Oleh:
2021051024016
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor abiotik merupakan salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan
yang mempengaruhi organisme. Komponen abiotik adalah komponen lingkungan
yang terdiri atas makhluk tak hidup atau segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. (Irwan,1992). Faktor abiotik
terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber daya fisik (physical resource) dan faktor
fisik (physical factors). (Megurran,1988). Sumber daya fisik adalah faktor abiotik
yang dibutuhkan oleh organisme untuk bertahan hidup sedangkan faktor fisik adalah
faktor abiotik yang membatasi derajat (kualitas hidup) organisme untuk bertahan
hidup.
Salah satu contoh sumber daya fisik adalah udara, yang mencakup oksigen,
karbon dioksida dan gas gas lain yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kondisi udara
yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat.
Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara,
intensitas cahaya dan kecepatan angin.
Intensitis cahaya adalah intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak
hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi
juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan.
Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light
Meter atau Lux Meter.
Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan
waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s). Kecepatan angin bervariasi
dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin,
dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan
menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf.
Faktor abiotik lain adalah tanah yang merupakan faktor abiotik geografi dan
geologi. Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil proses
dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri
dari partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Parameter tanah terdiri dari tekstur
tanah, suhu tanah yang dapat diukur dengan termomoter tanah. sedangkan Ph tanah,
kadar air, kadar organic dam kadar anorganik tanah dapat diukur dengan soil moisture
tester, bobot isi tanah dan porositas tanah. (Undang, dkk, 2006).
Bobot isi tanah (Bulk density) adalah perbandingan antara masa tanah dengan
volume partikel ditambah dengan ruang pori diantanya. Sedangkan porositas tanah
atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori pori dalam suatu tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu dan
liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. (Undang, dkk, 2006).
Menurut Lakitan (1994), Iklim mikro adalah iklim lokal, yang hanya
terdapatpada suatu wilayah, bersifat terbatas, namun iklim mikro mempunyai
komponen yang pentinguntuk kehidupan seluruh makhluk hidup. Hal tersebut
disebabkan iklim mikro akan langsung berpengaruh terhadap makhluk hidup.
Pengaruh langsung dari iklim mikro disebabkan oleh beberapa unsur, yang menurut
Idham(2016)diantaranya adalah suhu, kelembaban, radiasi matahari, hembusan
angin di wilayah setempat.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dan lingkungan.
Komponen-komponen lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem menjamin
kelangsungan kehidupan jika lingkungan dapat memenuhi kebutuhan minimum organisme.
(Wirakusumah, 2003)
Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan salah satu komponen lingkungan atau faktor yang
mempengaruhi organisme. Komponen abiotik merupakan komponen lingkungan hidup yang
terdiri dari benda-benda non-kreatif atau benda-benda yang tidak hidup, seperti tanah, udara,
iklim, kelembaban, cahaya, dan suara. (Irlandia, 1992)
Faktor abiotik terbagi dalam dua kategori yaitu sumber daya fisik dan faktor fisik.
(Megurran, 1988). Sumber daya fisik adalah faktor abiotik yang dibutuhkan organisme untuk
bertahan hidup, sedangkan faktor fisik adalah faktor abiotik yang membatasi kelangsungan
hidup (kualitas hidup) organisme. Salah satu contoh sumber daya fisik adalah udara, yang
mengandung oksigen, karbon dioksida, dan gas-gas lain yang dibutuhkan makhluk hidup.
Kondisi udara yang mempengaruhi tumbuhan atau berhubungan langsung dengan tumbuhan
disebut iklim mikro. Komponen iklim mikro tersebut antara lain suhu udara, kelembaban,
intensitas cahaya, dan kecepatan angin.
Pengukuran suhu udara dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran
kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram atau kilokalori, sedangkan pengukuran
kualitatif dinyatakan dalam Celcius, Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran kualitas
dilakukan dengan termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau
kontraksi benda padat atau cair akibat pemanasan atau pendinginan. Merkuri atau alkohol,
cairan berwarna untuk memudahkan pembacaan, digunakan.
