Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudul “Ragam
Bahasa Indonesia” ini dalam rangka pengembangan salah satu tri darma perguruan
tinggi, yaitu bidang penelitian.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penuhs selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-
rekan dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga tulisan yang
jauh dari sempuma ini ada manfaatnya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rasa ingintahu manusia dari tahun ke tahun semakin bertambah, apalagi didukung oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan ini
berkembangsetiap zamannya untuk menjadi lebih baik lagi (Ariebowo & Ferdinand). Oleh karena
rasa ingin tahu dan tekad yang tinggi beberapa orang seperti para ilmuwan, peneliti, filsuf, dan
mungkin juga para pemimpin menghabiskan waktunya untuk menemukan jawaban dari fenomena-
fenomena kehidupan yang dulu, sekarang, dan akan terjadi, serta pertanyaan-pertanyaan dasar
tentang kehidupanberdasarkan suatu penelitian yang cukup lama. Manusia terus meneliti setiap hal
yang terdapat di alam semesta dan sekitarnya, hingga akhirnya muncul pertanyaan, “Darimanaasal
usulmakhluk hidup termasuk manusia?”. Berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran manusia,
berbagai teori tentang asal usul mahluk hidup bermunculan, seperti teori Darwin yang menjelaskan
asal usul mahluk hidup berupa tumbuhan, hewan, dan manusia.
Teori Darwin digunakan pada buku-buku ilmu pengetahuan baik di sekolah maupun di
universitas dan cukup banyak digunakan oleh para ilmuwan dan tokoh-tokoh besar dalam
mendasari teori maupun pandangan mereka. Hingga akhirnya, banyak manusia menjadi percaya
tentang teori tersebut dan meyakini setiap penjelasan serta bukti-bukti yang diberikan oleh teori
Darwin. Tahun demi tahun pendukung teori ini mulai berkurang karena bukti-bukti yang
dipaparkan oleh teori tersebut tidak memiliki nilai kebenaran yang dapat dipercaya secara konsisten
oleh manusia. Walaupun demikian, masih banyak manusia tetap meyakini kebenaran teori
tersebut.Kebanyakan agama khususnya di negara Indonesia tidak mendukung teori Darwin. Namun,
negara-negara lain khususnya di benua Eropa dan Amerika sangat mendukung teori Darwin.
Secara umum, Indonesia menerima teori ini dan mempelajarinya. Di dunia pendidikan
teori ini diperkenalkan oleh siswa dan mahasiswa melalui buku pelajaran. Tidak hanya di dalam
buku pelajaran saja, teori Darwin juga dipublikasikan melalui museum, berita, dan sosial media. Di
dalam museum dipampangkanbeberapa fosil-fosil, gambar, dan penjelasan logis tentang teori
evolusi (Darwin). Pada dasarnya mempercayaiteori-teori tersebut cukuplah berbahaya. Karena teori
Darwin pada dasarnya hanyalah sebatas teori bukan hukum yang nilai kesalahannya telah
dibuktikan banyak ilmuwan. Namun, kenyataannya mengapa teori Darwin masih dipelajari di
sekolah dan dicantumkan pada buku ilmu pengetahuan? Mengapa di museum masih dipampangkan
tahap evolusi kera sampai menjadi manusia? Kita tahu bahwa pandangan manusia sekarang ini
seperti cara pandang induktif-empiris yaitu “cara berpikir yang hanya mau menerima hal-hal yang
dapat dibuktikan dan tampak nyata oleh panca indera dan pikiran” (Mangunwijaya, 1999). Sehingga
penulis ingin membahas lebih dalam mengenai teori evolusi melalui rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Evolusi?
2. Kapan teori Evolusi dimulai?
3. Apa saja prinsip-prinsip dari teori evolusi dan bukti pendukungnya?
4. Bagaimana pandangan Alkitab menanggapi teori evolusi?
5. Apa pengertian manusia dan hewan menurut Alkitab?
6. Apa perbedaan manusia dan hewan menurut para teolog Kristen?
Melalui rumusan masalah tersebut, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian evolusi.
2. Pembaca dapat mengetahui sejarah perkembangan teori evolusi.
3. Pembacadapat mengetahuiprinsip-prinsip dan bukti yang pendukung teori evolusi.
4. Pembacakhususnya pemeluk agama Kristen dapat meresponi teori evolusi dengan
benar.
5. Pembacadapat mengetahui pengertian manusia dan hewan menurut Alkitab.
6. Pembacadapat mengetahui perbedaan manusia dan hewan menurut para teolog
Kristen.
BAB II
PEMBAHASAN
PANDANGAN KONTRA IMAN KRISTEN TERHADAP TEORI EVOLUSI

A. Pengertian Teori Evolusi


Evolusi merupakan kata umum yang menunjukan suatu perubahan atau pertumbuhan
secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang cukup lama (Yunus, Haryanto,& Abadi, 2006).
Evolusi terjadi karena pengaruh alam maupun rekayasa manusia dengan waktu yang cukup panjang.
Selain itu, evolusi merupakan perkembangan dari bentuk yang terendah ke bentuk yang tertinggi
(Hadiwijono, 2006). Pengertian tersebut diambil melalui pengamatan religi manusia yang terus
berkembang yang tampak dalam agama Kristen. Ada juga yang mengatakan bahwa evolusi adalah
teori yang menjelaskan perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
lebih kompleks (Fayeldi & Nurhakim, 2012).
