Anda di halaman 1dari 51

Modul 1

Teori Evolusi
Prof. Dr. Djoko T. Iskandar

P E N DA H UL U AN

M odul ini berisi pembahasan mengenai landasan filsafat keilmuan


evolusi dari dahulu hingga sekarang sesuai dengan perkembangan ilmu
dan budaya, waktu geologi dan cara menentukan waktu, serta sejarah
terbentuknya daratan, masa Pangea, masa Laurasia dan Gondwana, serta
proses terbentuknya kepulauan di Indonesia, yang didalamnya mencangkup
pembahasan tentang sejarah kehidupan di muka bumi serta persebaran flora
dan fauna yang erat kaitannya dengan biogeografi. Diperkirakan Anda
membutuhkan tiga sampai empat minggu untuk memahaminya. Dengan
pandangan mutakhir mengenai fakta evolusi, Anda akan mempelajari proses-
proses yang terjadi pada masa lalu atau proses-proses yang mungkin terjadi
pada masa lalu, bagaimanakah metodologinya, dan apa latar belakang
pemikirannya. Penggunaan informasi dan teknologi mutakhir dapat digunakan
untuk menerangkan apa yang terjadi pada masa lalu. Modul ini terdiri atas tiga
kegiatan belajar berikut.
Kegiatan Belajar 1 : membahas pandangan-pandangan para ilmuwan tentang
teori evolusi, prinsip menerangkan evolusi, dan konsep-
konsep penting dalam ilmu evolusi.
Kegiatan Belajar 2 : membahas waktu geologi, metode penentuannya, dan
pemisahan waktu geologi.
Kegiatan Belajar 3 : membahas sejarah terbentuknya daratan, sejarah masa
daratan masa Pangea, masa Laurasia, dan Gondwana
serta proses terbentuknya kepulauan Indonesia, yang
sekaligus mencakup sejarah penyebaran tumbuh-
tumbuhan dan binatang.

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menerangkan apa


yang dimaksudkan dengan teori evolusi sejak abad ke-18 hingga sekarang dan
konsep-konsepnya. Anda harus dapat menerangkan prinsip-prinsip yang
berbeda-beda sesuai dengan masa teori tersebut dikembangkan. Secara khusus,
Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1.2 Evolusi

1. maksud berbagai teori evolusi,


2. prinsip dasar dalam menerangkan evolusi,
3. berbagai konsep penting dalam ilmu evolusi,
4. berbagai metode penentuan waktu geologi,
5. pemisahan waktu geologi,
6. sejarah terbentuknya daratan,
7. sejarah masa daratan,
8. pembentukan wilayah Indonesia,
9. sejarah penyebaran tumbuh-tumbuhan dan binatang.
BIOL4317/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Landasan Filsafat Evolusi

K egiatan Belajar 1 membahas pandangan para ilmuwan mengenai


kehidupan ini sendiri. Hal ini ditujukan untuk meluruskan
kesalahpengertian mengenai proses evolusi. Pengertian mengenai evolusi terus
berubah sesuai dengan perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan maupun
dari segi konsep-konsepnya. Dalam kegiatan belajar ini diterangkan prinsip-
prinsip yang berbeda-beda sesuai dengan masa teori tersebut, dijelaskan
mengapa belajar evolusi ini tidak dapat dikaitkan dengan agama. Dengan
pengertian evolusi yang terkini, akan dipelajari proses-proses yang terjadi pada
masa lalu atau proses yang mungkin terjadi pada masa lalu serta metodologi
dan latar belakang pemikiran dan analisisnya (Gambar 1.1).

Sumber: Campbell (1999), dengan modifikasi.

Gambar 1.1
Darwin dan Kronologi Teori Evolusi

Dalam gambar tersebut, tercakup empat perubahan filosofis mengenai


pemahaman proses evolusi sebagai berikut:
1. teori statis,
2. teori dinamis,
3. teori pasif,
4. fakta biologis.
1.4 Evolusi

Keempat pembagian tersebut dipengaruhi oleh ilmu lain yang


berkembang, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh budaya manusia pada waktu
teori tersebut diajukan (lihat Gambar 1.1 bagian bawah). Pemahaman
mengenai masing-masing teori masih tetap mempunyai penganut hingga
sekarang. Ada yang memahami atau menganut salah satu dan ada pula yang
mencampuradukan pengertian dari teori-teori tersebut sehingga polemik masih
terus berkembang. Gambar 1.1 di atas menerangkan perubahan cara berpikir
dalam filsafat keilmuan mulai dari (1) teori statis pada masa fiksisme (a.l.
Linnaeus), (2) teori dinamis pada masa transformisme (a.l. Lamarck), (3)
teori pasif pada masa teori seleksi alam (Darwin dan Wallace), dan hingga
penerimaan masyarakat ilmiah secara umum sebagai (4) fakta biologis yang
sangat dipengaruhi mulai dari masa teori genetika (Mendel) yang digambarkan
di atas garis berarsir. Di bawah garis berarsir, digambarkan orang-orang yang
berpengaruh pada pemikiran Darwin yang diakhiri oleh Mendel. Meskipun
Mendel tidak mempengaruhi Darwin, tetapi penemuan Mendel sangat
berpengaruh pada perkembangan ilmu evolusi sekarang.

A. PERUBAHAN FALSAFAH MENGENAI EVOLUSI

Ilmu evolusi pun mengalami revolusi yang serupa seperti waktu orang
mengemukakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, banyak
mendapat tentangan, bahkan hingga dipenjara (Galileo Galilei, 1564—1642).
Hal ini dapat dipahami, mengingat orang tidak begitu mengerti mengenai apa
yang sebenarnya menjadi landasan dari pernyataan yang dibuat para ahli
tersebut. Pada masa tersebut, tidak ada pemisahan antara ilmu pengetahuan,
filsafat, seni, dan agama. Banyak hal yang belum dapat diterangkan. Banyak
pula hal-hal yang dicampuradukkan. Ilmu pengetahuan pun berkembang
sejalan dengan waktu dan tempat. Dalam hal ini, Darwin lebih beruntung,
mengingat ilmu pengetahuan sudah mempunyai rambu-rambu yang disepakati
bersama bahwa suatu pernyataan ilmiah harus ditunjang dengan bukti-bukti
ilmiah pula. Hanya dikalangan awam, polemik mengenai apa yang dapat
digunakan dalam kancah ilmiah masih banyak menggunakan parameter yang
berbeda hingga sekarang.
BIOL4317/MODUL 1 1.5

1. Teori Statis (Masa Fiksisme)


Tokoh-tokohnya adalah Aristoteles, Plato, Antonie van Leeuwenhoek,
Georges Cuvier, Carolus Linnaeus, Georges-Louis de Buffon, dan Robert
Hooke.
Para ahli hingga abad ke-18 beranggapan bahwa suatu organisme
sesamanya adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (fix = tetap, maksudnya tidak
berubah). Pada masa itu, tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan
kekerabatan antara satu organisme dan organisme yang lain. Semua kegiatan
biologis dianggap sesuai dengan semua ajaran yang sudah diturunkan dalam
kitab-kitab melalui para nabi. Adanya kelainan atau cacat tubuh dianggap
sebagai kutukan sehingga individu tersebut dikucilkan masyarakat. Kemiripan
atau kesamaan antara dua jenis organisme dianggap sebagai suatu kebetulan.
Teori fiksisme dianggap sebagai satu-satunya teori yang tidak dapat diganggu
gugat oleh siapa pun. Matahari dipercaya berotasi mengelilingi bumi sehingga
orang yang berpendapat dan yang menyatakan bahwa bumi mengelilingi
matahari langsung masuk penjara karena dianggap menghujat Tuhan. Pada
waktu itu, Linnaeus (Carl von Linné) mengemukakan pengelompokan
organisme hidup dalam bukunya Sistema Naturae yang didasarkan atas
kesamaan alat reproduksi pada tanaman, sedangkan pada hewan
dikelompokkan berdasarkan kesamaan alat gerak dan selanjutnya ditambah
dengan keberadaan kelenjar susu. Linnaeus sudah mengelompokkan manusia
bersama-sama dengan kera (kera = primata tidak berekor; monyet = primata
berekor), dan tidak menimbulkan kontroversi atau pertentangan dari kaum
agamis pada masa itu.

2. Teori Dinamis (Masa Adaptasi dan Transformasi)


Tokoh-tokohnya adalah James Hutton, Thomas Malthus, Jean-Baptiste de
Lamarck, dan Charles Lyell.
Pada masa ini, manusia mulai berani mengemukakan bahwa mereka tidak
betul-betul sama antara satu dan yang lainnya. Hal yang sama dapat pula
diamati pada tumbuh-tumbuhan bahwa tidak ada satu pohon pun yang
mempunyai cabang yang tepat sama. Oleh karena itu, timbullah masalah
mengenai dari mana datangnya perbedaan-perbedaan antarindividu. Ada
golongan masyarakat yang membagi manusia atas keturunan dewa dan banyak
bangsa membagi atas golongan bangsawan tanpa landasan ilmiah yang jelas.
Lamarck mencoba menjelaskan secara ilmiah bahwa perbedaan-perbedaan
antarindividu tersebut disebabkan oleh kebiasaan individu tersebut. Pohon
1.6 Evolusi

yang tertiup angin dari barat mempunyai cabang pendek di sebelah barat dan
lebih panjang di sebelah timur. Manusia yang sering berolahraga akan
mempunyai tubuh besar. Namun, Lamarck kemudian memperkirakan bahwa
orang bertubuh besar akan mempunyai anak bertubuh besar. Dari satu segi
memang demikian, tetapi kemungkinan lain pun sama besarnya. Menurut
Lamarck, hal yang diperoleh dari latihan dapat diturunkan kepada anaknya.

3. Teori Pasif (Masa Seleksi Alam)


Tokoh-tokohnya adalah Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace.
Pada masa ini, Darwin dan Wallace bekerja secara terpisah. Darwin yang
sebelumnya sekolah untuk menjadi imam dan kemudian sekolah kedokteran
merasa bahwa apa yang diberikan di bangku universitas tidak memadai. Ia
banyak membaca dan pemikirannya dipengaruhi oleh tulisan Malthus
mengenai Essay on the Principle of Population. Ia pun pernah bekerja dengan
Charles Lyell dan mempelajari fosil. Dengan pengetahuan ini, ia berlayar
keliling dunia dengan kapal The Beagle selama beberapa tahun. Dari
pengalaman studinya dan perjalanan dengan kapal H.M.S. The Beagle, ia
memikirkan asal usul burung di Kepulauan Galapagos. Hasil pemikirannya
kemudian didiskusikan dengan sejumlah ahli di Inggris. Di belahan bumi lain,
Wallace berlayar ke daerah jajahan Inggris di Malaysia, kemudian bekerja di
Borneo dan terus bekerja di Sulawesi dan Maluku. Di sana ia melihat betapa
berbedanya kandungan fauna di Indonesia barat dan Indonesia timur. Di
kepulauan Aru, ia menderita sakit malaria yang pada waktu itu tidak ada
obatnya. Ketika pada suatu hari ia kemudian sembuh, sedangkan pekerjanya
banyak yang meninggal, timbullah pemikiran mengenai kesembuhan itu. Dari
penyakitnya itu, timbullah ide mengenai hukum alam: siapa yang kuat, dialah
yang menang atau survival of the fittest. Pemikiran ini dituangkan dalam suatu
karya ilmiah. Ternyata teori Wallace ini serupa dengan teori pemikiran Darwin
sehingga Wallace diminta oleh Royal Society of London untuk menunggu agar
Darwin pun membuat karya ilmiah mengenai teorinya dan kemudian kedua
karya ilmiah tersebut dibacakan. Menurut teori evolusi tersebut, suatu
organisme beraneka ragam dan alam yang akan melakukan seleksi. Individu
yang sesuai akan dapat bertahan, sedangkan yang tidak kuat akan mati. Hanya
Darwin mungkin belum merasa puas karena ia belum dapat menerangkan dari
mana datangnya keanekaragaman.
BIOL4317/MODUL 1 1.7