Kelembaban udara menunjukkan jumlah uap air di udara atau atmosfer, biasanya
dinyatakan sebagai massa uap air per satuan volume udara. Berdasarkan perhitungan di atas,
setiap suhu tertentu pada lokasi yang sama memberikan nilai kelembaban tertentu yang
disebut kelembaban absolut. Kelembapan yang berlaku adalah kelembapan relatif udara, yang
didasarkan pada perbandingan tekanan uap air di udara pada saat pengukuran dengan tekanan
uap air jenuh pada suhu yang sama. Alat yang digunakan untuk mengetahui kelembaban
relatif udara adalah psikrometer.
Intensitas cahaya adalah kekuatan dan durasi radiasi matahari, yang tidak hanya
mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga jumlah
energi yang dibutuhkan untuk produksi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya
dapat dilakukan dengan light meter atau Luxometer.
Kecepatan angin adalah jarak yang ditempuh angin dengan atau tanpa pergerakan
dalam satuan waktu dan dinyatakan dalam meter per detik (m/s). Kecepatan angin bervariasi
menurut ketinggian di atas permukaan tanah, sehingga terdapat profil angin di mana angin
bergerak semakin cepat semakin tinggi Anda berada. Kecepatan angin diukur dengan
anemometer atau anemograf. Faktor abiotik lainnya adalah tanah, yang merupakan faktor
abiotik dalam geografi dan geologi.
Tanah merupakan suatu benda yang terbentuk akibat pelapukan yang disebabkan oleh
iklim dan organisme, pelapukan batuan sumber, dan bahan organik yang tercipta dalam
proses pembusukan yang mampu menunjang kehidupan. Komponen tanah terdiri dari
partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Parameter tanah terdiri dari struktur tanah,
suhu tanah, yang dapat diukur dengan termometer tanah.
Sedangkan pH tanah, kadar air, kandungan bahan organik dan kandungan bahan
anorganik tanah dapat diukur dengan alat pengukur kelembaban tanah, kepadatan tanah dan
porositas tanah. (Uttu dkk., 2006). Kepadatan tanah adalah perbandingan massa tanah
terhadap volume partikel dan ruang pori di antara keduanya. Sedangkan porositas tanah atau
ruang pori tanah adalah volume pori-pori tanah sempurna dalam persentase. Porositas terdiri
dari ruang antara partikel pasir, debu dan tanah liat, serta ruang antara bahan tanah. (Uttu
dkk., 2006).
Iklim Mikro
Intensitas cahaya dan suhu udara merupakan komponen iklim yang dapat diamati.
Pada skala kecil, iklim mikro sangat mudah untuk diamati karena lingkupnya yang tidak
terlalu luas. Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan
pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu lingkungan. Iklim mikro merupakan iklim di
lapisan udara terdekat permukaan bumi dengan ketinggian + 2 meter (Bunyamin, 2010).
BAB III
METODE
● Lux meter
● Hand Auger
● Oven
● Furnace
● Penggaris
● Kertas label
● Spidol
● Kawat
● Alumunium foil
● Sendok
● Timbangan digital
Bahan:
● Tanah
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai secara langsung di
lapangan pada 4 titik lokasi yang berbeda.
3.3 Analisis
Analisis data yang dilakukan dengan metode deskriptif yaitu menjelaskan suatu
keadaan yang ada dilapangan berdasarkan sifat fisika kimia tanah pada masing-masing
lokasi.
Tempat: Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 4 titik, 1 titik di halaman Gedung
Biologi, dua titik di belakang Gedung FMIPA, dan 1 titik di Hutan Fisika
Dilakukan proses
pembakaran/pengabuan sampel
Ditimbang berat setelah furnace tanah menggunakan tungku
pembakar (furnace) selama 4 jam
dengan suhu 450°C
abu
abu tanah 1,8 abu tanah 1,7 1,8
tanah
berat
B1 B2 berat (g) B3 berat (g)
(g)
berat
C1 C2 berat (g) C3 berat (g)
(g)
abu
abu tanah 1,6 abu tanah 1,0 1,5
tanah
berat
D1 D2 berat (g) D3 berat (g)
(g)
abu
abu tanah 1,9 abu tanah 1,8 1,8
tanah
Temperatur/suhu
No. Lokasi Suhu (°C)
1 Halaman Gedung Biologi 30
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 29
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 29
4 Hutan Gedung Fisika 30
Menurut Standar kenyamanan untuk suhu diambil berdasarkan KepMenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu suhu yang nyaman berkisar 180C - 300C. Dilihat pada tabel
diatas, menunjukkan bahwa suhu di setiap lokasi masih dalam batas normal dan nyaman,
salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah curah hujan saat pengambilan sampel
tanah.
