Anda di halaman 1dari 58

• Kultur jaringan tanaman adalah:

• Metode atau teknik mengisolasi jaringan, organ, sel maupun


protoplasma tanaman menjadikan eksplan dan
menumbuhkannya ke dalam media pertumbuhan yang
aseptik sehingga eksplan tersebut dapat tumbuh dan
berkembang berorganogenesis dan dapat beregenerasi
menjadi tanaman sempurna.

• Teknik kultur jaringan beranjak dari teori totipotensi ( total


genetic potential) yang disampaikan oleh Schleiden dan
Schwan pada tahun 1838.

• Sel tanaman adalah suatu unit yang otonom yang


didalamnya mengandung material genetik apabila
ditumbuhkan di dalam lingkungan tumbuh yang sesuai,
dapat tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap.
1902 : HABERLANDT
(titik awal perkembangan kultur jaringan)
1904 : HANNING
(kultur embrio diluar biji dalam medium buatan
1934 : WHITE
(mengisolasi & menumbuhkan ujung akar tomat dlm suatu media yg
mgd garam, mineral, esktrak ragi & sukrosa)
1934 : GAUTHERET
(kultur kalus pada tan. Willow)
1954 : SKOOG
(Differensiasi kalus tembakau)
1969 : NITSCH & NITSCH
(Memperoleh tan. haploid dari kultur serbuk sari)
1971 : TAKABE
( Regenerasi protoplasma tembakau menjadi tan. Lengkap)
• Sel tanaman adalah suatu unit yang otonom yang
didalamnya mengandung material genetik apabila
ditumbuhkan di dalam lingkungan tumbuh yang sesuai,
dapat tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tanaman
lengkap.
KEUNGGULAN PRODUKSI BENIH SECARA IN-VITRO:
1.Murni/Sesuai Identitas induknya
2.Karakter sesuai dengan Induknya
3.Performa seragam
4.Bebas hama dan penyakit
5.Waktu lebih cepat
6.Jumlah Massal
7.Tidak dipengaruhi Musim
Tanaman yang biasanya diperbanyak vegetatif :

1.Tanaman hasil silangan yang unik


2.Biji tanaman yang tidak memiliki endosperm atau
endospermnya rusak.
3.Tanaman yang sulit dikembangkan dengan biji’
4.Hasil silangan interspesifik yang tidak dapat
tumbuh menjadi biji (embrio rescue)
5.Tanaman yang memerlukan bibit bebas dari
penyakit sistemik, mis. Virus.
Pemilihan tanaman induk

Sterilisasi eksplan/bahan tanaman

Penanaman in vitro/di lab Subkultur

(multiplikasi tunas) Induksi perakaran →

planlet

Aklimatisasi di rumah kasa/kaca

Transplanting/pemindahan ke lapang
• Daun
• Petiol (tangkai
daun)
• Stamen
• Antera, polen
• Ovary (bakal buah)
• Kotiledon
• Radikula
• Nuselus
• Endosperma
• Aksis bunga
• Aksis embrio
• Umbi, umbi lapis
• Tunas aksilar
• Meristem
• Nodus (ruas)
• Tangkai bunga
• Suhu
• Panjang pencahayaan
• Intensitas cahaya
• Media (hara makro, hara mikro, vitamin, sumber
karbon, ZPT, bahan pemadat)
• pH media
• Konsistensi media; padat, semi padat, cair
• Tambahan: antioksidan, asam amino, senyawa
organik kompleks
Sering juga disebut Bioteknologi tanaman karena
lebih menekankan kepada aspek rekayasa sel dan
jaringan tumbuhan Aplikasi teknik kultur jaringan
yang lain diantaranya:
1. Keragaman somaklonal.
2. Somatik embriogenesis.
3. Embryo resque.
4. In vitro feritilization.
5. Flowering in vitro
6. Kultur haploid.
7. Fusi protoplast
• Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik
yang berasal dari sel somatik (sel tubuh), jika sel
dalam jarigan termutasi dan ditumbuhkan akan
menjadi tanaman yang berbeda degan induknya
• Teknik keragaman somaklonal 1.
• Eksplan  induksi Kalus dengan ZPT (auksin
misalnya 2.4 D)  regenerasi planlet seleksi 
varietas baru
• Pada teknik ini keragaman disebabkan karena
pembelahan sel lebih cepat dibandingkan dengan
replikasi DNA sehinga terdapat sel yg mengalami
delesi, duplikasi, translokasi sehingga sifat
tanaman berubah keragaman
• Eksplan  direndam mutagen regenerasi planlet seleksi
tanaman varietas baru
• Mutagen adalah zat atau benda yang bisa menyebabkan
mutasi, jika eksplan terdedah mutagen maka akan mengalami
perubahan sususnan DNA tanaman tersebut.
• Mutagen fisik : ion, radiasi sinar gama, sinar UV, sinar kosmik,
sinar
beta, sinar alfa, sinar X,
• Mutagen kimia :, Ethil methane sulfonat (EMS), sodium azide,
formalin, ZPT tertentu misalnya 2,4 D. (mutasi pada sususnan
DNA) kolkisin, oryzalin, vinblastin (mutasi pada poliploidi DNA
• Selain mutagen fisik dan kimia, agen biologis bisa meyebakan
mutasi contohnya transposon, virus dan bakteri misalnya
Agrobacterium tumefaciens dan Agrobacterium Rhizogenes

