Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Evolusi merupakan salah satu topik yang masih terus menjadi perdebatan di dunia
pendidikan biologi, dan merambah di kehidupan masyarakat luas. Beberapa tokoh evolusionis
berusaha untuk menjelaskan tentang peristiwa evolusi, mereka dari berbagai sudut pandang yang
masing-masing, sehingga evolusi masih sulit untuk diterima oleh semua orang. Hal ini terkendala
oleh faktor X yang biasa dikenal dengan istilah “Missing Links”. Hilangnya beberapa
penghubung evolusi menjadikan kendala yang masih sulit, untuk menghubungkan mata rantai
kejadian evolusi dapat dijelaskan secara terinci. Para ilmuwan yang menggunakan metode ilmiah
terus berusaha menyingkap kabut evolusi melalui sumber-sumber purbakala yang di dapat. Bukti
uji Palaentologi, evolusi biologi, dan lempeng tektonik.
Mendengar kata ‘evolusi’ tentulah kita dengan segera memikirkan Darwin dengan “teori
keranya”. Tetapi evolusi tidaklah hanya berkisar pada manusia dan kera. Berdasarkan asal
katanya, evolusi berasal dari bahasa latin yaitu evolvo yang berarti membuka gulungan,
membuka lapisan, atau menguraikan. Berdasarkan arti katanya, evolusi berasal dari bahasa
Inggris yaitu evolution yang berarti perubahan atau perkembangan bertahap.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik.
Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi
dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.
Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu,
populasi dan komunitas. Ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji
dalam ekologi tumbuhan. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-
sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. . Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.

Memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang


kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan
sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang
khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.

Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis
tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu terjadi. Oleh
karena itu, agar dapat mengetahui tentang komunitas tumbuhan maka disusunlah makalah yang
berjudul “Evolusi, Interaksi Spesies, dan Komunitas Biologi”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah Yang Dimaksud Dengan Evolusi?
2. Jelaskan Teori Evolusi Pra-Darwinisme, Teori Evolusi Darwinisme, Dan Teori Evolusi Post-
Darwinisme!
3. Jelaskan Bagaimana Mekanisme Proses Evolusi?
4. Apa Sajakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Proses Evolusi?
5. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Komunitas
6. Mengetahui Dan Memahami Struktur Komunitas

7. Mengetahui Dan Memahami Tentang Komunitas Tepi ( Boundary )


8. Mengetahui Dan Memahami Tentang Distruban
9. Mengetahui Dan Memahami Interaksi Antar Spesies.
10. Mengetahui Dan Memahami Tentang Suksesi.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Menjelaskan Pengertian Teori Evolusi?
2. Jelaskan Teori Evolusi Pra-Darwinisme, Teori Evolusi Darwinisme, Dan Teori Evolusi Post-
Darwinisme!
3. Menjelaskan Mekanisme Proses Evolusi?
4. Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Proses Evolusi?
5. Mengetahui Dan Memahami Pengertian Komunitas
6. Mengetahui Dan Memahami Struktur Komunitas
7. Mengetahui Dan Memahami Tentang Komunitas Tepi ( Boundary )
8. Mengetahui Dan Memahami Tentang Distruban
9. Mengetahui Dan Memahami Interaksi Antar Spesies.
10. Mengetahui Dan Memahami Tentang Suksesi.
BAB II
TEORI EVOLUSI DAN MEKANISME PROSES EVOLUSI

2.1 PENGERTIN EVOLUSI


Evolusi berasal dari bahasa latin yakni Evolvo yang artinya membentang. Pengertian
sesungguhnya adalah perubahan berangsur dan pelan. Ditinjau dari bagian yang mengalami
perubahan, evolusi dapat dibedakan menjadi evolusi kosmik dan evolusi organik. Disamping itu
ada istilah lain yang dikenal dengan evolusi geologis. Evolusi kosmik merupakan perubahan
yang terus menerus terjadi di alam raya (evolusi universe). Evolusi organik adalah perubahan
yang terjadi pada makhluk hidup atau komponen biotik dari generasi ke generasi baik morfologis
maupun fisiologis. Hal ini dikenal juga dengan evolusi biologis.
Evolusi merupakan kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya perubahan,
perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi
karena pengaruh alam atau rekayasa manusia.Teori evolusi sesungguhnya adalah sebuah
hipotesis tentang asal-usul mahluk hidup. Fakta bahwa banyak jenis mahluk hidup yang ada
disaat sekarang tidak dijumpai pada kehidupan di masa jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu
(Widodo,2002).
Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara bertahap dan
perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin kompleksnya struktur dan
fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis yang ada. Definisi lain tentang evolusi
adalah proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan
menghasilkan perkembangan spesies baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan
secara bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu
individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru.Spesies baru yang terbentuk
mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks. ( Sudarno, 1994).
Evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat panjang. Di dalam
biologi, pengertian evolusi telah mengalami perkembangan, dimana menurut Darwinisme:
evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat panjang. Dengan
berkembangnya genentika molekuler, para ilmuwan mengembangkan teori evolusi
komprehensip yang menggabungkan Darwinisme dengan Mendelisme yang selanjutnya dikenal
sebagai sintesis modern (modern syntesis), yang artinya evolusi adalah perubahan frekuensi alel
dari suatu populasi persatuan waktu (Hendriani,Y. 2008).

2.2 SEJARAH SINGKAT EVOLUSI


Teori evolusi terus mengalami perkembangan menurut bermacammacam waktu dan konsep-
konsepnya. Dalam Kegiatan Belajar ini diterangkan prinsip-prinsip yang berbeda-beda sesuai
dengan masa teori tersebut. Teori evolusi modern akan dipelajari proses-proses yang terjadi pada
masa lalu, atau proses yang mungkin terjadi pada masa lalu, serta metodologi dan latar belakang
pemikiran, dan analisisnya (Gambar 1).

Gambar 1. Darwin dan Kronologi teori Evolusi (Campbell, 2003)

Gambar (1) diterangkan Masa fiksisme (Linnaeus), Masa transformisme (Lamarck), Masa Teori
Seleksi Alam (Darwin dan Wallace) dan Masa Teori Genetika (Mendel) yang digambarkan di
atas garis berarsir. Di bawah garis berarsir digambarkan orang-orang yang berpengaruh pada
pemikiran Darwin yang diakhiri oleh Mendel. Meskipun Mendel tidak mempengaruhi Darwin,
tetapi penemuan Mendel sangat berpengaruh pada perkembangan teori evolusi sekarang.
Gambar 2. Pendapat lamarck mengenai evolusi leher jerapah

Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin,
antara lain:
 Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch
disebabkan perbedaan jenis makanannya.
 Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami
perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya.
Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
 Pendapat ekonomi Malthus yang menyatakan adanya kecendrungan kenaikan jumlah penduduk
lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan
untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan
oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul. Pokok tesis Malthus ini adalah pemikiran
bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan makanan. Malthus
berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan kejeblos ke dalam rawa-rawa kemiskinan dan
berada ditubir kelaparan. Dalam jangka panjang, tak ada kemajuan teknologi yang dapat
mengalihkan keadaan itu, karena kenaikan suplai makanan terbatas, sedangkan "pertumbuhan
penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir makanan buat menjaga eksistensi
manusia.

2.3 TEORI-TEORI EVOLUSI


Kajian tentang evolusi berdasarkan beberapa ilmuwan sangat beragam. Beberapa
ilmuwan mengklasifikasikan teori evolusi berdasarkan objek kajiannya. Menurut Amin (2009),
berdasarkan obyek yang mengalami evolusi, evolusi dibedakan menjadi dua, yaitu : evolusi
anorganik dan evolusi organik.
1. Evolusi anorganik (evolusi universe) adalah yang terjadi pada lingkungan abiotik. Contohnya :
terjadinya bumi
2. Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari generasi ke generasi.
Contoh : asal-usul kehidupan
Evolusi organisme dibedakan menjadi dua macam, yaitu evolusi progresif dan evolusi
regresif.
1. Evolusi progresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang memungkinkan berlanjutnya
kehidupan berikutnya.
2. Evolusi regresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang tidak memungkinkandapat
berlanjutnya kehidupan berikutnya.
Bila setiap spesies hasil perubahan secara turun menurun terus mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, suatu ketika akan dihasilkan turunan yang bervariasi dan mengarah
terbentuknya spesies baru. Terbentuknya variasi dan spesies baru akan meningkatkan
keanekaragaman hayati di planet bumi.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat Biston betularia. Ngengat Biston
betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat
biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston
betularia putih lebih sedikit daripada ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah revolusi
industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi
ngengat Biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan,
akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Berdasarkan skala perubahannya evolusi dibedakan atasmakroevolusi dan mikroevolusi.
1. Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skalayang
besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya species baru. Sebagai contoh
makroevolusi adalah kemunculan bulu selama evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
2. Mikroevolusi adalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil,
yaitu mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom. Ia juga disebut
sebagai”perubahan di bawah tingkat spesies”.Perubahan ini disebabkan oleh empat proses
yang berbeda: mutasi, seleksi (baik yang alami maupun buatan), aliran gen, dan hanyutan
genetik.
Evolusi berdasarkan hasil akhirnya terbagi menjadi evolusi divergen dan konvergen.
1. Evolusi divergen, adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu species menjadi
banyak dua species yang berbeda. Contoh jumlah jari nenek moyang vertebrata.
2. Evolusi konvergen, adalah proses evolusi yang perubahannya menghasilkan 2 spesies memiliki
perbedaan perkembangan organ-organnya mirip yang menepati satu lingkungan. Contoh
Lumba-lumba, duyung, dan ikan Hiu.

2.4 PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI


Teori Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur angsur menuju arah yang sesuai
dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup. Selain itu juga, teori evolusi juga mengalami evolusi atau perubahan sesuai
dengan perubahan jaman dan perkembangan teknologi.
Perkembangan teori evolusi tidak lepas dari perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain
terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain-lain. Teori evolusi
berkembang sejalan dengan perubahan zaman dalam arus globalisasi. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, maka teori evolusi mengalami perkembangan. Adapaun perkembangan teori
evolusi terbagi menjadi teori evolusi sebelum Darwin (Pra-Darwinisme), teori evolusi Darwin
dan teori evolusi setelah Darwin (Post-Darwinisme).