Kelembaban Tanah
No
Lokasi Kelembaban Tanah
.
1 Halaman Gedung Biologi 29
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 31
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 29
4 Hutan Gedung Fisika 29
Sesuai data kelembapan tanah ideal, kelembapan tanah kering berkisar antara 0%-
40%, kelembapan ideal 40%-60%, kelembapan tanah basah 60%-100%. Tabel di atas
menunjukkan bahwa kelembaban pada 4 lokasi berada diantara ideal dan tidak idel,
kondisinya tidak seimbang.
pH tanah
No
Lokasi pH Tanah
.
1 Halaman Gedung Biologi 6,5
2 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 1 6,5
3 Halaman Belakang Gedung FMIPA Titik 2 6
4 Hutan Gedung Fisika 7
Tanah dengan pH netral berada pada angka 6,5 hingga 7,8. Tingkat keasam-basaan ini
merupakan pH ideal dengan kandungan senyawa organik, mikroorganisme, unsur hara dan
mineral-mineral dalam kondisi yang optimal. Tabel di atas menunjukkan bahwa pH berada
dalam kondisi yang oprimal.
Komposisi tanah yang baik dan ideal untuk tanaman utamanya pertanian
dipresentasikan sebanyak: Kandungan mineral memiliki porsi 45% dari keseluruhan
komponen tanah dan 5% diporsikan pada bahan organik. Pada tabel di atas, terlihat bahwa
kandungan mineral dari keseluruhan sampel tanah, kandungannya mineralnya tidak tinggi,
dan cenderung rendah.
Bulk density dan Particle density
berat kering tana
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
volume core sampler
Sampe
No. Bulk density
l
1 Ac1 0,8
2 Ac2 0,8
3 Ac3 0,9
4 Bc1 1,1
5 Bc2 1,2
6 Bc3 1,2
7 Cc1 0,9
8 Cc2 0,9
9 Cc3 1,0
10 Dc1 1,2
11 Dc2 1,2
12 Dc3 1,3
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makain padat suatu tanah makin
tinggi bulk Density, yang berarti makin sulut meneruskan air atau ditembus akar tanaman
Wawointana et al., (2020). Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar
dari tanah yang sama tetapi kurang padat sehingga pada umumnya tanah lapisan atas pada
tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
dibawahnya (Luta et al., 2020). Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3,
sedangkan tanah organic umumnya memiliki BD antara 0,1-0,9 gram/cm3 (Hakansson and
Lipiec, 2000). Bulk density (berat isi) adalah perbandingan berat tanah kering dengan satuan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3 .
Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori
tanah dengan gr/cm3 (Hanif et al., 2020). Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat
jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Bulk density ditentukan dengan
mengukur massa tanah di udara dan massa air demikian pula halnya dengan berat per satuan
volumenya. (Arsyad, A.R., 2004)
Hasil pengamatan pada tabel diatas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan sampel
tanah memiliki nilai Bulk density yang cukup. Sampel tanah yang mengandung bahan
organik yang tinggi akan memiliki nilai Bulk density yang rendah, sebaliknya tanah yang
mengandung bahan organik yang rendah memiliki nilai Bulk density yang tinggi. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) bahwa kandungan bahan organik yang cukup
mempengaruhi nilai butiran tanah karena bahan organik yang sangat ringan sehingga
mempengaruhi kepadatan tanah. . Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density
adalah tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik serta pengelolahan tanah dan praktek
budidaya. Kandungan bahan organik dikatakan berpengaruh karena pada umumnya tanah
lapisan atas mempunyai nilai Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah
yang berada di bawahnya ini terjadi karena adanya pengaruh bahan organik (Darmayanti,
A.S., 2012). Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti et al., (2019) bahwa bahan organik yang
terdapat pada tanah mempunyai pengaruh yang besar yaitu bahan organik dapat memperkecil
nilai Bulk Density karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral.
