Dosen:
1. Prof. Dr. Diah Ratnadewi (Koordinator)
2. Dr. Ence Darmo Jaya Supena
3. Ir. Sumaryono, MSc. (BP Perkebunan)
4. Dr Berry Juliandi
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Kultur Jaringan Tanaman?
Upaya membiakkan sel/jaringan tanaman dalam
medium buatan yang diketahui komposisinya,
dalam kondisi lingkungan yang terkendali, untuk
mendapatkan pertumbuhan dan/atau
perkembangan yang diharapkan
Dasar:
Teori Totipotensi (Haberlandt, 1898)
Kemampuan sel tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang,
melengkapi dirinya, menjadi tumbuhan utuh kembali.
Pada HEWAN
Manipulasi in vitro
►dediferensiasi ►rediferensiasi
Sel telah
terdiferensiasi, Proses Perkembangan Tanaman utuh/lengkap
sel → individu tumbuhan in vitro
masih (Sel terdiferensiasi)
mempunyai:
• membran plasma
• inti viabel
• sitoplasma
4
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Totipotensi protoplas tumbuhan in vitro
6
Departemen Biologi, FMIPA-IPB (Supena et al., 2008)
Sejarah singkat kultur in vitro tanaman
1898: Haberlandt; kultur jaringan
palisade Lamium purpureum, Eichhornia crassipes.
1922 – 1940an: Robbins, Kotte, White, Gautheret, Skoog;
mencoba berbagai jaringan meristematik & media.
1930an: ditemukan auksin sebagai hormon & peran vit. B dalam
pertumbuhan.
1941: Van Overbeek; air kelapa untuk kultur embrio muda.
1950an: Limasset & Cornuet (1949): bagian apikal bebas virus; Morel &
Martin (1952,1955): kultur apeks utk tanaman bebas virus.
.
Sejarah singkat ... (lanjutan)
1960an: Murashige, memperbaiki teknik & medium: perbanyakan
mikro
1966-67: Maheshwari, kultur embrio muda & pembuahan buatan.
Guha & Maheshwari dan Bourgin & Nitsch, kultur serbuk sari dan
ovul.
1953-54: Muir, kultur sel jaringan Tagetes erecta & N tabacum: isolasi
dan kultur sel tunggal menjadi koloni sel.
1956: Miller, menemukan kinetin dalam DNA sperma ikan herring
yang memacu pembelahan sel.
1957: Skoog & Miller, keseimbangan auksin/sitokinin.
1958: Reinert & Steward, embriogenesis somatik dlm medium 100%
sintetik.
Sejarah Singkat (Lanjutan):
• Perbanyakan bibit
• Konservasi plasma nutfah
• Benih buatan
• Tanaman bebas penyakit
• Bahan untuk transformasi genetik
Penerapan Teknik Kultur In Vitro
Tanaman
Perbanyakan klonal
17
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Embrio somatik dan benih sintetik
www.flickr.com
www.seedbiology.de
Eksplan: jaringan/organ
Regenerasi:
Tanaman
FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM
KULTUR SEL/JARINGAN TANAMAN
I. Bahan eksplan
II. Media tumbuh
III. Kondisi kultur
IV. Keaseptikan kultur
Peralatan dan Keterampilan teknis
I.Faktor Bahan Eksplan
• Jenis tanaman: spesies, varietas
• Jenis jaringan
• Konstitusi genetik: ploidi
• Kondisi fisiologis tanaman induk
• Fase perkembangan tanaman
induk
• Posisi jaringan pada tanaman
induk
• Ukuran eksplan
• Musim saat pengambilan eksplan
Faktor penting dalam pemilihan eksplan
terkait faktor fisiologis tanaman induk:
• Eksplan harus mengandung sel-sel hidup
• Lebih muda (meristimatik/juvenil) akan lebih
baik/ responsif, karena mengandung banyak sel
yang sedang aktif membelah
• Tanaman induk harus sehat, tidak terserang hama
dan penyakit
• Tanaman sedang aktif tumbuh, bukan masuk
periode dormansi atau penuaan/senesensi
Contoh:
pengaruh asal jaringan
eksplan pada pola
re-diferensiasi
kultur
II. Faktor Media Tumbuh
Unsur mineral: makro dan mikro
Vitamin B & mio-inositol
Sumber C, energi & pemelihara osmolaritas media:
gula/karbohidrat
Zat pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, giberelin,
ABA
Asam amino/peptida
Bahan organik: air kelapa, YE, ME, sari buah
Pemadat media
pH medium
Media yang paling umum
digunakan
• Murashige T, Skoog F [MS]. 1962. A revised
medium for rapid growth and bio-assays with
tobacco tissue culture. Physiol Plant 15:473-
497.
• Schenk RU, Hildebrandt AC [SH]. 1972.
Medium and teshniques for induction and
growth of monocotyledonous plant cell
cultures. Can J Bot 50:199-204.
• Gamborg OL, Miller RA, Ojima K [GB5]. 1968.
Nutrient requirements of suspension culture
of soybean root cells. Exp Cell Res 50:151-
158.
• Woody Plant Media (WPM). Lloyd G,
McCown B. 1981. Comb Proc Intl Plant Prop
Soc 30:421-427
Efek Hormon dalam fenomena fisiologis
kultur in vitro
AUKSIN
• Stimulasi pembelahan sel (berinteraksi dengan
sitokinin)
• Pemanjangan sel, batang dan ruas
• Diferensiasi akar (bersifat rhizogen)
• Dominansi apikal
• Memicu sintesis etilen (absisi)
• Perubahan permeabilitas sel
Mudah rusak oleh cahaya & IAA oksidase
Dilarutkan dalam Etanol atau NaOH
Auksin yang biasa digunakan:
Indole acetic acid (IAA);
Indole-3-butyric acid (IBA);
1-Naphthalene acetic acid (NAA),
2-Naphthoxyacetic acid (NOA),
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D),
p-Chlorophenoxyacetic acid (p-CPA)
• Tempat/botol/tabung/petri kultur
• Medium kultur
• Alat-alat yang digunakan untuk
isolasi/inokulasi/kultur
• Bahan tanaman/Eksplan
• Lingkungan/area transfer
• Lingkungan ruangan inkubasi/kultur
• Pekerja/operator
Sterilisasi yang diperlukan, mencakup:
• Eksplan
• Medium kultur
• Alat-alat
• Ruang kerja
• Ruang Kultur
• Laboran/Pekerja
Sterilisasi: udara, bahan & alat, manusia
• Senyawa kimia pembunuh mikroorganisme utk eksplan
Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit, etanol (70%),
peroksida, Ag-nitrat, merkuri klorida,
antibiotika/bakterisida, fungisida.
•Nyala api: untuk peralatan & eksplan tertentu.
•Panas: lembab – autoklaf (120 oC, 15 psi, 20 – 30 mt)
kering – oven (180 oC, 60 mt)-utk alat
• Radiasi UV: untuk ruangan.
•Sistem penyaringan udara: laminar airflow cabinet
•Filter steril untuk bahan yang tidak tahan panas (heat-
labile)
Tingkat keefektifan beberapa zat pensteril
eksplan a
Masalah Genetik:
• Variasi genetik/somaklonal: stabilitas ploidi,
mutasi gen dan/atau kromosom
BIO 305 KULTUR SEL & JARINGAN
1 Kultur kalus dan organogenesis
2 Kultur sel tanaman
3 Embriogenesis somatik
4 Konservasi in vitro plasma nutfah
▪ Sumaryono
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia
Jl. Taman Kencana No.1, Bogor
15/02/2022 1
Kultur Kalus
kalus: massa sel tak-terdiferensiasi yang tumbuh pesat
Inisiasi Kalus
• Sumber eksplan: hampir semua bagian tanaman, terutama yang
sedang tumbuh pesat (meristematik).