2.4.1 Teori Evolusi Pra-Darwinisme (Sebelum Darwin)


Sejarah munculnya teori-teori evolusi sebenarnya baru dimulai pada tahun 1859, dengan
dipublikasikan buku On the Origin of Species, meskipun kebanyakan ide-ide Darwin
kenyataannya telah ada sejak masa lampau. Kenyataan bahwa bahwa makhluk hidup beraneka
ragam dan megalami perubahan sudah teramati sejak lama, namun hal ini tidak melahirkan
konsep-konsep evolusi sebagaimana yang terjadi pada masa Darwin.Parmenides menyatakan
bahwa sesuatu yang terlihat adalah suatu ilusi. Berbeda dengan apa yang dikemukakan
Parmenides, Heraclitus menyatakan bahwa dalam perjalanan hidupnya makhluk hidup selama
mengalami proses yang tetap Teori ini dikenal dengan teori Fixise. Berasal dari kata ‘Fixed’.,
artinya ‘unchanging’ atau tetap, tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori
Darwin. Pada masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antar satu
organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap tetap seperti apa adanya,
tidak ada perubahan. Namun para Naturalis danPhilosohpy sering berspekulasi bahwa ada terjadi
transfomasi spesies.Para ahli yang mempertanyakan kebenaran teori ‘Fixed’ misalnya:
Maupertuis ilmuwan dari Prancis, dan kakek Charles Darwin yaitu Erasmus Darwin. Walaupun
tidak ada pemikir-pemikir khusus yang mempersoalkan teori Fixeddengan penjelasan yang
ilmiah bahwa spesies berubah, namun sebenarnya terdapat perhatian dan minat yang kuat
berdasarkan kenyataan bahwa dapat saja satu spesies berubah menjadi spesies kedua.
Pada 250 tahun sebelum Masehi, Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang menyerupai ikan. Pernyataan Empedocles yang berbau evolusi namun
janggal kedengarannya berbunyi bahwa manusia dan juga binatang lainnya berasal dari bagian-
bagian kepala, badan, dan tangan yang terpisah-pisah, yang pada makhluk tertentu ketiganya
tumbuh menjadi satu, sedangkan pada makhluk lain hanya kepala dan badan yang tumbuh seperti
pada ikan. Artinya ada yang pertumbuhannya lengkap dan adapula yang tidak lengkap.
Ada beberapa penganut paham lain yang mengelak terhadap adanya pengaturan atau
tuntunan khusus seperti pada vitalisme Para penganut paham lain ini berpegang pada teori
Orthogenesis, Nomogenesis, dan Aristogenesis yang menganggap bahwa makhluk hidup itu
berubah secara evolutif dan penentu perubahan itu adalah germ plasma. Contoh: perkembangan
bentuk dewasa manusia dinyatakan sudah ada sejak tingkat embrio; Warna, bentuk, letak dan
bentuk putik, serta serbuk sari telah ada pada kuncup bunga. Perubahan pada kuncup menjadi
bunga hanya memerlukan tenaga untuk mekarnya sang bunga.
Ketiga teori ini mempunyai perbedaan yaitu: Orthogenesis menitikberatkan
perkembangan makhluk hidup pada garis lurus artinya terjadi perkembangan yang semakin
besar, semakin bervariasi, namun semuanya bertolak dari yang sudah
ada. Nomogenesis menyatakan bahwa perkembangan hanya berlangsung sesuai dengan aturan
tertentu.Untuk setiap makhluk ada aturan tertentu yang mengikat. Aristogenesis menyatakan
bahwa perkembangan yang terjadi adalah perubahan menuju ke yang lebih baik.
Beberapa tokoh dan peristiwa yang mendukung dan dipandang dapat melahirkan teori
evolusi antara lain Carolus Linnaeus (Swedia) yang disebut sebagai bapak Sistematik, telah
berhasil memberi nama 4.235 spesies hewan dan 5.250 spesies tumbuhan menyatakan bahwa
makhluk-makhluk hidup tersebut diciptakan dan tetap (konstan), serta tergolong makhluk
pertama yang benar-benar ada. Charles Bonnet (ahli pengetahuan alam) percaya bahwa semua
organisme, bahkan semua benda tak hidup mengalami proses pembentukan melalui rantai/tangga
yang panjang dantak terputus, tak tersisipi. Rantai ini bermula dari mineral yang selanjutnya
berkembang menjadi bentuk yang semakin kompleks seperti tumbuhan, invertebrata, ikan,
burung, dsb.
Pada zaman sebelum abad 18 yaitu 3 abad sebelum Masehi, di Yunani berkembang suatu
paham bahwa organisme membentuk suatu tangga yaitu tangga kehidupan atau tangga alam.
Pada tangga kehidupan ini yang berada di dasar adalah organisme yang sederhana, selanjutnya
organisme yang berada di atasnya adalah organisme yang lebih sempurna.Tetapi dalam hal ini
tidak disinggung hubungan antara organisme yang berada pada masing-masing anak tangga,
sehingga dapat dimengerti mengapa teori evolusi tidak lahir melalui paham ini.Dikemudian hari
beberapa pengikut evolusi menerima pendapat tersebut dengan melihat pandangan yang semakin
maju dan semakin kompleks.Linnaeus, meskipun percaya adanya penciptaan tetapi tetap
beranggapan bahwa tangga kehidupan tersebut ada.
Cuvier (Perancis) yang mempunyai pendapat yang sama dengan Linnaeus tentang
penciptaan, mengemukakan bahwa pada dasarnya evolusi itu tidak pernah terjadi. Cuvier
berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies
itu tetap dan tidak pernah berubah.
Menurut Cuvier jika sekarang ini dijumpai beragam fosil pada lapisan tanah yang
berbeda maka hal itu disebabkan terjadinya bencana alam.Bencana alam inilah yang melahirkan
teoriCatastrophisme.Melalui teori ini Cuvier mengemukakan bahwa di bumi ini terjadi beberapa
kali bencana alam yang besar.Akibat bencana ini dijumpai makhluk-makhluk yang mati dan
memfosil.Fosil yang berbeda yang terletak pada strata yang berbeda adalah hasil dari suatu
ciptaan baru.Lebih jauh tentang fosil yang terletak pada setiap strata oleh William Smith
dikemukakan bahwa tiap strata mempunyai tipe fosil yang khas dan semakin ke bawah fosil yang
dikandung semakin jauh berbeda dengan makhluk yang ada sekarang ini.
Berbeda dengan yang dikemukakan Cuvier, Charles Lyell dalam bukunya “Principle of
Geology”mengemukakan bahwa terjadinya strata lapisan bumi yang mengandung fosil tidak
karena terjadinya bencana alam, tetapi berlangsung sedikit demi sedikit seperti yang kita alami
seperti sekarang ini. Teori ini disebutUniformitarianisme, yaitu teori yang menyatakan bahwa
bentuk dan struktur bumi disebabkan oleh kekuatan angin, air, dan panas yang bekerja.Kekuatan
ini mempengaruhi bentuk dan struktur bumi di masa lalu. Pendapat ini dikemudian hari
memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori evolusi.
Erasmus Darwin pada tahun 1731 – 1802 menyatakan dalam bukunya “Zoonomia”
bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan tersebut pula yang kemudian
mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan gagasannya pada tahun 1859.Dikemudian
hari gagasan tentang diwariskannya sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck
(1744 – 1829) dalam bukunya ‘Philosophie Zoologique”, dan dikenal dengan teori adaptasi-
transformasi.Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de Buffon yang
menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada diwariskannya sifat-sifat yang di dapat.
Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup yang
identik.Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu: Pertama, spesies
berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini yang sangat berbeda dengan teori
Darwin.Lamarck berpendapat bahwa dalam suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah
bentuk akibat suatu kebiasaan atau latihan.Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat
diturunkan. Gambar 3. menunjukkan perbedaan teori Lamarck dan teori Darwin.
Gambar 3 Perbedaan teori Lamarck dan darwin
Sumber: http://tanyakenapa.net/iptek/benarkah-manusia-berasal-dari-kera-from-mahendra.html,
diakses 25 Pebruari 2014.

Berpegang pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai
respons atas tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ
sebanding dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena
digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan kepada generasi
keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan berakibat terjadinya
pembaharuan bentuk dan fungsi. Contoh yang dipakai Lamarck untuk menjelaskan teorinya
adalah leher Jerapah. Ia berpendapat bahwa leher jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau
kerja kerasnya ‘striving’untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada dahan
yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal ini Lamarck telah
memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use and Disuse yang artinya
organ yang digunakan cenderung akan berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung
akan menyusut. Teori Lamarck, oleh para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi. Teori
Lamarck dikenal dengan paham “use and disuse” dari buku ‘Philosophie
Zoologique’, diterbitkan pada tahun 1809.Kelebihan teori Lamarck
1. Mengemukakan ide dasar bahwa ada hubungan evolusi dengan lingkungan.
2. Merupakan orang pertama yang mengemukakan teori evolusi organik.
3. Orang pertama yang mengarahkan perhatian manusia tentang hubungan genotipe dengan
lingkungan.
Kelemahan teori Lamarck, tidak dapat menemukan bukti empiris yang mendukung
hukum ‘use and disuse’.
Pendapat Weismann ini adalah menentang pendapat Lamarck, Weismann menyatakan
bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan. Untuk membuktikan
pendapatnya tersebut, Weismann melakukan percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor
tikus yang masing-masing dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak
tikus itu setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-anaknya
tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009)
Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan
seperti berikut: 1) Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada
generasi berikutnya; dan 2) Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala
seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.