B. Sejarah Perkembangan Teori Evolusi
Pandangan-pandangan evolusi yang muncul sangat banyak pada masa ini yaitu fiksisme
yang menyatakan bahwa organisme bersifat tetap sebagai hasil ciptaan Tuhan. Pandangan fiksisme
ini berkembang hingga abad ke-18 dan meyakini bahwa semua aktivitas mahluk hidup sesuai
dengan kitab-kitab para nabi (Sanoso, 2007). Tokoh yang menganut teori ini adalah Aristoteles,
Plato, Cuvier, Linnaeus, dan Buffon. Selain fiksisme ada pula konsep evolusi adaptasi, teori ini
melihat bahwa mahluk hidup tidak sama satu dengan yang lain. Konsep ini digunakan oleh
Lamarck untuk menjelaskan adanya perbedaan organisme karena kebiasaan. Tokoh konsep ini
adalah Charles Lyell, Roberth Malthus, dan Hutton (Sanoso, 2007). Teori evolusi selanjutnya
adalah evolusi seleksi alam (Sanoso, 2007). Teori ini membahas tentang mahluk hidup yang dapat
mempertahankan diri, itulah yang akan tetap bertahan hidup dan berkembang. Teori ini digunakan
oleh Charles Darwin dan A. R. Wallace. Ada juga teori evolusi genetika yang membahas tentang
hukum-hukum pewarisan sifat dari hasil pengamatan Gregor Mendel terhadap kacang ercis
(Sanoso, 2007).
Teoriselanjutnya adalah teori sintetik evolusi yang dicetuskan oleh T. H. Morgan yang
melakukan pengamatan terhadap lalat buah. Melalui pengamatan tersebut, ia dapat menjelaskan
konsep evolusi (Sanoso, 2007). Teori terakhir adalah teori evolusi molekuler. Di dalam teori ini
sudah mulai ditemukannya struktur ADN, sehingga setiap permasalahan biologi seperti pewarisan
sifat, penyakit menurun, penemuan bibit unggul dan masalah kriminal dapat dipecahkan melalui
struktur ADN tersebut (Sanoso, 2007). Teori evolusi sangat banyak jenis atau cabangnya. Namun
pada kesempatan ini, penulis akan membahas teori evolusi yang dikembangkan oleh Darwin,
seseorang yang dianggap sebagai bapak evolusi atau penemu teori evolusi itu sendiri.
Teori evolusi sebenarnya sudah pernah dikemukakan oleh naturalis Perancis Jean Lamarek
dan kakek Darwin sendiri yaitu Erasmus Darwin. Dalam teorinya, Erasmus Darwinberpendapat
bahwa spesies dapat berubah (Strathern, 2002). Namun, Erasmus tidak dapat menjelaskan cara
berubah tersebut. Lalu teori tersebut dikembangkan oleh Jean Lamarck seorang ilmuwanPerancis
yang mengatakan bahwa sifat-sifat dapat diperoleh dari lingkungan dan diwariskan (Strathern,
2002). Selain itu Lamarck mengatakan bahwa mahluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka
dapatkan selama masa hidupnya dari generasi ke generasi selanjutnya (Siska, 2015). Ada dua ajaran
Lanmarck yang dikenal yaitu organ tubuh mahluk hidup yang digunakan akan berkembang,
sedangkan yang tidak digunakan akan menyusut dan perbedaan sifat yang diperoleh dari pengaruh
lingkungan diwariskan kepada keturunannya (Siska, 2015). Lanmarck memberikan contoh seperti
jerapah yang merupakan evolusi dari binatang antelop, dengan perubahan memanjangkan leher
mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi untuk memperoleh dahan yang lebih tinggi
dengan tujuan memperoleh makanan.
Teori Lanmarck tidak dapat diterima oleh ilmu pengetahuan dikarenakan tidak mampu
memberi keyakinan bagaimana dan dengan cara apa evolusi terjadi (Hart, 1978). Hingga akhirnya,
muncullahseorang ilmuwan dari Yunani yaitu Thales yang mencetuskan teori bahwa mahluk hidup
tibul sendiri dari air. Kemudian dilanjutkan oleh Anaximander yang menyatakan bahwa alam
semesta selalu ada dan akan terus abadi serta mahluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk
yang lainnya. Anaximanderberpikir bahwa mahluk hidup muncul dari lumpur yang dikeringkan
oleh sinar matahari dan ia menganggap manusia adalah hasil dari ikan laut bersisik yang berevolusi
(Yahya, 2004). Namun, dari sekian banyak teori evolusi yang muncul sebelum Darwin, teori
Darwinlah yang diakui dan cukup banyak diterima masyarakat di berbagai profesi khususnya
kedokteran, ilmuwan, dan saintis.
Darwin mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan dan juga manusia yang merupakan
perubahan dari makhluk hidup yang sederhana (satu sel organisme) pada awal kehidupan di bumi
yang terjadi secara perlahan-lahan melalui proses penurunan dengan modifikasi yang pada akhirnya
berkembang menjadi berbagai spesies organisme di muka bumi sekarang ini (Yunus, Haryanto. &
Abadi, 2006). Teori Darwin dimulai sejak 1800 sampai 1882 dengan mendasarkan teori evolusi
melalui penciptaan dari makhluk bersel satu dengan satu progenitor (nenek moyang) sampai
terwujudnya manusia melalui modifikasi, adaptasi kondisi-kondisi alam, perjuangan untuk hidup,
dan seleksi alam atau survival of the fittest atau yang terkuat yang bertahan hidup (Darwin, 2007).
Teori Darwin mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang mengalami evolusi menjadi
manusia dengan jangka waktu yang lama. Sehingga dalam teori ini, untuk menjadi manusia
sesungguhnya harus mengalami beberapa tahap evolusi. Dimana kera-kera yang mampu
mempertahankan diri dalam tahap evolusi(kera kuat), kera itulah yang akan menjadi manusia.
C. Prinsip-prinsip Teori Evolusi Darwin
Berkaitan dengan asal-usul kehidupan, Darwin memaparkan teori evolusi di dalam buku
teori Darwin dalam pandangan sains dan islam (Yunus, Haryanto. & Abadi, 2006) sebagai berikut:
1. Kehidupan berasal dari zat-zat anorganik yang secara bertahap mengalami perubahan
menjadi makromolekul organik dan diperkirakan dimulai dari lautan.