Islami (1995), menyatakan bahwa semakin padat suatu tanah makin tinggi bobot isi,
yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat
memilki bobot isi yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya
tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bobot isi yang lebih rendah dibandingkan
dengan tanah di bawahnya. Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa bobot tanah secara
keseluruhan berada pada kisaran yang tinggi.
Porositas
No
Sampel Porositas (%)
.
1 Ac1 2
2 Ac2 2,1
3 Ac3 0,1
4 Bc1 1,5
5 Bc2 1,1
6 Bc3 1,4
7 Cc1 1,6
8 Cc2 1,4
9 Cc3 1,3
10 Dc1 1,7
11 Dc2 1,5
12 Dc3 1,2
Hasil analisis porositas tanah pada beberapa sampel tanah yang diambil di 4 titik
lokasi berbeda, sebagai mana disajikan pada diatas. Berdasarkan hasil analisis porositas
menunjukkan kurang porosnya tanah pada enam penggunaan lahan tersebut. Porositas tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, dimana bahan organik meningkatkan porositas
dan mempengaruhi ruang pori. Hal ini didukung oleh Sukmana (1984), bahwa dekomposisi
bahan organik mempengaruhi ruang pori yang ada diantara partikel tanah. Tanah yang
banyak mengandung bahan organik mempunyai sifat fisik yang baik, mempunyai
kemampuan menghisap air sampai beberapa kali berat keringnya dan juga memiliki porositas
yang tinggi (Refliaty dan Marpaung 2010).
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, iklim mikro pada 4 titik lokasi bernilai tinggi/sedang/ideal, namun untuk
kandungan mineral nilai/kadarnya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
A’yun, R. Q., Alaydrus, I., & Ghaffar, A. (). PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK
LINGKUNGAN . Jakarta ; https://www.academia.edu/.
Arsyad, A.R., 2004. Pengaruh Olah Tanah Konservasi Dan Pola Tanam Terhadap Sifat Fisika Tanah
Ultisol Dan Hasil Jagung [The Effect Of Conservation Tillage And Cropping System On Physical
Soil Properties And Maize Yield]. Jurnal Agronomi, 8(2), pp.111-116.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kedua, Cetakan Kedua. Bogor: Institut Pertanian
Bogor Press.
Buckman, Harry O & Nyle C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Darmayanti, A.S., 2012. Beberapa sifat fisika kimia tanah yang berpengaruh terhadap model
kecepatan infiltrasi pada tegakan mahoni, jabon, dan trembesi di Kebun Raya Purwodadi.
Berkala Penelitian Hayati, 17(2), pp.185-191
Hakansson, I. and Lipiec, J., 2000. A review of the usefulness of relative bulk density values in studies
of soil structure and compaction. Soil and Tillage Research, 53(2), pp.71-85.
Hanafiah, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanif, A., Harahap, F.S., Novita, A., Rauf, A., Oesman, R. And Hernosa, S.P., 2020, February.
Conservation Soil Processing Test on The Improvement of Soil Physics Properties. In
Proceeding International Conference Sustainable Agriculture and Natural Resources
Management (ICoSAaNRM) (Vol. 2, No. 01).
Harahap, F. S., Oesman, R., Fadhillah, W., & Nasution, A. P. (2021). Penentuan Bulk Density Ultisol
Di Lahan Praktek Terbuka Universitas Labuhanbatu. AGROVITAL: Jurnal Ilmu
Pertanian, 6(2), 56-59.
Kurnia Undang, dkk. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Kurnia Undang, dkk. (2006). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Luta, D.A., Siregar, M., Sabrina, T. and Harahap, F.S., 2020. Peran aplikasi pembenah tanah terhadap
sifat kimia tanah pada tanaman bawang merah. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 7(1),
pp.121-125
Megurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and It’s Measurments. Princeton University Press
: New Jersey
Susanti, R., Afriani, A. and Harahap, F.S., 2019. 34 Aplikasi Mikoriza dan Beberapa Varietas Kacang
Tanah Dengan Pengolahan Tanah Konservasi terhadap Perubahan sifat Biologi Tanah. Jurnal
Pertanian Tropik, 6(1), pp.34-42.
Wawointana, A.C., Pongoh, J. and Tilaar, W., 2018. PENGARUH Varietas Dan Jenis Pengolahan Tanah
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mayz, L.). JURNAL Lppm Bidang
Sains Dan Teknologi, 4(2), pp.79-83.