PENDAHULUAN
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis
tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu terjadi. Oleh
karena itu, agar dapat mengetahui tentang komunitas tumbuhan maka disusunlah makalah yang
berjudul “Evolusi, Interaksi Spesies, dan Komunitas Biologi”.
Gambar (1) diterangkan Masa fiksisme (Linnaeus), Masa transformisme (Lamarck), Masa Teori
Seleksi Alam (Darwin dan Wallace) dan Masa Teori Genetika (Mendel) yang digambarkan di
atas garis berarsir. Di bawah garis berarsir digambarkan orang-orang yang berpengaruh pada
pemikiran Darwin yang diakhiri oleh Mendel. Meskipun Mendel tidak mempengaruhi Darwin,
tetapi penemuan Mendel sangat berpengaruh pada perkembangan teori evolusi sekarang.
Gambar 2. Pendapat lamarck mengenai evolusi leher jerapah
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin,
antara lain:
Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch
disebabkan perbedaan jenis makanannya.
Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami
perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya.
Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
Pendapat ekonomi Malthus yang menyatakan adanya kecendrungan kenaikan jumlah penduduk
lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan
untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan
oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul. Pokok tesis Malthus ini adalah pemikiran
bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan makanan. Malthus
berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan kejeblos ke dalam rawa-rawa kemiskinan dan
berada ditubir kelaparan. Dalam jangka panjang, tak ada kemajuan teknologi yang dapat
mengalihkan keadaan itu, karena kenaikan suplai makanan terbatas, sedangkan "pertumbuhan
penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir makanan buat menjaga eksistensi
manusia.
Berpegang pada konsep yang mengatakan bahwa organ-organ baru muncul sebagai
respons atas tuntutan lingkungan. Lamarck mengajukan postulat sebagai berikut: Ukuran organ
sebanding dengan penggunaannya. Hal ini berarti bahwa tiap perubahan yang terjadi karena
digunakan atau tidak digunakannya organ tersebut akan diwariskan kepada generasi
keturunannya. Peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang akan berakibat terjadinya
pembaharuan bentuk dan fungsi. Contoh yang dipakai Lamarck untuk menjelaskan teorinya
adalah leher Jerapah. Ia berpendapat bahwa leher jerapah menjadi panjang akibat dari usaha atau
kerja kerasnya ‘striving’untuk mendapatkan daun-daun (makanan) yang terletak pada dahan
yang tinggi. Leher yang dipanjangkan inilah yang diwariskan. Dalam hal ini Lamarck telah
memperhitungkan faktor lingkungan dan memperkenalkan hukum Use and Disuse yang artinya
organ yang digunakan cenderung akan berkembang sedangkan yang tidak digunakan cenderung
akan menyusut. Teori Lamarck, oleh para ahli sejarah disebut: adaptasi-transformasi. Teori
Lamarck dikenal dengan paham “use and disuse” dari buku ‘Philosophie
Zoologique’, diterbitkan pada tahun 1809.Kelebihan teori Lamarck
1. Mengemukakan ide dasar bahwa ada hubungan evolusi dengan lingkungan.
2. Merupakan orang pertama yang mengemukakan teori evolusi organik.
3. Orang pertama yang mengarahkan perhatian manusia tentang hubungan genotipe dengan
lingkungan.
Kelemahan teori Lamarck, tidak dapat menemukan bukti empiris yang mendukung
hukum ‘use and disuse’.
Pendapat Weismann ini adalah menentang pendapat Lamarck, Weismann menyatakan
bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan. Untuk membuktikan
pendapatnya tersebut, Weismann melakukan percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor
tikus yang masing-masing dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak
tikus itu setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-anaknya
tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009)
Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan
seperti berikut: 1) Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada
generasi berikutnya; dan 2) Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala
seleksi alam terhadap faktor-faktor genetika.
1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan fisik gen, yang mengubah efek gen. Peristiwa mutasi tersebut
mempunyai sifat :
a. Jarang terjadi pada proses biasa dari replikasi DNA.
b. Tidak ada cara untuk mengetahui manakah gen yang akan mengalami mutasi pada suatu sel atau
dalam suatu generasi.
c. Munculnya secara bebas.
Munculnya gen merupakan peristiwa yang terjadinya secara kemungkinan, sukar diamati,
dan jarang terlihat.