2. Evolusi kimia dimulai dari atmosfer purba yang dengan bereaksinya bahan-bahan
anorganik dengan energi dari halilintar membentuk senyawa organik secara bertahap di
samudera, kemudian membentuk senyawa makromolekul sebagai komponen-komponen
pembentuk sel.
3. Makromolekul-makromolekul terkonsentrasi di cekungan secara progresif, akibat
kondisi yang relative kering dengan bantuan ATP dan enzim-enzim terjadi percepatan
reaksi sehingga terbentuk membran struktural serta fibril internal sebagai bagian sel
primitive yang merupakan kemungkinan terbentuknya kehidupan pada tahap pertama
kali.
4. Kemungkinan dimulainya evolusi dari laut ke darat dengan menggunakan analogi
perkembangan invertebrata dari air ke darat.
5. Perkembangan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu lama dari bentuk
sederhana menuju bentuk yang kompleks.
6. Mekanisme evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa mutasi gen yang
terjadi secara acak dan tidak terduga pada suatu tingkat populasi.
Keenam teori tersebut yang menjadi prinsip dasar dari teori Darwin, namun keenam teori
tersebut belum memiliki dasar teori lain maupun bukti yang dapat mendukung dan memperkuat
teorinya. Sehingga Darwin memikirkan kembali tentang prinsip kemungkinan “kemunculan
spesies”. Berikut ini adalah kemungkinan kemunculan spesies baru menurut Darwin:
1. Secara khusus diciptakan spesies baru pengganti spesies yang punah. Artinya apabila
terdapat atau ditemukan spesies baru maka spesies lama akan hilang, sehingga spesies
baru ini dapat dikatakan pengganti dari spesies yang lama. Dalam hal ini akan muncul
spesies-spesies baru yang akan menjadi pengetahuan baru, namun akan sulit
menemukan spesies yang lama.
2. Spesies-spesies tersebut berevolusi dari pendahuluan yang tidak tersingkir. Artinya,
spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa
silam yang mengalami evolusi melalui seleksi alam. Seleksi alam adalah keadaan
dimana alam melakukan seleksi terhadap makhluk hidup yang mampu mempertahankan
diri. Maka spesies yang tidak dapat mempertahankan diri akan musnah dan yang kuat
akan bertahan hidup. Sehingga dalam hal ini terjadi persaingan antara satu spesies
dengan yang lain. Persaingan didasarkan pada faktor makanan, tempat tinggal, dan lain
sebagainya (Yunus, Haryanto. & Abadi, 2006).
Melalui kedua teori kemungkinan munculnya spesies baru seperti yang dijelaskan di atas,
Darwin kembali memikirkan prinsip-prinsip teori evolusinya dan mencari setiap bukti yang dapat
mendukung teorinya. Sehingga ketika teori ini diperkenalkan pada masyarakat, Darwin dapat
diterima oleh banyak kalangan dan ia mampu meyakinkan masyarakat melalui bukti yang ada
sehinggamasyarakat luas lebih mudah percaya pernyataan dalam teori tersebut. Karena dalam hal
berpikir dan percaya, manusia lebih mudah mempercayai setiap hal yang nyata dan dapat
dibuktikan. Hal ini dikarenakan pandangan manusia sekarang ini seperti cara pandang induktif-
empiris yaitu “cara berpikir yang hanya mau menerima hal-hal yang dapat dibuktikan tampak nyata
oleh panca indera dan pikiran” (Mangunwijaya, 1999). Hal ini membuat Darwin terus berpikir
tentang teorinya seleksi alam dalam evolusi spesies, ia menyatakan prinsip-prinsip teori evolusinya
sebagai berikut:
1. Adanya variasi di antara individu-individu dalam satu keturunan. Artinya tidak ada
individu yang mempunyai sifat yang sama persis walaupun kembar satu telur. Akan
selalu ada perbedaan, artinya bahwa suatu spesies dapat mempunyai beberapa variasi,
apabila variasi jatuh dalam suatu lingkungan lain yang berbeda maka akan terjadi
variasi yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti temperature,
keadaan tanah, makanan, dan lain-lain. Hal ini sama dengan yang dijelaskan oleh
Lamarck tentang jerapah. Dalam teori ini menyatakan makhluk hidup akan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan tujuan mempertahankan hidup.
Seperti jerapah yang berleher panjang akibat mengambil dahan-dahan yang semakin
tinggi untuk keberlangsungan hidupnya.
2. Adanya pengaruh penyebaran geografis. Hal ini dapat dilihat dari burung-burung yang
ada di kepulauan Galapagos yang berasal dari daratan Amerika Selatan berbeda dengan
burung-burung yang ada di kepulauan Cape Verde yang terletak sebelah barat Afrika.
Kedua burung tersebut berasal dari Afrika namun varian kedua burung tersebut sesuai
dengan lingkungannya. Karena terletak geografis kedua berkembang menyimpang,
sehingga terbentuklah spesies baru. Maka dapat disimpulkan bahwa spesies terbentuk
karena adanya penyebaran geografis. Apabila terdapat makhluk hidup yang sama
namun memiliki tempat tinggal yang berbeda maka makhluk hidup tersebut akan
berbeda akibat letak geografisnya.
3. Ditemukannya fosil-fosil di berbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan adanya
perubahan secara berangsur-angsur. Fosil yang ditemukan inilah yang menjadi alasan
utama adanya evolusi. Fosil ini memiliki kemiripan dibagian tulang tangan pada
manusia, sayap pada burung, sayap pada kelelawar. Setiap tulang memiliki kesamaan,
walaupun lingkungan hidup mereka sangat berbeda. Sehingga Darwin menyimpulkan
bahwa evolusi itu memang benar terjadi melalui kemiripan tulang di bagian sayap
burung, kekelawar, dan manusia dari fosil yang ia temukan.
4. Adanya homologi antara organ sistem pada makhluk hidup. Hal ini menjadi petunjuk
terjadinya evolusi spesies, yaitu hubungan kekerabatan struktur organ tubuh di antara
anggota-anggota vertebrata dengan memperbandingkan anatomi lengan kelompok
vertebrata. Kemiripan tungkai depan (lengan) menyatakan bahwa makhluk hidup
mengalami evolusi karena adanya keadaan alam yang selalu berubah-ubah
menyesuaikan diri dengan kehidupan di darat dari kehidupan yang bermula di perairan.
Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup memiliki organ yang homolog yang dapat
dilihat dari kesesuaian kedudukan anatomi organnya, kesesuaian morfologi dari
organnya, kesesuaian keadaan histologinya, dan kesesuaian perkembangan embrionya.
Bagian organ juga memiliki sifat analogi yang berarti bahwa memiliki fungsi yang sama
tanpa memperhatikan asalnya, contohnya sayap serangga dan sayap burung.
5. Adanya data sebagai hasil studi mengenai kooperatif perkembangan embrio.
Perkembangan embrio ini mengulangi proses evolusi yang dialami oleh nenek moyang
di zaman purba karena embrio empat jenis hewan vertebtara (ayam, reptile, babi dan
manusia), mulai dari tingkat pembuahan, pertemuan sperma dengan sel telur, dan
hasinya adalah zigot yang akan mengalami beberapa proses menuju ke bentuk embrio.
Pada intinya teori evolusi tentang asal-usul kehidupan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kehidupan dimulai dari sel yang pertama muncul faktor kebetulan dari sel inti yang
berkembang dan berevolusi membentuk spesies-spesies baru.
2. Makhluk hidup berkembang dari nenek moyang yang sama dan varian timbul setelah
melalui rentetan perubahan kehidupan.
3. Perkembangan embrio mengulangi proses evolusi yang dialami oleh nenek moyang di
zaman purba secara ringkas melalui hukum biogenesis.
D. Pendukung Teori Evolusi Darwin
Teori evolusi ini tidak akan menjadi kuat apabila tidak disertai dengan bukti sebagai
pendukungnya. Berikut ini terdapat ahli yang mendukung teori Darwin, sehingga teori ini semakin
dipercaya. Thomas H. Huxley adalah seorang jago debat, ia menyetujui dasar-dasar kebenaran teori
Darwin (Harth, 1978). Thomas menyetujui teori Darwin tersebut, sehingga teori tersebut dapat
tersebar luas di dunia dan teori Darwin menjadi semakin kuat. Walaupun teori Darwin memiliki
banyak pendukung, gereja masih tetap menolak ajaran tersebut. Menurut pada teolog Kristen, teori
Darwin bertentangan dengan ajaran gereja. Oleh karena ajarannya yang keliru, Darwin dianggap
sebagai seorang ateis pada zamannya bahkan sampai sekarang. Apabila dilihat dan ditinjau kembali
teori Darwin memilki ajaran yang mengesampingkan Allah sebagai pencipta setiap makhluk hidup
yang ada di dunia ini. Hal ini dapat dilihat melalui teori Darwin yang terjadi secara kebetulan dan
juga spesies baru ada akibat adanya evolusi yang berkepanjangan. Evolusi inilah yang dapat
mengubah spesies lama menjadi spesies baru melalui seleksi alam yang terjadi untuk membentuk
speseies yang lebih kompleks dari yang sebelumnya.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ARGUMENTASI KEKRISTENAN TERHADAP TEORI EVOLUSI

A. Pandangan Alkitab Terhadap Teori Evolusi


Pada abad ke-18, orang-orang mengira bahwa Alkitab mengajarkan “ketertentuan jenis-
jenis”, yakni Tuhan menciptakan setiap jenis, bahwa semua jenis ini tidak pernah berubah.
Pandangan itu melatarbelakangi Darwin, seorang yang pernah menjadi mahasiswa sekolah tinggi
teologi menciptakan sebuah teori yang logis, yang tidak memberikan tempat bagi, dan tidak
memerlukan, seorang Pencipta (Tuhan). Dalam buku The Origin of Species, disampaikan bahwa
Darwin merasa sulit membayangkan “ketertentuan jenis-jenis” yaitu seorang Pencipta yang
melakukan penciptaan yang tak terbilang jumlahnya untuk menghasilkan ratusan ribu jenis dari
bermacam-macam tanam-tanaman dan hewan yang ada dan pernah ada (Ridenour, 1996, hal. 134).
Pada dasarnya, keadaan manusia yang telah berdosa menjadikan pikiran manusia rentan terhadap
segala kemungkinan kebohongan dan kebingungan. Dosa yang berdiam di dalam diri manusia
bekerja menarik, mengancam, menakut-nakuti bahkan orang percaya sekalipun dan dosa bekerja
menekan manusia ke dalam cetakan yang jahat (Lundgaard, 2004, hal. 8).
Jika ditinjau berdasarkan penjelasan Alkitab “Story of creation” (kisah penciptaan)
merujuk kepada aktivitas Allah dalam menjadikan alam semesta. Kitab Nehemia 9:6 berbunyi,
“Hanya Engkau adalah Tuhan! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala atasnya, dan laut
dan segala yang di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara sujud
menyembah kepada-Mu”. Ayat ini merupakan salah satu ayat yang menekankan bahwa Allah
adalah Pencipta alam semesta. Istilah “creation” merupakan korelasi (keterkaitan) antara aktivitas
berdaulat Pencipta dan tatanan ciptaan (Wolters, 2009, hal. 18). Menurut Berkhof, penciptaan dunia
adalah suatu tindakan bebas dari Allah Tritunggal (2007, hal. 234). Segala sesuatu keluar dari mulut
Bapa, pemikiran atau ide keluar dari Allah Putra, dan hidup keluar dari Roh Kudus. Secara umum
dapat dikatakan bahwa segala sesuatu keluar dari Bapa, melalui Putra, dan di dalam Roh Kudus.