2.4.2 Teori Evolusi Darwin


Charles Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert Darwin adalah ahli
zoologi yang berasal dari negara Inggris. Charles Darwin disebut sebagai bapak evolusi karena
memiliki data yang lebih lengkap untuk menguatkan teori evolusi. Dalam bukunya On the Origin
of Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle
for Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak punah
perlu adanya perjuangan untuk hidup. Buku ini diterbitkan pada tahun 1859.
Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi pada
lingkungan”. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada
habitatnya, akan menurunkan sifat-sifat mereka pada keturunannya. Sifat-sifat yang
menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies
yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.Asal mula spesies telah dipermasalahkan
dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan
lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu kelebihan dibandingkan dengan para
pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari
lingkungannya.
Bukunya yang lain ia merumuskan pandangan bahwa semua jenis binatang berasal dari
satu sel purba. Sel-sel purba ini menurut Darwin diciptakan oleh Tuhan. Tahun 1871, terbit buku
kedua Darwin, “The Descent of Man (Asal Usul Manusia)”. Dalam buku ini, ia mengatakan:
binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan proses struggle of life, sedikit demi sedikit
berubah, dan dalam jenisnya yang paling sempurna.
Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik
dari lingkungan sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada
tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to
Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of Sleection.
Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan Alfred
Wallace.
Darwin dianggap sebagai pencetus teori evolusi, maka ia dinobatkan sebagai bapak
evolusi. Darwin tidak mengenyam pendidikan formal dibidang biologi, tetapi mempunyai minat
yang tinggi untuk mengetahui hal lain dari makhluk hidup. Setelah menyelesaikan
pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli
ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang
berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling
krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi
ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat
atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi
paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos.
Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan
Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia
menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang
sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima ide yang menyatakan bahwa spesies dapat
berubah.Perbedaan paruh pada burung Finch di kepulauan Galaphagos dapat dilihat pada
Gambar berikut.

Gambar 4 Perbedaan paruh burung Finch di Kepulauan galapagos


Sumber: http://biologiklaten.wordpress.com/bab-27-evolusi-xii/, diakses 25 Pebruari 2014

Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies


berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk
tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga
mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup
(struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat
memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-
offspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa
pendahulunya, antara lain (1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli
ekonomi, (3) Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal
dari asal mula yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya.
Thomas Robert Malthus dalam bukunya Essay on the Principle Population bahwa tidak ada
keseimbangan antara pertambahan penduduk dan jumlah bahan makanan, artinya adanya
perjuangan untuk hidup dimana kenaikan produksi bahan makanan menurut deret hitung
sedangkan kenaikan jumlah penduduk menurut deret ukur.
Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya memunculkan
kata, “perjuangan untuk hidup”.Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya
variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology” C. Lyell mengemukakan
bahwa perubahan terus menerus pada bumi, masih terus berlangsung hingga kini.
Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia tidak menolak
gagasan Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat (acquired character). Terjemahan
Darwin tentang sifat yang didapat, yang lebih berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah
panjang leher jerapah.
Teori evolusi yang diajukan Darwin pada prinsipnya menyatakan bahwa perkembangan
makhluk hidup dipengaruhi oleh seleksi alam serta terjadinya variasi antarpopulasi. Darwin juga
menggunakan contoh jerapah untuk menerangkan teorinya, yang sekaligus membuktikan
kelemahan teori Lamarck. Menurut Darwin, pada dasarnya telah ada variasi panjang leher pada
populasi jerapah. Jerapah berleher pendek kalah akibat kompetisi dengan jerapah berleher
panjang, sehingga tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Pada akhirnya hanya tinggal
populasi jerapah berleher panjang yang bertahan di lingkungannya (hukum survival of fittest).

2.4.2.1 Teori Seleksi Alam Darwin


Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan
yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut
menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup,
dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan
mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi
karena peristiwa seleksi alam. Ada enam fakta atau prinsip yang menjadi dasar teori seleksi alam
Darwin yakni:
1) Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas
perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak akan mampu
menampungnya. Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian, dan itulah merupakan
fakta yang kedua.
2) Jumlah individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak
tanpa terkendali. Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah
individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang mengatur jumlah
individu itulah yang menyebabkan individu-individu yang berhasil tetap hidup tidak banyak
jumlahnya sekalipun banyak individu turunan yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati.
Secara keseluruhan faktor-faktor pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
3) Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara aktif maupun pasif.
Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya persaingan, baik antar individu
sespesies atupun yang berlainan spesies; pemangsaan, termasuk juga parasitisme; perjuangan
terhadap alam lingkungan hidup seperti iklim, dsb.
4) Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
antara lain berkenaan dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat
mulai dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se spesies
bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan keaneragaman tersebut
diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari generasi ke generasi selalu terdapat
keanekaragaman bahkan karena berbagai sebab keanekaragaman tersebut bertambah
luas.Adanya keanekaragaman itulah yang menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup”
tidak sama antar satu individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak
mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga banyak individu yang
mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi turunan tidak terlalu melonjak
jumlahnya sekalipun individu turunan yang dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
5) Seleksi alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang tidak sama antar individu
disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang
lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah yang lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”.
Individu yang lebih berhasil inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan
keturunan dan sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya individu
yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke generasi. Contoh : jerapah
yang berleher penek dan panjang. Jerapah yang berleher pendek akan terseleksi (mati) karena
tidak dapat menjangkau makanannya.

Gambar 5 proses seleksi alam terhadap jerapah


6) Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus
mengadakan penyesuaian melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya
peristiwa seleksi alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu
akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta spesifik bagi situasi
lingkungan yang melingkupi.

2.4.2.2 Pokok-pokok pikiran teori evolusi Darwin


Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Darwin mengemukakan dua teori pokok
tentang evolusi, yaitu:
1) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies-spesies yang hidup pada masa lampau;
2) Evolusi terjadi karena adanya seleksi alam. Hanya individu-individu yang dapat menyesuaikan
diri dengan alam lingkungan yang mampu hidup terus, sedangkan yang lainnya akan punah.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari
adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19.Apa yang ditemukan tersebut
berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil
pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya. Terlihat adanya
perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan
juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang
tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat
memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin merumuskan teori evolusi sebagai teori seleksi alam, yang kemudian secara utuh
dan lengkap dituangkan dalam bukunya yang berjudul “On The Origin of Species by Means of
Natural Selection, or The Preservation of Favoured races”. Makna utama dari wawasan Darwin
dalam teori ini adalah bahwa evolusi biologis terjadi karena peristiwa seleksi alam. Darwin
mengartikan seleksi alam sebagai suatu perjuangan atau perkelahian langsung antar individu
sejenis atau antar spesies.

2.4.2.3 Pokok pikiran Darwin tentang Evolusi Manusia


Selama ini toeri evolusi yang sering identik dengan teori evolusi Darwin adalah evolusi
manusia yang berkembang dari kera. Didalam bukunya Darwin menggambarkan bagaimana
perkembangan manusia modern ini berasal dari manusia sebelumnya. Manusia sebelumnya yang
digambarkan oleh Darwin memiliki ciri-ciri yang hampir mirip dengan kera. Dengan begitu
banyak ilmuwan yang membantah gambaran evolusi manusia oleh Darwin. Padahal Darwin
tidak pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Manusia dan kera mempunyai jalur
evolusi yang berbeda.
Dasar proses evolusi menurut Darwin adalah adanya seleksi alam mengakibatkan
perubahan yang bersifat menurun. Tetapi seleksi alam bukan berarti spesies yang dapat
beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam cenderung untuk berubah dan bertambah.
Selanjutnya dengan perkembangan ilmu dan tehnologi dapat menjelaskan mengapa Darwin
membuat gambaran tentang evolusi manusia.

2.4.3 Teori Evolusi Post-Darwinisme (Setelah Darwin)


Masa ini sering dikatakan sebagai neo-Darwinisme. Para ahli menemukan bahwa ilmu
genetika sangat perlu untuk menjelaskan proses evolusi. Selain itu semua sifat yang dimiliki oleh
suatu organisme dapat digunakan untuk menunjang teori evolusi. Pelopor penelitian dalam
bidang genetika, yakni J. G. Mendel mengemukakan teori genetika yang menyangkut adanya
sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Teori genetika dapat menjelaskan darimana
keanekaragaman pada makhluk hidup.
Dengan berbagai perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian
teori evolusi Darwin diperkaya. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (neo-Darwinian)
terjadi kareana adanya :
a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c. Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA).
d. Kompetisi antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan
tidak cukup untuk menyokongnya.
e. Generasi berikutnya mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil (dan beruntung)
yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Setelaha neo-Darwinisme diikuti masa evolusi modern.Teori evolusi modern berpandangan
bahwa sifat-sifat benda hidup berubah dengan bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan
oleh seleksi alam. Perubahan pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi
dalam beberapa generasi. Suatu individu tidak dapat dikatakan mengalami evolusi, tetapi
populasilah yang mengalami hal tersebut.
Perubahan yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi
pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi maupun
ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan. Perubahan komposisi genetis
inilah yang disebut evolusi. Di alam terdapat dua faktor yang bekerja secara harmonis yaitu
factor penyebab keanekaragaman dan faktor yang bekerja untuk mempertahankan keutuhan
suatu jenis.
Pada masa ini, para ahli tidak hanya bekerja dengan data morfologi, anatomi, dan
penurunan genetika dalam mempelajari evolusi, tetapi, para ahli pada masa ini menggunakan
pendekatan molekuler, dan fisiologis. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa suatu organisme
berkerabat dekat atau jauh terhadap organisme lainnya dari perbedaan dalam semua aspek yang
mungkin dipelajari.

2.5 MEKANISME PROSES EVOLUSI


Mekanisme proses suatu evolusi, yaitu:

1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan fisik gen, yang mengubah efek gen. Peristiwa mutasi tersebut
mempunyai sifat :
a. Jarang terjadi pada proses biasa dari replikasi DNA.
b. Tidak ada cara untuk mengetahui manakah gen yang akan mengalami mutasi pada suatu sel atau
dalam suatu generasi.
c. Munculnya secara bebas.
Munculnya gen merupakan peristiwa yang terjadinya secara kemungkinan, sukar diamati,
dan jarang terlihat.
Macam-macam mutasi sebagai berikut :
Berdasarkan bagian yang akan bermutasi, mutasi dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mutasi besar (gross mutation)
2. Mutasi kecil (mutasi titik = point mutation)
Berdasarkan kualitasnya, mutasi dapat dibedakan menjadi :
Mutasi pengaturan ulang, yaitu mutasi yang mengalami perubahan lokasi suatu gen di dalam
genom sering menimbulkan “efek posisi”.
1. Di dalam sebuah gen ; dua mutasi di dalam gen fungsional yang sama, dapat menghasilkan efek
yang berbeda bergantung pada posisinya apakah mereka berada pada posisi atau trans.
2. Jumlah gen setiap kromosom ; berbagai efek fenotipe dapat dihasilkan jika jumlah replika gen
tidak sama pada kromosom-kromosom homolog.
3. Perpindahan lokus gen dapat menimbulkan fenotipe-fenotipe baru, khususnya bila gen itu di
tempatkan kembali dekat heterokromatin :
a. Translokasiyaitu perpindahan kepada suatu kromosom nonhomolog.
b. Inversi yaitu perpindahan di dalam kromosom yang sama.