1. Bioteknologi tanpa insersi (masuk) gen asing
 Kultur sel dan jaringan kultur embryo (embrio
zigotik, embrio somatik) , kultur endosferm,
kultur haploid, kultur sel/jaringan kimera,
fertilisasi in vitro
 Variasi somaklonal penggunaan ZPT dengan
konsentrasi tinggi melalui tahap kalus 
misalnya auksin 2,4 D
 Penggunaan mutagen  fisik, radiasi, kimia,
biologi (dikombinasikan dengan kultur jaringan)
2. Bioteknologi dengan insersi (masuk) gen asing.
- Fusi protoplas jika spesies berbeda
- Rekayasa genetika  fisik, kimia, biologi
Pemuliaan Mutasi (Mutation Breeding)- Bbiogen
Variasi Somaklonal melalui Teknik In Vitro dengan
Iradiasi Sinar Gamma

Sterilisasi Isolasi embrio

Induksi kalus embriogenik :


MS + 2,4-D (1, 3, 5 mg/l) +
casein hidrolisat (0 dan 200 mg/l)

Proliferasi kalus embriogenik

Regenerasi :
MS + BAP (0; 0.1; 0.5; 1.0 mg/l
MS + Kin (0; 0.1; 0.5; 1.0 mg/l)

Planlet
Perkembangan Pemuliaan Tanaman Gandum Kementerian
Pertanian
di Indonesia
Pemuliaan Mutasi (Mutation Breeding)
Variasi Somaklonal melalui Teknik In Vitro dengan
Iradiasi Sinar Gamma

2. induksi mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma dan seleksi in vitro


Perkembangan Pemuliaan Tanaman Gandum Kementerian
Pertanian
di Indonesia

Pemuliaan Mutasi (Mutation Breeding)

2,4-D 3

2,4-D5

Gambar 4. Variasi Somaklonal melalui Teknik In Vitro dengan


Iradiasi Sinar Gamma
• SE  embryo yang diinduksi/dihasilkan dari sel-sel somatik,
tanpa melalui peleburan sel gamet, tahapannya seperti
gambar dibawah ini
• Embriosomatik biasanya eksplan
diinduksi membentuk kalus
dengan penambahan auksin
(misalnya 2.4-D) selanjutnya
kalus yang friable dipindahkan
ke media baru tanpa auksin dan
membentuk embrio
• Terkadang ditambahkan logam
berat misalnya Ni, Cd untuk
mengiduksi embrio
• Embryo yang dihasilkan bisa https://www.quora.com/What-is-
dijadikan bahan baku seed somatic-embryogenesis
synthetic
Globular

heart

torpedo

Asep Rodiansah
• Teknik kultur jaringan yang merupakan upaya penyelamatan embryo dari keadan abortus, gugurnya embryo terjadi
karena saat fertilisasi embryo terbentuk tapi endosferm tidak terbentuk terjadi inkompatibilitas antar genus,
akibatnya embryo mengalami hambatan distribusi makanan, sehingga embrio tidak berkembang dan gugur.
• Inkompabilitas  tidak menghasilkan biji  embryo rescue alternatif pemecahan masalah untuk menumbukan
embrio menjadi tanaman utuh
• Meningkatkan keberhasilan persilangan interspesifik
• Menambah keragaman genetika hasil persilangan  bisa dilakuan persilangan dengan takson yang lebih tinggi
masih dari satu famili (distance hybridization)
• Kelemahan belum berhasil persilangan dengan takson yang lebih tinggi dari famili yang berbeda
Hasil Embryo Resque Yang Berhasil
• Padi Oryza minuta (tetraploid, resisten serangga dan hawar
daun) X Oryza sativa  padi yg tahan serangga dan hawar daun
(Jena & Khush, 1986,1989).
• wheat x barley (Koba et al ., 1991)
• wheat x rye (Oettler, 1984 ; Kaltiskes &Gustafson, 1986)
• Lycopersicum esculentum X Lycopersicum peruvianum  tomat
resistant penyakit dan serangga
• Thinopyrum scirpeum X Triticum aestivum gandum tahan
salinitas tinggi
• oat x maize (Rines & Dahleen, 1990),
• wheat x maize (Laurie et al ., 1990),
• Lolium x Festuca (Morgan & Thomas, 1991),
• Hordeum x Elymus (Lu & Von Bothmer, 1990 ; Balyan &
Fedak, 1991)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan Embryo rescue
• Umur embrio in vivo berbeda-beda tergantung spesies
yang disilangkan, biasanya 10-20 hari setelah polinasi untuk
tanaman serealia (Sharma et all, 1996), 50-75 hari setelah
anthesis pada Carica Sp.
• Ukuran embrio kurang dari 0.5 mm gagal berkembang
• Ukuran eksplan kadang embrio harus ditanam beserta
dengan ovariumnya.
• Medium kultur harus disesuaikan dengan perkembangan
media, kandungan gula bisa mencapai 18 %. Sering
ditambahkan glycine, thiamine, pyridoxine, ascorbic
acid,adenine, nicotinic acid, succinic acid and pantothenic
acid, air kelapa, yeast estract dan kasein hydrolisat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Embryo rescue

• ZPThampir semua ZPT seperti GA3, auxins,


cytokinins digunakan, pada beberapa tanaman
misalnya lupin embrio berkembang jika diberi ABA
• Temperature  suhu berpengaruh dalam
perkembangan asal daerah tanaman mempengaruhi
suhu kultur yang dikehendaki  tanaman tropis 20
°C- 32 ° C, Cherry dan plum membutuhkan shock suhu
rendah 1°C-5°C untuk perkembangan embrio
• pH and lightpH, 5-6 merupakan pH optimum untuk
perkembangan embriotanaman pada umumnya.
Penyinaran pada beberapa hari pertama harus
dihindari karena menghambat perkecambahan.
Suatu teknik untuk menggabungkan sel telur dan pollen
(serbuk sari) di luar rahim tanaman dalam kondisi yang
terkontrol didalam tabung  populer dengan sebutan In Vitro
fertilization (IVF) dalam dunia kesehatan populer dengan
sebutan bayi tabung

Sel telur dan serbuk sari di Isolasi dari bunga tanaman


kemudian dikulturkan sebelum difusikan
Tujuan:
-Memperbesar peluang keberhasilan persilangan yang tidak bisa
dilakukan dilapang walaupun sudah dikombinasikan dengan
teknik embrio resque.
-Mempelajari perkembangan embrio pada tanaman secara fisiologi
molekuler, dan analisis mutasi dan cacat bawaan sejak dini pada
tanaman
(Dresselhuse, 1996)
• Teknik menginduksi pembungaan tanaman didalam kultur
in vitro.
• mengendalikan faktor nutrisi media tumbuh (biasanya
unsur P dan K lebih tinggi dibandingkan dengan unsur N) ,
ZPT (biasanya ditambahkan GA3) , fotoperiode , Suhu,
Umur explan, penambahan protein tertentu dan rekayasa
genetika
• Tujuan:
1. Untuk mempelajari proses fisiologis dan molekuler
pembungaan pada tanaman
2. Berpeluang untuk mendukung fertilisasi In vitro
3. Sebagai souvenir dan hiasan
Hee, et all 2007
Tanaman haploid adalah tanaman yang mempunyai jumlah
kromosom sama dengan gametofitik dalam sel-sel sporofitiknya
(Bajaj, 1983)
Kejadiannya di alam sangat rendah sekali 0,001  0,01% terjadi
melalui proses partenokarpi dari sel telur yang tidak dibuahi
Dari hasil percobaan diketahui haploid diperoleh melalui :
1. Hibridisasi jenis tanaman yang berbeda
2. Polinisasi tertunda
3. Penggunaan polen yang sudah diradiasi
4. Perlakuan hormon
5. Shock dengan temperatur tinggi
6. Kultur ovule dan kultur anther
Guha dan Maheshwari (1964 - 1966) bekerja pada tanaman
Datura innoxai memperoleh tanaman haploid dari kultur anter
Hee, et all 2007
Tanaman dihaploid
Haploid pada tanaman dapat dikatagorikan menjadi
dua, yaitu :
1. Monoploid, dengan jumlah kromosom setengah dari
kromosom species yang diploid
2. Polihaploid, dengan jumlah kromosom setengah dari
kromosom species poliploidi