Penganut paham evolusi teistik percaya bahwa Allah adalah Pencipta. Evolusi teistik
menyatakan eksistensi Allah kembali kepada alam semesta, yang bekerja di dalamnya, sebagai
suatu peraturan sesuai dengan hukum-hukum alam yang tak mungkin diubah dan hanya melalui
kekuatan fisik, tetapi di dalam beberapa contoh melalui intervensi yang ajaib secara langsung
(Berkhof, 1993, hal.260). Mereka meyakini bahwa Allah menciptakan sel yang pertama dan segala
sesuatunya berkembang semenjak itu melalui seleksi alam dan mutasi genetika. Teori ini bukanlah
doktrin penciptaan menurut Alkitab, juga bukan teori evolusi yang konsisten, sebab evolusi
didefinisikan sebagai “sejumlah perubahan-perubahan perlahan-lahan yang terus maju yang
disebabkan oleh suatu cara dari kekuatan yang tersembunyi” (Berkhof, 1993, hal.261).
Menurut Ridenour dalam buku “Dapatkah Alkitab Dipercaya?” (1996, hal. 151)
mengatakan ajaran tersebut tidaklah benar karena:
1. Jika pengikut Kristus menerangkan bahwa Allah bekerja melalui evolusi maka ia
menyangkal pengilhaman, kesempurnaan Alkitab, dan bertentangan dengan ajaran
Kristus sendiri. Gish mengatakan dalam bukunya, “Mustahil mempercayai evolusi
sekaligus mempercayai Alkitab yang menceritakan penciptaan” (1990, hal. 90).
2. Menerima evolusi teistik menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang kenyataan dosa
dan perlunya penebusan dosa. Jika manusia adalah bintang yang berkembang dari
sesuatu jenis binatang lainnya, maka dosa hanyalah proses perkembangan yang kurang
cukup. Sehingga, Injil tentang penebusan dosa tidak mempunyai arti apa-apa.
Darwin berpendapat bahwa manusia dan monyet berasal dari satu nenek moyang yang
sama. Ia berkata, “Manusia dan monyet hanya berbeda dalam derajat, bukan dalam jenis”.
Kerasionalan manusia adalah hasil dari evolusi, dari keadaan tidak mampu berpikir secara rasional,
yang kemudian dalam jangka waktu tertentu berkembang menjadi rasional. Hal tersebut tidaklah
benar. Dr. Vannevar Bush berkata, “Ilmu tidak pernah membuktikan sesuatu dalam pengertian yang
mutlak” (Ridenour, 1996, hal. 202). Lord Zucker, seorang ahli anatomi di Inggris dalam bukunya
(Beyond the Ivory Tower) membuat suatu pengakuan yang sangat penting. Ia mengatakan apabila
seseorang menolak kemungkinan penciptaan, maka jelas bahwa manusia adalah hasil evolusi dari
makhluk mirip kera, namun jika manusia berevolusi, tidak ada bukti yang mendukungnya dari
catatan fosil. Beliau mengakui bahwa tidak ada bukti dalam catatan fosil yang mendukung dugaan
bahwa manusia adalah hasil evolusi (Gish, 1990, hal. 98). Maka satu-satunya penjelasan yang tepat
dan terperinci dalam menanggapi hal tersebut adalah Alkitab. Alkitab adalah pernyataan diri Allah
yang tertulis (Mazmur 19:8-15).
B. Pengertian Manusia Menurut Alkitab
Istilah “manusia” pertama sekali dituliskan dalam kitab Kejadian 1 ayat 26 yang
menjelaskan pengetian dasar manusia. Ayat tersebut berbunyi, “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata
yang merayap di bumi.” Manusia adalah hasil unik dari karya cipta Tuhan (Ridenour, 1996, hal.
164). Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri dan Ia menghembuskan
nafas hidup sehingga manusia itu menjadi makhluk hidup (Kejadian 2:7).
“Dicipta menurut gambar dan rupa Tuhan” membuat manusia mirip dengan Tuhan.
Kemiripan manusia dengan Pencipta harus dimengerti dari unsur rohani. Manusia tidak mirip
dengan Tuhan secara jasmaniah karena Tuhan tidak bertubuh jasmaniah, Ia adalah Roh (Tong,
1997, hal. 12). Itu sebabnya, manusia dicipta sebagai makhluk yang bersifat rohaniah, yang berbeda
dari makhluk-makhluk lainnya. Hal ini berarti ada “jurang” yang lebar antara manusia dan binatang.
Manusia berbeda jenisnya dari binatang, bukan berbeda derajatnya semata (Ridenour, 1996, hal.
164). Manusia diciptakan menurut gambar Allah berarti manusia itu sempurna seperti Allah namun
ditempatkan di bawah-Nya (Baan, 2012, hal. 8).
Menurut Katekismus Heidelberg manusia mewakili tiga jabatan Kristus di dalam dirinya
yaitu sebagai Imam, Raja, dan Nabi. Sebagai iman, manusia mempersembahkan dirinya sendiri
kepada Tuhan dalam seluruh hidupnya dan mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh. Sebagai raja,
manusia bersama Allah memerintah seluruh ciptaan lainnya dan hidup tanpa dosa. Sebagai nabi,
manusia melekat dengan Allah melalui pengetahuan yang benar tentang Dia dan selalu
memuliakan-Nya (Baan, 2012, hal. 8). Sedangkan bintang tidaklah demikian.