4. Fakta Biologis
a. Masa teori genetika
Tokohnya adalah Gregor Mendel, Hugo de Vries, D. Tschernov, William
Bateson, dan August Friedrich Leopold Weismann.
Dalam kehidupan membiara, seorang biarawan sering kali menanam
kebutuhan sehari-hari seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Kalau mereka
mempunyai waktu luang, waktu tersebut digunakan untuk mengerjakan
sesuatu yang berguna dengan seizin kepala biara. Pada tahun 1865, Mendel,
seorang biarawan Katolik, mengemukakan hasil pengamatan penelitiannya
selama menanam sayuran dalam rangka mencari suatu bibit unggul. Mendel
mengemukakan bahwa sifat-sifat tertentu ternyata diturunkan dengan
ketelitian yang cukup akurat. Oleh karena itu, ia mengemukakan dua macam
hukum penurunan yang kemudian dikenal sebagai hukum Mendel. Sayang
sekali, hasil penelitian ini masih terlalu maju untuk zamannya sehingga tidak
ada seorang pun yang mengerti dan kemudian tersimpan begitu saja di
perpustakaan. Sekitar 30 tahun kemudian, beberapa peneliti (de Vries dan
Tschernov) menemukan kembali hukum Mendel tersebut secara independen.
Ketika mereka secara terpisah memeriksa kepustakaan untuk meneguhkan
penemuan mereka sebagai penemu pertama, ternyata hasil penelitian tersebut
sudah pernah dipublikasikan 30 tahun sebelumnya. Hukum Mendel yang
ditemukan kembali kemudian merangsang para peneliti untuk mendalami
bidang ilmu yang baru ini dan disebut ilmu genetika. Tahun-tahun berikutnya,
ilmu genetika berkembang dengan pesat, bahkan lebih pesat dari ilmu evolusi
itu sendiri. Namun, keberadaan ilmu ini baru berjalan sejajar dengan ilmu
evolusi sebagai dua disiplin ilmu yang terpisah dan tanpa ada sangkut pautnya.
Apabila Darwin berkesempatan membaca tulisan Mendel, mungkin ia merasa
sebagai orang yang paling berbahagia di muka bumi karena hukum Mendel-
lah yang dapat menerangkan banyak hal yang tidak dapat diterangkan oleh
teori evolusi waktu itu.

b. Masa teori sintetis


Tokohnya adalah Ernst Mayr, Philip Jackson Darlington, Theodosius
Dobzhansky, Lewis Henry Morgan, Julian Huxley, dan George Gaylord
Simpson.
Morgan yang bekerja dengan lalat buah Drosophila melanogaster selama
lebih dari 30 tahun merupakan orang yang sangat berjasa dalam ilmu genetika
karena berhasil menemukan banyak sekali fenomena baru mengenai kerja gen.
1.8 Evolusi

Di lain pihak, Mayr dan Darlington yang mempelajari taksonomi dan


zoogeografi burung juga banyak menemukan fenomena evolusi yang baru.
Dalam masyarakat ilmiah, yang lebih komunikatif dibandingkan masa
sebelumnya, orang mulai melihat kaitan antara masing-masing ilmu. Ternyata,
bukan ilmu genetika dan evolusi saja yang dapat saling menunjang, melainkan
semua cabang ilmu biologi dapat dipakai untuk menerangkan fenomena
evolusi. Pendapat ini mendapat dukungan dari sebagian besar ahli biologi
terkemuka di dunia, misalnya Dobzhansky dan Huxley yang telah berjasa
dalam merangkum begitu banyak fenomena evolusi dari berbagai macam
disiplin biologi. Hal ini menyebabkan teori evolusi masuk dalam masa baru
yang kemudian dikenal dengan teori sintetis evolusi.

c. Masa evolusi modern


Tokohnya adalah Ronald Aylmer Fischer, Sewall Wright, John Burdon
Sanderson Haldane, Masatoshi Nei, Motoo Kimura, dan Tomoko Ota.
Setelah ditemukannya struktur DNA dan majunya perkembangan
komputer ataupun ilmu yang lain, teori evolusi pun mengalami kemajuan yang
pesat. Dengan analisis DNA, segala kemungkinan yang dahulu mustahil kini
dapat dilakukan. Dengan demikian, kemajuan dalam bidang evolusi pun
dijabarkan secara matematis dan komputer memegang peran penting dalam
menunjang kemajuan teori evolusi. Kini data raksasa pun dapat diatasi dengan
komputer dan hanya akan memakan waktu beberapa menit saja untuk
memperoleh jawaban.
Dalam era evolusi modern, terdapat dua kelompok pemikiran, yaitu
kelompok netralis dan kelompok seleksionis.

1) Pemikiran kelompok netralis


Apa pun bentuk suatu populasi, seleksi alam akan menyebabkan hilangnya
suatu alel, sedangkan mutasi akan menambahkan suatu alel pula. Karena
proses ini berlangsung sejak adanya kehidupan di muka bumi, lazim untuk
mengkaji berapa banyak individu yang harus mati untuk menghapuskan
suatu alel yang hanya dengan proses seleksi. Untuk menghilangkan suatu
alel resesif dari suatu populasi, menurut perhitungan Haldane, diperlukan
sekitar 300 generasi. Walaupun demikian, tidak semua mutasi
menyebabkan perubahan atau hilangnya suatu alel. Kimura menyatakan
bahwa perubahan alel dalam suatu populasi dapat lebih cepat lagi karena
kecepatan mutasi suatu gen dapat mencapai 107 tahun atau dengan kata
BIOL4317/MODUL 1 1.9

lain ada satu alel yang hilang atau timbul setiap 107 tahun. Mengingat
bahwa jumlah asam amino yang di kode oleh DNA lebih dari 107, paling
sedikit ada satu mutasi asam amino per tahun dalam setiap spesies.
Apabila hal tersebut benar, setiap spesies harus berkembang biak sangat
cepat dan menghasilkan sebanyak-banyaknya anak agar tidak ada alel
yang hilang. Karena hilangnya suatu keanekaragaman dapat
menyebabkan punahnya suatu spesies. Hal ini tidak mungkin terjadi. Oleh
karena itu, para ahli matematika yang dipelopori oleh Kimura menyatakan
bahwa suatu mutasi asam amino kebanyakan bersifat netral atau tidak
terkena seleksi. Apabila seleksi pada suatu mutasi tidak ada,
keanekaragaman menjadi tinggi sehingga risiko suatu spesies tidak akan
dengan mudah punah karena proses hilangnya suatu alel hanya bergantung
kepada arus genetik dan kecepatan mutasi. Argumentasi pemikiran
netralis didukung dari hasil analisis sejumlah spesies di dunia ternyata
sebagian besar gen yang diteliti memiliki puluhan alel. Contoh dari suatu
gen yang netral adalah kemampuan menggulung lidah. Kemampuan
tersebut dimiliki sekitar 50% dari populasi manusia, sedangkan 50%
lainnya tidak mampu menggulung lidah. Memang kemampuan
menggulung lidah tidak pernah menjadi parameter dalam menentukan
pasangan. Secara ringkas, aliran netralis berpandangan bahwa alel-alel
dalam suatu populasi bersifat netral.

2) Pemikiran kelompok seleksionis


Menurut pandangan kaum seleksionis, seleksi merupakan suatu
mekanisme yang harus terjadi. Tidak ada alel yang memiliki kemampuan
yang sama. Meskipun beberapa alel kelihatannya tidak terpengaruh oleh
suatu keadaan, tidak berarti pada keadaan yang lain semua alel tetap tidak
terkena seleksi. Memang kebanyakan alel kelihatannya netral. Hal ini
disebabkan oleh ekspresi suatu gen tidak ditentukan oleh satu gen saja,
tetapi oleh sejumlah gen sekaligus. Selain itu, sejumlah gen bekerja sama
sehingga pengaruh lemahnya suatu gen diimbangi oleh gen lain yang
mempunyai pengaruh menguntungkan. Keadaan heterozigot
menimbulkan efek heterosis, jadi kenyataannya terlihat lebih baik. Akan
tetapi, dalam keadaan homozigot, biasanya keadaannya akan lebih lemah.
Hal lain yang menguatkan adalah pengaruh tekanan seleksi biasanya
bekerja secara antagonis. Misalnya, sel darah merah berbentuk bulan sabit
adalah suatu gen yang bersifat letal, jadi seharusnya hilang karena seleksi
1.10 Evolusi

alam. Walaupun demikian, ada pengaruh lain yang menyebabkan gen


tersebut membawa keuntungan. Sebagai contoh, penyakit malaria yang
disebabkan oleh plasmodium. Penyakit malaria akan menyerang orang
yang mempunyai darah normal. Akan tetapi, orang yang heterozigot
karena memiliki sel darah sabit resisten terhadap penyakit malaria.
Suatu argumentasi lain menunjukkan bahwa pada suatu spesies, sering
sekali dijumpai gen yang mempunyai beberapa alel. Akan tetapi, mengapa
ada salah satu alel yang sangat dominan dalam frekuensinya, sedangkan
frekuensi alel lainnya rendah sekali. Apabila suatu gen netral terhadap
seleksi, frekuensi alel suatu gen harus lebih kurang setimbang atau dapat
juga menonjol di suatu tempat, tetapi rendah di tempat yang lain.
Polimorfisme suatu gen sangat ditentukan oleh penting tidaknya suatu
gen. Gen yang esensial umumnya mempunyai sedikit alel, sedangkan gen
yang tidak begitu diperlukan (misalnya penghasil metabolit sekunder)
mempunyai lebih banyak alel. Apabila suatu alel netral, tingkat
polimorfisme pada kedua macam kelompok gen tersebut di atas harus
sama. Sehingga dapat dikatakan, kelompok seleksionis berpandangan
bahwa alel-alel dalam suatu populasi selalu berada dibawah tekanan
seleksi .

B. PRINSIP DASAR YANG DIANUT DALAM MENERANGKAN


EVOLUSI

Evolusi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan yang


berangsur-angsur menuju pada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi,
pada dasarnya, evolusi tidak akan pernah membuktikan bagaimana kera
menjadi manusia, atau membuktikan bahwa suatu organisme mempunyai
nenek moyang organisme lain. Sampai sekarang, belum ditemukan suatu
makhluk pun di muka bumi ini yang mempunyai asal-usul nenek moyang yang
berbeda, misalnya mempunyai struktur DNA atau RNA berbeda atau yang
mempunyai sistem tubuhnya berbeda (misalnya bernapas melalui kulit, mata
di samping, atau telinga di bahu). Teori evolusi yang hanya didasarkan atas
data fosil tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap mengenai apa yang
terjadi pada masa yang telah silam. Oleh karena itu, dalam mempelajari evolusi
suatu organisme, biasanya para ahli menggunakan pembuktian, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, yang diamati adalah
perubahan struktur dari organisme yang saling berkerabat satu dengan yang
BIOL4317/MODUL 1 1.11

lain dan mengaitkan perubahan-perubahan ciri-ciri yang masih dapat


ditelusuri. Dengan mempelajari proses perubahan sejumlah ciri tertentu, dapat
ditarik suatu kesimpulan mengenai proses evolusi dari suatu kelompok secara
utuh. Perubahan-perubahan suatu ciri dapat ditelusuri dari sekelompok
organisme secara holistik sehingga kita mengetahui dengan pasti bahwa ciri
tertentu berevolusi dari suatu bentuk yang primitif pada suatu bentuk yang
maju. Suatu organisme yang sudah punah dapat mempunyai ciri yang relatif
maju, sedangkan suatu organisme yang masih hidup sampai sekarang dapat
mempunyai sejumlah ciri yang primitif.