Macam-macam mutasi sebagai berikut :
Berdasarkan bagian yang akan bermutasi, mutasi dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mutasi besar (gross mutation)
2. Mutasi kecil (mutasi titik = point mutation)
Berdasarkan kualitasnya, mutasi dapat dibedakan menjadi :
Mutasi pengaturan ulang, yaitu mutasi yang mengalami perubahan lokasi suatu gen di dalam
genom sering menimbulkan “efek posisi”.
1. Di dalam sebuah gen ; dua mutasi di dalam gen fungsional yang sama, dapat menghasilkan efek
yang berbeda bergantung pada posisinya apakah mereka berada pada posisi atau trans.
2. Jumlah gen setiap kromosom ; berbagai efek fenotipe dapat dihasilkan jika jumlah replika gen
tidak sama pada kromosom-kromosom homolog.
3. Perpindahan lokus gen dapat menimbulkan fenotipe-fenotipe baru, khususnya bila gen itu di
tempatkan kembali dekat heterokromatin :
a. Translokasiyaitu perpindahan kepada suatu kromosom nonhomolog.
b. Inversi yaitu perpindahan di dalam kromosom yang sama.
4. Variasi
Adanya variasi antar individu dalam satu keturunan. Di dunia ini tidak pernah dijumpai
dua individu yang identik sama, bahkan anak kembar sekalipun pasti punya suatu perbedaan.
Demikian pula individu yang termasuk dalam satu spesies. Misalnya perbedaan warna, ukuran,
berat, kebiasaan, dan lain-lain. Jadi antar individu dalam satu spesies pun terdapat variasi.
Gambar 9 Mutasi menyebabkan variasi
Sumber: http://ziloli.blogspot.com/2014/02/menjelaskan-prinsip-prinsip-penting.html, diakses 25
Pebruari 2014.
Variasi adalah segala macam perbedaan yang terdapat antar individu dalam satu spesies.
Hal ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, makanan, dan habitat.
Seleksi yang dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies akan menyebabkan munculnya
spesies baru yang berbeda dengan moyangnya. Oleh karena itu adanya variasi merupakan bahan
dasar terjadinya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies baru.
5. Isolasi
Dua atau lebih variasi dalam suatu spesies bereproduksi secara seksual yang telah
berubah menjadi variasi-variasi baru yang lulus seleksi dan telah menjadi beberapa “gene pool”
baru, tidak akan berkembang menjadi spesies baru andai kata tidak terjadi peristiwa lain yaitu
peristiwa yang memisahkan satu variasi baru yang lainnya (Corebima, 1989).
Pemisahan akan sangat bermanfaat untuk mencegah terciptanya keseragaman antar
variasi melalui hibridisasi. Peristiwa pemisahan itulah yang dikenal sebagai peristiwa isolasi dan
ini merupakan peristiwa kunci terbentuknya spesies baru.
Dengan peristiwa isolasi maka memungkinkan terjadinya evolusi. Hanya saja perlu
disadari bahwa proses isolasi ini merupakan faktor tak langsung dari evolusi.
Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi
reproduksi, dan perubahan genetika.
7. Domestikasi
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan
proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih
pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan
keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
Domestikasi adalah keadaan dimana breeding, pemeliharaan dan pemberian pakan berada
dibawah pengawasan manusia (Hale, 1969). Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam
kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan
bahan pakaian), serta sebagai komoditi perdagangan.
Domestikasi tumbuhan maupun hewan adalah sebuah proses panjang, yang memerlukan
waktu lama serta dana dan daya yang besar. Di dalamnya terlibat berbagai kegiatan penelitian
yaitu : inventarisasi, karakterisasi, kajian potensi, seleksi, penangkaran, dan pemuliaan untuk
pemanfaatan berkelanjutan.
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu
terjadi. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui tentang komunitas tumbuhan maka disusunlah
makalah yang berjudul “Komunitas 1”.
1.2 Tujuan
|1
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat
mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem
organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang
khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup
lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya
jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan
selalu terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.
Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya
penghuni yang pertama.
