jurnal
Pertanian Tropik, 6(1), pp.34-42.

Wawointana, A.C., Pongoh, J. and Tilaar, W., 2018. PENGARUH Varietas Dan Jenis Pengolahan Tanah
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mayz, L.). JURNAL Lppm Bidang
Sains Dan Teknologi, 4(2), pp.79-83.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. UI Press : Jakarta


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai