Anda di halaman 1dari 20

Makalah

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi yang Diampuh Oleh
Ibu Dr. Frida Maryati Yusuf, M.Pd
Disusun Oleh:
Nama : Deisy Fitriana Maunu
NIM : 431419012
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas : B
Semester : 4 (Empat

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring
dengan itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
menjelaskan secara ringkas mengenai “Perkembangan Teori Evolusi”. Penulis
menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Karena “Tak ada gading yang tak
retak”. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Gorontalo, 21 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
2.1 Teori Evolusi Masa Pra Darwinisme ..............................................................3
2.2 Teori Masa Darwin .........................................................................................8
2.3 Neodarwin.......................................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................15
3.2 Saran ...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup yang ada di bumi mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Seiring dengan perubahan lingkungan tersebut, terjadi pula perubahan
pada makhluk hidup. Perubahan-perubahan yang terjadi pada makhluk hidup
dipelajari dari zaman ke zaman dalam suatu teori yang disebut teori evolusi.
Evolusi dalam biologi berarti proses komplek pewarisan sifat organisme yang
berubah dari generasi ke generasi dalam kurun waktu jutaan tahun. Evolusi
berusaha memahami faktor-faktor yang mendorong terbentuknya berbagai
makhluk hidup dimuka bumi ini.
Sejak abad ke-16 SM, banyak ahli yang telah berusaha mengemukakan
pendapatnya tentang asal-usul berbagai makhluk hidup yang ada di dunia dan
banyak pendapat mereka menjadi fondasi teori evolus. Evolusi adalah proses
perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang berlangsung sangat lambat dan
dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga merupakan perkembangan
makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahandalam jangka waktu
yang lama dari bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek Evolusi juga
dapat diartikan proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit
danmemakan waktu yang lama.Selama kehidupan masih tetap berlangsung,
kejadian-kejadian alam akan terus menyertai aktifitas kehidupan setiap
organisme yang ada di dunia.
Lingkungan hidup yang ada dibumi mengalami perubahan dari waktu
kewaktu. Seiring dengan perubahan lingkungan tersebut, terjadi pula pada
makhluk hidup. Perubahan-perubahan terjadi pada makhluk hidup dari zaman
ke zaman yang dipelajari dalam suatu teori yaitu teori evolusi. Banyak teori
relvolusi yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi tampaknya belum ada
satupun yang dapat menjawab semua fakta dan fenomena tentang sejarah
perkembangan makhluk hidup.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori evolusi masa pra darwinisme?
2. Apa yang dimaksud dengan teori masa darwin?
3. Apa yang dimaksud dengan neodarwin?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui teori evolusi masa pra darwinisme.
2. Mahasiswa dapat mengetahui teori masa darwin.
3. Mahasiswa dapat mengetahui neodarwin.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Evolusi Masa Pra Darwinisme
Dalam arus globalisasi, ilmu pengetahuan semakin berkembang, teori
evolusipun berkembang sejalan dengan perubahan zaman. Pemikiran tentang
teori evolusi selalu berubah dalam kurun waktu tiga abad lebih (Widodo,
2003).
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan.
Organisme yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi
yang besar adalah sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan
lingkungan. Respons ini berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk
individu hidup yang kemudian dilangsungkan kepada generasi selanjutnya
melalui suatu proses pewarisan sifat yang telah mengalami perubahan itu.
Masa praDarwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu :
a. Masa Fixixme
Pada abad ke-18, para ilmuwan beranggapan bahwa suatu jenis
organisme adalah tetap dan tidak mengalami perubahan. Teori Faxisme ini
meyakini adanya aneka ragam spesies makhluk yang bersifat independen;
artinya manusia berasal dari manusia dan seluruh binatang yang lain juga
berasal dari spesies mereka masing-masing. Para ahli beranggapan bahwa
suatu jenis organisme adalah identik sebagai ciptaan Tuhan. Pada masa itu
tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan perkerabatan antara
organisme satu dengan organisme lainnya. Semua kegiatan biologis
dianggapan sebagai tepat seperti apa yang tercantum dalam ajaran yang
sudah diturunkan nabi, sedangkan kelainan pada maakhluk hidup dianggap
sebagai kutukan Tuhan.Penganut teori ini adalah Aritoteles, Plato, dan
Carrolus.