Sering terjadi, spesies tumbuhan dan hewan dijumpai berulangkali dalam pelbagai
komunitas dan menjalankan fungsi yang agak berbeda. Kombinasi antara habitat , tempat
suatu spesies hidup, dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia
(niche). Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal macam
tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga dipakai untuk
menaksir kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi langsung dapat dikaitkan dengan pengertian
keanekaragaman. Istilah ini dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu
komunitas. Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola
penyebaran. Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman
komunitas perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komuniatsnya.
|3
Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan spesies
tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam habitat tersebut dan
menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya dan menentukan fungsinya. Dengan
memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang
kedewasaan organisasi komunitsas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya
sehingga keadaannya lebih mantap. Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk
hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup.
Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang
hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap
individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam
kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau
derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas
cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah.
Bila ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang
tertentu.sering kali perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata. Dan
bila jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda sekali batas antara komunitas itu akan jelas
pula. Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu terjadi secara berangsur-angsur
sehingga batas anatara komunitas itu tidak jelas. Perubahan-perubahan komposisi berkaitan
dengan perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah,
tamperatur dan iklim (bila mencakup kawasan yang luas).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan sutau unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop. Hamparan
lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan merupakan contoh biotop. Disini biotop
|4
ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme
nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya.
Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau
beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada
batas yang nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-
sama atau saling mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah, topografi, elefasi, dan iklim
yang memungkinkan cemara gunung ( casuarina junghuhniana )untuk berkembang biak di
suatu tempat, dan pada gilirannya kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu
yang cocok untuk pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam
suatu komunitas jenis dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang merajai.
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,
dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya jenis-
jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut. Sebagai contoh
dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau ) yang dirajai oleh
beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada kondisi habitat tertentu.
Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas setiap jenis mempunyai kedudukan
yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ” atau ” dominan”. Karekteristik komunitas
dikawasan tropis adalah keanekaragaman jenis tinggi. Keanekaragaman ( diversity ) adalah
jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan
Kalimantan misalnya dalam satu hektar teradapat pohon ( dengan diameter lebih dari 10 cm )
sebanyak kurang lebih 400-500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap
jenis hanya mempunyai kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan
beriklim sedang dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja,
bahkan kurang dari itu.
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara
itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika
adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada
hutan di Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan diversity is
sability. Tetapi ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak
selalu berarti stabilitas. Kedua pendapat ini di topang oleh argumen-argumen ekologi yang
masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kekurangannya.
|5
Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia. Sifat yang
menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari biomassa yang ada diatas
tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang ditumbuhinya itu merupakan lahan yang
sangat subur. Tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu
umumnya miskin, kecuali tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena
hujan lebat sering terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam keadaan
demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila kesuburan itu di
simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini, tumbuhan yang tumb dalam habitat
itu melalui proses evolusi telah mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu sistem untuk
mencegah kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah sangat ketat,
tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang dilepas oleh
dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam pertumbuhan dan
kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan.
Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi, serasa yang
digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama dilantai hutan melainkan
segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi berjalan jauh lebih cepat dari pada di
hutan-hutan beriklim sedang dan dingin. Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu
saja. Penyerapan hara makanan sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza
yang hidup bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ
penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu akar dan
miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang berdekomposisi dan
langsung menyerap hara makanan.
Jadi jelas sekali bahwa sebagian besar hara makanan yang dilepas oleh serasah
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk disimpan dalam tanah tetapi langsung
dikembalikan ke dalam tubuh tumbuhan. Dengan demikian nyata sekali bahwa sebagian besar
hara makanan di hutan tropis basah tersimpan dalam tumbuhan hidup. Oleh karena kondisi
yang seperti itu, maka akan terrjadi limpahan hara yang mendadak bila hutan ditebang habis
kemudian di ikuti dengan pembakaran, tetapi hara makanan tersebut tidak akan tinggal terlalu
lama dalam tanah karena akan segera dibasuh oleh hujan lebat. Besar kesuburan tanah akan
meningkat cepat tetapi hanya untuk sementara saja dan biasanya menurun lagi dengan cepat
dalam tempo beberapa tahun.