• Tanaman dihaploid adalah tanaman yang dihasilkan dari


regnerasi sel halploid yang sebelumnya diberi perlakuan
mutagen sehingga dihasilkan tanaman dihaploid
• Untuk mendapatkan tanaman Dihaploid/double haploid
terlebih dahulu harus melakukan kultur haploid
1. Mendapatkan tanaman homozigot sehingga
dapat menditeksi mutasi dan rekombinan
yang unik, mutasi yang resesif tidak muncul
dalam keadaan diploid
2. Pada penggandaan jumlah kromosom akan
diperoleh tanaman yang homozigot. Tanaman
homozigot sangat penting untuk
menghasilkan hibrida terkendali, seperti pada
asparagus  dari kultur anter akan diperoleh
tanaman yy disebut super male penyilangan
dengan xx akan menghasilkan progeni 100%
xy (mempunyai hasil rebung yang baik)
• Mempercepat pembentukan galur murni
• Evaluasi hibrida putatif diawal proses seleksi
• Ragam aditif maksimum bisa didapatkan
• Pengurangan efek tertutupi yang disebabkan oleh heterogositas
sisa
• Mengurangi biaya untuk pembibitan dan kegiatan pemeliharaan
dalam pemuliaan
• Logistik yang ringkas
Double Haploid adalah alat yang berharga dalam kegiatan penelitian :
• Pembentukan populasi pemetaan DH
– Meningkatkan presisi studi genetik dan pemetaan
– analisis keterpautan disequilibrium
– Analisis asosiasi haplotype/sifat
• Mempercepat piramida gen
• Evaluasi, eksploitasi, dan konservasi sumber daya genetik
– Ekstraksi gamet individu dari bahan heterozigot mengubahnya menjadi
galur DH
– Efek merugikan dapat diketahui sejak awal
– Konservasi plasmanutfah dalam bentuk galur DH yang dapat direproduksi
Schmidt 2004; Röber et al. 2005
Tahapan pembentukan
tanaman haploid
1)Induksi Haploid
2)Identifikasi haploid
3)Penggandaan
Donor DH/sumber Inducer
kromosom buatan plasmanutfah (betina) polinator (jantan)
4)Silang diri untuk
perbanyakan benih Kecambah
haploid

Dua tanaman
double
haploid

Dua galur DH baru


• Mengabungkan protoplas tanaman
• Protoplas sel telanjang (tanpa dinding sel) diding sel
didegradasi menggunakan enzim
• Fusi bisa protoplas dengan protoplas, bisa protoplas dengan
sub protoplas (sitoplasma,inti sel, mitokondria, plastida)
atau dengan mikro protoplas (segmen kromosom)

Protoplas geranium Protoplas kentang

Protoplas kubis merah


Foto milik Dr. Agus Purwito ( IPB)
Induksi fusi protoplas
1. Fusi spontan
Akibat adanya plasmodesmata yang
Menghubungkan protoplas tanaman dan perlakuan
mekanik selama proses isolasi protoplas
2. Induksi fusi menggunakan NaNO3 (toksik
terhadap protoplas tanaman)
3.Fusi diinduksi oleh asam lemak
•Fusi diinduksi oleh polyenil alkohol
•Fusi diinduksi oleh Ca++dan pH tinggi (7.5-10.5)
•Fusi diinduksi dengan PEG (polyethyleneglicol)
•Fusi diinduksi oleh arus listrik (elektroforasi)
Proses Elektrofusi Protoplas
Fusi Protoplas
Nicotiana spp mutan albino+Kentang