• Eksplan dari tanaman di lapang dan rumah kaca terkontaminasi
fungi dan bakteri.
• Sterilisasi eksplan: dicuci dengan air mengalir, direndam dalam
larutan deterjen, fungisida, NaOCl.
• Medium dasar: MS, DF, SH, Nitsch, WP, Y3.
• Medium untuk inisiasi, proliferasi, dan pemeliharaan kalus seringkali
berbeda. 2
• Inisiasi kalus pada umumnya memerlukan fitohormon eksogen,
terutama auksin.
• Komposisi medium dan genotipe berpengaruh terhadap inisiasi kalus.
• Lingkungan fisik: cahaya atau gelap, suhu 25-27 °C.
• Kalus dapat tumbuh dari seluruh bagian eksplan, terutama daerah
yang terpotong.
12
10
8
6
4
Picl 15 µM
2 Picl 30 µM
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Culture period (week)
Kurva tumbuh kalus C. ledgeriana 6
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
8
A B
C D E
2. Faktor lain
- hara makro: fosfat (P), nitrogen (N)
- sukrosa, glukosa
- kondisi lingkungan: cahaya, suhu
11
Keragaman somaklonal
Larkin & Scowcroft (1981)
“Peningkatan keragaman genetik tanaman pada kultur in vitro”
13
Contoh keragaman somaklonal dan epigenetik
Bulai pada planlet tebu Buah kelapa sawit normal Buah bersayap (mantled)
14
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Jenis kultur dimana sel tunggal atau agregat sel tumbuh dan
memperbanyak diri dalam medium cair pada lingkungan aseptik
dan terkendali.
• Kultur sel tanaman digunakan untuk:
o propagasi massal bahan tanaman unggul: true-to-type plants
o perbanyakan individu hasil rekayasa genetika: bahan untuk
transformasi
o sistem model untuk kajian biokimia dan fisiologi karena lingkungan
terkendali
o konservasi in vitro plasma nutfah tanaman
o produksi senyawa sekunder.
22/02/2022 1
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Dibuat dengan memindahkan kalus remah yang tumbuh-pesat ke
dalam medium cair pada labu Erlenmeyer.
• Umumnya digoyang (agitated) dengan kecepatan 90-120 rpm untuk
meningkatkan kadar O2 dalam medium dan memecah agregat sel.
• Pertama kali dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer baffles untuk
memperkecil ukuran agregat sel.
• Disaring untuk mendapatkan ukuran sel yang seragam.
• Volume medium 1/5 – 1/4 dari volume labu Erlenmeyer.
• Kerapatan awal (initial density) sel sangat penting untuk
pembentukan koloni dan untuk mendapatkan pertumbuhan berulang
dari suspensi baru.
2
Kultur Suspensi Sel Tanaman
4
Pengukuran pertumbuhan sel
2. Packed Cell Volume (PCV)
• volume tertentu suspensi sel dimasukkan ke dalam tabung
sentrifus 15 mL dan diputar 2000 x g selama 5 menit.
PCV = mL endapan sel per kultur atau %.
3. Bobot segar sel
• suspensi sel diletakkan pada kain nilon di corong, dibilas air
untuk menghilangkan medium, dikeringkan dengan vakum lalu
ditimbang.
4. Bobot kering sel
• suspensi sel diletakkan pada kertas filter yang telah ditimbang,
dikeringkan 60 °C selama 24 jam.
5
Pengukuran pertumbuhan sel
5. Cell Volume after Sedimentation (CVS)
• volume suspensi sel setelah diendapkan selama 5 -10 menit dalam
labu Erlenmeyer miring.
14
12
Kurva sigmoid 7
Viabilitas sel
• Pengamatan persentase viabilitas (daya hidup) sel sangat penting untuk
mencegah tercampurnya kultur dengan sel mati.
• Sel dianggap viabel (hidup) bila mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang.
• Uji viabilitas berdasarkan pada integritas membran sel atau aktivitas
metabolisme sel (enzim).
• Pewarnaan dengan larutan Evans blue - sel mati warna biru, sel hidup putih.
• Pewarnaan dengan larutan FDA (Fluorescein diacetate) - sel hidup berwarna
fluoresen hijau dengan UV.
• Tetrazolium: MTT (dimetiltiazol difenil tetrazolium bromida) dan TTC
(trifenil tetrazolium klorida)
- sel hidup berwarna merah, tetrazolium direduksi oleh enzim
dehidrogenase menjadi formazan (merah).
8
Contoh pewarnaan viabilitas sel
10
Kultur organ tanaman
12
Kultur sel skala-besar
• Peningkatan volume kultur sel dan organ tanaman sangat penting
dalam usaha komersialisasi produk.
• Penelitian awal skala kecil di labu Erlenmeyer 10 – 100 ml yang
diletakkan pada shaker, namun produksi komersial harus dilakukan di
bioreaktor.
• Suspensi sel tanaman berhasil dibiakkan dalam bioreaktor yaitu kultur
sel Echinacea purpurea dan Taxus brevifolia (sebagai anti-kanker).
• Masalah utama: perimbangan antara pengadukan untuk mencampur
medium dan mencegah sel menggumpal.
• Masalah lain: penggumpalan agregat sel, penempelan sel-sel pada
dinding bejana, dan terbentuk busa (foaming).
13
Berbagai jenis bioreaktor
Airlift
Stirred tank Bubble column Balloon-type bubble TIS
Bag line
TIS RITA Rotating drum
Sumber: Fei & Weathers (2016) 14
Komponen bioreaktor
16
Produksi paclitaxel melalui kultur sel tanaman Taxus di Phyton Biotech,
volume bioreaktor 75rb liter 17
Taxus sumatrana di Taman Nasional Kerinci Seblat
18
Embriogenesis Somatik (SE)
• SE adalah proses pembentukan embrio dari sel somatik (vegetatif),
ditandai adanya struktur bipolar dan tanpa ada hubungan pembuluh
dengan jaringan induk.
• Struktur bipolar: plumula (calon tunas) dan radikula (calon akar)
• Teknik propagasi klonal secara massal dan cepat terutama untuk
tanaman tahunan berkayu.
• Embrio somatik mirip embrio zigotik.
01/03/2022 1
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
Pembelahan asimetri
Pembelahan simetri
4
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman Dikotil
• Globuler: embrio tumbuh ke segala arah (isodiametrik).
• Bentuk-jantung (heart-shape): mulai tumbuh melonjong (oblong).
• Torpedo: mulai terbentuk dua plumula (calon pucuk).
• Kotiledon: terbentuk plumula dan radikula (calon akar) yang jelas.
Tanaman Monokotil
• Globuler: bentuk membulat
• Elongated: embrio tumbuh memanjang
• Scutellar: terbentuk sumbu apikal dan skutelum
• Coleoptilar: terbentuk koleoptil
5
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman dikotil Tanaman monokotil
Globuler
Oblong
Globuler
Scutellar
7
Jenis embriogenesis somatik
Tak-langsung
Kalus
Langsung
Eksplan Embrio somatik
Planlet
Bibit
8
Tahap regenerasi embriogenesis somatik
tak-langsung
1. Induksi (inisiasi) kalus embriogenik
(PEM = proembryogenic mass)
2. Seleksi kalus embriogenik
3. Proliferasi (perbanyakan) kalus embriogenik
4. Induksi (ekspresi) embrio somatik
5. Maturasi (pendewasaan) embrio somatik
6. Pembesaran tunas
7. Pembentukan akar planlet
9
Embriogenesis Somatik Langsung
13
Kelemahan Embriogenesis Somatik
• Metode ini relatif sulit.