Ini yang menjadi alasan kenapa perladangan berpindah hanya dapat bertahan beberapa
tahun saja. Daun-daun bahan organik dan mineral terputus sama sekali dengan adanya
|6
penebangan habis, karena arus penyediaan penerus bahan-bahan organik dari tumbuhan hidup
terpenggal.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
Pada umumnya perairan organic lebih cerah daripada perairan pantai yang banyak
bahan-bahan berbentuk partikel dan bahan terlarut yang terdapat didalamnya. Berdasarkan
bentuknya, waduk dapat diklasifikasikan atas waduk tipe danau (lake type), tipe sungai (river
type), tipe bercabang banyak (multiple branch type). Waduk Faperika dapat digolongkan ke
|7
dalam tipe danau, karena terjadinya waduk ini akibat pembendungan suatu dataran rendah dan
bentuknya yang melebar.
Sumber air ini adalah air yang mengalir dan meresap dari catchman area yang ada
disekitarnya karena tidak ada aliran sungai yang masuk ke waduk ini. (Nurdin et al, 1996).
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup didaerah tertentu atau habitat fisik tertentu
dengan satuan yang terorganisir. Selanjutnya, dikatakan bahwa komunitas merupakan suatu
system dari kumpulan populasi yang hidup pada areal tertentu dan terorganisasi secara luas
metabolis.(Odum,1971).
Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan.
Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung
suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi
habitat organisme perairan (Nontji, 1981).
|8
Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme
yang memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti,
misalnya : 1. Pola stratifikasi (pelapisan tegak), 2. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah
mendatar), 3. Pola-pola kegiatan (periodisitas), 4. Pola-pola jaring-jaring (organisasi jaringan
kerja di dalam rantai pangan), 5. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-
klone tanaman dan sebagainya), 6. Pola-pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-
kawanan), 7. Pola-pola ko-aktif (di akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan
sebagainya), dan 8. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).
|9
suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan
akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada
semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang
menempati atau tidak berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran,
cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
| 10
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya
Secara garis besar komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut
1. Komunitas perairan terdiri atas populasi dari berbagai jenis organisme yang
seluruh anggotanya hidup didalam air, baik diair tawar, di payau, atau diair asin.
Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan mempengaruhi keragaman
kehidupan jenis organisme penghuninya. Dalam komunitas perairan itu sendiri
terdapat komunitas bentos yang terdiri atas hewan-hewan yang melekat pada dasar
perairan, komunitas plankton yang merupakan organisme kecil yang terapung dan
gerakannya tergantung arus,dan neuston yang anggotanya bergerak dipermukaan
air.
2. Komunitas daratan terdiri atas populasi organisme yang seluruh hidupnya terdapat
diatas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan atas komunitas daratan berair, seperti
hutan rawa, hutan magrove, dan habitat daratan kering. Setiap organisme hidup
(biotik) dilingkungan atau disuatu daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik dan
kimia yang biasa disebut faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan
ekosistem.Jadikomunitasdenganlingkunganfisiknya
| 11
1. Struktur fisik
Horisontal heterogenitas
2. Struktur biologi
Struktur biologi komunitas meliputi :
Dominasi spesies
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis,
dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang hanya
jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat tersebut.
Sebagai contoh dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan bakau )
yang dirajai oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi dominan pada
kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu komunitas
setiap jenis mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang menjadi ” raja ”
| 12
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan
suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya (Soegianto, 1994).Dominansi merupakan sifat komunitas
yang memperlihatkan jumlah jenis organisme yang melimpah di suatu daerah
(Kandeigh, 1980).
Keanekaragaman jenis
hidup pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar
teradapat pohon (dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-
500 yang tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai
kurang lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang
dan dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan kurang
dari itu(Umar, 2013).
Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks
keanekaragaman Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
(H′).
N
D = S - 1/ln
dimana,
| 13
D=indeks keanekaragaman
S=jumlah spesies
N= totaljumlahorganisme
H = - Σ pi ln
pi dimana,
Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan volume atau suatu area. Kelimpahan
individu dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan pada suatu daearah. Kesuburan
suatu daerah dikatakan baik, apabila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis
rendah, ini berhubungan dengan prinsip kompetisi. Sebaliknya, suatu daerah yang
kurang subur adalah keragamanya rendah dan kelimpahan per individu tinggi.
Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di
luar sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas
peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau
paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).
Ekoton
Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua
komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara komunitas
rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik
dan komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui biasanya
berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba
sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman terutama
kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton merupakan daerah peralihan
yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang bersebelahan. Pada keadaan yang
kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai
banyak organisme dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri
yang khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya
| 14
(disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan
populasi yang sering lebih daripada komunitas disampingnya.