Foto milik Dr. Agus Purwito ( IPB)


Fusi Protoplas
Kelemahan Kelebihan Fusi Protoplas:

1. Dapat terjadi eliminasi


1. Dapat mengadakan hibridisasi
kromosom atau
fragmen DNA (dilesi,
somatik antar
translokasi, inversi) spesies, genus dan famili.
2. Variasi genetik tinggi 2. Hibridisasi pada tanaman yang
3. Kimera tidak pernah
4. Tidak pernah pasti bahwa
berbunga atau steril
karakter-karakter tertentu
diekspresikan setelah fusi 3. Hibridisasi antar tanaman yang
5. Regenerasi protoplas menjadi tidak kompatibel
tanaman sering 4. Dapat mentransfer gen
sulit dilakukan sitoplasma
5. Terjadi rekonstruksi sitoplasma
6. Terjadi rekonstruksi inti
• Tuber  organ hasil modifikasi dari batang yang
berfungsi sebagai cadangan makanan dan alat
perkembangbiakan vegetatif, misalnya kentang, Ubi jalar
dll
• Rhizome organ hasil modifikasi dari akar yang
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetati,
misalnya pada tanaman jahe-jahean, alang-alang dll,
• Bulb (umbi lapis)  hasil modifikasi dari batang dan
daun yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan
vegetatif dan cadangan makanan misalnya, Bawang
merah, lili, bawang bombay.dll
• Teknik kultur jaringan  menghasilkan microtuber,
microrhizome dan microbulb dengan memodifikasi
lingkungan dan nutrisi
• Planlet yang telah memasuki masa generatif (tidak
terlalu muda)kompetensi sel/jaringan
• Cadangan makanan  disuplai dengan sukrosa yang
tinggi (9-10 %)
• Ditambahkan ZPT tertetu, misalnya ABA dan GA
untuk menstimulasi terbentuknya organ generatif,
juga retardan supaya jaringan sel lebih kompak dan
tahan terhadap kadar gula berlebih
• Kultur ditempatkan diruang gelap  modifikasi dari
tanah,
• Beberapa tanaman misalnya kentang membutuhkan
suhu yang rendah untuk proses pembentukan tuber.
• Medium Padat-cair misalnya pada kentang
kentang ditanam di MS padat, setelah
berumur 6 minggu dituangkan media MS cair
+ 9 % sukrosa+ 10 ppm paclobutrazol, GA+
30% air kelapa
• Medium padat-padat misalnya pada bawang
 planlet bawang diinduksi dimedium padat
 selanjutnya dipindahkan ke medium
pengumbian padat dengan penambahan 9 %
sukrosa+ 10 ppm paclobutrazol, GA+ 30% air
kelapa
• Teknik menghasilkan bibit tanaman bebas
virus
• Umumnya dilakukan untuk tanaman yang
diperbanyak secara vegetatif
• Teknik yang dilakukan adalah:
1. Kultur meristem (>0,3 mm)
2. Heat Shock treathment
3. Penggunaan antiviral (quercetine, ribavirin
dll)
4. Kombinasi ketiga perlakuan diatas
Lassois et al, 2012
• Benih  produk reproduksi tanaman
spermatophyta yang merupakan
perkembangan lanjut dari bunga, benih
digunakan untuk perbanyakan tanaman
• Benih sintetik adalah benih tiruan hasil
teknik kultur jaringan dengan memodifikasi
benih yang ada di alam
• Pada dasarnya benih memiliki embrio,
cadangan makanan (endosperm atau
kotiledon) dan kulit cangkang biji
• Embrio bisa berasal dari embrio somatik
atau embrio zigotik yang memasuki fase
perkecambahan atau planlet kecil (planlet
yang ditumbuhkan di media yang
mengandung retardan)
• Lapisan nutritive modifikasi cadangan
makanan, dengan melarutkan media kultur
jaringan dengan bahan penyalut biasanya
agar-agar)
• Embrio dilapisi oleh lapisan nutritive
kemudian dikeraskan larutan CaCl2
sehingga seperti benih
Kultur in vitro untuk tujuan mendapatkan metabolit sekuder dalam jumlah
yang ekonomis telah diteliti di banyak laboratorium bioteknologi di
seluruh dunia.
•Beberapa kultur yang dikembangkan adalah :
1. Kultur kalus
2. Kultur suspensi
3. Kultur sel dengan imobilisasi
4. Kultur organ
Kultur suspensi paling luas digunakan karena menyerupai suspensi
mikroba → perlakuan serta teknologi yang telah dikembangkan
untuk mikroba dapat diterapkan → segera diketahui ternyata
kultur sel tanaman berbeda dengan mikroba → sel tanaman
tidak tumbuh secepat mikroba; “Doubling time” cukup panjang
→ butuh biaya yang tinggi.
Lithospermum erythrorhizon atau Shikon