• Kemungkinan terjadinya mutasi lebih tinggi dibandingkan dengan
multiplikasi tunas, terutama SE tak-langsung.
• Subkultur berulang-ulang dalam jangka panjang akan
menurunkan kapasitas regenerasi dan meningkatkan
kemungkinan munculnya abnormalitas.
• Induksi embriogenesis somatik sangat sulit untuk spesies
tanaman tertentu.
14
SE Kopi Arabika
19
Benih sintetik teh
20
Sistem produksi benih sintetik
08/03/2022
1
Konservasi Tanaman
• Biodiversitas menurun dengan sangat cepat. Pada tahun 2014, >7.700
spesies tanaman dimasukkan ke dalam Red List of Endangered Species
dari IUCN (International Union for the Conservation of Nature).
• Sejak 2010, 4,7 juta ha areal hutan hilang tiap tahun. Sejak tahun 1900,
3 spesies tumbuhan berbiji hilang setiap tahun.
• Hilangnya plasma nutfah tumbuhan, binatang, dan mikroba disadari
sangat merugikan, terutama bagi para pemulia (breeders).
• Konservasi in situ: konservasi plasma nutfah tanaman di habitat
alaminya.
• Konservasi ex situ: plasma nutfah tanaman dikoleksi pada lokasi
tertentu (misalnya kebun raya) di luar habitat aslinya, termasuk
penyimpanan biji. 2
Konservasi In Situ Tanaman
9
Penyimpanan biji
10
Konservasi In Vitro Tanaman
• Sistem in vitro sangat sesuai untuk penyimpanan bahan tanaman
karena: skala kecil, bebas hama penyakit dan dilakukan pada
kondisi lingkungan yang akan memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan.
• Syarat untuk penyimpanan in vitro:
o Stabilitas genetik harus tetap dipertahankan
o Harus dijamin bebas penyakit
o Potensi regenerasi tidak boleh hilang
o Kemungkinan kerusakan atau kematian sangat kecil.
11
Keunggulan Konservasi In Vitro Tanaman
• Kultur in vitro memungkinkan spesies tanaman langka untuk
dikonservasi.
• Memerlukan ruang yang kecil.
• Pemeliharaan lebih mudah dan terkontrol.
• Gangguan cuaca hampir tidak ada.
• Sesuai untuk tanaman yang steril, biji yang sulit berkecambah atau
biji rekalsitran.
• Karena kultur steril memungkinkan pengiriman bahan tanaman
bebas-penyakit ke lokasi atau negara lain.
12
Penyimpanan jangka pendek-menengah:
memperlambat pertumbuhan in vitro
• Merubah komposisi medium (gula rendah, senyawa penghambat,
cekaman osmotik) sehingga pertumbuhan menjadi sangat lambat.
• Gula rendah: sukrosa 10 g/L; senyawa penghambat: cycocel,
ancymidol, ABA; atau osmotikum: manitol, sorbitol.
• Penyimpanan hipobarik yakni menurunkan tekanan atmosfer.
Tekanan oksigen diturunkan, digantikan nitrogen.
• Menurunkan suhu, pada suhu 2-5 °C untuk tanaman temperate,
8-15 °C untuk tanaman (sub)tropis.
• Menurunkan intensitas cahaya.
13
Agrawal et al. (2019) 14
15
Penyimpanan jangka-panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro
• Penyimpanan jangka panjang dengan dibekukan dalam nitrogen
cair pada suhu minus 196 °C (cryopreservation). Pada suhu ini
pertumbuhan berhenti sama sekali.
• Ditambah cryoprotectant: DMSO (dimetil sulfoksida) + sorbitol,
gliserol, manitol, sukrosa untuk mempertahankan keutuhan
membran dan meningkatkan potensial osmotik.
• Penurunan suhu dan penghangatan suhu (thawing) harus
dilakukan secara perlahan.
• Stabilitas genetik tanaman lebih tinggi.
16
Penyimpanan jangka panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro (lanj…)
• Bahan tanaman tersedia kapan saja.
• Bahan tanaman tetap bersifat juvenil selama penyimpanan.
• Penyimpanan dapat sampai beberapa puluh tahun.
• Kelemahan penyimpanan suhu super rendah adalah biaya investasi
sangat mahal dan masih banyaknya masalah teknis. Tiap jenis
tanaman memerlukan kondisi yang spesifik untuk penyimpanan
dan regenerasi bahan tanaman yang dibekukan.
• Bahan tanaman dapat disimpan dalam bentuk protoplas, suspensi
sel, kalus, embrio, pucuk meristem, tunas, dan planlet.
17
Cryopreservation
18
Cryopreservation of papaya
19
Cryopreservation of Musa spp.
Dosen:
1. Prof. Dr. Diah Ratnadewi (Koordinator)
2. Dr. Ence Darmo Jaya Supena
3. Ir. Sumaryono, MSc. (BP Perkebunan)
4. Dr Berry Juliandi
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Kultur Jaringan Tanaman?
Upaya membiakkan sel/jaringan tanaman dalam
medium buatan yang diketahui komposisinya,
dalam kondisi lingkungan yang terkendali, untuk
mendapatkan pertumbuhan dan/atau
perkembangan yang diharapkan
Dasar:
Teori Totipotensi (Haberlandt, 1898)
Kemampuan sel tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang,
melengkapi dirinya, menjadi tumbuhan utuh kembali.
Pada HEWAN
Manipulasi in vitro
►dediferensiasi ►rediferensiasi
Sel telah
terdiferensiasi, Proses Perkembangan Tanaman utuh/lengkap
sel → individu tumbuhan in vitro
masih (Sel terdiferensiasi)
mempunyai:
• membran plasma
• inti viabel
• sitoplasma
4
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Totipotensi protoplas tumbuhan in vitro
6
Departemen Biologi, FMIPA-IPB (Supena et al., 2008)
Sejarah singkat kultur in vitro tanaman
1898: Haberlandt; kultur jaringan
palisade Lamium purpureum, Eichhornia crassipes.
1922 – 1940an: Robbins, Kotte, White, Gautheret, Skoog;
mencoba berbagai jaringan meristematik & media.
1930an: ditemukan auksin sebagai hormon & peran vit. B dalam
pertumbuhan.
1941: Van Overbeek; air kelapa untuk kultur embrio muda.
1950an: Limasset & Cornuet (1949): bagian apikal bebas virus; Morel &
Martin (1952,1955): kultur apeks utk tanaman bebas virus.
.
Sejarah singkat ... (lanjutan)
1960an: Murashige, memperbaiki teknik & medium: perbanyakan
mikro
1966-67: Maheshwari, kultur embrio muda & pembuahan buatan.
Guha & Maheshwari dan Bourgin & Nitsch, kultur serbuk sari dan
ovul.
1953-54: Muir, kultur sel jaringan Tagetes erecta & N tabacum: isolasi
dan kultur sel tunggal menjadi koloni sel.
1956: Miller, menemukan kinetin dalam DNA sperma ikan herring
yang memacu pembelahan sel.
1957: Skoog & Miller, keseimbangan auksin/sitokinin.
1958: Reinert & Steward, embriogenesis somatik dlm medium 100%
sintetik.