C. KONSEP-KONSEP PENTING DALAM ILMU EVOLUSI

Beberapa konsep penting di dalam ilmu evolusi yang harus Anda pahami
adalah sebagai berikut.
1. Perubahan evolusi adalah perubahan komposisi genetik suatu populasi
pada satuan waktu tertentu.
2. Alam mengarahkan evolusi dari populasi suatu organisme.
3. Seleksi alam adalah satu-satunya kekuatan yang mengarah pada adaptasi
suatu organisme.
4. Seleksi alam hanya akan mengubah komposisi genetik suatu populasi
apabila kondisi lingkungan cocok dengan alel yang tersedia.
5. Ada sejumlah mekanisme dari seleksi alam.
6. Proses seleksi alam yang sangat spesifik akan mengarah pada
terbentuknya jenis baru.
7. Bumi berumur sangat tua. Kehidupan berusia sedikit lebih muda daripada
bumi dan kehidupan di muka bumi berubah dari waktu ke waktu. Banyak
kelompok organisme muncul. Kebanyakan organisme yang hidup pada
masa lalu kini sudah punah.
8. Semua organisme yang hidup sekarang mempunyai sejarah dan hubungan
dengan organisme yang hidup pada masa lalu. Biosistematika adalah ilmu
yang mempelajari hubungan kekerabatan dan evolusi dari jenis-jenis yang
berkerabat. Hubungan filogenetik dapat digunakan untuk melihat bukti-
bukti evolusi. Hubungan tersebut dapat dipelajari dengan meneliti
keserupaan dari fosil, morfologi, ataupun struktur biokimiawi suatu
kelompok organisme.
1.12 Evolusi

L AT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Mengapa evolusi tidak boleh dikaitkan dengan agama?


2) Di manakah letak perbedaan prinsip dari teori evolusi sesuai dengan setiap
masa?
3) Apakah teori Darwin masih berlaku hingga sekarang?
4) Aspek apakah yang paling penting dalam proses evolusi dan mengapa?
5) Apakah proses evolusi mempunyai tujuan akhir?
6) Mengapa ada perubahan yang sangat mendasar mengenai pemahaman
evolusi?

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebelum kita menjawab pertanyaan, ada beberapa hal yang harus dihayati.
Skema di bawah ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar
pada ilmu pengetahuan yang dikembangkan dan agama. Pertama, agama
bukan ilmu pengetahuan dan mempunyai landasan utama, antara lain percaya
dan cinta. Kedua tolok ukur tersebut tidak digunakan dalam ilmu pengetahuan.
Karena ilmu pengetahuan mencari kebenaran dan boleh salah, tetapi harus
didukung oleh bukti atau dapat dibuktikan atau diulang orang lain. Ilmu yang
paling mendasar seperti filsafat dan seni mempunyai tolok ukur yang dapat
bersifat relatif. Sebaliknya, matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, dan
astronomi adalah ilmu yang mempunyai bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
tidak harus bergantung pada ilmu dasar yang lain, umumnya dikenal sebagai
ilmu dasar. Evolusi adalah bahasa biologi (seperti halnya fenomena hidup,
lahir, tumbuh, berkembang biak, sakit dan sembuh, berdiferensiasi, menjadi
tua dan mati, terakhir berevolusi) yang tidak ada padanannya dalam ilmu yang
lain.
BIOL4317/MODUL 1 1.13

KEILMUAN
Aplikasi
Ilmu Teknik
Ilmu Sosial
Kimia, Fisika Sains Dasar Biologi,Geologi, Astronomi
Matematika
Psikologi
Filsafat & Seni
BUKAN
ILMU

A G A M A
1) Teori evolusi tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari kera.
Teori evolusi menyatakan bahwa manusia dan kera berkerabat paling
dekat, bukan suatu implikasi bahwa manusia berasal dari kera. Teori
evolusi menerangkan bahwa evolusi adalah perubahan bertahap suatu
organisme sejalan dengan waktu. Perubahan apa yang terjadi. Semua
perubahan disebabkan oleh perubahan frekuensi alel yang ekspresinya
mungkin terlihat dalam fenotipe, tetapi tidak harus selalu demikian.
Pendapat bahwa semua makhluk adalah ciptaan Tuhan itu tidak salah,
hanya masyarakat sering tidak sadar bahwa proses pun adalah ciptaan
Tuhan. Yang menjadi masalah mendasar adalah ilmu pengetahuan
mempunyai batasan yang tidak sama dengan agama seperti yang
ditunjukkan di atas.

2) Manusia berpendapat bahwa semua makhluk (ataupun benda mati) adalah


ciptaan Tuhan. Manusia pada masa lalu melihat suatu variasi sebagai
kutukan dan bukan sebagai kebesaran Tuhan. Karena variasi ternyata
adalah suatu fenomena yang tidak selalu umum, manusia mulai berusaha
menerangkan dari mana variasi tersebut berasal. Lamarck menerangkan
bahwa variasi timbul akibat dari latihan. Wallace dan Darwin
menunjukkan bahwa variasi itu ada, tetapi kemampuan variasi gen tidak
sama. Alam yang melakukan seleksi. Ada banyak cara alam melakukan
seleksi. Darwin belum dapat menerangkan darimana datangnya variasi.

3) Ya.
4) Keanekaragaman. Tanpa keanekaragaman, evolusi tidak mungkin terjadi.
1.14 Evolusi

5) Tidak. Meskipun ada kecenderungan tertentu, yang menentukan arah


evolusi adalah lingkungan dan lingkungan berubah dari waktu ke waktu.
6) Kalau kita melihat kebudayaan manusia, akan jelas terlihat bahwa budaya
berkembang begitu pesat setelah mesin menggantikan kerja manusia.
Dengan demikian, manusia mempunyai waktu untuk berpikir. Kalau dulu
seorang ilmuwan juga merangkap menjadi seniman, filsuf, tokoh, dan
lain-lain (misalnya Michael Angelo atau Jules Verne); kemudian manusia
menciutkan ranah yang dikuasainya. Kalau dahulu manusia mempunyai
pengetahuan yang sangat lebar, pada masa sekarang ilmuwan mempunyai
pengetahuan yang sangat mendalam.

R A NG KU M AN

Evolusi memaparkan bagaimana manusia berubah dalam cara melihat


sesuatu fenomena. Ada perubahan yang sangat mendasar akibat dari sifat
manusia yang demikian berubah, dari menerima kenyataan tanpa bertanya
menjadi seorang pemikir. Ini sebenarnya adalah proses evolusi manusia
yang sangat drastis di dunia. Manusia dengan tingkat inteligensia sedikit
di atas kera kini menjadi demikian pandai. Tekanan seleksi alam yang
sebelumnya ditujukan pada kekuatan fisik sudah berubah sama sekali
menjadi kekuatan daya pikir atau kecerdasan. Kalau dahulu orang tua
menginginkan anaknya yang kuat dan sehat, kini kecerdasanlah yang
diharapkan.
1. Organisme hidup mempunyai kemampuan adaptasi dalam
lingkungan hidupnya.
2. Banyak orang sebelum Darwin sudah berpikir adanya kemungkinan
bahwa suatu spesies berubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi,
mereka lebih yakin bahwa organisme tidak berubah.
3. Teori Darwin mengenai evolusi akibat seleksi alam dapat
menerangkan kaitan antara perubahan dan adaptasi.
4. Banyak orang pada zaman Darwin mengakui konsep evolusi, tetapi
tidak percaya dengan seleksi alam.
5. Darwin tidak mengetahui dari mana datangnya keanekaragaman.
6. Pada masa teori sintetis, manusia baru menyadari bagaimana ilmu
genetika dapat bekerja sama secara harmonis dengan teori evolusi.
7. Pada masa teori modern, semua ilmu ikut berkontribusi dalam
kemajuan teori evolusi.
8. Pemikiran netralis ataupun pemikiran seleksionis masing-masing
mempunyai kebenaran. Bahwa dalam kehidupan, kedua-duanya
BIOL4317/MODUL 1 1.15

diperlukan untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu


keanekaragaman dapat bersifat netral pada suatu keadaan, tetapi
mungkin terkena seleksi pada keadaan yang lain.
9. Evolusi adalah perubahan berangsur-angsur menuju kesesuaian
dengan keadaan dan waktu. Oleh karena itu, perubahan yang
berangsur-angsur dapat diterangkan dengan mudah karena adanya
ilmu genetika. Pada prinsipnya, perubahan berangsur-angsur adalah
perubahan frekuensi alel per satuan waktu.
10. Evolusi adalah penyempurnaan dari yang sudah ada. Jadi, semua
struktur yang kita lihat dan pelajari sekarang adalah ciptaan yang
kemudian mengalami modifikasi (perubahan berangsur-angsur)
menuju kesempurnaan yang sesuai dengan waktu dan tempat.
11. Seleksi alam adalah satu-satunya kekuatan yang mengarahkan
evolusi. Seleksi alam tersebut selalu berubah-ubah sejalan dengan
waktu. Jadi, sebenarnya evolusi tidak mempunyai tujuan akhir karena
seleksi tidak mengarah pada satu tujuan akhir.

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Jawaban yang benar dari pertanyaan di bawah ini adalah ....


A. pada masa Aristoteles, orang masih menganggap matahari beredar
mengelilingi bumi
B. Lamarck menyatakan bahwa sifat yang didapat individu dari latihan
tidak dapat diturunkan
C. Darwin menganggap bahwa keanekaragaman timbul dari variasi
genetik
D. teori sintetis merangkum semua ilmu biologi untuk menerangkan
evolusi

2) Jawaban yang benar dari pernyataan di bawah ini adalah ....


A. Linnaeus sudah mempunyai gambaran mengenai evolusi organisme
hidup
B. Darwin memperoleh gambaran mengenai evolusi dari data Pulau
Borneo
C. Morgan membuktikan bahwa genetika dapat menerangkan evolusi
D. evolusi berkembang dengan pesat setelah adanya kemajuan dalam
bidang biokimia dan komputer
1.16 Evolusi

3) Pemikiran netralis didasarkan atas ....


A. banyaknya variasi morfologi
B. alel berada dibawah tekanan seleksi
C. banyak variasi yang mempunyai ketahanan yang berbeda di alam
D. kecepatan mutasi jauh lebih cepat dari yang diduga sebelumnya

4) Evolusi ....
A. adalah perubahan suatu struktur menjadi yang lebih praktis
B. hanya berjalan apabila ada seleksi alam
C. mengarah pada suatu tujuan akhir
D. merupakan hasil adaptasi suatu organisme

5) Prinsip dasar yang dianut dalam menerangkan evolusi antara lain ....
A. evolusi akan membuktikan bagaimana kera menjadi manusia
B. suatu organisme mempunyai nenek moyang organisme lain
C. mempelajari perubahan struktur organisme yang saling berkerabat
D. hanya penemuan fosil yang dapat membuktikan proses evolusi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
BIOL4317/MODUL 1 1.17

Kegiatan Belajar 2

Waktu Geologi

S ejarah muka bumi bersama dengan isinya merupakan hal yang menarik,
mengingat kita yang mempelajarinya akan dibawa pada masa yang telah
silam, bahkan sampai pada masa bumi belum berpenghuni. Kita akan
mempelajarinya dalam lingkup Waktu Geologi, yaitu skala waktu yang
meliputi seluruh sejarah geologi bumi dari mulai terbentuknya hingga saat ini.
Dalam kegiatan belajar ini, Anda akan melihat bahwa timbulnya kehidupan
berlangsung sangat lama, kira-kira 1500 juta tahun lamanya bumi belum
berpenghuni, sedangkan munculnya manusia baru berlangsung sekitar enam
juta tahun yang lalu.
Menurut teori, bumi dan tata surya terbentuk karena kondensasi gas yang
ada di tata surya sekitar 4.6 miliar tahun yang lalu. Umur tersebut ditentukan
dari umur batuan tertua yang ada di bumi ataupun yang berasal dari meteorit
yang menghunjam bumi. Pada waktu proses tersebut terjadi, diperkirakan
massa berkumpul menjadi gumpalan yang sangat besar sehingga integritasnya
sulit dipertahankan sehingga gas tersebut terpecah menjadi gumpalan gas yang
lebih kecil. Semua itu membentuk satu tata surya. Gumpalan terbesar menjadi
matahari, sedangkan sisanya menjadi planet, bulan, dan meteorit. Akibat
adanya perbedaan ukuran, gumpalan yang lebih kecil dapat berputar lebih
cepat dibandingkan gumpalan yang besar sehingga ukuran gas akan
menentukan rotasi suatu planet atau bulan yang akan terbentuk. Akibat daya
tarik yang besar, gumpalan gas tersebut berubah menjadi cair dan panas,
kemudian perlahan-lahan memadat. Dalam proses menjadi padat, bentuk muka
bumi berubah-ubah. Hal ini diperkuat pula dengan adanya rotasi. Rotasi
menimbulkan gaya sentripetal dan sentrifugal serta berputar pada sumbu
magnetis. Karena proses menjadi padat yang relatif cepat, keadaan di dalam
bulatan masih cair. Benda padat mengalami penyusutan, sedangkan keadaan
di dalam yang masih panas memuai. Oleh karena itu, timbul retakan-retakan
dan batuan cair keluar sebagai proses vulkanisme. Selain itu, bentuk bumi yang
ada tidak rata. Oleh karena adanya rotasi, proses penyetimbangan berjalan
menyebabkan adanya pergeseran daratan. Pergeseran daratan tersebut dapat
menyebabkan pecahnya daratan atau bersatunya daratan. Apalagi mengingat
bahwa sumbu magnetis bumi tidak tepat dari waktu ke waktu. Dengan
1.18 Evolusi

demikian, terjadilah proses masuknya daratan ke perut bumi dan timbulnya


daratan yang baru.
Bumi mempunyai poros rotasi yang berbeda 23.5o dengan poros
mengelilingi matahari. Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya benturan
dengan benda langit yang menyebabkan poros tersebut bergeser. Hal tersebut
memungkinkan dunia mempunyai empat musim sehingga evolusi dapat
berjalan secara unik. Poros bulan misalnya sejajar dengan poros bumi sehingga
kita selalu melihat permukaan bulan yang sama dari hari ke hari.

A. METODE PENENTUAN WAKTU

Umur batuan dan fosil adalah salah satu aspek dalam menentukan waktu
geologi. Dalam penentuan umur suatu batuan atau fosil, ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan yaitu adanya kemungkinan
pembasuhan dan adanya kemungkinan transportasi.
Akibat adanya pembasuhan, suatu batuan atau fosil berubah kandungan
kimianya. Dengan demikian, penghitungannya tidak cukup akurat.
Suatu batuan atau fosil dapat terbentuk di suatu tempat. Namun, sejalan
dengan waktu, benda tersebut dapat berpindah tempat (transportasi). Dengan
demikian, fosil suatu organisme dapat ditemukan di tempat yang tidak
semestinya. Kekuatan utama yang mungkin dapat memindahkan fosil tersebut
adalah aliran sungai. Sungai akan membawa suatu fosil atau batu dari daerah
hulu ke hilir. Demikian pula sungai dapat membawa suatu fosil dari lapisan
atas menuju lapisan yang lebih tua karena sungai dapat mengikis batuan
sehingga akhirnya batuan tersebut semakin lama menjadi makin dalam. Hal
lain yang dapat memindahkan suatu batuan atau fosil adalah adanya pelapukan
dan pergeseran tanah. Akibat adanya pelapukan, suatu fosil yang sebelumnya
berada pada lapisan yang dalam menjadi terdedahkan karena batuan di atasnya
tersingkap oleh kekuatan alam. Setelah terdedahkan, ada faktor luar yang
menyebabkan fosil yang sudah terdedahkan tersebut berpindah tempat. Hal-
hal tersebut dapat menyebabkan penentuan umur suatu batuan atau fosil
menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi adanya transportasi, biasanya
dilakukan analisis geomagnetis.
Penentuan umur biasanya tidak pernah tepat, mengingat banyaknya faktor
luar yang dapat berperan. Oleh karena itu, simpangan baku umur suatu fosil
biasanya cukup lebar. Misalnya, fosil Homo erectus dari Sangiran diduga
berumur 250.000 tahun. Menurut penelitian pada tahun 2011, salah satu fosil
BIOL4317/MODUL 1 1.19

berumur sekitar 27.000 tahun dan paling tua berumur 1.500.000 tahun (Zaim
dkk, 2011). Kisaran antara 27.000 tahun menuju 54.000 tahun ataupun
1.500.000 tahun adalah sangat besar sehingga sulitlah kiranya membuat
perkiraan umur rata-rata.

1. Jam Radioaktif
Penentuan umur suatu lapisan atau suatu fosil dapat didasarkan atas
perbedaan masuk dan keluarnya suatu senyawa radioaktif dari dalam tubuh. Di
alam, terdapat sejumlah zat radioaktif yang kita hirup dan dikeluarkan sehari-
hari tanpa menyebabkan adanya gangguan. Karena zat radioaktif tersebut tidak
diakumulasi oleh tubuh, jumlah zat radioaktif di dalam ataupun di luar tubuh
akan tetap. Namun, apabila kita mati, tidak terdapat transpor zat radioaktif
tersebut, baik masuk maupun keluar. Akibatnya, jumlah zat radioaktif tersebut
akan menurun sejalan dengan waktu paruh zat radioaktif tersebut. Ada zat
radioaktif yang meluruh dalam skala jam, hari, tahun, abad, ataupun yang
memakan waktu berabad-abad. Mengingat bahwa volume tubuh sangat kecil
bila dibandingkan dengan volume alam, maka perubahan jumlah zat radioaktif
di alam relatif konstan tidak berubah. Dengan membandingkan jumlah yang
terdapat di dalam tubuh dengan jumlah yang ada di alam per volume, kita dapat
memprediksi umur zat radioaktif tersebut. Demikian pula halnya dengan zat
radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan, dapat diperlakukan serupa
meskipun ada faktor koreksi, mengingat batuan tertentu dapat sudah lama
berada di muka bumi dibandingkan data fosil.
Selain itu, haruslah kita perhatikan, zat radioaktif apa yang meluruh dan
apa yang dihasilkan. Jadi, selain menghitung jumlah bahan yang meluruh, juga
harus dihitung perbandingan antara zat asal dan zat yang dihasilkan.
Adapun rumus untuk menghitung perkiraan umur suatu batuan/fosil
sebagai berikut.

t = (1/l) (ln (N + NR / N))

t = umur
l = peluruhan
No = jumlah zat radioaktif waktu batuan dibentuk
N = jumlah zat radioaktif sekarang
NR = No – N
1.20 Evolusi

Contoh: apabila 3% 87Rb (isotop rubidium) dalam batuan telah berubah


menjadi 87Sr (isotop strontium) dengan peluruhan 1,42 × 10–11 (lihat Table 1.1),
maka umur batuan tersebut sebagai berikut.

t = (1/1,42 × 10–11) × (ln (1 + 3%)) = 2,08 × 109 tahun

Tabel 1.1
Zat Radioaktif yang Digunakan dalam Menentukan Umur Batuan/Fosil

Isotop Peluruhan x 10-11 th Waktu Paruh Radiogenik Isotop


14C (karbon) 1,2 x 107 5,73 x 103 14N
40K (potasium) 5,81 + 47.2 1,3 x 109 40Ar + 40Ca
87Rb (rubidium) 1,42 4,88 x 1010 87Sr
147Sm (samarium) 0,654 1,06 x 1011 143Nd
232Th (thorium) 4,95 1.,9 x 1010 208Pb
235U (uranium) 98,485 7 x 108 207Pb
238U (uranium) 15,5125 4,4 x 109 206Pb

Kalau ada sejumlah fosil dari lapisan yang sama diukur dengan beberapa
zat radiokatif, para ilmuwan sepakat untuk selalu menggunakan hasil
pengukuran umur yang lebih muda.

2. Jam DNA
Karena suatu organisme yang sudah menjadi fosil hingga kini masih sulit
sekali diekstraksi DNA-nya, maka kita hanya dapat menggunakan organisme
yang masih hidup. Dari skala waktu geologi, kita dapat memperkirakan kapan
suatu organisme muncul dan kapan organisme lainnya muncul. Misalnya, ikan
sudah berada jauh sebelum amfibi apalagi primata. Dalam kurun waktu yang
begitu jauh berbeda, kita dapat menghitung berapa besar perubahan dalam
susunan DNA yang telah terjadi. Karena kita dapat menghitung berapa
kecepatan mutasi suatu organisme, maka kita dapat menghitung berapa lama
perbedaan umur kemunculan antara dua organisme. Untuk dapat
menggunakan jam DNA, ada suatu pengetahuan dasar yang diperlukan karena
kecepatan mutasi suatu bagian DNA tidak sama. Ada gen yang bermutasi
sangat cepat dan ada gen yang bermutasi sangat lambat. Dalam kaitan ini, pada
dasarnya kita akan menggunakan suatu daerah DNA yang konservatif. Gen
yang sangat konservatif baik untuk menentukan perbedaan umur dari dua
organisme yang berkerabat jauh, misalnya antara kera dan manusia, sedangkan
BIOL4317/MODUL 1 1.21

gen yang tidak terlalu konservatif baik untuk menentukan perbedaan


antarpopulasi.
Dari beberapa rantai DNA homolog yang kita bandingkan, selain adanya
perbedaan, kita akan menjumpai kesamaan untuk sejumlah asam nukleat. Jadi,
misalnya dari sekian banyak rantai DNA yang kita analisis terdapat asam
nukleat nomor 23, 45, dan seterusnya yang identik untuk semua. Hal ini
memberikan gambaran kepada kita bahwa asam nukleat nomor 23, 45, dan
seterusnya seharusnya sama juga untuk nenek moyang. Apabila ada satu rantai
DNA yang berbeda untuk asam nukleat nomor 23, kita dapat menduga bahwa
pada rantai DNA itu mengalami mutasi. Dengan demikian, kita dapat
melakukan rekonstruksi mengenai bagaimana rupa rantai DNA nenek moyang.
Dari hasil tersebut, kita dapat menentukan tiga hal. Pertama adalah berapa
banyak mutasi yang terjadi dibandingkan rantai DNA nenek moyang dan
kedua adalah berapa besar perbedaan antara satu rantai dan rantai yang lain.
Hal terakhir yang dapat segera kita tentukan adalah apakah ada mutasi yang
spesifik untuk suatu populasi. Dengan pengetahuan tersebut, data yang kita
miliki dapat dikalibrasikan dengan kecepatan mutasi gen tersebut. Kalibrasi
dapat kita lakukan dengan melihat data fosil. Misalnya, kapan burung mulai
muncul dan kapan organisme lain mulai muncul. Perbedaan waktu tersebut
menunjukkan rentang umur. Kalau ada 10 mutasi per rentang umur 10.000
tahun, kecepatan mutasi adalah 1 mutasi per 1.000 tahun. Dari data yang kita
analisis, kita dapat menghitung berapa kecepatan evolusi dengan
menggunakan data DNA
Catatan: cara untuk menghitung kecepatan evolusi adalah
membandingkan berapa banyak perbedaan yang ada antara dua spesies atau
lebih. Banyaknya substitusi dibagi dengan waktu divergensi. Jadi, kalau waktu
katak berevolusi sejak 360 juta tahun dan manusia lima juta tahun yang lalu,
jumlah substitusi kita bagi dengan 360 - 5 juta atau 355 juta tahun.Ini adalah
waktu divergensi. Harus diingat bahwa cara penghitungan yang dilakukan para
ahli tidak tepat dan banyak mendapat tentangan karena diasumsikan bahwa
evolusi katak terhenti 360 tahun yang lalu. Hanya hingga kini, cara
penghitungan ini masih tetap dipakai karena hanya dengan cara inilah dapat
dilakukan estimasi meskipun tingkat kesalahannya cukup besar.

3. Penggunaan Fosil Polen


Penggunaan jasa palinologi (ilmu yang mempelajari polen) untuk
merekonstruksi keadaan masa lampau banyak dilakukan orang. Apabila fosil
1.22 Evolusi

sering ditemukan dalam keadaan tidak utuh, tidak demikian halnya dengan
polen. Daerah yang mempunyai empat musim, penggunaan polen dapat
memberikan data yang sangat akurat. Hal ini disebabkan karena tumbuhan
akan berbunga serempak pada periode yang relatif singkat pada musim semi
dan panas. Akibatnya, polen menutupi seluruh permukaan tanah. Saat
berikutnya, ada jenis tumbuhan lainnya yang berbunga. Jadi, setiap tahun,
tumbuhan akan membentuk lapisan yang lebih kurang sama dengan tahun
sebelumnya. Polen yang terkubur dalam tanah akan mati, tetapi bagian luarnya
sangat keras dan karena jumlahnya yang berlimpah, maka banyak yang
menjadi fosil. Banyaknya polen merupakan fungsi langsung dari jenis tumbuh-
tumbuhan yang berbunga. Dengan perkataan lain, kadar polen dapat
memberikan informasi yang tepat mengenai tumbuh-tumbuhan yang dominan
pada suatu periode. Demikian pula apabila ada perubahan cuaca, habitat,
angin, dan lain-lain, semuanya akan tercerminkan dari profil polen tersebut.
Dari keadaan tersebut, orang dapat merekonstruksi apa yang terjadi pada masa
lalu, ada jenis-jenis apa saja dalam suatu masa, dan bagaimana keadaan habitat
di tempat tersebut pada periode tertentu. Salah satu hal yang agak menyulitkan
adalah cara untuk menentukan jenis-jenis apa saja yang hidup pada masa itu.
Dalam hal ini, para ahli menggunakan data tumbuh-tumbuhan aktual dengan
dugaan bahwa jenis yang berkerabat mempunyai polen yang serupa.

4. Penggunaan Data Eksperimen


Penggunaan data eksperimen sampai sekarang mungkin merupakan data
yang paling akurat. Walaupun demikian, tidak ada jaminan bahwa data yang
digunakan sekarang berlaku juga 1000 tahun yang lalu. Caranya adalah
menghitung kecepatan mutasi yang dapat diamati dalam populasi yang
dipelihara di laboratorium. Hal ini dilakukan pada banyak organisme, antara
lain ragi, bakteri, lalat buah (Drosophila melanogaster), dan mencit (Mus
musculus). Caranya ialah meneliti sejumlah gen yang sudah diketahui
kecepatan evolusinya. Sejumlah individu betina suatu organisme yang
mengandung sejumlah gen homozigot resesif disilangkan dengan individu
jantan homozigot dominan. Keturunannya diharapkan semuanya berfenotipe
dominan. Ternyata, ada sejumlah keturunan yang tidak. Hal ini berarti bahwa
ada mutasi yang terjadi dari alel dominan menjadi alel resesif. Apabila ada
500.000 individu yang disilangkan dan dihasilkan sekitar 35 ekor individu
mutan, kecepatan mutasinya sekitar 8 × 10-4. Hasil ini mungkin agak
BIOL4317/MODUL 1 1.23

bervariasi karena ada gen yang mudah bermutasi dan ada yang sukar
bermutasi.
Data pada Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa ternyata kecepatan mutasi
tidak sama. Kecepatan mutasi secara resiprokal resisten–rentan atau rentan–
resisten atau dominan–resesif dan sebaliknya tidak sama, demikian pula
kecepatan mutasi antara jantan dan betina dapat tidak sama.

Tabel 1.2
Kecepatan Mutasi Suatu Gen pada Bermacam-macam Organisme

Organisme Gen yang Bermutasi Kecepatan Mutasi


Bacteriophage T2 inhibitor lisis: r II– → r II+ 1 × 10–3
Bacteriophage T2 host range: h+ → h- 3 × 10–9
Escherichia coli fermentasi laktosa: Iac– → Iac+ 2 × 10–7
−s −r
Escherichia coli sensitif thd phage: T2 : T1 → T1 2 × 10–8
Escherichia coli his–
histidin: →his+ 4 × 10–8
Escherichia coli histidin: his+ → his– 2 × 10–6
Escherichia coli streptomisin: str-s → str-d 1 × 10–9
Escherichia coli streptomisin: str-d → str-s 1 × 10–8
Chlamydomonas streptomisin: str-s → str-r 1 × 10–6
Neurospora crassa Inositol: inos– → inos+ 8 × 10–8
Neurospora crassa Adenin: ade– → ade+ 4 × 10–8
Zea mays biji berkerut: sh → sh 1 × 10–5
Zea mays biji ungu: P → p 1 × 10–6
Drosophila tubuh kuning jantan: Y → y 1 × 10–4
Drosophila tubuh kuning betina: Y → y 4 × 10–5
Drosophila mata putih: W → w 1 × 10–6
Mus musculus bulu belang: S → s 3 × 10–5
Mus musculus bulu campur: S → s 3 × 10–5
Manusia normal → hemofili 3 × 10–5
Manusia normal → albino 3 × 10–5

B. PEMISAHAN WAKTU GEOLOGI

Waktu geologi dipisah-pisahkan atas sejumlah eon, era (3–4), periode,


kurun atau epoh, dan formasi atau masa. Walaupun demikian, kurun dan
formasi tidak banyak dipakai dalam buku-buku, kecuali untuk era senosoik.
Suatu era dapat menyangkut banyak periode dan satu periode dapat terdiri atas
beberapa kurun dan seterusnya.
1.24 Evolusi

Perhatikan profil fosil pada Tabel 1.3. Di sana, dapat kita lihat bahwa
keberadaan fosil pada dasarnya menunjukkan kapan fosil suatu organisme
mulai ada dalam lapisan tanah. Namun, keberadaan suatu organisme dalam
bentuk fosil tidak menjamin bahwa organisme tersebut baru muncul. Hal ini
disebabkan oleh individu yang menjadi fosil jumlahnya sangat sedikit kalau
dibandingkan organisme yang ada. Dari lima miliar manusia yang hidup di
muka bumi sekarang, belum tentu ada satu orang pun yang akan menjadi fosil.

Tabel 1.3
Data Fosil dari Sejumlah Kelompok Organisme dan Waktu Munculnya di
Permukaan Bumi
BIOL4317/MODUL 1 1.25

Selain itu, sudah didiskusikan di atas bahwa adanya kemungkinan


transportasi menyebabkan suatu fosil dapat berada dalam lapisan yang lain.
Hal ini mungkin dapat ditelusuri dengan melihat profil fosil kelompok
tersebut. Adanya celah dalam profil fosil dapat memberikan petunjuk adanya
transportasi, tetapi adanya celah pada awal keberadaan suatu kelompok dapat
mencerminkan sedikitnya anggota kelompok tersebut pada waktu itu.
Meskipun awal keberadaan suatu organisme dapat ditunjukkan oleh
keberadaan fosilnya, besar kemungkinan bahwa organisme tersebut sudah ada
jauh sebelumnya, tetapi tidak ada yang menjadi fosil.
Pembagian waktu geologi umumnya didasarkan atas macam-macam fosil
dominan yang ditemukan dan bukan atas lamanya suatu eon, era, atau periode.
Suatu periode dan kurun biasanya dibagi lagi atas beberapa bagian, yaitu atas,
tengah, dan bawah atau awal, tengah, dan akhir, tetapi hal ini dapat dilakukan
untuk setiap pembagian waktu yang ada. Pembagian yang lebih kecil pada
dasarnya akan sangat berbeda dari daerah ke daerah. Misalnya, ada formasi
Trinil atau formasi Sambung dan lain-lain di Jawa Tengah. Penamaan suatu
lapisan biasanya dikaitkan pula dengan tempat fosil dan macam batuan
tersebut ditemukan (Tabel 1.4).
Selain fosil dan waktu (umur), skala waktu geologi dapat memberikan
gambaran yang cukup lengkap mengenai hal-hal lainnya. Akan tetapi, apabila
semuanya digambarkan, dibutuhkan suatu lembaran yang relatif besar. Oleh
karena itu, hanya digambarkan hal-hal yang penting saja, misalnya kehidupan
darat dan laut, kepunahan, glasiasi, dan cuaca secara umum, serta sedikit
mengenai pergeseran benua (Tabel 1.5).
1.26 Evolusi

Tabel 1.4
Pembagian Waktu Geologi secara Garis Besar


BIOL4317/MODUL 1 1.27

Tabel 1.5
Pembagian Waktu Geologi

Sumber: Campbell, dkk (1995).


1.28 Evolusi

L AT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Hal-hal apa saja yang dapat memengaruhi penentuan umur suatu batuan
atau fosil?
2) Menurut pembahasan di atas, bagaimanakah kita menghitung umur suatu
fosil atau batuan?
3) Apabila ratio 206Pb/238U dalam batuan adalah 0.36, berapakah umur batuan
tersebut?
4) Mengapa rekonstruksi masa lampau dapat demikian akurat dan
bagaimanakah caranya?
5) Ada berapa kategori pembagian waktu geologi? Carilah cara
menampilkan waktu geologi dari laman elektronik!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Hal-hal yang dapat memengaruhi penentuan umur suatu batuan atau fosil
adalah adanya kemungkinan transportasi dan pencucian/pembasuhan.
2) Menghitung umur fosil atau batuan dapat dilakukan dengan mengukur zat
radioaktif yang terkandung.
3) Umur batuan adalah:
t = 1/(15,5125 × 10-11) In (1.360)
= (6,447 × 109) × (0,307)
= 1,979 × 109 tahun
4) Rekonstruksi masa lampau dapat menjadi akurat karena menggunakan
cara penghitungan dari beberapa macam zat radioaktif, data fosil yang
dipakai secara eksensif dan didukung oleh banyak ahli sehingga selalu
terjadi perbaikan.
5) Ada lima kategori pembagian waktu geologi, yaitu eon, era, periode,
kurun, dan formasi.
BIOL4317/MODUL 1 1.29

R A NG KU M AN

Sistem tata surya kita mungkin terbentuk 4.600 juta tahun yang lalu,
dari gumpalan materi gas di angkasa luar yang berputar dan akhirnya
memadat. Akibat benturan dengan bintang lain, terbentuklah planet-planet
dengan bulan-bulannya. Pendinginan bumi tidak terjadi secara serempak
sehingga mengakibatkan adanya daratan dan gunung yang tinggi. Karena
ketidakrataan pendinginan, daratan berpindah-pindah seperti berlayar dari
satu tempat ke tempat yang lain. Selama 1500 juta tahun lamanya, bumi
belum berpenghuni dan selama 2000 juta tahun setelah bumi terbentuk
pada umumnya baru dihuni organisme bersel satu. Kehidupan di darat
baru muncul sekitar 425 juta tahun yang lalu. Kehidupan di daratan
tersebut dimulai dengan munculnya serangga dan tumbuh-tumbuhan
rawa. Meskipun vertebrata sudah mulai ada sekitar 500 juta tahun yang
lalu, manusia baru muncul sekitar lima juta tahun yang lalu. Lamanya
keberadaan manusia di muka bumi, itu tidak berarti banyak dibandingkan
umur bumi. Walaupun demikian, manusia penyebab paling banyak
perubahan.
Untuk mengkaji hal-hal yang telah terjadi ribuan tahun, digunakan
sejumlah metode, antara lain zat radioaktif untuk menghitung waktu,
korelasinya dengan batuan, dan tempat. Maka dari itu, para ahli menyusun
waktu geologi yang menggambarkan juga bagaimana dinamika
permukaan bumi dan segala isinya sejalan dengan waktu.

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Waktu geologi adalah ....


A. menerangkan macam organisme yang hidup pada suatu masa
B. memprediksi cuaca pada setiap masa
C. didasarkan atas umur suatu batuan
D. menerangkan adanya kepunahan

2) Penentuan umur suatu fosil dapat menggunakan zat radioaktif, yaitu ....
A. thalium
B. uranium
C. aktinium
D. iridium
1.30 Evolusi

3) Prinsip penentuan umur atau waktu divergensi dengan DNA, yaitu ....
A. tidak dapat dipercaya
B. susunan DNA
C. kecepatan mutasi DNA
D. bervariasi antarindividu

4) Data polen dapat memberikan gambaran pada suatu periode mengenai ....
A. hewan penyerbuk
B. jenis penyerbukan
C. morfologi bunga
D. cuaca

5) Pembagian waktu geologi umumnya didasarkan pada ….


A. kepunahan suatu organisme
B. letusan gunung berapi
C. fosil dominan yang ditemukan
D. lamanya sutu periode

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
BIOL4317/MODUL 1 1.31

Kegiatan Belajar 3

Biogeografi

B iogeografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang penyebaran


tumbuh-tumbuhan dan binatang secara geografis di muka bumi. Bidang
ini mengkaji dinamika suatu organisme dalam suatu daerah tertentu serta
mempelajari penyebarannya di muka bumi terkait dengan ruang dan waktu.
Ada banyak interaksi palaentologi dan geologi yang memegang peranan
penting dalam perkembangan ilmu ini. Sejarah penyebaran tumbuh-tumbuhan
dan binatang di muka bumi akan tercakup dalam pembahasan sejarah
terbentuknya daratan, sejarah masa daratan, dan proses terbentuknya daratan
kepulauan Indonesia berikut ini.

A. SEJARAH TERBENTUKNYA DARATAN

Turunnya suhu bumi terjadi secara tidak serempak sehingga ada banyak
daratan yang terpisah-pisah. Hal ini disebabkan oleh komposisi batuan yang
terbentuk dari magma panas tidak sama. Ada batuan yang mudah membeku
dan ada yang tidak. Secara umum, batuan yang padat ada pada permukaan
cairan yang panas. Dengan demikian, cairan yang panas akan mencari jalan
keluar, terutama untuk mengeluarkan gas. Demikian pula cairan yang
membeku akan menyusut, sedangkan volume di dalam bumi masih
mengembang karena panas. Karena adanya hal yang demikian, bentuk daratan
bumi masih sangat tidak stabil. Berdasarkan analisis muka bumi, diperkirakan
pada waktu daratan mulai terbentuk terdapat banyak sekali daratan berukuran
kecil. Daratan tersebut misalnya Laurentia, Uralian, Siberia, Kaskhstania,
Caledonian, Tasmanian, Cina, dan lain-lain. Daratan-daratan tersebut
kemudian akan membentuk Laurasia dan Gondwana. Bersatunya daratan-
daratan tersebut menimbulkan sejumlah pegunungan, misalnya Pegunungan
Ural, Appenine, Jura, dan lain-lain di Asia dan Eropa. Daratan-daratan tersebut
sulit sekali ditelusuri, mengingat sebagian mengalami proses subduksi
sehingga tenggelam kembali ke pusat bumi dan melarut kembali dalam dapur
magma.
Perhatikan bahwa pada proses pergerakan benua, ada dua kemungkinan,
pertama berbenturan dan terangkat yang menghasilkan gunung
nonvulkanik, kedua peristiwa subduksi yaitu salah satu bagian terangkat dan
1.32 Evolusi

yang lain masuk ke perut bumi, biasanya menyebabkan terbentuknya gunung


berapi (Gambar 1.2).

Sumber: Campbell.

Gambar 1.2
Subduksi dan Pembentukan Gunung

Data fosil pada masa itu praktis tidak ada karena kehidupan baru ada
organisme bersel tunggal. Adanya kehidupan organisme bersel tunggal dan
yang berklorofil dapat ditelusuri dengan adanya batuan tua yang berbelang-
belang. Hal ini disebabkan organisme berklorofil mengeluarkan oksigen.
Oksigen adalah suatu unsur yang sangat korosif sehingga mengoksidasi
sebagian besar logam (terutama besi) yang ada di muka bumi dan
menimbulkan batuan yang berwarna kemerah-merahan. Karena sifat korosif
yang demikian kuat, dalam waktu singkat oksigen di udara kembali habis.
Habisnya oksigen digambarkan pada batuan yang menjadi hitam kembali.
Kemudian, mungkin protozoa mengalami pula kemunduran dan baru kembali
menjadi banyak setelah beberapa ribu tahun kemudian. Lalu kembali oksigen
digunakan untuk mengoksidasi sebagian besar logam besi dan kembali batuan
menjadi merah. Siklus berulang-ulang tersebutlah yang menyebabkan batuan
berwarna belang hitam dan merah karat. Baru setelah sejumlah besi dan logam
lainnya yang ada di permukaan bumi habis teroksidasi, oksigen mulai
diakumulasikan di atmosfer. Akumulasi oksigen di udara menyebabkan reaksi
dengan sinar ultraviolet dan menimbulkan lapisan ozon (O3). Lapisan ozon
tersebut sangat penting karena menghambat sebagian besar cahaya matahari
BIOL4317/MODUL 1 1.33

yang masuk ke atmosfer bumi. Sebelum adanya lapisan ozon, sinar matahari,
terutama sinar gelombang ultraviolet, bersifat mematikan bagi sebagian besar
organisme bersel tunggal. Hal ini disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet
sangat kuat dan memutuskan rantai DNA. Peristiwa ini menyebabkan banyak
kematian pada organisme bersel satu, sedangkan organisme bersel satu yang
tersisa banyak yang mengalami mutasi, yang selanjutnya menjadikannya
sangat beraneka ragam. Hal ini dibuktikan bahwa kode genetik untuk
organisme bersel satu sangat bervariasi. Sebaliknya, kode genetik eukariot
bersifat universal.
Hambatan yang ditimbulkan oleh lapisan ozon menjadikan bumi lebih
dingin. Ditambah dengan oksigen yang sudah banyak, memberikan
kesempatan bagi organisme yang hidup di muka bumi untuk berevolusi dan
menggunakan oksigen. Sebelumnya kebanyakan organisme bersel satu
menggunakan nitrogen dan sulfur sebagai sumber energi. Akan tetapi, oksigen
bersifat sangat efisien untuk mentransfer energi sehingga organisme yang
timbul kemudian lebih efisien dalam memanfaatkan energi. Akibatnya,
sebagian besar mikroorganisme yang berevolusi setelah adanya lapisan ozon
memanfaatkan oksigen. Dengan demikian, organisme yang memanfaatkan
nitrogen dan sulfur tidak dapat bersaing. Hal ini dapat dilihat sekarang bahwa
organisme yang memfiksasi nitrogen dan sulfur sangat sedikit. Mereka
digolongkan pada prokariot, misalnya Archaebacteria hidup di air panas dan
banyak yang terutama mempunyai fisiologi yang bergantung pada penggunaan
sulfur sebagai sumber energi.

B. MASA PANGEA

Pada masa ini, semua daratan yang ada di muka bumi membentuk satu
benua yang utuh. Pembentukan menjadi satu benua yang utuh mempunyai
banyak konsekuensi. Organisme yang hidup pada masa itu secara teoretis
dapat bergerak ke mana saja. Hal ini menjelaskan mengapa ada sejumlah fosil
yang ditemukan di banyak benua. Sebagai contoh, dapat kita amati dalam
Tabel 1.6.
1.34 Evolusi

Tabel 1.6
Jenis-Jenis Fosil yang Ditemukan di Beberapa Benua pada Formasi Tertentu

Jenis Polen Amerika Neotropik Eropa Afrika Asia Australia


Clavatipollenites albian albian barremian barremian barremian albian
aptian aptian albian
Tricolpates albian albian albian aptian albian albian
aptian aptain
Anacolosa kretasea eosen kretasea eosen kretasea eosen
eosen eosen eosen

Masalah lain yang timbul adalah adanya kematian besar-besaran. Daratan


yang bersatu menyebabkan garis pantai menjadi sangat pendek. Karena
kehidupan terutama berada pada laut yang dangkal, dengan memendeknya
garis pantai, banyak organisme yang mati akibat predasi, kekeringan, dan lain-
lain.
Selain itu, adanya benturan antardaratan akan menyebabkan dua macam
kemungkinan sebagai berikut.
1. Timbulnya pegunungan
Ada sejumlah pegunungan yang timbul akibat benturan. Misalnya,
Pegunungan Ural. Akibat benturan, pegunungan yang terbentuk umumnya
tidak bersifat vulkanis.
2. Tenggelamnya suatu daratan
Masalah ini sulit untuk ditelusuri karena daratan yang masuk ke dalam
bumi dapat sangat dalam dan masuk ke dalam dapur magma. Dengan
demikian, daratan tersebut akan mencair kembali (Gambar 1.3). Oleh
karena itu, data tidak mungkin diperoleh.
BIOL4317/MODUL 1 1.35

Sumber: paralel divergence.com.

Gambar 1.3
Bagaimana Daratan Terbentuk pada Masa Lalu

Perhatikan perkiraan bumi sekitar 255-65 juta tahun yang lalu yang mulai
terdiri atas satu benua dan dinamakan Pangea. Terdapat bagian yang memiliki
kesamaan batuan di sejumlah benua sekarang yang merupakan sejumlah
pegunungan dan ternyata pernah bersatu. Baru 65 juta tahun yang lalu Pangea
pecah menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang.
Bersatunya daratan menimbulkan gurun pasir. Kalau kita perhatikan
daratan yang luas, Afrika, Asia, dan Amerika Utara mempunyai gurun pasir.
Hal tersebut disebabkan oleh luasnya daratan tidak setimbang dengan curah
hujan yang dapat diberikan alam. Semua titik air sudah diturunkan sebagai
hujan di daerah yang lebih dekat dengan pantai. Apabila sebelumnya ada
kehidupan, kehidupan akan berkurang secara drastis sejak daratan bersatu.
Bersatunya daratan menimbulkan percampuran flora dan fauna.
Bercampurnya flora dan fauna akan menyebabkan suatu daratan kehilangan
identitas awal, contohnya Eurasia. Tidak banyak organisme yang dapat dipakai
untuk membedakan fauna dan flora Eropa dari Asia. Hal tersebut disebabkan
1.36 Evolusi

oleh bersatunya Eropa dengan Asia sudah berlangsung sangat lama. Jadi, tidak
mungkin membedakan fauna dan flora khas dari Laurentia, Uralian,
Caledonian, Kaskhstania, Cina, dan lain-lainnya.