Tanaman Asli Jepang, Korea


dan China

SHIKONIN

1. Obat luka bakar


2. Pewarna alami sutra
3. Kosmetik
1. Sel dalam kultur diinokulasikan dalam medium MG sebanyak 200 l dan
ditumbuhkan selama 9 hari
2. Kultur difilter dan diresuspensikan dalam medium produksi (M9)
3. Sel Dikompakan masuk dalam tangki kedua (750 l) untuk produksi
shikonin. Sel diproduksi setelah berumur 14 hari
4. Setiap Batch akan diproduksi 5 kg shikonin murni
• Metabolit sekunder tidak selalu diperoleh dari
tanaman yang sudah dibudidayakan, terkadang harus
diambil dari tanaman liar di tepi jurang atau di hutan.
• Hambatan untuk memperoleh metabolit sekunder
adalah umur panen jangka panjang. Contoh :
Panax ginseng → 6 thn
Cinchona → 10 thn
Coptis javanica → 5-6 thn
• Selain itu variasi kandungannya (konsentrat) genotipe
dan lingkungan juga berpengaruh terhadap
ketersediaan produk sekunder untuk industri.
• Dengan demikian teknik in vitro merupakan alternatif
pemecahan masalah ini.
TUMBUHAN
KULTUR SEL DAN JARINGAN TANAMAN

PENINGKATAN LEVEL EKSPRESI

METABOLIT SEKUNDER

1. Tidak tergantung musim, iklim atau kondisi lingkungan


tumbuh tanaman
2. Kualitas dan produktivitasnya lebih konsisten
3. Tidak tergantung persediaan material tanaman
4. Dapat menghasilkan bahan yang sebelumnya tidak terdapat
pada tanaman
5. Sebagai sistem bio-transformasi (mis dari β-methydigitoxin
menjadi β-methydigoxin)
• 1. Persenyawaan target
• 2. Jenis Kultur (spesifik organ atau tidak)
• 3. Perbaikan/peningkatan hasil
a. Pencegahan feedback inhibition oleh produk
akhir  over production
b. Peningkatan konsentrasi enzim pembatas
c. Modifikasi dari lintasan yang sudah ada
d. Pengurangan reaksi cabang yang sudah ada
e. Manipulasi gen-gen regulator
f. Seleksi mutan pada sistem regulator
Cryopreservasi
• Metode pengawetan plasmanutfah dengan penyimpanan
pada suhu - 196°C (nitrogen cair) di dalam medium
cryoprotektan, sehingga sel maupun organ tanaman tidak
mengalami metabolisme sehingga bisa disimpan dalam
waktu yang lama bahkan mencapai ribuan tahun.
• Suhu dipertahankan dibawah -130°C, terjadi penurunan
viabilitas, tanpa kehilangan material biologi jika disimpan
dibawah --135°C
Slow Cooling Cryopreservation
Air-dried
Cryoprotectant
-80 oC
Freezer

Mr. Frosty

42 oC
Water-bath
Regrowth Thawing Liquid N2
• Zat kimia yangbersifat melindungi dengan
mengurangi luka pada sel selama pembekuan
atau pelelehan.bisa masuk kedalam sel dan
bisa dikeluarkan pada saat aktivasi objek
yang disimpan
• Mekanisme Cryoprotektan
– Bersifat koligatif
– Mengurangi efek dari konsentrasi garam pada saat
penaikan temperatur
– Bersifat buffer terhadap garam pada saat suhu
rendah
Dimethyl Sulfoxide Dimethyl Sulfone
(DMSO) (DMSO2)

Anda mungkin juga menyukai