Sejarah Singkat (Lanjutan):
• Perbanyakan bibit
• Konservasi plasma nutfah
• Benih buatan
• Tanaman bebas penyakit
• Bahan untuk transformasi genetik
Penerapan Teknik Kultur In Vitro
Tanaman
Perbanyakan klonal
17
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Embrio somatik dan benih sintetik
www.flickr.com
www.seedbiology.de
Eksplan: jaringan/organ
Regenerasi:
Tanaman
FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM
KULTUR SEL/JARINGAN TANAMAN
I. Bahan eksplan
II. Media tumbuh
III. Kondisi kultur
IV. Keaseptikan kultur
Peralatan dan Keterampilan teknis
I.Faktor Bahan Eksplan
• Jenis tanaman: spesies, varietas
• Jenis jaringan
• Konstitusi genetik: ploidi
• Kondisi fisiologis tanaman induk
• Fase perkembangan tanaman
induk
• Posisi jaringan pada tanaman
induk
• Ukuran eksplan
• Musim saat pengambilan eksplan
Faktor penting dalam pemilihan eksplan
terkait faktor fisiologis tanaman induk:
• Eksplan harus mengandung sel-sel hidup
• Lebih muda (meristimatik/juvenil) akan lebih
baik/ responsif, karena mengandung banyak sel
yang sedang aktif membelah
• Tanaman induk harus sehat, tidak terserang hama
dan penyakit
• Tanaman sedang aktif tumbuh, bukan masuk
periode dormansi atau penuaan/senesensi
Contoh:
pengaruh asal jaringan
eksplan pada pola
re-diferensiasi
kultur
II. Faktor Media Tumbuh
Unsur mineral: makro dan mikro
Vitamin B & mio-inositol
Sumber C, energi & pemelihara osmolaritas media:
gula/karbohidrat
Zat pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, giberelin,
ABA
Asam amino/peptida
Bahan organik: air kelapa, YE, ME, sari buah
Pemadat media
pH medium
Media yang paling umum
digunakan
• Murashige T, Skoog F [MS]. 1962. A revised
medium for rapid growth and bio-assays with
tobacco tissue culture. Physiol Plant 15:473-
497.
• Schenk RU, Hildebrandt AC [SH]. 1972.
Medium and teshniques for induction and
growth of monocotyledonous plant cell
cultures. Can J Bot 50:199-204.
• Gamborg OL, Miller RA, Ojima K [GB5]. 1968.
Nutrient requirements of suspension culture
of soybean root cells. Exp Cell Res 50:151-
158.
• Woody Plant Media (WPM). Lloyd G,
McCown B. 1981. Comb Proc Intl Plant Prop
Soc 30:421-427
Efek Hormon dalam fenomena fisiologis
kultur in vitro
AUKSIN
• Stimulasi pembelahan sel (berinteraksi dengan
sitokinin)
• Pemanjangan sel, batang dan ruas
• Diferensiasi akar (bersifat rhizogen)
• Dominansi apikal
• Memicu sintesis etilen (absisi)
• Perubahan permeabilitas sel
Mudah rusak oleh cahaya & IAA oksidase
Dilarutkan dalam Etanol atau NaOH
Auksin yang biasa digunakan:
Indole acetic acid (IAA);
Indole-3-butyric acid (IBA);
1-Naphthalene acetic acid (NAA),
2-Naphthoxyacetic acid (NOA),
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D),
p-Chlorophenoxyacetic acid (p-CPA)
• Tempat/botol/tabung/petri kultur
• Medium kultur
• Alat-alat yang digunakan untuk
isolasi/inokulasi/kultur
• Bahan tanaman/Eksplan
• Lingkungan/area transfer
• Lingkungan ruangan inkubasi/kultur
• Pekerja/operator
Sterilisasi yang diperlukan, mencakup:
• Eksplan
• Medium kultur
• Alat-alat
• Ruang kerja
• Ruang Kultur
• Laboran/Pekerja
Sterilisasi: udara, bahan & alat, manusia
• Senyawa kimia pembunuh mikroorganisme utk eksplan
Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit, etanol (70%),
peroksida, Ag-nitrat, merkuri klorida,
antibiotika/bakterisida, fungisida.
•Nyala api: untuk peralatan & eksplan tertentu.
•Panas: lembab – autoklaf (120 oC, 15 psi, 20 – 30 mt)
kering – oven (180 oC, 60 mt)-utk alat
• Radiasi UV: untuk ruangan.
•Sistem penyaringan udara: laminar airflow cabinet
•Filter steril untuk bahan yang tidak tahan panas (heat-
labile)
Tingkat keefektifan beberapa zat pensteril
eksplan a
Masalah Genetik:
• Variasi genetik/somaklonal: stabilitas ploidi,
mutasi gen dan/atau kromosom
BIO 305 KULTUR SEL & JARINGAN
1 Kultur kalus dan organogenesis
2 Kultur sel tanaman
3 Embriogenesis somatik
4 Konservasi in vitro plasma nutfah
▪ Sumaryono
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia
Jl. Taman Kencana No.1, Bogor
15/02/2022 1
Kultur Kalus
kalus: massa sel tak-terdiferensiasi yang tumbuh pesat
Inisiasi Kalus
• Sumber eksplan: hampir semua bagian tanaman, terutama yang
sedang tumbuh pesat (meristematik).
• Eksplan dari tanaman di lapang dan rumah kaca terkontaminasi
fungi dan bakteri.
• Sterilisasi eksplan: dicuci dengan air mengalir, direndam dalam
larutan deterjen, fungisida, NaOCl.
• Medium dasar: MS, DF, SH, Nitsch, WP, Y3.
• Medium untuk inisiasi, proliferasi, dan pemeliharaan kalus seringkali
berbeda. 2
• Inisiasi kalus pada umumnya memerlukan fitohormon eksogen,
terutama auksin.
• Komposisi medium dan genotipe berpengaruh terhadap inisiasi kalus.
• Lingkungan fisik: cahaya atau gelap, suhu 25-27 °C.
• Kalus dapat tumbuh dari seluruh bagian eksplan, terutama daerah
yang terpotong.
12
10
8
6
4
Picl 15 µM
2 Picl 30 µM
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Culture period (week)
Kurva tumbuh kalus C. ledgeriana 6
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
8
A B
C D E
2. Faktor lain
- hara makro: fosfat (P), nitrogen (N)
- sukrosa, glukosa
- kondisi lingkungan: cahaya, suhu
11
Keragaman somaklonal
Larkin & Scowcroft (1981)
“Peningkatan keragaman genetik tanaman pada kultur in vitro”
13
Contoh keragaman somaklonal dan epigenetik
Bulai pada planlet tebu Buah kelapa sawit normal Buah bersayap (mantled)
14
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Jenis kultur dimana sel tunggal atau agregat sel tumbuh dan
memperbanyak diri dalam medium cair pada lingkungan aseptik
dan terkendali.
• Kultur sel tanaman digunakan untuk:
o propagasi massal bahan tanaman unggul: true-to-type plants
o perbanyakan individu hasil rekayasa genetika: bahan untuk
transformasi
o sistem model untuk kajian biokimia dan fisiologi karena lingkungan
terkendali
o konservasi in vitro plasma nutfah tanaman
o produksi senyawa sekunder.
22/02/2022 1
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Dibuat dengan memindahkan kalus remah yang tumbuh-pesat ke
dalam medium cair pada labu Erlenmeyer.
• Umumnya digoyang (agitated) dengan kecepatan 90-120 rpm untuk
meningkatkan kadar O2 dalam medium dan memecah agregat sel.
• Pertama kali dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer baffles untuk
memperkecil ukuran agregat sel.