C. MASA LAURASIA DAN GONDWANA

Ada yang mengajukan hipotesis bahwa adanya meteorit yang jatuh di


sekitar Yucatan, Meksiko, menyebabkan pertambahan volume batuan di satu
pihak dan menjadikan bumi berubah kesetimbangannya. Untuk menetralisasi
hal tersebut, terjadi pergeseran benua. Pada masa Laurasia dan Gondwana
terpisah, timbullah laut Tethys I. Jadi, ada dua benua besar, Laurasia yang
terdiri atas sebagian Asia, Eropa, dan Amerika (Utara) serta Gondwana yang
terdiri atas Antartika, Australia, Afrika, Neotropika, dan sebagian besar Asia
Selatan. Adanya hubungan daratan antara benua-benua tersebut menyebabkan
fauna dan flora Gondwana dan Laurasia terpisah. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.7.
Teori ini dikuatkan oleh adanya persamaan batuan antara Afrika Barat dan
Amerika Selatan sebelah timur. Banyak orang mempertanyakan mengapa
bentuk teluk di Afrika barat setangkup dengan Amerika Selatan dekat Guyana
dan Brasil. Bukti geologi yang ada dan adanya fosil menghilangkan keraguan
yang ada.
Tabel 1.7
Beberapa Jenis Fosil yang Ditemukan pada Sejumlah Benua yang Kini
Terpisah di Daerah Gondwana

Diambil dari Snider-Pellegrini Map


BIOL4317/MODUL 1 1.37

Jenis Neotropik Afrika India Australia Antartika


Glossopteris Permian Permian Permian Permian Permian
Paku-pakuan Triasik Triasik Triasik Triasik Triasik
Lystrosaurus Permian Permian Permian Permian

Reptilia Darat Triasik Triasik Triasik Triasik
Mesosaurus Permian Permian
– – –
Reptilia Akuatik Triasik Triasik
Cynognathus _ Permian Permian Permian
Reptilia Darat Triasik Triasik _ Triasik

D. PROSES TERBENTUKNYA KEPULAUAN DI INDONESIA

Pada dasarnya, sejarah terbentuknya kepulauan Indonesia belum selesai


dipelajari. Hal ini dikarenakan sejarah geologi Indonesia merupakan yang
paling pelik di dunia. Pergeseran bumi mengalami suatu perputaran di
Indonesia sehingga batas-batasnya pun belum dapat ditelusuri dengan baik.
Pada dasarnya, ada tiga teori yang pernah dilontarkan.

1. Indonesia Muncul dari Dasar Laut


Pada tahun 60-an, asal usul Indonesia diperkirakan muncul dari dasar laut.
Pada waktu itu, diperkirakan bahwa Indonesia berasal dari dua dataran besar
yang dikenal dengan dataran atau paparan Sunda yang bersatu dengan Asia
dan paparan Sahul yang bersatu dengan Australia. Oleh karena itu, di
Indonesia terdapat dua daerah geografis, terlihat dari segi biogeografi dengan
adanya dua macam fauna dan flora. Akibat naiknya permukaan laut, daerah
yang rendah menjadi tenggelam. Hal ini masih dapat dibuktikan bahwa ada
sejumlah bekas sungai yang menghubungkan Sungai Musi, Batanghari, Kapuas,
Rokan, dan lain-lainnya serta yang bermuara ke Laut Cina Selatan. Sebaliknya,
Sungai Tulang Bawang, Sekampung, Kambas, Ciliwung, Citarum. Bengawan
Solo, Sampit, dan lain-lain bermuara di Selat Sulawesi. Demikian pula Sungai
Lorentz, Fly, Digul, dan lain-lain bermuara ke Teluk Carpentaria di dekat
Australia. Teori ini mulai goyah, melihat adanya sejumlah besar fauna Asia di
Sulawesi dan hanya sedikit sekali fauna dari Australo-Papua di Sulawesi. Yang
termasuk fauna Australo-Papua misalnya hanyalah beberapa jenis katak dari
marga Oreophryne dan tiga jenis kuskus. Sisanya merupakan fauna yang
1.38 Evolusi

berasal dari Asia. Keadaannya akan lebih rumit kalau kita memperhitungkan
floranya. Teori yang ada tidak dapat menerangkan hal tersebut.

2. Indonesia Berasal Sebagian dari Laurasia dan Sebagian dari Gondwana


Sulawesi berasal dari dua pulau, yaitu sebagian Laurasia dan sebagian lagi
Gondwana. Teori ini dikemukakan pada tahun 1981. Data yang dikumpulkan
oleh para ahli geologi telah dirangkum dalam suatu rekonstruksi. Sekitar 200
juta tahun yang lalu, daratan Laurasia terdiri atas Eropa, Asia, dan Indonesia
bagian barat hingga ke Sulawesi Barat, termasuk Nusa Tenggara Utara (tidak
termasuk Sumba, Timor, dan Tanimbar). Yang belum termasuk Asia adalah
daratan Arab Saudi, Persia, dan India. Pada masa tersebut, diperkirakan
Indonesia bagian barat ada di sebelah utara ekuator, sedangkan Indonesia
bagian timur masih ada di sekitar daerah subtropika selatan. Sekitar 140 juta
tahun yang lalu, Madagaskar dan India berlayar ke arah utara, sedangkan
Indonesia barat sudah berada di daerah ekuator. Sulawesi Timur, Australia,
New Guinea, Sumba dan Timor, serta Maluku mulai memisahkan diri dari
Gondwana sekitar 60 juta tahun yang lalu. Benturan antara Arab Saudi, Persia,
dan India dengan Laurasia baru terjadi sekitar kurang dari 60 juta tahun yang
lalu, sedangkan Indonesia bagian timur sudah berada dekat dengan Indonesia
bagian barat, tetapi belum bertemu. Pertemuan antara Indonesia bagian barat
dan timur baru terjadi sekitar masa Miosen-Pleistosen, jadi kurang dari lima
juta tahun yang lalu. Perbatasan antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Timur
diperkirakan berada di sekitar Danau Poso. Selain benturan yang menghasilkan
Pegunungan Himalaya, juga terjadi benturan antara Pulau Kemun dan New
Guinea menghasilkan Pegunungan Jayawijaya. Pulau Palawan diperkirakan
berasal dari utara dan kemudian turun ke arah ekuator seperti sekarang.
Teori ini belum dapat menerangkan mengapa misalnya famili arecaceae
terdapat sama banyaknya di bagian barat mulai dari Indo-Cina ataupun di
bagian timur Indonesia sampai dengan Australia. Sebaliknya, data fauna pada
dasarnya mendukung teori ini dengan beberapa kekecualian, misalnya suku
Pythonidae (ular sanca), suku Typhlopidae (ular kawat).

3. Indonesia Seluruhnya Berasal dari Gondwana


Teori ini (1985) merupakan suatu revolusi dari pandangan mengenai
Indonesia kalau kita bandingkan dengan dua teori sebelumnya. Berdasarkan
data geologi, para pakar memperoleh bukti yang meyakinkan bahwa terjadi
pergeseran benua yang berulang-ulang setelah Gondwana dan Laurasia
BIOL4317/MODUL 1 1.39

memisahkan diri. Gelombang pertama yang terjadi adalah pergeseran dari


Gondwana sebidang paparan yang kemudian akan menjadi Turki, Irak, Iran,
Tibet Utara, dan sebagian Indocina. Paparan tersebut sudah mencapai Laurasia
sekitar 160 juta tahun yang lalu pada masa Triasik. Kemudian, timbullah
gelombang pergeseran yang kedua dan melibatkan paparan Tibet Selatan,
Burma, dan Semenanjung Malaysia, sekitar 165 juta tahun yang lalu. Hampir
bersamaan dengan pergeseran paparan tersebut, ada paparan lain yang
melibatkan Borneo Barat, Sumatra, Borneo Timur, Sulawesi Barat, dan Jawa
yang juga bergerak ke arah utara. Kemudian, tidak lama berikutnya berlayarlah
paparan yang disebut dengan Banda Allochton (kemudian membentuk
Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku Selatan).
Pergeseran paparan-paparan tersebut berjalan tidak searah sehingga ada
patahan-patahan dan benturan-benturan. Baru kemudian sekitar 120 juta tahun
yang lalu, India mulai bergerak ke arah utara. Sementara itu, Sulawesi Timur,
Timor, Seram, dan New Guinea baru mulai bergerak ke arah utara sekitar 90
juta tahun yang lalu (Kretasea). Pertemuan antara paparan Sulawesi dan
sebelumnya terjadi sekitar 30—40 juta tahun yang lalu dan Sulawesi baru
bersatu sekitar 10 juta tahun yang lalu.
Selama pergeseran paparan-paparan tersebut, tidak selamanya bersatu
dalam bentuk daratan, bahkan kebanyakan diperkirakan terjadi di bawah
permukaan laut. Walaupun demikian, selalu ada sebagian daratan yang
berfungsi membawa flora dan fauna dari Gondwana dan bersatu di Laurasia.
Oleh karena itu, kita mengenal fauna Laurasia sebagai satu kesatuan,
mengingat hubungannya sudah berlangsung cukup lama (180 juta tahun pada
benturan pertama).
Adanya sejumlah benturan dari paparan Gondwana yang terpecah kini
dapat dilihat pada Pegunungan Himalaya. Pegunungan ini dihasilkan dari
paling sedikit tiga benturan berturut-turut, yaitu Tibet Utara, Tibet Selatan, dan
India. Kini, di daerah Tibet masih dapat kita jumpai fosil hewan laut meskipun
mempunyai ketinggian sekitar 4000 meter dari permukaan laut.
Teori ini dapat menerangkan mengapa misalnya famili Araucariaceae,
Arecaceae (Palmae), Podocarpaceae, Proteaceae, dan Fagaceae dapat dijumpai
di New Guinea dan di dataran Sunda, demikian pula ular dari suku Pythonidae
dan Typhlopidae. Sebelumnya, para ahli menduga bahwa kesamaan yang ada
adalah adanya kemungkinan untuk membagi Arecaceae menjadi dua, tetapi
data yang ada tidak mendukung sama sekali. Data fauna umumnya kurang
mendukung karena kebanyakan fauna daratan muncul setelah ada flora. Selain
1.40 Evolusi

itu, fauna mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat secara aktif,


sedangkan flora lebih banyak dibatasi oleh penyebaran biji. Biasanya, apabila
biji tersebut berukuran agak besar, diperlukan fauna untuk membawanya ke
tempat yang lain. Walaupun teori ini sudah dapat menjawab kebanyakan
pertanyaan mengenai penyebaran flora dan fauna, fakta yang menyatakan
bahwa pergeseran tersebut berjalan di bawah laut tidak dapat menjawab
sejumlah masalah. Oleh karena itu, para ahli menduga, meskipun berada di
bawah laut, tetap ada bagian yang berganti-ganti terdedahkan di atas
permukaan laut (lihat Gambar 1.4 dan 1.5).
BIOL4317/MODUL 1 1.41

Sumber: Whitmore (1985).

Gambar 1.4
Geografi Asia Selatan
1.42 Evolusi

Sumber: Whitmore I dan II.

Gambar 1.5
Proses Terbentuknya Himalaya, Indocina, dan Indonesia

Pada Gambar 1.5, kiri dan kanan atas menunjukkan keadaan 250—200
juta tahun yang lalu. Tibet Selatan, Burma, dan Malaysia merupakan satu
daratan, sedangkan Kalimantan Barat, Sumatra, Kalimantan Timur, Sulawesi
Barat, dan Banda Allochtone (akan menjadi Jawa dan Nusa Tenggara) sebagai
pulau terpisah-pisah bergerak ke arah utara. Tibet Selatan kemudian terpisah
dari Burma dan Malaysia. New Guinea dan sebagian Australia masih berada
di dasar laut.
Gambar kiri bawah menggambarkan keadaan pada zaman Kretasea akhir.
India sudah melepaskan diri dari Gondwana, sedangkan Tibet Selatan hampir
mencapai Laurasia, demikian pula Burma hampir mencapai Indocina.
Perhatikan bahwa Borneo Timur dan Sulawesi Barat masih berdekatan,
sedangkan Borneo Barat masih berada di sebelah kiri utara dari Sumatra. Pulau
Jawa belum tampak meskipun sudah ada. Australia bersama-sama dengan
sebagian Nusa Tenggara bagian selatan (Sumba, Timor, Tanibar) dan New
Guinea (dan Kemun) mulai memisahkan diri dari Antartika.
BIOL4317/MODUL 1 1.43

Gambar kanan bawah menggambarkan keadaan zaman Eosen. Burma


berbenturan dengan Laurasia. Selain itu, terjadi pergeseran ke arah kiri dan
kanan yang mengatur kedudukan Borneo Barat dan Timur, Sumatra, serta
Jawa. New Guinea dan Kemun mulai berbenturan di bawah Banda Allochton.