Ada beberapa hal yang membedakan dari sebuah ecotone . Pertama, sebuah ecotone
dapat memiliki transisi vegetasi tajam, dengan garis tegas antara dua komunitas. Misalnya,
perubahan warna rumput atau tanaman hidup dapat mengindikasikan ecotone. Kedua,
perubahan dalam fisiognomi (penampilan fisik dari spesies tanaman) dapat menjadi indikator
kunci. Para ilmuwan melihat variasi warna dan perubahan tinggi tanaman. Ketiga, perubahan
spesies dapat menandakan ecotone. Akan ada organisme tertentu pada satu sisi dari sebuah
ecotone atau yang lain.
Perubahan lingkungan fisik dapat menghasilkan batas yang tajam, seperti dalam
contoh antarmuka antara kawasan hutan dan membuka lahan). Di tempat lain, area interface
yang lebih bertahap dicampur akan ditemukan, di mana spesies dari masing-masing komunitas
akan ditemukan bersama serta spesies lokal yang unik. Gunung berkisar sering membuat
ecotones tersebut, karena berbagai kondisi iklim yang dialami di lereng mereka.
| 15
Mereka juga dapat memberikan batas antara spesies karena sifat obstruktif medan mereka.
Mont Ventoux di Perancis adalah contoh yang baik, menandai batas antara flora dan fauna
dari utara dan selatan Perancis. Sebagian besar lahan basah ecotones.
2.4 Distruban
Disturban ini secara langsung akan berpengaruh terhadap struktur hutan, komposisi
jenis dan proses-proses ekologi, yang lebih lanjut berdampak terhadap produktivitas,
keanekaragaman hayati dan provisi produk dan jasa lingkungan. Namun demikian, hutan atau
ekosistem alami lainnya pada dasarnya memiliki cara-cara yang berbeda dalam merespon
disturban. Berbagai pengalaman penelitian membuktikan bahwa disturban merupakan
campuran dari berbagai faktor penyebab yang akhirnya memperngaruhi kondisi struktur
komposisi dan proses ekologi dalam ekosistem hutan (Stanturf, J. A. 2004).
| 16
Dinamika disturban dapat diketahui melalui tiga faktor berdasarkan penyebabnya,
yaitu disturban abiotik, disturban geologis dan disturban biotik, yang diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut :
Disturban abiotik : sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor iklim, antara lain :
badai topan (downbuster, tornadoes, hurricane dan typhoon); badai salju; drought; dan
kebakaran. Faktor-faktor klimatis dan cuaca yang sangat mendukung terjadinya disturban
terhadap ekosistem hutan (penurunan produktivitas dan komposisi sepesies) antara lain:
intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban relative, suhu dan kecepatan angin (Stanturf, J. A.
2004).
Disturban biotik : penyebab (agen) disturban biotik atau biologis antara lain adalah
serangga hama dan penyakit, tumbuh-tumbuhan invasif, dan mamalia herbivor. Pada dasarnya
secara ekologis agen-agen ini tidak dapat disebut sebagai agen disturban, tetapi secara praktis
akan menjadi disturban pada saat mereka menyebabkan perubahan yang ekstrim terhadap
ekosistem, sedangkan mamalia herbivor menjadi disturban apabila ada peran dari aktivitas
manusia misalnya kegiatan penggembalaan atau perburuan (Stanturf, J. A. 2004).
Disturban sebagai agen penyebab memiliki dimensi temporal dan spasial yang dapat
diketahui dengan melihat tiga aspek, yaitu :
3) Frekuensi, menayatakan jumlah kejadian disturban dalam suatu unit waktu (berapa kali
dalam sebulan, setahun, dsb) (Stanturf, J. A. 2004).