• Disaring untuk mendapatkan ukuran sel yang seragam.
• Volume medium 1/5 – 1/4 dari volume labu Erlenmeyer.
• Kerapatan awal (initial density) sel sangat penting untuk
pembentukan koloni dan untuk mendapatkan pertumbuhan berulang
dari suspensi baru.
2
Kultur Suspensi Sel Tanaman
4
Pengukuran pertumbuhan sel
2. Packed Cell Volume (PCV)
• volume tertentu suspensi sel dimasukkan ke dalam tabung
sentrifus 15 mL dan diputar 2000 x g selama 5 menit.
PCV = mL endapan sel per kultur atau %.
3. Bobot segar sel
• suspensi sel diletakkan pada kain nilon di corong, dibilas air
untuk menghilangkan medium, dikeringkan dengan vakum lalu
ditimbang.
4. Bobot kering sel
• suspensi sel diletakkan pada kertas filter yang telah ditimbang,
dikeringkan 60 °C selama 24 jam.
5
Pengukuran pertumbuhan sel
5. Cell Volume after Sedimentation (CVS)
• volume suspensi sel setelah diendapkan selama 5 -10 menit dalam
labu Erlenmeyer miring.
14
12
Kurva sigmoid 7
Viabilitas sel
• Pengamatan persentase viabilitas (daya hidup) sel sangat penting untuk
mencegah tercampurnya kultur dengan sel mati.
• Sel dianggap viabel (hidup) bila mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang.
• Uji viabilitas berdasarkan pada integritas membran sel atau aktivitas
metabolisme sel (enzim).
• Pewarnaan dengan larutan Evans blue - sel mati warna biru, sel hidup putih.
• Pewarnaan dengan larutan FDA (Fluorescein diacetate) - sel hidup berwarna
fluoresen hijau dengan UV.
• Tetrazolium: MTT (dimetiltiazol difenil tetrazolium bromida) dan TTC
(trifenil tetrazolium klorida)
- sel hidup berwarna merah, tetrazolium direduksi oleh enzim
dehidrogenase menjadi formazan (merah).
8
Contoh pewarnaan viabilitas sel
10
Kultur organ tanaman
12
Kultur sel skala-besar
• Peningkatan volume kultur sel dan organ tanaman sangat penting
dalam usaha komersialisasi produk.
• Penelitian awal skala kecil di labu Erlenmeyer 10 – 100 ml yang
diletakkan pada shaker, namun produksi komersial harus dilakukan di
bioreaktor.
• Suspensi sel tanaman berhasil dibiakkan dalam bioreaktor yaitu kultur
sel Echinacea purpurea dan Taxus brevifolia (sebagai anti-kanker).
• Masalah utama: perimbangan antara pengadukan untuk mencampur
medium dan mencegah sel menggumpal.
• Masalah lain: penggumpalan agregat sel, penempelan sel-sel pada
dinding bejana, dan terbentuk busa (foaming).
13
Berbagai jenis bioreaktor
Airlift
Stirred tank Bubble column Balloon-type bubble TIS
Bag line
TIS RITA Rotating drum
Sumber: Fei & Weathers (2016) 14
Komponen bioreaktor
16
Produksi paclitaxel melalui kultur sel tanaman Taxus di Phyton Biotech,
volume bioreaktor 75rb liter 17
Taxus sumatrana di Taman Nasional Kerinci Seblat
18
Embriogenesis Somatik (SE)
• SE adalah proses pembentukan embrio dari sel somatik (vegetatif),
ditandai adanya struktur bipolar dan tanpa ada hubungan pembuluh
dengan jaringan induk.
• Struktur bipolar: plumula (calon tunas) dan radikula (calon akar)
• Teknik propagasi klonal secara massal dan cepat terutama untuk
tanaman tahunan berkayu.
• Embrio somatik mirip embrio zigotik.
01/03/2022 1
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
Pembelahan asimetri
Pembelahan simetri
4
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman Dikotil
• Globuler: embrio tumbuh ke segala arah (isodiametrik).
• Bentuk-jantung (heart-shape): mulai tumbuh melonjong (oblong).
• Torpedo: mulai terbentuk dua plumula (calon pucuk).
• Kotiledon: terbentuk plumula dan radikula (calon akar) yang jelas.
Tanaman Monokotil
• Globuler: bentuk membulat
• Elongated: embrio tumbuh memanjang
• Scutellar: terbentuk sumbu apikal dan skutelum
• Coleoptilar: terbentuk koleoptil
5
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman dikotil Tanaman monokotil
Globuler
Oblong
Globuler
Scutellar
7
Jenis embriogenesis somatik
Tak-langsung
Kalus
Langsung
Eksplan Embrio somatik
Planlet
Bibit
8
Tahap regenerasi embriogenesis somatik
tak-langsung
1. Induksi (inisiasi) kalus embriogenik
(PEM = proembryogenic mass)
2. Seleksi kalus embriogenik
3. Proliferasi (perbanyakan) kalus embriogenik
4. Induksi (ekspresi) embrio somatik
5. Maturasi (pendewasaan) embrio somatik
6. Pembesaran tunas
7. Pembentukan akar planlet
9
Embriogenesis Somatik Langsung
13
Kelemahan Embriogenesis Somatik
• Metode ini relatif sulit.
• Kemungkinan terjadinya mutasi lebih tinggi dibandingkan dengan
multiplikasi tunas, terutama SE tak-langsung.
• Subkultur berulang-ulang dalam jangka panjang akan
menurunkan kapasitas regenerasi dan meningkatkan
kemungkinan munculnya abnormalitas.
• Induksi embriogenesis somatik sangat sulit untuk spesies
tanaman tertentu.
14
SE Kopi Arabika
19
Benih sintetik teh
20
Sistem produksi benih sintetik
08/03/2022
1
Konservasi Tanaman
• Biodiversitas menurun dengan sangat cepat. Pada tahun 2014, >7.700
spesies tanaman dimasukkan ke dalam Red List of Endangered Species
dari IUCN (International Union for the Conservation of Nature).
• Sejak 2010, 4,7 juta ha areal hutan hilang tiap tahun. Sejak tahun 1900,
3 spesies tumbuhan berbiji hilang setiap tahun.
• Hilangnya plasma nutfah tumbuhan, binatang, dan mikroba disadari
sangat merugikan, terutama bagi para pemulia (breeders).
• Konservasi in situ: konservasi plasma nutfah tanaman di habitat
alaminya.
• Konservasi ex situ: plasma nutfah tanaman dikoleksi pada lokasi
tertentu (misalnya kebun raya) di luar habitat aslinya, termasuk
penyimpanan biji. 2
Konservasi In Situ Tanaman
9
Penyimpanan biji
10
Konservasi In Vitro Tanaman
• Sistem in vitro sangat sesuai untuk penyimpanan bahan tanaman
karena: skala kecil, bebas hama penyakit dan dilakukan pada
kondisi lingkungan yang akan memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan.
• Syarat untuk penyimpanan in vitro:
o Stabilitas genetik harus tetap dipertahankan
o Harus dijamin bebas penyakit
o Potensi regenerasi tidak boleh hilang
o Kemungkinan kerusakan atau kematian sangat kecil.
11
Keunggulan Konservasi In Vitro Tanaman
• Kultur in vitro memungkinkan spesies tanaman langka untuk
dikonservasi.
• Memerlukan ruang yang kecil.
• Pemeliharaan lebih mudah dan terkontrol.
• Gangguan cuaca hampir tidak ada.
• Sesuai untuk tanaman yang steril, biji yang sulit berkecambah atau
biji rekalsitran.