Berdasarkan asalnya, mutasi dapat dibedakan menjadi :


1. Mutasi spontan, yaitu mutasi yang asalnya tidak diketahui, sering disebut “mutasi latar belakang”
2. Kendali genetik : mutabilitas beberapa gen tidak diketahui, dipengaruhi oleh “mutan mutator”
lain.
Berdasarkan tipe sel, mutasi dibedakan menjadi :
1. Mutasi somatik
2. Mutasi gametik
Berdasarkan besarnya efek fenotipenya, mutasi dapat dibedakan menjadi :
1. Perubahan pada laju mutasi, beberapa alel hanya dapat dibedakan oleh frekuensi mutasinya.
2. Isoalel, menghasilkan fenotipe-fenotipe yang identik pada kombinasi homozigot atau heterozigot
satu dengan yang lain, tetapi ternyata dapat dibedakan bila dalam kombinasi dengan alel-alel
lain.
3. Mutan yang mempengaruhi daya hidup
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mutasi sebagai berikut :
1. Bahan Fisika : sinar kosmos, sinar ultraviolet, suhu tinggi, serta radiasi berenergi tinggi
seperti sinar X, sinar gamma (), dapat meningkatkan frekuensi mutasi.
2. Bahan Kimia : pestisida, asam nitrit, agen alkilase seperti mustard, dimetil, dan
dimetilsulfat.
3. Bahan Biologi : bangsa virus dan bakteri.
2. Seleksi
Seleksi merupakan mekanisme perubahan evolusioner yang terjadi pada organisme baik
yang dlakukan oleh perubahan alam ataupun mekanisme yang dikembangkan oleh organisme itu
sendiri. Oleh sebab itu seleksi dikaji melalui dua hal yaitu seleksi alam dan seleksi spesies.
1. Seleksi alam
Seleksi alam merupakan mekanisme perubahan evolusioner yang terjadipada organisme akibat
peruabahan alam. Contoh : jerapah yang berleher penek dan panjang. Jerapah yang berleher
pendek akan terseleksi (mati) karena tidak dapat enjangkau makanannya.
2. Seleksi spesies
Seleksi spesies merupakan proses seleksi yang dilakukan oleh spesies itu sendiri dalam
menghadapi tekanan alam agar tetap hidup dan survival.

Gambar 6 Menghadapi tekanan dari luar


Sumber: http://admin.harunyahya.com/indo/buku/menyibak008.htm,
diakses 04 Mei 2018.
3. Adaptasi
Makhluk hidup dalam satu batas waktu tertentu mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri itu secara umum disebut adaptasi.
Kemampuan beradaptasi ini penting artinya untuk kelangsungan hidup.
Adaptasi dapat terjadi dengan beberapa cara, bsik melalui proses fisiologi, morfologi, dan
tingkah laku.
a. Adaptasi morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya.
Adaptasi morfologi ini dapat terjadi pada beberapa organ pada hewan maupun tumbuhan,
seperti:
1) Gigi-gigi khusus pada hewan karnivora
2) Moncong pada trenggiling
3) Paruh pada burung elang
4) Cakar pada bebek
5) Daun, seperti kantong semar
6) Akar, seperti akar tumbuhan gurun

Gambar 7 Perbedaan cakar dan paruh


Sumber: http://mastugino.blogspot.com/2012/12/tujuan-adaptasi-hewan-dan-tumbuhan.html,
diakses 25 Pebruari 2014
b. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan
hidupnya. Contoh: cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila
musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat
kedudukan cumi-cumi dan gurita; dan mimikri pada bunglon.

Gambar 8 Beberapa adaptasi fisiologi pada hewan


Sumber: http://hidupsaturindu.blogspot.com/2012/10/adaptasi-tingkah-laku-pengertian-dan.html,
diakses 25 Pebruari 2014

c. Adaptasi tingkah laku


Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contoh: ikan
salmon

Gambar 8 Ikan salmon bermigrasi


Sumber:http://travel.detik.com/read/2013/02/25/160804/2179140/1382/7-migrasi-hewan-
terdahsyat-yang-wajib-ditonton-wisatawan, diakses 25 Pebruari 2014.

4. Variasi
Adanya variasi antar individu dalam satu keturunan. Di dunia ini tidak pernah dijumpai
dua individu yang identik sama, bahkan anak kembar sekalipun pasti punya suatu perbedaan.
Demikian pula individu yang termasuk dalam satu spesies. Misalnya perbedaan warna, ukuran,
berat, kebiasaan, dan lain-lain. Jadi antar individu dalam satu spesies pun terdapat variasi.
Gambar 9 Mutasi menyebabkan variasi
Sumber: http://ziloli.blogspot.com/2014/02/menjelaskan-prinsip-prinsip-penting.html, diakses 25
Pebruari 2014.

Variasi adalah segala macam perbedaan yang terdapat antar individu dalam satu spesies.
Hal ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, makanan, dan habitat.
Seleksi yang dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies akan menyebabkan munculnya
spesies baru yang berbeda dengan moyangnya. Oleh karena itu adanya variasi merupakan bahan
dasar terjadinya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru.

Gambar 10 Variasi dalam satu spesies


Sumber: http://inti-sari-biologi.blogspot.com/2012/08/cerdas-biologi.html, diakses 25 Pebruari
2014.

5. Isolasi
Dua atau lebih variasi dalam suatu spesies bereproduksi secara seksual yang telah
berubah menjadi variasi-variasi baru yang lulus seleksi dan telah menjadi beberapa “gene pool”
baru, tidak akan berkembang menjadi spesies baru andai kata tidak terjadi peristiwa lain yaitu
peristiwa yang memisahkan satu variasi baru yang lainnya (Corebima, 1989).
Pemisahan akan sangat bermanfaat untuk mencegah terciptanya keseragaman antar
variasi melalui hibridisasi. Peristiwa pemisahan itulah yang dikenal sebagai peristiwa isolasi dan
ini merupakan peristiwa kunci terbentuknya spesies baru.
Dengan peristiwa isolasi maka memungkinkan terjadinya evolusi. Hanya saja perlu
disadari bahwa proses isolasi ini merupakan faktor tak langsung dari evolusi.
Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi
reproduksi, dan perubahan genetika.

a. Peran Isolasi Geografi


Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi
adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam
hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai
populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan
variasi intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-
proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi.
Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara
perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk
beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi
yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya
berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut
akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing
(Widodo, 2003).
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah terjadinya
perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum
tentu merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis
menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda
seperti terlihat pada Gambar 4

Gambar 11 Waktu Mempengaruhi Spesiasi


(Sumber : Irwanto, 2012)
b. Peran Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan gene
flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah
kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama
sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul
kembali setelah batas pemisahan tidak ada. Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat
timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.

1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)


Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini.
Isolasi ini terdiri dari:
a) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal barrier), suatu
ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun
penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak
mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan
pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian timur
Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini
dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah
tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
b) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan) dan perkawinan
(mating).Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga
perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar
bagi suksesnya perkawinan tersebut.Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola
perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang
ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik
seperti yang ditunjukkan oleh burung bower (Gambar 12) di mana hewan jantan harus
mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau
dikawini.
Gambar 12 Burung Bower jantan membuat sarang untuk menarik betina (Sumber :
Irwanto, 2012)

2. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)


Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain,
maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme
dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
a) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid) seringkali tidak
mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami
abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada
stadia awal perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana,
beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
b) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang, keturunan hibrid
generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama
lain atau dengan spesies induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan
mandul. Sebagai contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang
fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada saat
berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.
c) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup
normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh
inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh
hibrid yang steril sebagaimana yang terlihat pada Gambar 13. antara lain: mule (hibrid antara
keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa),
zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
Mule Cama
Gambar 13 Hewan Hasil Hibrid
(Sumber :Irwanto, 2012)
6. Spesiasi
Pengertian spesies sekarang ini di titik beratkan pada dimungkinkannya pertukaran gena
antar anggota populasi atau antar varian. Pengertian ini mengandung konsekuensi bahwa
meskipun ada perbedaan morfologik, fisiologik, ataupun perilaku, namun bila pertukaran gena
tetap dimungkinkan maka kedua organisme yang bertukar gena itu termasuk dalam satu spesies
dengan demikian variasi yang ada merupakan variasi intra spesifik.
Macam-macam spesiasi
Berikut ini akan diuraikan beberapa gagasan yang menuju pada pembentukan spesies baru.
1) Spesiasi akibat polipoida
2) Radiasi adaftif
Contoh nyata dari radiasi adaftif ini adalah burung finch di kepulauan Galapagos. Orang
berteori bahwa burung ini berasal dari Amerika Selatan, berjarak + 900 km yang secara
kebetulan terguncang angin. Keadaan yang gersang dan terpencil menyebabkan bahwa antara
penghuni kepulauan tersebut terjadi kompetisi. Spesialisasi dalam menggunakan bahan makanan
adalah suatu cara yang “terhormat” dalam menghindari diri dari kekalahan berkompetisi. Dari
sinilah kemudian “lahir” bermacam-macam burung finch, diantaranya spesies yang hidup di
tanah dan spesies lainnya yang ada yang hidup di pohon.
3) Divergensi, Konvergensi dan Pergantian
Contohnya seperti ichthyosarus yang saat ini telah punah, yang dalam perkembangannya
digantikan oleh dolphin (lumba-lumba), ataupun kepunahan pterosaurus yang dalam
perkembangannya digantikan kelelawar yang kita kenal saat ini.
4) Opurtinisme dalam Kovergensi
Sebagai contoh adanya bentuk sayap dari beberapa hewan seperti pterosaurus, burung,
kelelawar, serangga dan lainnya yang mempunyai bentuk yang berbeda satu sama lain tetapi
mengembang fungsi yang sama, yaitu untuk terbang.
5) Spesiasi Aseksual
Sebagai contoh adalah spesiasi pada makhluk yang berkembang biak dengan aseksual.
6) Spesiasi Fosil

7. Domestikasi
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan
proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih
pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan
keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.