Sumber: Whitmore I dan II.

Gambar 1.6
Pembentukan Indonesia

Gambar 1.6 pada bagian kiri menggambarkan India pada masa Oligosen
sudah berbenturan dengan Laurasia. Burma sudah bersatu pula dengan
Laurasia, demikian pula Borneo telah bersatu. Sulawesi pada masa ini belum
bergabung menjadi satu, demikian pula New Guinea dan Kemun.
Sementara itu, gambar kanan menjelaskan keadaan pada akhir Miosen.
Sulawesi Barat dan Timur sudah bersatu, demikian pula Kemun dan New
Guinea bersatu dan menimbulkan Pegunungan Jayawijaya Timor dan
Tanimbar masih berada agak jauh di sebelah selatan. Indonesia secara perlahan
bergerak memasuki daerah ekuator.
Gambar 1.7 menunjukkan keadaan bumi sekarang. Walaupun demikian,
masih terdapat patahan-patahan dan benturan-benturan yang digambarkan oleh
garis hitam tebal. Di daerah-daerah tersebut, hingga sekarang, macam batuan
yang ada bersebelahan tidak memperlihatkan profil yang sama.
1.44 Evolusi

Gambar 1.7
Pembentukan Indonesia Menurut Hall (1989—2011)

4. Catatan Akhir
Teori yang dikemukakan di atas bukanlah yang terakhir karena tambahan
data masih terus bertambah. Misalnya, para ahli menemukan bahwa ujung
timur dari Sulawesi Tengah (Luwuk, Morowali) masih mempunyai kaitan
yang erat dengan Pulau Seram melalui jalur Banggai. Hal ini, selain didasarkan
atas data geologi, juga ditunjang oleh data biologi. Bahwa dinamika daerah
kepulauan di Indonesia ternyata jauh lebih rumit dari yang diperkirakan
dahulu. Misalnya, Borneo Barat sebelumnya ada di timur dan Borneo Timur
ada di barat. Beberapa hal lain yang masih perlu juga kita pikirkan, misalnya
data Kalimantan Barat sebelah selatan diperkirakan mempunyai kaitan dengan
Vietnam; Sulawesi Selatan diperkirakan mempunyai kaitan dengan Borneo;
serta Gunung Lompobatang mempunyai flora yang agak berbeda dan beberapa
ahli memperkirakan adanya hubungan dengan daerah Sabah. Adanya
perputaran daratan tidak sesederhana seperti yang diketahui sekarang karena
Lengkung Banda diperkirakan berakhir di Seram, tetapi mungkin terus
memanjang hingga Sulawesi dan berakhir di Pulau Buton. Hal ini masih terus
dikaji, mengingat kaitan antara Luwuk, Morowali, dan Seram sehingga
BIOL4317/MODUL 1 1.45

Kepulauan Peleng dan Banggai akan menimbulkan berbagai pertanyaan.


Untuk melihat pandangan para ahli yang paling mutakhir, lihat animasi
pergerakan lempeng pada laman dari Hall dkk (1996—2011).

L AT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Terangkan akibat dari pergeseran daratan terhadap kehidupan flora dan
fauna!
2) Terangkan pula akibat dari pergeseran daratan terhadap penyebaran flora
dan fauna!
3) Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan global muka bumi?
4) Bagaimana caranya Anda mencegah kepunahan suatu organisme dalam
era globalisasi?
5) Apakah gunanya Anda mempelajari biogeografi dalam kehidupan di
masyarakat?

Petunjuk Jawaban Latihan

Pelajarilah materi unit ini dengan saksama, terutama asahlah jalan


pemikiran Anda untuk melihat alasan-alasan, sebab, dan akibat dari suatu
peristiwa yang terjadi. Semua fenomena yang diberikan sudah dilengkapi
dengan petunjuk mengenai bagaimana para ahli mencoba menempatkan
dirinya dalam suatu keadaan. Sebagai petunjuk, akan diberikan jawaban secara
singkat.
1) Kepunahan suatu kelompok dan kemunculan kelompok organisme
lainnya.
2) Penyebaran terbatas di salah satu pihak dan percampuran apabila ada
pertemuan.
3) Manusia, lubang ozon, pergeseran benua, vulkanisme, penyakit, glasiasi,
benda luar angkasa, dan lain-lain.
4) Ikut membina masyarakat dan melestarikan kelompok fauna dan flora,
misalnya dengan ikut berpartisipasi dalam menjaga hutan lindung atau
taman nasional.
1.46 Evolusi

5) Data biogeografi dapat dipakai untuk meneliti penyebaran suatu


organisme yang berguna dalam mencari potensi suatu kelompok
organisme.

R A NG KU M AN

1. Perubahan yang terjadi di muka bumi dapat disebabkan oleh banyak


hal, antara lain pergerakan benua, adanya vulkanisme, adanya benda
angkasa luar, penyakit, glasiasi, dan lain-lain.
2. Daratan yang ada di muka bumi sekarang sudah mengalami banyak
perubahan. Perubahan yang terjadi pada awal pembentukan bumi
tidak dapat ditelusuri karena belum ada catatan fosil.
3. Daratan yang ada dahulu tidak berada pada posisinya sekarang.
Daratan mengalami pergerakan bersatu dan pecah sehingga
memengaruhi kehidupan di muka bumi.
4. Terbentuknya Indonesia dapat diterangkan dengan tiga macam teori.
Walaupun demikian, teori baru masih akan terus berkembang sejalan
dengan data yang diperoleh, terutama dari data geologi dan fosil. Data
yang ada dapat banyak membantu pengetahuan mengenai sejarah
penyebaran flora dan fauna.

TE S F OR M AT IF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Adanya oksigen di atmosfer muka bumi pada masa awal kehidupan ....
A. telah ada sejak bumi terbentuk
B. dihasilkan oleh prokariot bermitokondria
C. dihasilkan oleh eukariot berklorofil
D. dihasilkan oleh semacam ganggang biru

2) Lapisan ozon terbentuk dari ....


A. meningkatnya klorofluorokarbon
B. meningkatnya karbon dioksida
C. akumulasi oksigen di atmosfer
D. akumulasi nitrogen di atmosfer
BIOL4317/MODUL 1 1.47

3) Keadaan berikut tidak dapat menyebakan pergerakan benua, yaitu ....


A. aktivitas vulkanisme
B. adanya benda luar angkasa berukuran besar yang masuk ke dalam
atmosfer bumi
C. ketidaksetimbangan posisi daratan dibandingkan lautan
D. berubahnya kutub magnetis bumi

4) Pergeseran benua dapat menyebabkan, kecuali ....


A. percampuran flora dan fauna
B. kepunahan flora dan fauna
C. timbulnya flora dan fauna baru
D. perubahan fauna dan flora

5) Data geologi menunjukkan bahwa Indonesia berasal dari ....


A. dasar laut yang naik ke atas
B. Gondwana
C. Laurasia
D. Laurasia dan Gondwana

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.48 Evolusi

Kunci Jawaban Tes Formatif


Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3
1) A 1) A 1) D
2) D 2) B 2) C
3) D 3) C 3) A
4) B 4) D 4) D
5) C 5) C 5) B
BIOL4317/MODUL 1 1.49

Daftar Pustaka

Ayala, F. (1987). Molecular evolution. Sunderland: Sinauer Assocates.

Campbell. (1999). Biology. San Francisco: Benyamin Cummings Publishing.

Chaloner. (1994). Evolution and extinction (edisi kesatu). Cambridge:


Cambridge University Press.

Futuyma, D.J. (1979). Evolutionary biology. Sunderland: Sinauer Associates.

Greenwood, P.J., Harvey, P.H., & Slatkin, M. (Eds.). (1985). Evolution.


Cambridge: Cambridge University Press.

Hall, R. (1996). Reconstructing cenozoic SE Asia. Dalam R. Hall & D.J.


Blundell (Eds.), Tectonic evolution of SE Asia, Geological Society of
London Special Publication, 106, 153—184.

Hall, R. (1997). Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. Dalam A.


Fraser, S.J. Matthews, & R.W. Murphy (Eds.), Petroleum geology of SE
Asia. Geological Society of London Special Publication, 126, 11—23.

Hall, R. (1997). Cenozoic tectonics of SE Asia and Australasia. Dalam J.V.C.


Howes & R.A. Noble (Eds.), Petroleum systems of SE Asia and
Australasia. Jakarta: Indonesian Petroleum Association.

Hall, R. (1998). The plate tectonics of cenozoic SE Asia and the distribution
of land and sea. Dalam R. Hall & J.D. Holloway (Eds.), Biogeography
and geological evolution of SE Asia. Leiden: Backhuys Publishers.

Hall, R. (2001). Cenozoic reconstructions of SE Asia and the SW Pacific:


Changing patterns of land and sea. Dalam I. Metcalfe, J. Smith, M.
Morwood, & I. Davidson (Eds), Faunal and floral migrations and
evolution in SE Asia-Australia. Lisse: Swets and Zeitlinger Publishers.
1.50 Evolusi

Hall, R. (2002). Cenozoic geological and plate tectonic evolution of SE Asia


and the SW Pacific: Computer-based reconstructions, model and
animations. Journal of Asian Earth sciences, 20, 353—434.

Hall, R. (2009a). Continental growth at the Indonesian margins of Southeast


Asia. Arizona Geol. Soc. Digest, 22, 245—258.

Hall, R. (2009b). Southeast Asia’s changing palaeogeography. Blumea, 54,


148—161.

Hall, R. (2011). Australia-SE Asia collision: Plate tectonics and crustal flow.
Dalam R. Hall, M.A. Cottam, & M.E.J. Wilson (Eds). The SE Asian
gateway: History and tectonics of Australia-Asia collision. London: The
Geological Society of London.

Huston, M.A. (1994). Biological diversity (edisi kesatu). Cambridge:


Cambridge University Press.

Lewin, R. (1996). Patterns in evolution (edisi kesatu). New York: WH Freeman.

NN. (1994). Evolution, special issue. Natural History, 6, 1—94.

Petit, C., & Zukerkandl, E. (1976). Evolution. Paris: Hermann.

Ridley, M. (1996). Evolution (edisi kedua). Hoboken: Blackwell Scientific


Publishing Inc.

Sathiamurthy, E., & Voris, H.K. (2006). Maps of holocene sea level
transgression and submerged lakes on the Sunda shelf. Supplement Nat
Hist J Chulalongkorn University, 2, 1—43.

Simpson, G.G. (1955). The major features of evolution. New York: Columbia
University Press.

Skelton. (1993). Evolution (edisi kesatu). Boston: Addison Wesley.

Smith, J.M. (1989). Evolutionary genetics. Oxford: Oxford University Press.


BIOL4317/MODUL 1 1.51

Strickberger, M.W. (1990). Evolution. Massachusets: Jones and Bartlett


Publishing Co.

Voris, H. (2000). Maps of pleistocene sea levels in Southeast Asia: Shorelines,


river systems and time durations. Journal of biogeography, 27, 1153—
1167.

Whitmore, T.C. (Ed.). (1981). Wallace line and plate tectonics. Oxford:
Clarendon Press.

Whitmore, T.C. (Ed.). (1986). The biogeographical evolution of the malay


archipelago. Oxford: Clarendon Press.

Wilson, E.O. (1992). The diversity of life. Cambridge: The Belknap Press.

Zaim, Y., dkk. (2011). New 1.5 million years old homo erectus maxilla from
Sangiran (Central Java, Indonesia). J Hum Evol, 61, 363-376.

Sumber laman

searg.rhul.ac.uk/current_research/plate_tectonics/index.html.

http://fmnh.org/research_collections/zoology/zoo_sites/seamaps/.

Anda mungkin juga menyukai