• Karena kultur steril memungkinkan pengiriman bahan tanaman
bebas-penyakit ke lokasi atau negara lain.
12
Penyimpanan jangka pendek-menengah:
memperlambat pertumbuhan in vitro
• Merubah komposisi medium (gula rendah, senyawa penghambat,
cekaman osmotik) sehingga pertumbuhan menjadi sangat lambat.
• Gula rendah: sukrosa 10 g/L; senyawa penghambat: cycocel,
ancymidol, ABA; atau osmotikum: manitol, sorbitol.
• Penyimpanan hipobarik yakni menurunkan tekanan atmosfer.
Tekanan oksigen diturunkan, digantikan nitrogen.
• Menurunkan suhu, pada suhu 2-5 °C untuk tanaman temperate,
8-15 °C untuk tanaman (sub)tropis.
• Menurunkan intensitas cahaya.
13
Agrawal et al. (2019) 14
15
Penyimpanan jangka-panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro
• Penyimpanan jangka panjang dengan dibekukan dalam nitrogen
cair pada suhu minus 196 °C (cryopreservation). Pada suhu ini
pertumbuhan berhenti sama sekali.
• Ditambah cryoprotectant: DMSO (dimetil sulfoksida) + sorbitol,
gliserol, manitol, sukrosa untuk mempertahankan keutuhan
membran dan meningkatkan potensial osmotik.
• Penurunan suhu dan penghangatan suhu (thawing) harus
dilakukan secara perlahan.
• Stabilitas genetik tanaman lebih tinggi.
16
Penyimpanan jangka panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro (lanj…)
• Bahan tanaman tersedia kapan saja.
• Bahan tanaman tetap bersifat juvenil selama penyimpanan.
• Penyimpanan dapat sampai beberapa puluh tahun.
• Kelemahan penyimpanan suhu super rendah adalah biaya investasi
sangat mahal dan masih banyaknya masalah teknis. Tiap jenis
tanaman memerlukan kondisi yang spesifik untuk penyimpanan
dan regenerasi bahan tanaman yang dibekukan.
• Bahan tanaman dapat disimpan dalam bentuk protoplas, suspensi
sel, kalus, embrio, pucuk meristem, tunas, dan planlet.
17
Cryopreservation
18
Cryopreservation of papaya
19
Cryopreservation of Musa spp.
Dosen:
1. Prof. Dr. Diah Ratnadewi (Koordinator)
2. Dr. Ence Darmo Jaya Supena
3. Ir. Sumaryono, MSc. (BP Perkebunan)
4. Dr Berry Juliandi
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Kultur Jaringan Tanaman?
Upaya membiakkan sel/jaringan tanaman dalam
medium buatan yang diketahui komposisinya,
dalam kondisi lingkungan yang terkendali, untuk
mendapatkan pertumbuhan dan/atau
perkembangan yang diharapkan
Dasar:
Teori Totipotensi (Haberlandt, 1898)
Kemampuan sel tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang,
melengkapi dirinya, menjadi tumbuhan utuh kembali.
Pada HEWAN
Manipulasi in vitro
►dediferensiasi ►rediferensiasi
Sel telah
terdiferensiasi, Proses Perkembangan Tanaman utuh/lengkap
sel → individu tumbuhan in vitro
masih (Sel terdiferensiasi)
mempunyai:
• membran plasma
• inti viabel
• sitoplasma
4
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Totipotensi protoplas tumbuhan in vitro
6
Departemen Biologi, FMIPA-IPB (Supena et al., 2008)
Sejarah singkat kultur in vitro tanaman
1898: Haberlandt; kultur jaringan
palisade Lamium purpureum, Eichhornia crassipes.
1922 – 1940an: Robbins, Kotte, White, Gautheret, Skoog;
mencoba berbagai jaringan meristematik & media.
1930an: ditemukan auksin sebagai hormon & peran vit. B dalam
pertumbuhan.
1941: Van Overbeek; air kelapa untuk kultur embrio muda.
1950an: Limasset & Cornuet (1949): bagian apikal bebas virus; Morel &
Martin (1952,1955): kultur apeks utk tanaman bebas virus.
.
Sejarah singkat ... (lanjutan)
1960an: Murashige, memperbaiki teknik & medium: perbanyakan
mikro
1966-67: Maheshwari, kultur embrio muda & pembuahan buatan.
Guha & Maheshwari dan Bourgin & Nitsch, kultur serbuk sari dan
ovul.
1953-54: Muir, kultur sel jaringan Tagetes erecta & N tabacum: isolasi
dan kultur sel tunggal menjadi koloni sel.
1956: Miller, menemukan kinetin dalam DNA sperma ikan herring
yang memacu pembelahan sel.
1957: Skoog & Miller, keseimbangan auksin/sitokinin.
1958: Reinert & Steward, embriogenesis somatik dlm medium 100%
sintetik.
Sejarah Singkat (Lanjutan):
• Perbanyakan bibit
• Konservasi plasma nutfah
• Benih buatan
• Tanaman bebas penyakit
• Bahan untuk transformasi genetik
Penerapan Teknik Kultur In Vitro
Tanaman
Perbanyakan klonal
17
Departemen Biologi, FMIPA-IPB
Embrio somatik dan benih sintetik
www.flickr.com
www.seedbiology.de
Eksplan: jaringan/organ
Regenerasi:
Tanaman
FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM
KULTUR SEL/JARINGAN TANAMAN
I. Bahan eksplan
II. Media tumbuh
III. Kondisi kultur
IV. Keaseptikan kultur
Peralatan dan Keterampilan teknis
I.Faktor Bahan Eksplan
• Jenis tanaman: spesies, varietas
• Jenis jaringan
• Konstitusi genetik: ploidi
• Kondisi fisiologis tanaman induk
• Fase perkembangan tanaman
induk
• Posisi jaringan pada tanaman
induk
• Ukuran eksplan
• Musim saat pengambilan eksplan
Faktor penting dalam pemilihan eksplan
terkait faktor fisiologis tanaman induk:
• Eksplan harus mengandung sel-sel hidup
• Lebih muda (meristimatik/juvenil) akan lebih
baik/ responsif, karena mengandung banyak sel
yang sedang aktif membelah
• Tanaman induk harus sehat, tidak terserang hama
dan penyakit
• Tanaman sedang aktif tumbuh, bukan masuk
periode dormansi atau penuaan/senesensi
Contoh:
pengaruh asal jaringan
eksplan pada pola
re-diferensiasi
kultur
II. Faktor Media Tumbuh
Unsur mineral: makro dan mikro
Vitamin B & mio-inositol
Sumber C, energi & pemelihara osmolaritas media:
gula/karbohidrat
Zat pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, giberelin,
ABA
Asam amino/peptida
Bahan organik: air kelapa, YE, ME, sari buah
Pemadat media
pH medium
Media yang paling umum
digunakan
• Murashige T, Skoog F [MS]. 1962. A revised
medium for rapid growth and bio-assays with
tobacco tissue culture. Physiol Plant 15:473-
497.
• Schenk RU, Hildebrandt AC [SH]. 1972.
Medium and teshniques for induction and
growth of monocotyledonous plant cell
cultures. Can J Bot 50:199-204.
• Gamborg OL, Miller RA, Ojima K [GB5]. 1968.
Nutrient requirements of suspension culture
of soybean root cells. Exp Cell Res 50:151-
158.