| 17
Disturban-disturban dalam suatu ekosistem hutan umumnya mengakibatkan terbentukanya
ruang-ruang (patches) menjadi terbuka, dalam konteks ekologi sering disebut dengan gap
terutama disebabkan oleh tumbangnya pohon besar sehingga terbentuk celah yang menerima
cahaya matahari langsung, kondisi demikian biasanya langsung direspon oleh hutan untuk
mengisi ruang-ruang kosong ini dengan regenerasi. Kondisi inilah yang sering digunakan
untuk menentukan regime-regime yang sesuai dengan tipe disturban yang terjadi, yaitu sampai
pada tingkat kemampuan mana patch-patch dapat kembali tertutup. Hal tersebut dipertegas
oleh Pickett and White (1985) dan Oliver & O’Hara (2004), the dynamics of the created
patches have also been studied, although not as extensively as patch creation. Factors
contributing to patch dynamics include disturbance regime, whether and how quickly patches
expand or close, and the landscape context of patches (relationship one to another and to the
undisturbed matrix, flows of organisms, materials, and energy among patches). The fate of
disturbed patches in forested ecosystems is best understood in terms of stand dynamics, as
long as the patches are large enough that most trees beginning growth within the patch are
not competing with surrounding trees.
Disturban (gangguan) yang terjadi pada suatu ekosistem digolongkan menjadi dua
macam, yaitu:
1) Gangguan alami merupakan Gangguan yang disebabkan oleh aktivitas dari lingkungan
(alam) itu sendiri.Disturban atau "Alami Gangguan Rezim" adalah sebuah konsep
yang menggambarkan pola gangguan yang membentuk sebuah ekosistem di atas skala
waktu yang panjang (Mastugino, 2012).
Api
Angin
Merupakan agen utama gangguan alam yang memperbarui dan mengubah
iklim hutan hujan. Dapat merubah arah tumbuh suatu tumbuhan.
Pergerakan air
| 18
Merupakan sumber kekuatan kerusakan. Pergerakan air yang besar bisa
menyebabkan kerusakan pada pulau atau komunitas
Tanah longgsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasiyang memengaruhi suatu
lereng yang curam,
1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut
4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
c. Perlunya adaptasi kembali terhadap lingkungan yang baru (Setio Pandita, 2013).
2. Gangguan buatan (oleh manusia) merupakan Gangguan ini dapat terjadi karena campur
tangan manusia yang secara sengaja merusak ekosistem. Gangguan ini disebabkan oleh
aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada komunitas secara
keseluruhan di muka bumi (Mastugino, 2012).
| 19
a. Mengubah pengalihan lahan
pertokoan sehingga merubah fungsi dari lahan tersebut. Selain pertokohan jugga menjadi
pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-pohon yang
menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga hewan tersebut
terancam keberadaannya. Pembangunan rumah di perbukitan sangat mengganggu
keseimbangan lingkungan..Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat terkena bencana, seperti
banjir dan tanah longsor. Pembangungan pemukiman pada daerah-daerah yang subur
merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan. Semakin padat populasi manusia,
lahan yangsemula produktif menjadi tidak atau kurang produktif.Pembangunan jalan kampung
dan desa dengan cara betonisasi mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai
akibatnya, bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di sekitamya
menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis (Haliza,
2011).
b. Penebangan pohon
Jenis kayu yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, contohnya
meranti, kamper, jati, dan mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut diambil dari hutan. Adanya
penebangan hutan secara liar dapat menimbulkan kerusakan pada tempat hidup tumbuhan dan
habitat hewan. Akibatnya banyak jenis tumbuhan yang menjadi berkurang dan lama-lama
menjadi langka. Hal ini terjadi karena pengambilan secara terus-menerus tetapi tidak
dilakukan penanaman kembali. Tumbuhan yang menjadi langka akibat kerusakan habitatnya
misalnya pohon jati, bunga anggrek, dan bunga rafflesia (Haliza, 2011).
| 20
Hutan mempunyai peran yang sangat penting bagi ekosistem. Di dalam hutan hidup
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hutan menyediakan makanan, tempat tinggal, dan
perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Jika pohon-pohon ditebang terus, sumber makanan
untuk hewan-hewan yang hidup di pohon tersebut juga akan berkurang atau tidak ada, karena
itu banyak hewan yang kekurangan makanan. Akibatnya banyak hewan yang musnah dan
menjadi langka. Selain menebang pohon, manusia kadang-kadang membuka lahan pertanian
dan perumahan dengan cara membakar hutan. Akibatnya lapisan tanah dapat terbakar, tanah
menjadi kering dan tidak subur. Hewan-hewan tanah tidak dapat hidup, hewan-hewan besar
banyak yang mencari makan ke tempat lain bahkan sampai ke pemukiman manusia. Hal ini
juga dapat merusak keseimbangan ekosistem (Haliza, 2011).