6
 Plato (428-348 SM): la membayangkan seorang pencipta yang
menciptakan dunia dari kehancuran dan kemudian menciptakan dewa-
dewa yang lalu membuat manusia laki-laki. Wanita dan hewan timbul
dari reinkarnasi jiwa laki-laki. Makin cacat jiwa itu makin rendah
reinkarnasinya.
 Aristoteles (384-322 SM): Adalah seorang pengamat alam yang teliti
dan melihat banyak bukti mengenai desain dan tujuan. Menurut
pandangan Aristoteles telah terjadi proses penyempurnaan di bumi
oleh kekuatan supernatural, kekuatan yang membimbing
penyempurnaan sehingga terdapat beraneka ragam makhluk hidup.
Beliau menggolongkan semua organisme di dalam suatu skala alam
atau nature scale yang meliputi dari organisme sederhana sampai yang
kompleks, namun demikian Beliau tidak mengemukakan postulat
adanya hubunagn satu golongan dengan golongan organisme lainnya
dalam proses kejadiannya (Widodo, 1993).
 Carolus Linnaeus (1707-1778): Carolus Linnaeus dilahirkan tanggal
23 Mei 1707 disebuah desa kecil di Swedia, sebagai anak seorang
pendeta. Dia mula-mula juga bekerja untuk menjadi pendeta,
kemudian belajar untuk menjadi tabib, tetapi kemudian dia lebih
tertarik pada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pada umur 24 tahun ia
sudah memberi kulaih-kuliah dan demonstrasi pada Universitas di
Uppsala. Setelah mengadakan perjalanan penyelidikan di Laplandia
maka dia menikah setelah itu pergi ke Belanda. Pada tahun 1735 ia
telah lulus dari Universitas Harderwijk yang dibubarkan dalam abad
19. Kemudian ia pergi ke Leiden dan mencetak buku "systema
Naturae". Dalam buku ini pembagian sistematiknya sudah
dibentangkan secara skematis. Karangan-karangannya yang terkenal
adalah: Fundamenia Botanica, Classae Plantarum, Philosophia
Botanica dan Genera Plantarum, Systema Naturae, Spesies Plantarum
dan lain-lainya. Setelah mengunjungi paris, Linnaeus kembali ke
Swedia untuk menjadi mahaguru di Uppsala. Disinilah ia menjadi

7
salah satu dari mahaguru-mahaguru yang terkenal di zaman itu,
sehingga Raja Swedia mengangkat dia menjadi seorang bangsawan.
Linnaeus menyampaikan bahwa:
1. Semua tanaman dan binatang yang hidup sekarang ini dahulu
dengan serentak diciptakan diatas bumi oleh satu ciptaan saja.
2. Mereka diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini.
3. Tidak pernah ada tanaman-tanaman dan binatangbinatang yang lain
di bumu ini kecuali tanamantanaman dan binatang-binatang yang
hidup sampai sekarang.
Pembagian sistematika hewan menurut Linnaeus adalah sebagai
berikut:
1. Binatang-binatang menyusui
2. Burung-burung
3. Ampibi-ampibi
4. Cacing-cacing
5. Serangga-serangga
Binatang-binatang menyusui ini dibagi lagi menjadi 8 golongan.
Binatang yang termasuk salah satu dari 8 golongan ini diantaranya
ialah:
(1) Gajah;
(2) Sapi Laut;
(3) Macan Loreng;
(4) Pemakan Semut;
(5) Trenggiling.
Pembagian ini jelas tidak didasrkan atas persamaanpersamaan cara
hidup dari binatang-binatang itu dan ia tetap tidak menyangsikan
kebenaran teori penciptaan.
b. Masa Adaptasi dan Transformasi
Menurut Widodo (1993), teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
tidak ada satu makhluk hidup pun yang identik sehingga muncul masalah
mengenai dari mana datangnya perbedaan. Jean Baptiste Lamarck