• Woody Plant Media (WPM). Lloyd G,
McCown B. 1981. Comb Proc Intl Plant Prop
Soc 30:421-427
Efek Hormon dalam fenomena fisiologis
kultur in vitro
AUKSIN
• Stimulasi pembelahan sel (berinteraksi dengan
sitokinin)
• Pemanjangan sel, batang dan ruas
• Diferensiasi akar (bersifat rhizogen)
• Dominansi apikal
• Memicu sintesis etilen (absisi)
• Perubahan permeabilitas sel
Mudah rusak oleh cahaya & IAA oksidase
Dilarutkan dalam Etanol atau NaOH
Auksin yang biasa digunakan:
Indole acetic acid (IAA);
Indole-3-butyric acid (IBA);
1-Naphthalene acetic acid (NAA),
2-Naphthoxyacetic acid (NOA),
dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D),
p-Chlorophenoxyacetic acid (p-CPA)
• Tempat/botol/tabung/petri kultur
• Medium kultur
• Alat-alat yang digunakan untuk
isolasi/inokulasi/kultur
• Bahan tanaman/Eksplan
• Lingkungan/area transfer
• Lingkungan ruangan inkubasi/kultur
• Pekerja/operator
Sterilisasi yang diperlukan, mencakup:
• Eksplan
• Medium kultur
• Alat-alat
• Ruang kerja
• Ruang Kultur
• Laboran/Pekerja
Sterilisasi: udara, bahan & alat, manusia
• Senyawa kimia pembunuh mikroorganisme utk eksplan
Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit, etanol (70%),
peroksida, Ag-nitrat, merkuri klorida,
antibiotika/bakterisida, fungisida.
•Nyala api: untuk peralatan & eksplan tertentu.
•Panas: lembab – autoklaf (120 oC, 15 psi, 20 – 30 mt)
kering – oven (180 oC, 60 mt)-utk alat
• Radiasi UV: untuk ruangan.
•Sistem penyaringan udara: laminar airflow cabinet
•Filter steril untuk bahan yang tidak tahan panas (heat-
labile)
Tingkat keefektifan beberapa zat pensteril
eksplan a
Masalah Genetik:
• Variasi genetik/somaklonal: stabilitas ploidi,
mutasi gen dan/atau kromosom
BIO 305 KULTUR SEL & JARINGAN
1 Kultur kalus dan organogenesis
2 Kultur sel tanaman
3 Embriogenesis somatik
4 Konservasi in vitro plasma nutfah
▪ Sumaryono
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia
Jl. Taman Kencana No.1, Bogor
15/02/2022 1
Kultur Kalus
kalus: massa sel tak-terdiferensiasi yang tumbuh pesat
Inisiasi Kalus
• Sumber eksplan: hampir semua bagian tanaman, terutama yang
sedang tumbuh pesat (meristematik).
• Eksplan dari tanaman di lapang dan rumah kaca terkontaminasi
fungi dan bakteri.
• Sterilisasi eksplan: dicuci dengan air mengalir, direndam dalam
larutan deterjen, fungisida, NaOCl.
• Medium dasar: MS, DF, SH, Nitsch, WP, Y3.
• Medium untuk inisiasi, proliferasi, dan pemeliharaan kalus seringkali
berbeda. 2
• Inisiasi kalus pada umumnya memerlukan fitohormon eksogen,
terutama auksin.
• Komposisi medium dan genotipe berpengaruh terhadap inisiasi kalus.
• Lingkungan fisik: cahaya atau gelap, suhu 25-27 °C.
• Kalus dapat tumbuh dari seluruh bagian eksplan, terutama daerah
yang terpotong.
12
10
8
6
4
Picl 15 µM
2 Picl 30 µM
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Culture period (week)
Kurva tumbuh kalus C. ledgeriana 6
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
8
A B
C D E
2. Faktor lain
- hara makro: fosfat (P), nitrogen (N)
- sukrosa, glukosa
- kondisi lingkungan: cahaya, suhu
11
Keragaman somaklonal
Larkin & Scowcroft (1981)
“Peningkatan keragaman genetik tanaman pada kultur in vitro”
13
Contoh keragaman somaklonal dan epigenetik
Bulai pada planlet tebu Buah kelapa sawit normal Buah bersayap (mantled)
14
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Jenis kultur dimana sel tunggal atau agregat sel tumbuh dan
memperbanyak diri dalam medium cair pada lingkungan aseptik
dan terkendali.
• Kultur sel tanaman digunakan untuk:
o propagasi massal bahan tanaman unggul: true-to-type plants
o perbanyakan individu hasil rekayasa genetika: bahan untuk
transformasi
o sistem model untuk kajian biokimia dan fisiologi karena lingkungan
terkendali
o konservasi in vitro plasma nutfah tanaman
o produksi senyawa sekunder.
22/02/2022 1
Kultur Suspensi Sel Tanaman
• Dibuat dengan memindahkan kalus remah yang tumbuh-pesat ke
dalam medium cair pada labu Erlenmeyer.
• Umumnya digoyang (agitated) dengan kecepatan 90-120 rpm untuk
meningkatkan kadar O2 dalam medium dan memecah agregat sel.
• Pertama kali dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer baffles untuk
memperkecil ukuran agregat sel.
• Disaring untuk mendapatkan ukuran sel yang seragam.
• Volume medium 1/5 – 1/4 dari volume labu Erlenmeyer.
• Kerapatan awal (initial density) sel sangat penting untuk
pembentukan koloni dan untuk mendapatkan pertumbuhan berulang
dari suspensi baru.
2
Kultur Suspensi Sel Tanaman
4
Pengukuran pertumbuhan sel
2. Packed Cell Volume (PCV)
• volume tertentu suspensi sel dimasukkan ke dalam tabung
sentrifus 15 mL dan diputar 2000 x g selama 5 menit.
PCV = mL endapan sel per kultur atau %.
3. Bobot segar sel
• suspensi sel diletakkan pada kain nilon di corong, dibilas air
untuk menghilangkan medium, dikeringkan dengan vakum lalu
ditimbang.
4. Bobot kering sel
• suspensi sel diletakkan pada kertas filter yang telah ditimbang,
dikeringkan 60 °C selama 24 jam.
5
Pengukuran pertumbuhan sel
5. Cell Volume after Sedimentation (CVS)
• volume suspensi sel setelah diendapkan selama 5 -10 menit dalam
labu Erlenmeyer miring.
14
12
Kurva sigmoid 7
Viabilitas sel
• Pengamatan persentase viabilitas (daya hidup) sel sangat penting untuk
mencegah tercampurnya kultur dengan sel mati.
• Sel dianggap viabel (hidup) bila mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang.
• Uji viabilitas berdasarkan pada integritas membran sel atau aktivitas
metabolisme sel (enzim).
• Pewarnaan dengan larutan Evans blue - sel mati warna biru, sel hidup putih.
• Pewarnaan dengan larutan FDA (Fluorescein diacetate) - sel hidup berwarna
fluoresen hijau dengan UV.
• Tetrazolium: MTT (dimetiltiazol difenil tetrazolium bromida) dan TTC
(trifenil tetrazolium klorida)
- sel hidup berwarna merah, tetrazolium direduksi oleh enzim
dehidrogenase menjadi formazan (merah).
8
Contoh pewarnaan viabilitas sel
10
Kultur organ tanaman
12
Kultur sel skala-besar
• Peningkatan volume kultur sel dan organ tanaman sangat penting
dalam usaha komersialisasi produk.
• Penelitian awal skala kecil di labu Erlenmeyer 10 – 100 ml yang
diletakkan pada shaker, namun produksi komersial harus dilakukan di
bioreaktor.