Manusia diciptakan dari “debu tanah” dan jiwa manusia berasal dari “nafas” Tuhan sendiri
menunjukkan bahwa Tuhan telah menghubungkan hidup-Nya sendiri dengan gumpalan zat lembam
yang telah dibentuk-Nya dan nafas ilahi-Nya meresapi bahan itu dan mengubahnya menjadi benda
hidup. Perpaduan yang unik antara debu dan keilahian tersebut menghasilkan ciptaan yang sangat
bagus dan mulia yaitu manusia (Ridenour, 1996, hal. 166). Ketika Tuhan menciptakan manusia, Ia
membubuhkan sesuatu yang lebih dari semua ciptaan lainnya khususnya binatang. Manusia
memiliki relasi vertikal yang tidak dapat dipersamakan dengan bintang.
C. Pengertian BinatangMenurut Alkitab
Kejadian 1:24-25 mengatakan, “Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan
segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan
jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala
jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Pengertian firman
dalam penciptaan adalah perintah-perintah Allah dalam mencipta. Hal inilah yang dimaksud oleh
pemazmur ketika berkata, “Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan” (Mazmur 33:6). Oleh
perintah-Nya Allah “membentuk” alam semesta yang tidak berbentuk menjadi suatu mahakarya
seni seorang seniman (Wolkers, 2009, hal. 28). Maka, kitab Kejadian 1:24-25 menjelaskan bahwa
binatang adalah suatu mahakarya seni yang dijadikan oleh Allah untuk menyatakan kuasa dan
kebesaran-Nya.
D. Perbedaan Hakiki Manusia dan Binatang Menurut Para Teolog Kristen
1) Perbedaan Hakiki Manusia dan Binatang menurut Stephen Tong
Menurut Tong dalam buku Roh Kudus, Suara Hati Nurani, dan Setan (1997, hal. 18-22)
menjelaskan perbedaan manusia dan hewan dalam dua konsep besar yaitu konsep barat dan timur.
- Konsep Barat
2300 tahun yang lalu, seorang bernama Aristoteles menemukan bahwa manusia dan
binatang sangat berbeda, karena manusia memiliki daya pikir yang tidak mungkin terdapat
pada binatang. Konsep barat menyatakan bahwa perbedaan binatang dan manusia adalah
rasio. Manusia memiliki rasio maka manusia dapat berspekulasi, dapat berimajinasi, dapat
melakukan deduksi atau induksi, dapat berhitung secara matematik, dapat memiliki
kemampuan prediksi, dan berlogika untuk menemukan dalil-dalil dan prinsip-prinsip sehingga
manusia adalah makhluk rasional. Walaupun ada manusia yang mengalami kerusakan atau
cacat sehingga menjadi bodoh atau idiot, anak-anaknya tetap adalah anak manusia yang
memiliki sifat dasar manusia sebagai makhluk rasional.
- Konsep Timur
Seorang Cina kuno bernama Mencius berpendapat bahwa yang membedakan manusia
dengan binatang adalah hati nurani (conscience). Dalam bukunya, Mencius mengartikan kata
ren sebagai manusia dengan sifat kemanusiaan yang lemah lembut, cinta kasih, pengertian,
memiliki simpati kepada orang lain, dan perlakuan yang sopan. Maka Mencius menekankan
empat perasaan yang hanya dimiliki manusia dan yang membedakannya dari semua binatang
yaitu:
1. Manusia dapat merasa terharu dan berbelas kasihan,
2. Manusia malu ketika berbuat salah,
3. Manusia mampu membedakan yang baik dan jahat,
4. Manusia merasa tertarik pada hal-hal yang sangat indah.
Namun, jika dibandingkan dengan Alkitab, pikiran Aristoteles maupun Mencius masih
terlalu sempit atau dangkal. Alkitab di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru akan
menjelaskan perbedaan manusia dan binatang dengan lengkap dan sempurna. Alkitab bukanlah
buku yang memberikan penjelasan-penjelasan ilmiah, namun Alkitab yang akan mengajarkan
bagaimana dan megapa Tuhan menciptakan manusia. Kejadian 1:27 berkata, “Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki
dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Ayat ini menjelaskan bahwa pada saat Allah mencipta
manusia, Ia telah mencipta manusia sebagai manusia sehingga hasil dari ciptaan itu benar-benar
adalah manusia yang segambar dengan-Nya. Allah tidak menciptakan suatu makhluk yang nantinya
akan berproses menjadi manusia seperti ulat yang berubah menjadi kupu-kupu. Ia menciptakannya
secara langsung dan segera.
2) Perbedaan Hakiki Manusia dan Binatang menurut Werner Gitt
Menurut Gitt dalam buku Keajaiban Manusia (2009, hal. 167-177) ada sepuluh aspek di
dalam diri manusia yang membedakannya dengan hewan:
1. Seperti Allah, manusia bisa berbicara.
Allah adalah Allah yang berbicara. Kejadian 1:28 berkata, “Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka.” Dalam ayat ini menyatakan bahwa Allah
berbicara kepada Adam dan Hawa. Manusia disapa oleh Allah, dan terpanggil untuk
menjawab. Hanya manusia yang mendapat karunia kemampuan berbicara karena
mereka dicipta segambar dan serupa dengan-Nya. Ini jelas memisahkan manusia dari
dunia hewan dan menolak evolusionisme. Manusia mampu menggunakan kata-kata
secara kreatif, mengungkapkan semua perasaan dalam kata-kata, dan bisa menjalin
hubungan saling percaya, tidak ada makhluk lain di bumi yang mampu melakukan hal
tersebut (Gitt, 2009, hal. 167). Sedangkan sistem berkomunikasi di antara binatang
sudah tetap dan terbatas. Berkomunikasi secara kreatif tidak bisa dilakukan oleh
binatang (Gitt, 2009, hal. 169).