8
mencoba menerangkan perbedaan-perbedaan antar organisme dengan
mengemukakan bahwa suatu organisme berubah sesuai dengan kebiasaan
sewaktu masih hidup. Perubahan yang terjadi merupakan proses
tranformasi dan dapat diturunkan pada anaknya.
Dalam teorinya, J.B. Lamarck (Jean Baptist Pierre Antoine De Monet,
Chavalier De Lamarck) (1744-1829 M) mengemukakan bahwa suatu
organisme berubah sesuai dengan aktivitas ataupun kebiasaan sewaktu
masih dan perubahan / sifat perolehan tersebut diwariskan kepada generasi
berikutnya. Aktivitas / kebiasaan yang terjadi berulang-ulang akan
menyebabkan terjadinya perubahan fisik danfungsinya. Diantara sebab-
sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan
tubuh makluk hidup yaitu pentingnya mempergunakan dan tidak
mempergunakan alat tubuh tertentu. Misalnya saja berdasarkan teori ini,
menurut lamarck nenek moyang menjangan tidak bertanduk. Namun,
dikarenakan sering mengadu kepala maka tanduk tumbuh dikepala
menjangan. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan
tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan
sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap
perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak
akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak
sempurna pada keterunannya (Widodo, 1993).
Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini didasarkan atas
adanya perbedaan antara makhluk satu dengan lainnya. Erasmus Darwin,
yang tiada lain kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya “Zoonomia”
menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama.
Respons fungsional yang dimiliki oleh individu makhluk hidup akan
diwariskan kepada keturunannya.
Lamarck, adalah biologiwan Perancis yang dikenal karena
pendapatnya dalam teori tentang evolusi kehidupan. Dia menyatakan
bahwa perbedaan- antar individu terjadi karena kebiasaan atau latihan-
latihan yang dilakukan individu tersebut. Hal yang diperoleh melalui

9
latihan dapat diturunkan kepada anaknya. Contoh yang dikemukakan
adalah leher jerapah. Hewan ini memiliki leher yang panjang karena mulut
di kepala selalu digunakan untuk meraih daun-daun pakannya yang
semakin tinggi.
Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu bentuk teori evolusi
kehidupan, yang kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan
adanya perubahan linear pada makhluk hidup dari bentuk tersederhana
menuju bentuk yang lebih canggih. Walaupun demikian, ia mendasarkan
pada pendapat yang telah berlaku sejak masa kuno yang menyatakan
bahwa setiap spesies sudah ada sejak penciptaan kehidupan. Pemikiran ini
bertentangan dengan banyak pendapat sarjana Perancis sezamannya, yang
lebih condong pada perkembangan spesies. Ketika itu dinyatakan bahwa
spesies-spesies terbentuk dalam perkembangan proses kehidupan, tidak
"langsung jadi" begitu saja. Perubahan yang terjadi pada spesies adalah
sebagai akibat respons mmakhluk hidup terhadap lingkungan (adaptasi).
Anggota tubuh yang terlatih akan menguat, sementara yang tidak terpakai
akan melemah dan tereduksi. Hasil adaptasi (sedikit demi sedikit) ini lalu
diwariskan secara turun-temurun kepada anaknya dan berlanjut sepanjang
masa.
Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan teori
mereka, teori Lamarck sering kali disitir untuk menyanggah pendapat
Darwinisme tentang seleksi alam. Pertentangan pemikiran ini baru tuntas
setelah cabang ilmu Genetika semakin dikenal orang pada abad ke-20.
Konsep-konsep genetika banyak memberi dukungan pada Darwinisme.
Para pendukung materialisme dialektika, pemikiran yang berkembang
pesat di akhir abad ke-19, menganggap Lamarckisme sesuai dengan
ideologi mereka, dan melahirkan Neo Lamarckisme. Kaum ini menolak
teori evolusi Darwin, mengadopsi Lamarckisme, dan bahkan
mempraktekkannya dalam bidang pertanian di negara-negara komunis.
Vernalisasi (perlakuan suhu rendah) terhadap benih gandum dianggap
dapat "melatih" tanaman sehingga tahan menghadapi musim dingin.

10
Pendapat ini dipercaya karena hasil penelitian Ivan Mitschurin, seorang
pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.

2.2 Teori Masa Darwin


Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul
bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan
kemudian menyebar luas di abad ke-19. Paham materialisme berusaha
menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi dan mengingkari
penciptaan Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik
paling mendasar akal manusia ini, memunculkan “teori evolusi” di
pertengahan abad ke-19.
Orang pertama yang mempelajari masalah evolusi secara mendalam
sebagai sebuah gagasan yang berasal dari bangsa Yunani Kuno adalah
biologiawan Prancis, Jean Baptist Lamarck. Teori Lamarck (Yahya, 2003:10),
menyebutkan bahwa: “Makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang mereka
peroleh selama hidup ke generasi berikutnya”. Misalnya dalam pandangan
Lamarck (Petri, 1965:16): “Jerapah telah berevolusi dari binatang sejenis
kijang yang memanjangkan leher terus-menerus saat berusaha mendapatkan
makanan di dahan pohon yang lebih tinggi”. Namun, kemunculan ilmu
genetika telah menguburkan teori Lamarck sekali dan untuk selamanya.
Orang kedua setelah Lamarck yang mempertahankan teori ini adalah
seorang naturalis amatir, Charles Darwin. Dalam bukunya The Origin of
Species, yang terbit pada tahun 1859. Darwin (Yahya, 2003:10), mengatakan:
“Semua spesies berasal dari satu nenek moyang yang sama melalui proses
yang terjadi secara kebetulan. Sebagai contoh, menurut Darwin; ikan paus
berevolusi dari beruang yang mencoba berburu di laut”. Sementara dalam
buku The Descent of Man terbit tahun 1971, Darwin menyatakan bahwa:
“Manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama, sedangkan
kerabat terdekat manusia yang belum punah, yakni gorila dan simpanse
(Howard, 1990:94-95). Sejak itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk

11
mempertahankan kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah
melakukan penelitian, pernyataan “evolusi manusia” belum pernah dilandasi
oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil.
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia
seorang naturalis yang tertarik pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut
mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan
kapal bernama “H.M.S. Beagle” yang berangkat dari Inggris tahun 1831
hingga 1836 yang merupakan perjalanan panjang berharga dalam sejarah ilmu
pengetahuan Eropa. Darwin sangat takjub melihat beragam species makhluk
hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos lepas
pantai Ekuador. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burungburung tersebut
disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia
menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep
“adaptasi terhadap lingkungan” (Howard, 1990:3-4).
Menurut Darwin (Hart, 1987:113): “Aneka spesies makhluk hidup tidak
diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang
sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam”. Darwin
menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Seleksi alam membahas
seputar gagasan bahwa makhluk hidup paling kuat menyesuaiakan diri dengan
kondisi alam habitatnya akan mendominasi dengan cara memiliki keturunan
yang mampu bertahan hidup, sebaliknya yang tidak mampu akan punah
(Yahya, 2001:22). Misalnya, dalam sekelompok rusa yang dimangsa oleh
binatang buas, rusa yang mampu lari lebih cepat akan bertahan hidup. Tetapi,
tentu saja mekanisme seperti ini tidak akan menyebabkan rusa berevolusi, hal
ini rusa tidak akan merubah mereka menjadi spesies lain. Rusa akan tetap
menjadi rusa. Namun contoh-contoh seleksi alam yang dikemukakan
evolusionis tersebut tidak lain hanyalah usaha untuk mengelabui masyarakat.
Seleksi alam sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada teori evolusi,
sebab mekanisme ini tidak pernah mampu menambah atau memperbaiki
informasi genetis suatu spesies.

12
Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies lain.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini
dalam bukunya pada bab “Difficulties of the Theory”. Kesulitan-kesulitan ini
terutama pada tumpukan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup yang
tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan. Darwin berharap
kesulitan-kesulitan ini akan teratasi di masa mendatang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan membuat sejumlah perkiraan. Kendatipun
telah berusaha keras, para evolusionis belum mampu menemukan satu pun
bentuk peralihan dalam kurung waktu 140 tahun sejak masa Darwin.
Derek A. Ager (Yahya, 2003:30), seorang evolusionis terkenal mengakui
fakta ini, mengatakan: “Jika kita mengamati catatan fosil dengan teliti, apakah
pada tingkat ordo atau spesies, maka yang selalu kita dapatkan bukanlah
evolusi bertahap, tetapi ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup
disertai kepunahan kelompok yang lain”. Kemunculan tiba-tiba makhluk
hidup di bumi adalah bukti bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan.
Sadar bahwa seleksi alam tidak berfungsi mendorong terjadinya evolusi,
evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam teori mereka di abad
ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen makhluk hidup karena
pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi.
Evolusionis menyatakan perubahan ini disebabkan organisme berevolusi.
Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyataan ini, sebab semua
mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk
hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan
mental maupun fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome), albinisme
(albino), dwarfisme (tubuh pendek), atau penyakit lain seperti kanker. Namun
para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan, bahkan buku-buku
pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang merusak ini disebut sebagai
“bukti evolusi”. Karena itulah neo-Darwinisme harus mengangkat mutasi
sejajar dengan seleksi alam sebagai penyebab perubahan-perubahan
menguntungkan. Akan tetapi, mutasi hanya dapat menjadi penyebab
perubahan-perubahan merugikan.

