Ekologi Dan Biogeografi Macan Tutul Jawa
Ekologi Dan Biogeografi Macan Tutul Jawa
Latar Belakang
• Macan Tutul Jawa merupakan satwa predator endemik yang klasifikasi Panthera pardus melas
ditemukan di sepanjang hutan di Pulau Jawa, mulai dari (Gunawan, 1988)
Taman Nasional Ujung Kulon hingga Taman Nasional Alas Kingdom : Animalia
Purwo, juga di pulau Kangean, dan Pulau Nusakambangan Phylum : Chordata
• Macan Tutul Jawa juga menempati habitat di luar kawasan
Sub-phylum : Vertebrata
konservasi seperti di hutan produksi yang berkisar dari hutan
dataran rendah hingga hutan pegunungan pada ketinggian di Class : Mamalia
atas 2.500 mdpl. Satwa ini ditetapkan sebagai salah satu Ordo : Karnivora
satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah no 7 Family : Felidae
tahun 1999.
Genus : Panthera
• Macan Tutul Jawa ini juga masuk ke dalam 25 jenis satwa
prioritas terancam punah yang dilindungi untuk ditingkatkan Species : Panthera pardus Linnaeus, 1758
populasinya. Sub-species : Panthera pardus melas
Cuvier, 1809
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi
Habitat Makanan
Reproduksi
• Macan tutul betina akan mencapai kematangan seksual pada umur rata-rata 33
bulan (30 – 36 bulan). Seekor betina pertama melahirkan pada umur 2,5 tahun
sampai 3 tahun. Masa kehamilan rata-rata 96 hari (90 – 112 hari).
• Induk yang bunting mencari gua, celah batu besar, lubang pohon atau semak
belukar untuk melahirkan dan membuat sarang (Nowak, 1997, Guggisberg,
1975).
• Macan tutul umumnya melahirkan dua anak per kelahiran, tetapi kadang-kadang
3 atau 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi
• Macan tutul betina akan mencapai kematangan seksual pada umur rata-rata 33
bulan (30 – 36 bulan). Seekor betina pertama melahirkan pada umur 2,5 tahun
sampai 3 tahun. Masa kehamilan rata-rata 96 hari (90 – 112 hari).
• Induk yang bunting mencari gua, celah batu besar, lubang pohon atau semak
belukar untuk melahirkan dan membuat sarang (Nowak, 1997, Guggisberg,
1975).
• Macan tutul umumnya melahirkan dua anak per kelahiran, tetapi kadang-kadang
3 atau 4
BAB III. PEMBAHASAN
• Macan tutul jawa merupakan spesies yang sangat mudah beradaptasi (Cat
Specialist Group, 2002), bahkan sangat tangguh menghadapi perkembangan
pemukiman manusia. Dengan meningkatnya kepadatan populasi manusia di
sekitar hampir seluruh habitatnya, macan tutul masih ditemukan di seluruh
kawasan di Jawa meskipun pulau ini termasuk pulau terpadat penduduknya di
dunia.
• Habitat asli mereka mencakup berbagai tipe lingkungan, meskipun sebagian
besar populasinya berada di hutan-hutan tropis dan subtropis. beberapa tipe
habitat yang biasanya dihuni seperti ; hutan hujan tropis, hutan pegunungan,
hutan bambu, lereng gunung, dan kawasan taman nasional dan konservasi.
SubSpesies Famili
BAB III. PEMBAHASAN
• Macan tutul Jawa adalah subspesies langka dan endemik yang hanya ditemukan
di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Mereka memiliki penyebaran geografis
yang sangat terbatas.
• Populasi macan tutul Jawa terancam punah, dan mereka masuk dalam kategori
"Kritis" dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of
Nature). Perlindungan dan pelestarian habitat alami mereka, serta upaya untuk
mengurangi konflik dengan manusia, sangat penting untuk kelangsungan hidup
mereka.
Daftar Pustaka
Ario, A., Mercusiana, S., Rustiadi, A., Gumilang, R., Wirawan, I. G. G. D. P., & Slamet, T. A. (2022). The Javan Leopard
Panthera pardus melas (Cuvier, 1809)(Mammalia: Carnivora: Felidae) in West Java, Indonesia: estimating
population density and occupancy. Journal of Threatened Taxa, 14(7), 21331-21346.
As’ ary, M., Setiawan, Y., & Rinaldi, D. (2023). Analysis of Changes in Habitat Suitability of the Javan Leopard (Panthera
pardus melas, Cuvier 1809) on Java Island, 2000–2020. Diversity, 15(4), 529.
Kementrian Lingkungan dan Kehutanan, K. L. H. (2016). Strategi dan Rencana aksi Konservasi Macan
Tutul Jawa (Panthera pardus melas) 2016-2026. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Gippoliti, S., & Meijaard, E. (2007). Taxonomic uniqueness of the Javan Leopard; an opportunity for zoos to save
it. Contributions to Zoology, 76(1), 55-57.
SEKIAN DAN TERIMAS KASIH
WHOA