Gambar 7 Pemeliharaan domba


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Domestikasi

Domestikasi adalah keadaan dimana breeding, pemeliharaan dan pemberian pakan berada
dibawah pengawasan manusia (Hale, 1969). Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam
kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan
bahan pakaian), serta sebagai komoditi perdagangan.
Domestikasi tumbuhan maupun hewan adalah sebuah proses panjang, yang memerlukan
waktu lama serta dana dan daya yang besar. Di dalamnya terlibat berbagai kegiatan penelitian
yaitu : inventarisasi, karakterisasi, kajian potensi, seleksi, penangkaran, dan pemuliaan untuk
pemanfaatan berkelanjutan.

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEKANISME PROSES EVOLUSI


Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi, yaitu:
a. Faktor perubahan:
1. Mutasi gen maupun mutasi kromosom menghasilkan bahan mentah untuk evolusi. Tetapi Darwin
sendiri sebenarnya tidak mengenal mutasi ini, sementara mutasi merupakan peristiwa yang
sangat penting yang mendukung keabsahan teori Darwin/
2. Rekombinasi perubahan yang dikenal Darwin. Rekombinasi dari hasil-hasil mutasi
memperlengkap bahan mentah untuk evolusi.
b. Faktor pengarah :
1. Dalam setiap species terdapat banyak penyimpangan yang menurun, karenanya dalam satu
species tidak ada dua individu yang tepat sama dalam susunan genetiknya (pada saudara kembar
misalnya, susunan genetiknya tetap tidak sama).
2. Pada umumnya proses reproduksi menghasilkan jumlah individu dalam tiap generasi lebih
banyak daripada jumlah individu pada generasi sebelumnya.
3. Penambahan individu dalam tiap species ternyata dikendalikan hingga jumlah suatu populasi
species dalam waktu yang cukup lama tidak bertambah secara drastis.
Ada persaingan antara individu-individu dalam species untuk mendapatkan kebutuhan
hidupnya dari lingkungannya. Persaingan intra species ini terjadi antara individu-individu yang
berbeda sifat genetiknya. Individu yang mempunyai sifat paling sesuai dengan lingkungannya
akan memiliki viabilitas yang tinggi. Di samping viabilitas juga fertilitas yang tinggi merupakan
faktor yang penting dalam seleksi alam.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu,


populasi dan komunitas. Ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji
dalam ekologi tumbuhan. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-
sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. . Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.

Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh


gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi
ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi
sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh sistem organ
maupun organisasi hidup lainnya.

Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu
terjadi. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui tentang komunitas tumbuhan maka disusunlah
makalah yang berjudul “Komunitas 1”.
1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunitas

b. Untuk mengetahui dan memahami struktur komunitas

c. Untuk mengetahui dan memahami tentang komunitas tepi ( Boundary )

d. Untuk mengetahui dan memahami tentang distruban

e. Untuk mengetahui dan memahami interaksi antar spesies.

f. Untuk mengetahui dan memahami tentang suksesi.

|1
1.3 Manfaat

a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian komunitas

b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur komunitas

c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang komunitas tepi ( Boundary )

d. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang distruban

e. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami interaksi antar spesies.

g. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang suksesi.


|2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.

Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat
mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem
organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang
khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup
lainnya.

Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan
selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.
Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya
penghuni yang pertama.

Sering terjadi, spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam pelbagai
komunitas dan menjalankan fungsi yang agak berbeda. Kombinasi antara habitat , tempat
suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia
(niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal macam
tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dipakai untuk
menaksir kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan pengertian
keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu
komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola
penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman
komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komuniatsnya.

|3
Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies
tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan
menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan
memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang
kedewasaan organisasi komunitsas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya
sehingga keadaannya lebih mantap. Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk
hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup.

Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang
hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap
individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam
kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau
derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas
cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah.

Meskipun demikian komponen-komponen komunitas ini mempunyai kemampuan


untuk hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling bergantung
yang satu dengan yang lain. Komunitas memiliki derajat kepaduan yang lebih tinggi daripada
individu-individu dan populasi tumbuhan serta hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu
komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan
mamapu hidup di tempat tersebut, dan kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung
pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di
tempat tersebut.

Bila ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang
tertentu.sering kali perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata. Dan
bila jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda sekali batas antara komunitas itu akan jelas
pula. Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu terjadi secara berangsur-angsur
sehingga batas anatara komunitas itu tidak jelas. Perubahan-perubahan komposisi berkaitan
dengan perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah,
tamperatur dan iklim (bila mencakup kawasan yang luas).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan sutau unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop. Hamparan
lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan merupakan contoh biotop. Disini biotop

|4
ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme
nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya.

Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau
beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada
batas yang nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-
sama atau saling mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah, topografi, elefasi, dan iklim
yang memungkinkan cemara gunung ( casuarina junghuhniana )untuk berkembang biak di

suatu tempat, dan pada gilirannya kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu
yang cocok untuk pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam

suatu komunitas jenis dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang merajai.
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,

dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya jenis-
jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut. Sebagai contoh
dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau ) yang dirajai oleh
beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada kondisi habitat tertentu.
Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas setiap jenis mempunyai kedudukan
yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ” atau ” dominan”. Karekteristik komunitas
dikawasan tropis adalah keanekaragaman jenis tinggi. Keanekaragaman ( diversity ) adalah
jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan

Kalimantan misalnya dalam satu hektar teradapat pohon ( dengan diameter lebih dari 10 cm )
sebanyak kurang lebih 400-500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap

jenis hanya mempunyai kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan
beriklim sedang dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja,
bahkan kurang dari itu.

Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara
itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika
adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada
hutan di Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan diversity is
sability. Tetapi ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak
selalu berarti stabilitas. Kedua pendapat ini di topang oleh argumen-argumen ekologi yang
masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kekurangannya.

|5
Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia. Sifat yang
menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari biomassa yang ada diatas
tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang ditumbuhinya itu merupakan lahan yang
sangat subur. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu
umumnya miskin, kecuali tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena
hujan lebat sering terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam keadaan
demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila kesuburan itu di
simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumb dalam habitat
itu melalui proses evolusi telah mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu sistem untuk
mencegah kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah sangat ketat,
tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang dilepas oleh
dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam pertumbuhan dan
kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan.

Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi, serasa yang
digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama dilantai hutan melainkan
segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi berjalan jauh lebih cepat dari pada di
hutan-hutan beriklim sedang dan dingin. Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu
saja. Penyerapan hara makanan sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza
yang hidup bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ
penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu akar dan
miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang berdekomposisi dan
langsung menyerap hara makanan.

Jadi jelas sekali bahwa sebagian besar hara makanan yang dilepas oleh serasah
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk disimpan dalam tanah tetapi langsung
dikembalikan ke dalam tubuh tumbuhan. Dengan demikian nyata sekali bahwa sebagian besar
hara makanan di hutan tropis basah tersimpan dalam tumbuhan hidup. Oleh karena kondisi
yang seperti itu, maka akan terrjadi limpahan hara yang mendadak bila hutan ditebang habis
kemudian di ikuti dengan pembakaran, tetapi hara makanan tersebut tidak akan tinggal terlalu
lama dalam tanah karena akan segera dibasuh oleh hujan lebat. Besar kesuburan tanah akan
meningkat cepat tetapi hanya untuk sementara saja dan biasanya menurun lagi dengan cepat
dalam tempo beberapa tahun.
Ini yang menjadi alasan kenapa perladangan berpindah hanya dapat bertahan beberapa
tahun saja. Daun-daun bahan organik dan mineral terputus sama sekali dengan adanya

|6
penebangan habis, karena arus penyediaan penerus bahan-bahan organik dari tumbuhan hidup
terpenggal.

Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas


tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan
jati.

Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :

1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil

2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur,


komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll

3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme


komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di
daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut

hutan hujan tropik.

Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang


secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu

1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau,


di sungai, di parit atau di kolam.

2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di


pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.

Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat


menentukan penggunaan energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan energy jika
intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari
yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan
laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.

Pada umumnya perairan organic lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak
bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya. Berdasarkan
bentuknya, waduk dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river
type), tipe bercabang banyak (multiple branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke

|7
dalam tipe danau, karena terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan
bentuknya yang melebar.

Sumber air ini adalah air yang mengalir dan meresap dari catchman area yang ada
disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini. (Nurdin et al, 1996).
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu
dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu
system dari kumpulan populasi yang hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas

dengan karakteristik tertentu, serta berfungsi sebagai kesatuan transformasi

metabolis.(Odum,1971).

Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya

derajad ketidakstabilan ekologis meliputi : keseragaman,dominansi, keragaman, dan


kelimpahan.( Krebs, 1997) Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan
faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies
atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya.

Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi


metabolisme dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang
merupakan suatu kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh
sinar matahari. Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena
kecerahan perairan merupakan hubungan langsung dengan zona fotik.

Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan.
Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung
suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi
habitat organisme perairan (Nontji, 1981).

Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan


pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971:Krebs,1978:Begon,Harper,dan
Townsend,1996).

II.3 Pengertian Pola Komunitas

Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya


dengan lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953). Komunitas ialah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi
dan mempengaruhi satu sama lain.

|8
Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas

1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas


menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.

2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran


merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu
habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.

3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.

Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme
yang memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti,
misalnya : 1. Pola stratifikasi (pelapisan tegak), 2. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah
mendatar), 3. Pola-pola kegiatan (periodisitas), 4. Pola-pola jaring-jaring (organisasi jaringan
kerja di dalam rantai pangan), 5. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-
klone tanaman dan sebagainya), 6. Pola-pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-
kawanan), 7. Pola-pola ko-aktif (di akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan
sebagainya), dan 8. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).

2.2 Struktur Komunitas

Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya


dengan lingkungannya dapat disebut pola. Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu
cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam
ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan
yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal
yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi

|9
suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan
akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).

Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada
semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang
menempati atau tidak berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran,
cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).

Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif.


Adapun beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi,
periodisitas, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
Sedangkan parameter kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas,
frekuensi, luas penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed
dominance ratio), indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan
homogenitas suatu komunitas. (Setiadi, 1983).

Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan


pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas
hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971).Menurut Setiadi (1983), untuk kepentingan
analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif. Adapun beberapa parameter
kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi,
kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter
kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas
penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed dominance ratio),
indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu
komunitas. Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas :

1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas


menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.

2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran


merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu
habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.

| 10
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis

pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya
Secara garis besar komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut

1. Komunitas perairan terdiri atas populasi dari berbagai jenis organisme yang
seluruh anggotanya hidup didalam air, baik diair tawar, di payau, atau diair asin.
Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan mempengaruhi keragaman
kehidupan jenis organisme penghuninya. Dalam komunitas perairan itu sendiri
terdapat komunitas bentos yang terdiri atas hewan-hewan yang melekat pada dasar
perairan, komunitas plankton yang merupakan organisme kecil yang terapung dan
gerakannya tergantung arus,dan neuston yang anggotanya bergerak dipermukaan
air.

2. Komunitas daratan terdiri atas populasi organisme yang seluruh hidupnya terdapat
diatas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan atas komunitas daratan berair, seperti
hutan rawa, hutan magrove, dan habitat daratan kering. Setiap organisme hidup
(biotik) dilingkungan atau disuatu daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik dan
kimia yang biasa disebut faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan

abiotik salingmempengaruhiatausalingmengadakanpertukaranmaterial yang


merupakansuatusistem.Disebutsistemkarenapenyebaran

organismehidupdidalamlingkunagn tidakterjadisecara acak, menunjukkansuatu


“keteraturan” sesuaidengankebutuhan hidupnya. Setiapsistemyangdemikiandisebut

ekosistem.Jadikomunitasdenganlingkunganfisiknya

membentuk ekosistem (Soerianegara,1988).


Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan
lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953). Komunitas ialah kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi
dan mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan pembentukannya struktur komunitas dibagi
menjadi :

| 11
1. Struktur fisik

Struktur fisik suatu komunitas tampak apabila komunitas tersebut diamatimeliputi:


 
 Stratifikasi vertikal

Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh keadaan


bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai sebagai dasar
biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995).

 
 Horisontal heterogenitas

Hasil dari sebuah susunan dari pengaruh lingkungan dan biologis.


2. Struktur biologi
Struktur biologi komunitas meliputi :

 
 Dominasi spesies

Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,
dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya
jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut.
Sebagai contoh dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau )
yang dirajai oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada
kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas
setiap jenis mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ”

atau ” dominan”. Karekteristik komunitas dikawasan tropis adalah keanekaragaman


jenis tinggi. Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang
menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu
komunitas. Keanekaragaman spesies merupakan cirri tingkatan komunitas

| 12
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan
suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya (Soegianto, 1994).Dominansi merupakan sifat komunitas
yang memperlihatkan jumlah jenis organisme yang melimpah di suatu daerah
(Kandeigh, 1980).

 
 Keanekaragaman jenis

Keragaman jenis adalah suatu sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat-tingkat


keragaman jenis organisme yang dinyatakan dengan indeks keragaman. Indeks
keragaman adalah jumlah kelimpahan jenis yang dihitung secara matematik dan dapat
digunakan untuk mengetahui baik buruknya kualitas suatu wilayah tertentu. Suatu
komunitas yang mempunyai keragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi jenis
yang melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, kompetisi, dan bagian
relung yang lebih kompleks (Odum, 1971).

Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas


berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi
jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika

hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya


rendah.Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang

hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar

teradapat pohon (dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-

500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai
kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang
dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan kurang
dari itu(Umar, 2013).
Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks
keanekaragaman Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
(H′).


 N
D = S - 1/ln
dimana,

| 13
D=indeks keanekaragaman

S=jumlah spesies

N= totaljumlahorganisme


H = - Σ pi ln

 pi dimana,

Pi = peluang kepentingan untuk tiap spesies (ni/N)


 
 Kelimpahan spesies

Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan volume atau suatu area. Kelimpahan
individu dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan pada suatu daearah. Kesuburan
suatu daerah dikatakan baik, apabila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis
rendah, ini berhubungan dengan prinsip kompetisi. Sebaliknya, suatu daerah yang
kurang subur adalah keragamanya rendah dan kelimpahan per individu tinggi.

2.3 Komunitas Tepi ( Boundary )

Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di
luar sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas
peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau
paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).

 Ekoton

Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua
komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara komunitas
rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik
dan komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui biasanya
berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba
sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman terutama
kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton merupakan daerah peralihan
yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang bersebelahan. Pada keadaan yang
kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai
banyak organisme dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri
yang khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya

| 14
(disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan
populasi yang sering lebih daripada komunitas disampingnya.

Ekoton ditempati oleh spesies-spesies yang distintive (berbeda)/unik dengan ekosstem


disekitarnya. Contoh : areal rawa sering terbentuk diantara permukaan air terbuka didanau dan
lahan kering.Contoh ecotone alami yang sering dijumpai yaitu daerah pantai. Daerah ini
merupakan transisi atau pertemuan antara komunitas yang berada pada daerah teresterial dan
komunitas pada daerah lautan (akustik). Contoh ecotone buatan yang sering dijumpai yaitu
hutan mangrove buatan. Habitat mangrove ini kebanyakan ditemukan pada pertemuan antara
sungai dan air laut, oleh karena itu terjadi pertemuan antara komunitas penghuni air sungai
dan komunitas penghuni air laut.

Ada beberapa hal yang membedakan dari sebuah ecotone . Pertama, sebuah ecotone
dapat memiliki transisi vegetasi tajam, dengan garis tegas antara dua komunitas. Misalnya,
perubahan warna rumput atau tanaman hidup dapat mengindikasikan ecotone. Kedua,
perubahan dalam fisiognomi (penampilan fisik dari spesies tanaman) dapat menjadi indikator
kunci. Para ilmuwan melihat variasi warna dan perubahan tinggi tanaman. Ketiga, perubahan
spesies dapat menandakan ecotone. Akan ada organisme tertentu pada satu sisi dari sebuah
ecotone atau yang lain.

Faktor-faktor lain yang dapat menggambarkan atau mengaburkan suatu ecotone,


misalnya, migrasi dan pembentukan tanaman baru. Ini dikenal sebagai efek massa spasial,
yang terlihat karena beberapa organisme tidak akan mampu membentuk populasi mandiri jika
mereka menyeberangi ecotone tersebut. Jika spesies yang berbeda dapat bertahan hidup di
kedua masyarakat dari dua bioma, maka ecotone yang dianggap memiliki kekayaan spesies,
ahli biologi mengukur ini ketika mempelajari rantai makanan dan keberhasilan organisme.
Terakhir, kelimpahan spesies eksotis dalam sebuah ecotone dapat mengungkapkan jenis
bioma atau efisiensi dari kedua komunitas berbagi ruang. Karena sebuah ecotone adalah zona
di mana dua komunitas mengintegrasikan, berbagai bentuk kehidupan harus hidup bersama
dan bersaing untuk ruang. Oleh karena itu, sebuah ecotone dapat menciptakan ekosistem yang
beragam.

Perubahan lingkungan fisik dapat menghasilkan batas yang tajam, seperti dalam
contoh antarmuka antara kawasan hutan dan membuka lahan). Di tempat lain, area interface
yang lebih bertahap dicampur akan ditemukan, di mana spesies dari masing-masing komunitas
akan ditemukan bersama serta spesies lokal yang unik. Gunung berkisar sering membuat
ecotones tersebut, karena berbagai kondisi iklim yang dialami di lereng mereka.

| 15
Mereka juga dapat memberikan batas antara spesies karena sifat obstruktif medan mereka.
Mont Ventoux di Perancis adalah contoh yang baik, menandai batas antara flora dan fauna
dari utara dan selatan Perancis. Sebagian besar lahan basah ecotones.

Tanaman dalam kompetisi memperpanjang sendiri di satu sisi ecotone sejauh


kemampuan mereka untuk mempertahankan diri mereka sendiri memungkinkan. Di luar ini
pesaing dari masyarakat yang berdekatan mengambil alih. Akibatnya ecotone mewakili
pergeseran dominasi. Ecotones sangat signifikan untuk hewan mobile, karena mereka dapat
memanfaatkan lebih dari satu set habitat dalam jarak pendek . Ecotone berisi tidak hanya
spesies umum kepada masyarakat di kedua belah pihak, tetapi juga dapat mencakup sejumlah
spesies yang sangat mudah beradaptasi yang cenderung menjajah wilayah transisi seperti
fenomena peningkatan berbagai tanaman serta hewan di persimpangan masyarakat disebut
efek tepi dan pada dasarnya karena lebih luas lokal dari kondisi lingkungan yang sesuai atau
relung ekologi.

2.4 Distruban

Disturbance atau disebut dengan istilah gangguan/tekanan, pada dasarnya merupakan


bagian dari dinamika ekosistem hutan tropika baik yang bersifat tekanan alami maupun
tekanan manusia. Dalam konteks ini degradasi berbeda dengan disturban, dinamika
disturbansi cenderung selalu terjadi di dalam suatu eosistem hutan yang berdampak terhadap
perubahan struktur, komposisi dan proses-proses ekologi yang berlangsung, tetapi perubahan
itu direspon oleh hutan melalui kemampuan untuk memulihkan diri (resiliensi). Disturbansi
dapat menjadi degradasi apabila mekanisme resiliensi alami tidak mampu lagi mengatasi
tekanan atau gangguan, dengan kata lain gangguan yang timbul telah melebihi kemampuan
hutan untuk memulihkan dirinya (Stanturf, J. A. 2004).