13
Seorang evolusionis, Warren Weaver (Yahya, 2001:26), mengatakan:
“Banyak orang yang tercengan oleh pernyataan bahwa hampir semua gen
mutan yang diketahui ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian
penting dalam proses evolusi, bagaimana mungkin sebuah efek yang baik-
evolusi ke bentuk kehidupan lebih tinggi-dihasilkan dari mutasi yang hampir
semuanya berbahaya”. Jadi tidak mengherankan, sejauh ini tidak ditemukan
satu mutasi pun yang berguna. Semua mutasi telah terbukti membahayakan.
Dengan demikian, makhluk hidup tidak mungkin berevolusi karena di alam
tidak ada mekanisme yang menyebabkannya. Kenyataan ini sesuai dengan
bukti-bukti catatan fosil, yang menunjukkan bahwa skenario evolusi sangat
menyimpang dari kenyataan. Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan
ilmu pengetahuan justru mementahkan teori evolusi.
Teori Darwin semakin tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan modern.
Ilmu pengetahuan modern menyuguhkan informasi bahwa segala sesuatu yang
ada di dunia ini, termasuk pada makhluk hidup, dirancang dan dibangun
dalam sebuah sistem yang sangat rumit namun mekanisme yang bekerja di
dalamnya sangat teratur dan sempurna. Tentu ada “invisiblehand” di balik
semua rancangan cerdas ini. Kenyataan ini telah membukakan mata para
ilmuan, sehingga mereka yang sebelumnya menjadi pendukung teori evolusi
menjadi berbalik menolak teori tersebut. Maka semakin hari semakin banyak
buku-buku yang dihasilkan para ilmuan untuk membuktikan kekeliruan teori
Darwin.

2.3 Masa Neo-Darwinisme


Banyaknya kritikan terhadap kelemahan-kelemahan Darwinisme,
menyebabakan teori ini mengalami perkembangan, terutama seleksi alam
bukan sebagai factor penyebabevolusi organic,tetapi hanya factor pengarah
dan pembatas terhadap varian yang telah ada Bahan baku evolusi organik
adalah variasi.

14
Neodarwinisme merupakan hasil pengembangan juga dinamakanTeori
Darwin abad 20 atau Teori Modern Transformasi bertahap yang didorong oleh
seleksi alam yang berperan pada kesatuan genetis (Waluyo, 2010).
Teori evolusi neo-Darwinian mengatakan bahwa semua kehidupan di
Bumi muncul dari satu nenek moyang melalui mutasi acak hingga gen yang
selamat dari seleksi alam. Organisme dengan mutasi menguntungkan
menghasilkan lebih banyak keturunan, mereka dengan mutasi yang merusak
menghasilkan lebih sedikit (atau tidak ada) keturunan. Beberapa mutasi
menguntungkan memberikan adaptasi baru pada lingkungan baru atau
lingkungan yang berubah, sehingga menghasilkan jenis organisme baru.
Untuk mendapatkan informasi ekstranew yang diperlukan untuk membangun
organisme yang lebih kompleks, gen yang ada pasti telah diduplikasi dan
kemudian bermutasi menjadi sesuatu yang berguna (William, 2007).
Lahirlah “neo-Darwinisme” atau pembaharu Darwin. Karenan ya disini
kita hendakn ya meluruskan kesalah pahaman umum terkait hukum Mendel
dan Evolusi. Mendel tak hanya menentang model evolusi Lamarck, tetapi juga
Darwin. seperti yang dia tuliskan dalam karyanya berjudul “Mendel’s
Opposition to Evolution and Darwin” Penentangan Mendel atas Evolusi dan
Darwin] yang dipublikasikan dalam Journal of Heredity. Dijelaskan bahwa
Mendel sangat memahami The Origin of Species [Asal Usul Spesies] dan ia
menentang teori Darwin; Darwin mendukung munculnya keturunan dengan
perubahan melalui seleksi alam, sedangkan Mendel mendukung keyakinan
agama tentang penciptaan khusus.” (Yahya, 1994). Para Ilmuwan yang
bersikeras menyatukan Darwinisme dengan ilmu genetika, dengan berbagai
cara mereka kemudian berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan
oleh the Geological Society of America (Perkumpulan Masyarakat Geologi
Amerika) pada tahun 1941.
Setelah pembicaraan panjang, mereka setuju pada kesepakatan untuk
membuat penjelasan baru tentang Darwinisme; dan beberapa tahun setelah itu,
para ahli menghasilkan sebuah sintesis [rumusan hasil perpaduan] dari erbagai
bidang mereka menjadi sebuah teori evolusi yang telah diperbaharui.Para