2. Seperti Allah, manusia bisa berpikir.
3. Seperti Allah, manusia bisa menulis.
Alkitab menyebutkan dua peristiwa ketika Allah menulis sesuatu. Pertama, ketika
Ia memberikan Sepuluh Hukum kepada Musa di Gunung Sinai. Yang kedua, saat pesta
Raja Belsyazar (Daniel 5:5-6). Kemampuan menulis yang hanya mampu dilakukan oleh
manusia adalah salah satu pencapaian terbesar dari intelek ciptaan tertinggi.
4. Seperti Allah, manusia kreatif.
5. Seperti Allah, manusia dapat menghargai dan menciptakan barang-barang yang indah.
6. Seperti Allah, manusia mempunyai kehendak sendiri.
7. Seperti Allah, manusia bisa menilai dan memutuskan.
8. Seperti Allah, manusia bisa mengasihi.
Dalam 1 Yohanes 4:16, “Allah adalah kasih”. Kalau manusia milik Allah,
manusia juga akan memancarkan kasih. “Dengan demikian semua orang akan tahu
bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes
13:35).
9. Seperti Allah, manusia bisa setia dan benar.
10. Seperti Allah, manusia bisa bersekutu dengan Allah, sama seperti Dia bersekutu dengan
manusia.
Ciri manusiawi lain yang membedakan manusia dari binatang adalah (Gitt, (2009, hal.
178):
1. Manusia adalah makhluk sejarah. Manusia mencatat kejadian yang sudah lampau,
menceritakannya kembali, merenungkannya, dan belajar dari sejarah tersebut.
2. Manusia memiliki keinginan untuk mengetahui segala sesuatu, mempunyai dunia yang
dapat dimengeti dan pandangan hidup tentang semua kenyataan. Hanya manusia yang
peduli dengan asal-usulnya, dengan tujuan hidupnya, dan kemana mereka akan pergi.
3. Hanya manusia yang merenungkan tentang kematian dan menguburkan jenasah orang
lain. Kesadaran akan keabadian telah ditaruh di dalam hati manusia (Pengkotbah 3:11).
Piramida di Gizeh contohnya, orang Mesir tahu bahwa akan ada kehidupan sesudah
kematian, karena itu mereka mencoba mempersiapakan diri dengan membangun
piramida.
Allah telah memberikan gambaran diri-Nya sendiri pada manusia dengan sebuah mandat
untuk terus berkembang (Wolkers, 2009, hal. 50). Umat manusia, sebagai wakil Allah di bumi,
melanjutkan apa yang telah diselesaikan oleh Allah (Wolkers, 2009, hal. 51). Manusia harus
meneruskan pekerjaan perkembangan tersebut, dengan berkembang biak dan membentuk alam
ciptaan dengan baik. Allah memberikan mandat ciptaan kepada manusia, “Beranakcuculah dan
bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklutkkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kejadian 1:28).
Tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan pembeda manusia dari segala makhluk
ciptaan Allah lainnya. Allah meletakkan segala-galanya di bawah kaki manusia, dan manusia
berkuasa atas segala ciptaan tangan Allah (Mazmur 8:7). Itulah kemuliaan yang dianugerahkan
Allah kepada manusia yang merupakan mahkota dari ciptaan Allah. Berdasarkan rencana yang
sudah ditetapkan Allah tersebut, Gitt dalam buku “Keajaiban Manusia” (2009, hal. 164)
menetapkan beberapa fakta bahwa:
- Rencana penciptaan manusia dijalankan sesudah semua hewan diciptakan. Jadi manusia
jelas terbedakan sebagai makhluk lain, tidak ada hubungan apa pun dengan dunia
hewan.
- Tindakan menciptakan ini tidak hanya melibatkan Allah Bapa, melainkan juga Sang
Putra dan Roh Kudus. Hal ini dinyatakan dari penggunaan bentuk jamak “menurut
gambar dan rupa Kita”.
- Manusia diciptakan untuk menguasai ciptaan (fisik). Manusia adalah pengawas, karena
sudah diberi tangung jawab untuk memeliharannya. Tugas manusia adalah menjaga
seluruh ciptaan-Nya.

BAB IV
KESIMPULAN

Ciptaan adalah format aktual dari rancangan (pikiran) Allah yang dibuat sebelum dunia
(alam semesta) dijadikan. Sehingga ciptaan khususnya alam semesta menyatakan bahwa Allah
Pencipta. Manusia adalah the image of God yang bukan hanya menyatakan Allah tetapi juga
mampu mengenal Allah. Namun, dosa membuat ciptaan (alam semesta) tidak cukup untuk
mengenal Allah dan manusia tidak mampu mengenal Allah. Rasio yang harusnya digunakan
manusia untuk menguasai alam semesta, menjalankan mandat ciptaan, dan membawa pada
pengenalan akan Allah yang Mahabesar dan Makakuasa sebagai Pencipta telah rusak. Manusia
berlomba-lomba meneliti, menemukan, dan memublikasikan hasil penelitiannya tentang alam
semesta namun semuanya tidak sempurna, tidak memiliki pembuktian yang cukup, dan tidak
bertahan lama. Teori-teori tersebut dapat dibantah dan diganti dengan teori baru yang sesuai dengan
peradaban manusia dan diterima secara universal. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan tidak
pernah membuktikan sesuatu dalam pengertian yang mutlak. Pertanyaan-pertanyaan mendasar
tentang asal usul kehidupan danpengertian manusia menjadi hal yang sangat sulit untuk dijawab.
Satu-satunya sumber pengetahuan yang mutlak dan tidak berubah-ubah adalah Alkitab.
Pertanyaan mendasar tentang asal usul kehidupan dan manusia semuanya terjawab dengan jelas di
sana. Allah telah menyatakan diri-Nya sendiri, baik melalui alam maupun melalui Firman-Nya.