Disturban ini secara langsung akan berpengaruh terhadap struktur hutan, komposisi
jenis dan proses-proses ekologi, yang lebih lanjut berdampak terhadap produktivitas,
keanekaragaman hayati dan provisi produk dan jasa lingkungan. Namun demikian, hutan atau
ekosistem alami lainnya pada dasarnya memiliki cara-cara yang berbeda dalam merespon
disturban. Berbagai pengalaman penelitian membuktikan bahwa disturban merupakan
campuran dari berbagai faktor penyebab yang akhirnya memperngaruhi kondisi struktur
komposisi dan proses ekologi dalam ekosistem hutan (Stanturf, J. A. 2004).

| 16
Dinamika disturban dapat diketahui melalui tiga faktor berdasarkan penyebabnya,
yaitu disturban abiotik, disturban geologis dan disturban biotik, yang diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut :

Disturban abiotik : sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor iklim, antara lain :
badai topan (downbuster, tornadoes, hurricane dan typhoon); badai salju; drought; dan
kebakaran. Faktor-faktor klimatis dan cuaca yang sangat mendukung terjadinya disturban
terhadap ekosistem hutan (penurunan produktivitas dan komposisi sepesies) antara lain:
intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban relative, suhu dan kecepatan angin (Stanturf, J. A.
2004).

Disturban geologis : mencakup kejadian-kejadian yang melibatkan aktivitas geologis


seperti letusan gunung berapi, banjir, dan hilangnya massa hutan berupa landslide, longsoran
bongkahan salju, hilangnya biomassa lantai hutan, dan erosi tanah, serta deposisi. Hutan-hutan
pantai misalnya, merupakan subjek disturban dari proses-proses alami pantai seperti
abrasi/subsidensi, berpindahnya bukit pasir, dan mass wasting. Hutan-hutan riparian memiliki
dinamika lingkungan yang tinggi, seperti banjir besar, innudasi, perubahan geomorfologi
seperti pelebaran dan pendangkalan, sampai berubahnya ekosistem danau (Stanturf, J. A.
2004).

Disturban biotik : penyebab (agen) disturban biotik atau biologis antara lain adalah
serangga hama dan penyakit, tumbuh-tumbuhan invasif, dan mamalia herbivor. Pada dasarnya
secara ekologis agen-agen ini tidak dapat disebut sebagai agen disturban, tetapi secara praktis
akan menjadi disturban pada saat mereka menyebabkan perubahan yang ekstrim terhadap
ekosistem, sedangkan mamalia herbivor menjadi disturban apabila ada peran dari aktivitas
manusia misalnya kegiatan penggembalaan atau perburuan (Stanturf, J. A. 2004).

Disturban sebagai agen penyebab memiliki dimensi temporal dan spasial yang dapat
diketahui dengan melihat tiga aspek, yaitu :

1) Intensitas, yaitu tingkat kekuatan siturban (besar atau kecil)


2) Skala, terkait dengan luasan area yang terkena dampak atau seberapa besar areal
terbuka akibat suatu agen disturban tertentu (luas atau sempit).

3) Frekuensi, menayatakan jumlah kejadian disturban dalam suatu unit waktu (berapa kali
dalam sebulan, setahun, dsb) (Stanturf, J. A. 2004).

| 17
Disturban-disturban dalam suatu ekosistem hutan umumnya mengakibatkan terbentukanya
ruang-ruang (patches) menjadi terbuka, dalam konteks ekologi sering disebut dengan gap
terutama disebabkan oleh tumbangnya pohon besar sehingga terbentuk celah yang menerima
cahaya matahari langsung, kondisi demikian biasanya langsung direspon oleh hutan untuk
mengisi ruang-ruang kosong ini dengan regenerasi. Kondisi inilah yang sering digunakan
untuk menentukan regime-regime yang sesuai dengan tipe disturban yang terjadi, yaitu sampai
pada tingkat kemampuan mana patch-patch dapat kembali tertutup. Hal tersebut dipertegas
oleh Pickett and White (1985) dan Oliver & O’Hara (2004), the dynamics of the created
patches have also been studied, although not as extensively as patch creation. Factors
contributing to patch dynamics include disturbance regime, whether and how quickly patches
expand or close, and the landscape context of patches (relationship one to another and to the
undisturbed matrix, flows of organisms, materials, and energy among patches). The fate of
disturbed patches in forested ecosystems is best understood in terms of stand dynamics, as
long as the patches are large enough that most trees beginning growth within the patch are
not competing with surrounding trees.

Disturban (gangguan) yang terjadi pada suatu ekosistem digolongkan menjadi dua
macam, yaitu:

1) Gangguan alami merupakan Gangguan yang disebabkan oleh aktivitas dari lingkungan
(alam) itu sendiri.Disturban atau "Alami Gangguan Rezim" adalah sebuah konsep
yang menggambarkan pola gangguan yang membentuk sebuah ekosistem di atas skala
waktu yang panjang (Mastugino, 2012).

Faktor Pembawa Kerusakan Gangguan alami

 
Api

Merupakan faktor penyebab kerusakan alami yang utama, yang dipengaruhi


oleh komposisi spesies dan bentuk karakteristik dalam sebuah komunitas.

 
Angin
Merupakan agen utama gangguan alam yang memperbarui dan mengubah
iklim hutan hujan. Dapat merubah arah tumbuh suatu tumbuhan.

 
Pergerakan air

| 18
Merupakan sumber kekuatan kerusakan. Pergerakan air yang besar bisa
menyebabkan kerusakan pada pulau atau komunitas

 Tanah longgsor

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasiyang memengaruhi suatu
lereng yang curam,

Namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:

1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat

3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut

4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

Dampak dari adanya tanah longsor pada komunitas tumbuhan, yaitu

a. Kebutuhan pokok pada tanaman akan unsur hara berkurang


b. Perubahan pada komunitas awal

c. Perlunya adaptasi kembali terhadap lingkungan yang baru (Setio Pandita, 2013).

2. Gangguan buatan (oleh manusia) merupakan Gangguan ini dapat terjadi karena campur
tangan manusia yang secara sengaja merusak ekosistem. Gangguan ini disebabkan oleh
aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada komunitas secara
keseluruhan di muka bumi (Mastugino, 2012).
| 19
a. Mengubah pengalihan lahan

Gangguan yang disebabkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan

pertokoan sehingga merubah fungsi dari lahan tersebut. Selain pertokohan jugga menjadi
pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-pohon yang
menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut
terancam keberadaannya. Pembangunan rumah di perbukitan sangat mengganggu
keseimbangan lingkungan..Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat terkena bencana, seperti
banjir dan tanah longsor. Pembangungan pemukiman pada daerah-daerah yang subur
merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan. Semakin padat populasi manusia,
lahan yangsemula produktif menjadi tidak atau kurang produktif.Pembangunan jalan kampung
dan desa dengan cara betonisasi mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai
akibatnya, bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di sekitamya
menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis (Haliza,
2011).

b. Penebangan pohon
Jenis kayu yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, contohnya
meranti, kamper, jati, dan mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut diambil dari hutan. Adanya
penebangan hutan secara liar dapat menimbulkan kerusakan pada tempat hidup tumbuhan dan
habitat hewan. Akibatnya banyak jenis tumbuhan yang menjadi berkurang dan lama-lama
menjadi langka. Hal ini terjadi karena pengambilan secara terus-menerus tetapi tidak
dilakukan penanaman kembali. Tumbuhan yang menjadi langka akibat kerusakan habitatnya
misalnya pohon jati, bunga anggrek, dan bunga rafflesia (Haliza, 2011).

| 20
Hutan mempunyai peran yang sangat penting bagi ekosistem. Di dalam hutan hidup
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hutan menyediakan makanan, tempat tinggal, dan
perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Jika pohon-pohon ditebang terus, sumber makanan
untuk hewan-hewan yang hidup di pohon tersebut juga akan berkurang atau tidak ada, karena
itu banyak hewan yang kekurangan makanan. Akibatnya banyak hewan yang musnah dan
menjadi langka. Selain menebang pohon, manusia kadang-kadang membuka lahan pertanian
dan perumahan dengan cara membakar hutan. Akibatnya lapisan tanah dapat terbakar, tanah
menjadi kering dan tidak subur. Hewan-hewan tanah tidak dapat hidup, hewan-hewan besar
banyak yang mencari makan ke tempat lain bahkan sampai ke pemukiman manusia. Hal ini
juga dapat merusak keseimbangan ekosistem (Haliza, 2011).

Dampak yang ditimbulkan dari penebangan hutan yang liar akan mengakibatkan
banjir, tanah longsor dan berkurangnya ekosistem di dalam hutan itu sendiri (baik flora
maupun fauna). Selain itu Penebangan pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan
akibat yang saling berantai antara faktor biotik dan abiotik. Penebangan hutan berarti
menghilangkan sebagian besar produsen dalam suatu ekosistem. Karena itu akan
menyebabkan kepunahan sebagian flora dan fauna yang ada di hutan tersebut. Pengaruh yang
lainnya, dengan pembukaan hutan akan menyebabkan perubahan dalam daur hidrologi. Bila
hujan turun pada tanah yang terbuka, maka air akan langsung masuk ke dalam tanah yang
memiliki kesuburan yang tinggi. Dengan tidak adanya pohon yang menahan air hujan yang
meresap ke dalam tanah akan menyebabkan aliran air di permukaan tanah menjadi besar.
Adanya aliran yang besar dan cepat akan mengikis permukaan tanah yang subur. Hilangnya
kesuburan tanah akan mengurangi populasi cacing tanah yang berperan membantu
menyuburkan tanah. Kurangnya resapan air di dalam tanah akan menyebabkan kekeringan di
musim kemarau. Dengan penebangan pohon, menyebabkan dasar hutan lebih banyak
menerima cahaya matahari dan suhu akan naik, yang dapat menyebabkan lebih cepatnya
penguraian sampah organik sebagai sumber zat hara tanah. Penguraian sampah organik di
tanah secara drastis akan mengganggu daur nitrogen (Haliza, 2011).

c. Pencemaran

Mencemari lingkungan artinya menambahkan zat pencemar (polutan) pada


lingkungan sehingga lingkungan menjadi tercemar. Ada beberapa macam pencemaran, yaitu:
 
Pencemaran tanah,

| 21
Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam tanah
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga
menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah. Faktor lain, yaitu penggunaan pestisida
dan detergen yang merembes ke dalam tanah dapat berpengaruh terhadap air tanah, flora,
dan fauna tanah.