15
ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori baru ini termasuk ahli
genetika G. Led yard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan
Ernst Ma yr dan Julian Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson
dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan
Sewall Wright.Untuk menyanggah fakta “stabilitas genetik” (genetic
homeostasis), kelompok ilmuwan ini menggunakan gagasan “mutasi”, yang
telah diperkenalkan oleh ahli botani Belanda Hugo de Vries pada awal abad
ke-20.
Mutasi adalah kerusakan yang terjadi, untuk alasan yang tidak diketahui,
dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk hidup. Organisme yang
mengalami mutasi memperoleh bentuk yang tidak lazim, yang menyimpang
dari informasi genetic yang mereka warisi dari indukn ya. Konsep “mutasi
acak” diharapkan bisa menjawab pertanyaan tentang asal usul variasi
[keragaman] menguntungkan yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi
sesuai dengan teori Darwin—sebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa
menjelaskann ya, tetapi hanya mencoba menghindarin ya dengan mengacu
kepada teori Lamarck. Kelompok The Geological Societ y of America
[Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] menamai teori baru ini, yang
dirumuskan dengan menambahkan gagasan mutasi pada teori seleksi alam
Darwin, sebagai “teori evolusi sintesis” atau “sintesis modern“.
Dalam waktu singkat, teori ini menjadi dikenal dengan nama “neo-
Darwinisme” dan pendukungn ya sebagai “neo-Darwinis.” Namun terdapat
sebuah masalah besar: Memang benar bahwa mutase mengubah informasi
genetik makhluk hidup, tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak
merugikan makhluk hidup bersangkutan. Semua mutasi yang teramati
menghasilkan makhluk yang cacat,lemah, atau berpenyakit dan, kadangkala,
membawa kematian pada makhluk tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya
untuk mendapatkan contoh “mutasi-mutasi
menguntungkan” yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk
hidup, neo-Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama
puluhan tahun, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan

16
berbagai spesies lainnya. Namun tak satu pun dari percobaan ini
memperlihatkan mutasi yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk
hidup. Saat ini permasalahan mutasi masih menjadi kebuntuan besar bagi
Darwinisme.
Meskipun teori seleksi alam menganggap mutasi sebagai satu-satunya
sumber dari “perubahan menguntungkan”, tidak ada mutasi dalam bentuk apa
pun yang teramati yang benar-benar menguntungkan (yaitu, yang
memperbaiki informasi genetik). Setelah pembicaraan yang panjang,
kelompok pro Darwin membuat penjelasan baru tentang Darwinisme dan
beberapa tahun setelah itu, para ahli menghasilkan pembaharuan mengenai
Darwinisme. Kaum ini terdiri atas ahli genetika G.Led yard Stebbins dan
Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr dan
Julian Huxley, ahli paleontologi George Ga ylord Simpson dan Glenn L.
Jepsen, dan ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright.
Untuk menyanggah fakta “stabilitas genetik” (genetic homeostasis), kelompok
ilmuwan ini menggunakan gagasan “mutasi”, yang telah diperkenalkan oleh
ahli botani Belanda Hugo de Vries pada awal abad ke-20.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan.
Organisme yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi
yang besar adalah sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan
lingkungan. Masa pra Darwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu
masa fixixme dan masa adaptasi dan transformasi.
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul
bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan
kemudian menyebar luas di abad ke-19. Paham materialisme berusaha
menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi dan mengingkari
penciptaan Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik
paling mendasar akal manusia ini, memunculkan “teori evolusi” di
pertengahan abad ke-19.
Teori evolusi neo-Darwinian mengatakan bahwa semua kehidupan di
Bumi muncul dari satu nenek moyang melalui mutasi acak hingga gen yang
selamat dari seleksi alam. Organisme dengan mutasi menguntungkan
menghasilkan lebih banyak keturunan, mereka dengan mutasi yang merusak
menghasilkan lebih sedikit (atau tidak ada) keturunan.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui
lebih banyak lagi materi mengenai Perkembangan Teori Evolusi, guna
menambah wawasan untuk pembelajaran.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Helmi. 2017. Evolusi antar Species (Leluhur Sama dalam Perspektif Para
Penentang). Jurnal Jurnal Ilmiah Multi Sciences. Vol. IX No. 2.

Syafii, Ahmad. 2006. Kritik Islam atas Teori Evolusi Darwin. Jurnal Hanafa.
Vol. 3 No. 3.

(Suatu Kajian tentang Asal-usul Kehidupan Manusia)

Widodo. 1993. Teori Evolusi Biologis. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.

William, Alex. 2007. Astonishing DNA Complexity Demolishes Neo-Darwinism.


Journal of Creation. 21 (3).

Anda mungkin juga menyukai