• Suspensi sel tanaman berhasil dibiakkan dalam bioreaktor yaitu kultur
sel Echinacea purpurea dan Taxus brevifolia (sebagai anti-kanker).
• Masalah utama: perimbangan antara pengadukan untuk mencampur
medium dan mencegah sel menggumpal.
• Masalah lain: penggumpalan agregat sel, penempelan sel-sel pada
dinding bejana, dan terbentuk busa (foaming).
13
Berbagai jenis bioreaktor
Airlift
Stirred tank Bubble column Balloon-type bubble TIS
Bag line
TIS RITA Rotating drum
Sumber: Fei & Weathers (2016) 14
Komponen bioreaktor
16
Produksi paclitaxel melalui kultur sel tanaman Taxus di Phyton Biotech,
volume bioreaktor 75rb liter 17
Taxus sumatrana di Taman Nasional Kerinci Seblat
18
Embriogenesis Somatik (SE)
• SE adalah proses pembentukan embrio dari sel somatik (vegetatif),
ditandai adanya struktur bipolar dan tanpa ada hubungan pembuluh
dengan jaringan induk.
• Struktur bipolar: plumula (calon tunas) dan radikula (calon akar)
• Teknik propagasi klonal secara massal dan cepat terutama untuk
tanaman tahunan berkayu.
• Embrio somatik mirip embrio zigotik.
01/03/2022 1
Perkembangan kalus
Proliferasi Tumbuh pesat Suspensi sel
Pembelahan asimetri
Pembelahan simetri
4
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman Dikotil
• Globuler: embrio tumbuh ke segala arah (isodiametrik).
• Bentuk-jantung (heart-shape): mulai tumbuh melonjong (oblong).
• Torpedo: mulai terbentuk dua plumula (calon pucuk).
• Kotiledon: terbentuk plumula dan radikula (calon akar) yang jelas.
Tanaman Monokotil
• Globuler: bentuk membulat
• Elongated: embrio tumbuh memanjang
• Scutellar: terbentuk sumbu apikal dan skutelum
• Coleoptilar: terbentuk koleoptil
5
Fase perkembangan embrio somatik
Tanaman dikotil Tanaman monokotil
Globuler
Oblong
Globuler
Scutellar
7
Jenis embriogenesis somatik
Tak-langsung
Kalus
Langsung
Eksplan Embrio somatik
Planlet
Bibit
8
Tahap regenerasi embriogenesis somatik
tak-langsung
1. Induksi (inisiasi) kalus embriogenik
(PEM = proembryogenic mass)
2. Seleksi kalus embriogenik
3. Proliferasi (perbanyakan) kalus embriogenik
4. Induksi (ekspresi) embrio somatik
5. Maturasi (pendewasaan) embrio somatik
6. Pembesaran tunas
7. Pembentukan akar planlet
9
Embriogenesis Somatik Langsung
13
Kelemahan Embriogenesis Somatik
• Metode ini relatif sulit.
• Kemungkinan terjadinya mutasi lebih tinggi dibandingkan dengan
multiplikasi tunas, terutama SE tak-langsung.
• Subkultur berulang-ulang dalam jangka panjang akan
menurunkan kapasitas regenerasi dan meningkatkan
kemungkinan munculnya abnormalitas.
• Induksi embriogenesis somatik sangat sulit untuk spesies
tanaman tertentu.
14
SE Kopi Arabika
19
Benih sintetik teh
20
Sistem produksi benih sintetik
08/03/2022
1
Konservasi Tanaman
• Biodiversitas menurun dengan sangat cepat. Pada tahun 2014, >7.700
spesies tanaman dimasukkan ke dalam Red List of Endangered Species
dari IUCN (International Union for the Conservation of Nature).
• Sejak 2010, 4,7 juta ha areal hutan hilang tiap tahun. Sejak tahun 1900,
3 spesies tumbuhan berbiji hilang setiap tahun.
• Hilangnya plasma nutfah tumbuhan, binatang, dan mikroba disadari
sangat merugikan, terutama bagi para pemulia (breeders).
• Konservasi in situ: konservasi plasma nutfah tanaman di habitat
alaminya.
• Konservasi ex situ: plasma nutfah tanaman dikoleksi pada lokasi
tertentu (misalnya kebun raya) di luar habitat aslinya, termasuk
penyimpanan biji. 2
Konservasi In Situ Tanaman
9
Penyimpanan biji
10
Konservasi In Vitro Tanaman
• Sistem in vitro sangat sesuai untuk penyimpanan bahan tanaman
karena: skala kecil, bebas hama penyakit dan dilakukan pada
kondisi lingkungan yang akan memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan.
• Syarat untuk penyimpanan in vitro:
o Stabilitas genetik harus tetap dipertahankan
o Harus dijamin bebas penyakit
o Potensi regenerasi tidak boleh hilang
o Kemungkinan kerusakan atau kematian sangat kecil.
11
Keunggulan Konservasi In Vitro Tanaman
• Kultur in vitro memungkinkan spesies tanaman langka untuk
dikonservasi.
• Memerlukan ruang yang kecil.
• Pemeliharaan lebih mudah dan terkontrol.
• Gangguan cuaca hampir tidak ada.
• Sesuai untuk tanaman yang steril, biji yang sulit berkecambah atau
biji rekalsitran.
• Karena kultur steril memungkinkan pengiriman bahan tanaman
bebas-penyakit ke lokasi atau negara lain.
12
Penyimpanan jangka pendek-menengah:
memperlambat pertumbuhan in vitro
• Merubah komposisi medium (gula rendah, senyawa penghambat,
cekaman osmotik) sehingga pertumbuhan menjadi sangat lambat.
• Gula rendah: sukrosa 10 g/L; senyawa penghambat: cycocel,
ancymidol, ABA; atau osmotikum: manitol, sorbitol.
• Penyimpanan hipobarik yakni menurunkan tekanan atmosfer.
Tekanan oksigen diturunkan, digantikan nitrogen.
• Menurunkan suhu, pada suhu 2-5 °C untuk tanaman temperate,
8-15 °C untuk tanaman (sub)tropis.
• Menurunkan intensitas cahaya.
13
Agrawal et al. (2019) 14
15
Penyimpanan jangka-panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro
• Penyimpanan jangka panjang dengan dibekukan dalam nitrogen
cair pada suhu minus 196 °C (cryopreservation). Pada suhu ini
pertumbuhan berhenti sama sekali.
• Ditambah cryoprotectant: DMSO (dimetil sulfoksida) + sorbitol,
gliserol, manitol, sukrosa untuk mempertahankan keutuhan
membran dan meningkatkan potensial osmotik.
• Penurunan suhu dan penghangatan suhu (thawing) harus
dilakukan secara perlahan.
• Stabilitas genetik tanaman lebih tinggi.
16
Penyimpanan jangka panjang:
menghentikan pertumbuhan in vitro (lanj…)
• Bahan tanaman tersedia kapan saja.
• Bahan tanaman tetap bersifat juvenil selama penyimpanan.
• Penyimpanan dapat sampai beberapa puluh tahun.
• Kelemahan penyimpanan suhu super rendah adalah biaya investasi
sangat mahal dan masih banyaknya masalah teknis. Tiap jenis
tanaman memerlukan kondisi yang spesifik untuk penyimpanan
dan regenerasi bahan tanaman yang dibekukan.
• Bahan tanaman dapat disimpan dalam bentuk protoplas, suspensi
sel, kalus, embrio, pucuk meristem, tunas, dan planlet.
17
Cryopreservation
18
Cryopreservation of papaya
19
Cryopreservation of Musa spp.