 
Pencemaran air

Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam air.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh:

• Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti


logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan.

• Pencemaran air oleh sampah

• Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan


 
Pencemaran udara

Yaitu masuknya polutan udara seperti asap kendaraan, debu, dan jelaga.

 
Pencemaran suara

Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapaterbang, deru
mesin pabrik, radio, atau tape recorder yang berbunyi keras

2.5 Interaksi antar Spesies

Dalam ekosistem, sesama vegetasi saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Interaksi yang terjadi antara lain :

1. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme tumbuihan dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya :pohon pinus dengan pohon jati

2. Kompetisi

Merupakan interaksi bersaing antara individu tumbuhan dengan individu


tumbuhan lainnya dalam hal penggunaan sumber daya alam dan pemenuhan
kebutuhan, seperti nutrisi, air, cahaya, ruang, dsb. Jadi kompetisi akan timbul jika
individu tumbuhan mempunyai daur hidup dan keperluan lingkungan yang sama
dengan individu tumbuhan lainnya, baik untuk jenis tumbuhan yang sama maupun

| 22
yang berbeda jenis. Tumbuhan yang lebih efisien memamfaatkan sumber dayanya
untuk bertahan, dan yang lainya tersingkir. Contoh : pergantian jenis-jenis tumbuhan
selama suksesi dalam bentuk seral-seralnya, yaitu dari jenis oportunis sampai ke jenis
keseimbangan.

3. Amensalisme

Hubungan antara individu- individu populasi tumbuhan yang satu merasa


dirugikan (tetapi sesaat ) sedangkan populasi yang lain tidak di rugikan(netral).Contoh

: Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan


zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon

walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik.
4. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme tumbuhan yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan;
salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya
anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Simbiosis Mutualisme
Disebut juga simbiosis yang merupakan interaksi obligatori(wajib) yang di
perlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling
memerlukan.Contoh: Contohnya: Hubungan antara mikoriza dan akar tanaman
6. Komensalisme

Komensalisme merupakan yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang
salah satu pihaknya beruntung, sedangkan pihaknya lainnya tidak terpengaruh oleh
adanya asosiasi. Contohnya anggrek (epifit) dengan pohon yang ditumpanginya.

| 23
7. Parasitisme

Hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya.Contoh : benalu dengan pohon inang.
2.6 Suksesi

Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara
teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis (Desmukh, 1992).

Menurut Resco (2011) menyatakan bahwa suksesi merupakan proses

dimanaspesiespopulasimenjajah, tumbuh dan menjadipunahdisitus tertentumemilikilama


menjadi tema sentral, pengorganisasian dalam komunitas tumbuhan ekologi.

Suksesi didefinisikan dalam ekologi sebagai proses dimana spesies berturut-turut


menumpukdan akhirnya juga saling menggantikan ketika ekosistem yangkeseluruhan

| 24
berkembang menuju suatu kondisi klimaks. Secara umum, suksesi menampilkan tumbuh
produksi biomassa dan meningkatkan kekayaan spesies,stratifikasi dan kompleksitas serta
distribusi miringspesies yang bergeser ke arah tingkat trofik yang lebih tinggi (Wurts, 2010)

Prosesgangguan komunitas biologi berikutdidirikandisebutsuksesioleh ahli


ekologidandibedakan menjadisuksesiprimer dan sekunder. Suksesi primer terjadi pada
permukaan geomorfik yang baru dibuat (misalnya, pulau-pulau vulkanik permukaan di lautan,
atau puing-puing arus membentuk kipas aluvial di gurun) yang sebelumnya tidak mengandung
vegetasi. Suksesi sekunder terjadi di daerah-daerah yang bervegetasi sebelum gangguan.
Gangguan didefinisikan sebagai kekuatan fisik (misalnya, badai, kebakaran, pembangunan
jalan) yang menghilangkan sebagian atau seluruh biomassa tanaman (Abella, 2010).

Sekilas cerita Pada tahun 1883 gunung krakatu meletus, Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut
yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana.
Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk
karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang
lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan
itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput dan belukar
dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati
diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.
Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah
hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem
mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
| 25
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:

1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak
di Flores.
2. Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.

3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme


komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah
tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan
hujan tropik.

Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa


spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan
keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak
ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan
lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya.
Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan,
habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi

| 26
tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas
yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya
(Michael, 1994).

Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola
yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari

bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan.

Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas.
Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan

hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah
hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun,
ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas,

demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering
kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu

komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat
bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Suksesi vegetasi menurut Odum (1996) adalah urutan proses pergantian komunitas

tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan
kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan

menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya
dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Odum (1996) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik
dan abiotik tercapai.
Clements (1974) membedakan 6 subkomponen dalam proses suksesi yaitu:
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase

| 27
kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu
perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.

Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu
mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal:

1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari
habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.

2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).

Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya


jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari
degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral
dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau
regresi (suksesi yang mengalami kemunduran) (Clements, 1974).

Konsep Klimaks

Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan
dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di
dalam konsep klimaks ini Clements (1974) berpendapat bahwa:

1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks
yang sama.

2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan

iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik.

3. Setiap kelompok vegetasi masing- masing mempunyai klimaks.

Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor
selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang
dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna
(tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini
disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai
klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.Gangguan dapat
menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub
klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut Disklimak. Sebagai contoh
vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan
tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1996) mengistilahkan klimaks tersebut dengan Pyrix
Klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma

| 28
polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.Jika pergantian iklim secara
temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
disebut pra klimaks (pre klimaks).

Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh
karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi
masing- masing.

1. Teori monoklimaks:

Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks
berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu
wilayah iklim utama.

2. Teori poliklimaks:

Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada
suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda.

3. Teori informasi

Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah
antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks.

Odum (1996) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi
tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan
juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Whittaker merupakan penyokong monoklimaks,
mengatakan bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan
vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat.Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry,
mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley
dan ahli-ahli Rusia.Smitthusen, Whittaker dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong
konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks
dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim
setempat.
| 29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon
tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.

2. Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya


dengan lingkungannya dapat disebut pola. Analisis komunitas tumbuhan merupakan
suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi.

3. Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di luar
sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada
komunitas peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang
paling banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge
spesies).

4. Disturbance atau disebut dengan istilah gangguan/tekanan, pada dasarnya merupakan


bagian dari dinamika ekosistem hutan tropika baik yang bersifat tekanan alami maupun
tekanan manusia. Dalam konteks ini degradasi berbeda dengan disturban, dinamika
disturbansi cenderung selalu terjadi di dalam suatu eosistem hutan yang berdampak
terhadap perubahan struktur, komposisi dan proses-proses ekologi yang berlangsung,

5. interaksi spesies dibagi menjadi 7 yaitu Netral, Kompetisi, Amensalisme,


Komensalisme, Simbiosis Mutualism, Komensalisme dan Parasitisme

6. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini
komunitas telah mencapai homeostatis
3.2 Saran

Diperjelas lebih rinci pada masing masing materi, pada proses menjelaskan harus
jelas dan baik

| 30
DAFTAR PUSTAKA

Azhar. 2012. Keseibangan Lingkungan.

Djamal,irwan.2007.Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Llingkungan dan


Pelestariannya.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Haliza, 2011. Keseimbangan Ekosistem.

Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,


Komunitas, Di Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mastugino.2012.KeseimbanganEkosistem.

Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan


Laboratorium. Jakarta:

UI Press

Mukhtar, A.S & Heriyanto, N.M. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan pada
Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur. Bogor : Pusat
Litbang Konservasi dan Rehabilitasi

1
Odum, E. P., 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM
Press

Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I.


Jakarta: PT. Gramedia Setio Pandita, 2013.
Macam-Macam Bencana.

Stanturf, J. A. 2004. Disturbance dynamics of forested ecosystems. –


Transactions of the Faculty of Forestry, Estonian Agricultural University, 37,
7–12.

Syamsurizal. 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang : UNP Press

http://artikel.okeschool.com/artikel/macam-macam-bencana.html

http://azharagungsite.blogspot.com/2012/01/keseimbangan- lingkungan.html

http://mastugino.blogspot.com/2012/07/keseimbangan-ekosistem.html

http://salmaghaliza.blogspot.com/2011/11/keseimbangan-ekosistem.html (di
akses 30 oktober 2014)

2
| 31

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara
bertahap dan perlahan-lahan.
2. Teori evolusi Pra-Darwinisme, seperti pada 250 tahun sebelum Masehi,
Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk
yang menyerupai ikan.
3. Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi
pada lingkungan”. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang
beradaptasi pada habitatnya, akan menurunkan sifat-sifat mereka pada
keturunannya.
4. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (neo-Darwinian) terjadi kareana
adanya : perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya,
perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu, produksi
varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA), kompetisi
antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya
lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya, dan generasi berikutnya
mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil (dan beruntung) yang
masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
5. Terdapat 7 mekanisme proses evolusi, yaitu mutasi, seleksi, adaptasi, variasi,
isolasi, spesiasi, dan domestikasi.
6. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi evolusi, yaitu faktor perubahan dan faktor
pengarah.

3.2 SARAN

3
Perlu dilakukan pendalaman materi tentang evolusi. Karena dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan atau pun dalam
menyampaikan suatu pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Ririn.2012.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Evolusi. http://ririn-


agustiani.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-teori.html,
diakses 25 Pebruari 2014.

Dharmono. 2014. Bahan Ajar Evolusi. Penerbit Usaha Batang. Banjarmasin

Evolusi.wordpress.com/handout/perkembangan-teori-evolusi/ diakses 24 Pebruari


2014.

ml.scribd.com/doc/58423350/MAKALAH-EVOLUSI/ diakses 25 Pebruari 2014.

Anda mungkin juga menyukai