Oleh karena dosa, keberadaan alam dan keilmuan tidak cukup membawa manusia kepada
pengertian yang benar dan keselamatan. Alkitab lah yang akan menunjukkan dan menjelaskan
dengan sempurna awal segala sesuatu dimulai.Keilmuan oleh teori Darwin mengatakan bahwa alam
semesta dan manusia mengalami perubahan yang dinamakan evolusi. Evolusi adalah suatu
perubahan atau pertumbuhan pada makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga terbentuk spesies baru. Teori evolusi ini ditemukan oleh
Darwin pada tahun 1800 sampai 1882.
Darwin mengatakan bahwa kehidupan dimulai dari sel yang pertama muncul faktor
kebetulan dari sel inti yang berkembang dan berevolusi membentuk spesies-spesies baru, makhluk
hidup berkembang dari nenek moyang yang sama dan varian timbul setelah melalui rentetan
perubahan kehidupan, dan perkembangan embrio mengulangi proses evolusi yang dialami oleh
nenek moyang di zaman purba secara ringkas melalui hukum biogenesis.Adapun bukti dari teori
Darwin adalah adanya variasi di antara individu-individu dalam satu keturunan, ditemukannya fosil-
fosil di berbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-
angsur,adanya homologi antara organ system pada makhluk hidup, adanya data hasil studi
mengenai kooperatif perkembangan embrio, dan dukungan dari Thomas H. Huxley.
Kekristenan memandang teori evolusi sebagai suatu pengetahuan yang butuh pembaharuan
dan perbaikan. Orang-orang Kristen tidak bisa mengabaikan suatu kritik-kritik ilmiah maupun
kebohongan-kebohongan ilmiah, betapapun tidak wajarnya dan tidak berdasarnya teori tersebut.
Karena ilmu sendiri adalah suatu pengetahuan yang objektif untuk mencari suatu kebenaran di
mana saja kebenaran itu diperoleh. Respons seperti inilah yang harus dimiliki ketika membahas dan
memperbaiki suatu teori evolusi telah gagal atau salah. Pada dasarnya, kaum evolusionis tidak
mampu menjelaskan proses pembentukan satu protein pun, baik dari hukum probabilitas maupun
hukum fisika dan kimia. Jika satu protein saja tidak dapat dibuktikan dan dijelaskan, apakah masuk
akal jika jutaan protein menyatukan diri membentuk sel, lalu miliaran sel secara kebetulan pula
menyatukan diri membentuk organ-organ hidup, lalu membentuk ikan, kemudian ikan beralih ke
darat, menjadi reptile, lalu menjadi burung, kera, dan akhirnya manusia?
Sebagai orang Kristen, pemahaman tentang asal usul manusia harus bergerak atas dasar
prinsip Alkitab bahwa Allah adalah Pencipta dan oleh karena itu Ia juga merupakan Pencipta ilmu,
yakni studi tentang manusia.Jika ditinjau berdasarkan penjelasan Alkitab dalam kitab Nehemia 9:6
berbunyi, “Hanya Engkau adalah Tuhan! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala atasnya,
dan laut dan segala yang di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara
sujud menyembah kepada-Mu” menyatakan bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa-Nya sehingga ia adalah mahkota ciptaan. Manusia memiliki relasi
vertikal dengan Sang Pencipta yang tidak dapat dipersamakan dengan bintang.Allah telah
memberikan sebuah mandat kepada manusia untuk meneruskan pekerjaan perkembangan dengan
berkembang biak dan mengolah alam ciptaan dengan baik. Manusia diciptakan dengan kesadaran
akan diri sendiri, perasaan, emosi, tekad, dan kemauan. Manusia diberikan pencaindera yang sudah
sangat maju, kemampuan berpikir, memiliki hati nurani, dan yang paling penting kesadaran akan
Tuhan. Intinya, teori evolusi bukanlah suatu pengetahuan yang benar akan pembentukan alam
semesta dan penciptaan manusia. Satu-satunya yang menjadi fondasi dalam menjelaskan proses dan
tujuan dari terbentuknya alam semesta dan diciptakannya manusia adalah Firman Allah (Alkitab).
Daftar Pustaka

Baan, G.J. (2012). Tulip: Lima pokok calvinisme. Surabaya: Momentum.


Berkhof, L. (2007). Teologi sistematika volume 1: Doktin Allah. Surabaya: Momentum.
Darwin, C. (2007). The origin of species. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Fayelidi, T., & Nurhakim, S. (2012). Manusia dan penemuannya. Jakarta: Bestaria Buana Murni.
Gish, D. T. (2002). The amazing story of creation from science and the Bible. USA: Institute of
Creation Research.
Gitt, W. (2009). Keajaiban manusia. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Hadiwijono, H. (2006). Religi suku murba di Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia.
Hart, M.H. (1978). 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam dunia. Amerika Serikat: Carol
Publishing Group/Citadel Press.
Lundgaard, K. (2004). Musuh dalam diriku. Surabaya: Momentum.
Ridenour, F. (1996). Dapatkah Alkitab dipercaya? Apologetika untuk kaum awam. Jakarta: Gunung
Mulia.
Santoso, B. (2007). Biologi untuk SMS/MA kelas XII. Jakarta: Inter Plus.
Siska, Y. (2015). Manusia dan sejarah. Yogyakarta: Garudhawaca.
Strathern, P. (2003). Crick, Watson, dan DNA. Jakarta: Erlangga.
Tong, S. (1997). Roh Kudus, suara hati, dan setan. Surabaya: Momentum.
Wolters, A. M. (2009). Pemulihan ciptaan. Surabaya: Momentum.
Yahya, H. (2004). Agama darwinisme. Solo: Tiga serangkai.
Yunus, R., Haryanto, B., & Abadi, C. (2006). Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam.
Depok: Prestasi.

Anda mungkin juga menyukai