Dampak yang ditimbulkan dari penebangan hutan yang liar akan mengakibatkan
banjir, tanah longsor dan berkurangnya ekosistem di dalam hutan itu sendiri (baik flora
maupun fauna). Selain itu Penebangan pohon di hutan tanpa perhitungan akan menimbulkan
akibat yang saling berantai antara faktor biotik dan abiotik. Penebangan hutan berarti
menghilangkan sebagian besar produsen dalam suatu ekosistem. Karena itu akan
menyebabkan kepunahan sebagian flora dan fauna yang ada di hutan tersebut. Pengaruh yang
lainnya, dengan pembukaan hutan akan menyebabkan perubahan dalam daur hidrologi. Bila
hujan turun pada tanah yang terbuka, maka air akan langsung masuk ke dalam tanah yang
memiliki kesuburan yang tinggi. Dengan tidak adanya pohon yang menahan air hujan yang
meresap ke dalam tanah akan menyebabkan aliran air di permukaan tanah menjadi besar.
Adanya aliran yang besar dan cepat akan mengikis permukaan tanah yang subur. Hilangnya
kesuburan tanah akan mengurangi populasi cacing tanah yang berperan membantu
menyuburkan tanah. Kurangnya resapan air di dalam tanah akan menyebabkan kekeringan di
musim kemarau. Dengan penebangan pohon, menyebabkan dasar hutan lebih banyak
menerima cahaya matahari dan suhu akan naik, yang dapat menyebabkan lebih cepatnya
penguraian sampah organik sebagai sumber zat hara tanah. Penguraian sampah organik di
tanah secara drastis akan mengganggu daur nitrogen (Haliza, 2011).
c. Pencemaran
| 21
Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam tanah
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga
menyebabkan oksigen tidak bisa meresap ke tanah. Faktor lain, yaitu penggunaan pestisida
dan detergen yang merembes ke dalam tanah dapat berpengaruh terhadap air tanah, flora,
dan fauna tanah.
Pencemaran air
Yaitu masuknya polutan berupa bahan cair atau padat yang masuk ke dalam air.
Yaitu masuknya polutan udara seperti asap kendaraan, debu, dan jelaga.
Pencemaran suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapaterbang, deru
mesin pabrik, radio, atau tape recorder yang berbunyi keras
Dalam ekosistem, sesama vegetasi saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Interaksi yang terjadi antara lain :
1. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme tumbuihan dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak,
disebut netral. Contohnya :pohon pinus dengan pohon jati
2. Kompetisi
| 22
yang berbeda jenis. Tumbuhan yang lebih efisien memamfaatkan sumber dayanya
untuk bertahan, dan yang lainya tersingkir. Contoh : pergantian jenis-jenis tumbuhan
selama suksesi dalam bentuk seral-seralnya, yaitu dari jenis oportunis sampai ke jenis
keseimbangan.
3. Amensalisme
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik.
4. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme tumbuhan yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan;
salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya
anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Simbiosis Mutualisme
Disebut juga simbiosis yang merupakan interaksi obligatori(wajib) yang di
perlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling
memerlukan.Contoh: Contohnya: Hubungan antara mikoriza dan akar tanaman
6. Komensalisme
Komensalisme merupakan yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang
salah satu pihaknya beruntung, sedangkan pihaknya lainnya tidak terpengaruh oleh
adanya asosiasi. Contohnya anggrek (epifit) dengan pohon yang ditumpanginya.
| 23
7. Parasitisme
Hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme
hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga
bersifat merugikan inangnya.Contoh : benalu dengan pohon inang.
2.6 Suksesi
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara
teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis (Desmukh, 1992).
| 24
berkembang menuju suatu kondisi klimaks. Secara umum, suksesi menampilkan tumbuh
produksi biomassa dan meningkatkan kekayaan spesies,stratifikasi dan kompleksitas serta
distribusi miringspesies yang bergeser ke arah tingkat trofik yang lebih tinggi (Wurts, 2010)
Sekilas cerita Pada tahun 1883 gunung krakatu meletus, Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut
yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana.
Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk
karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang
lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat
tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan
itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput dan belukar
dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati
diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.
Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah
hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem
mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
| 25
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak
di Flores.
2. Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
| 26
tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas
yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya
(Michael, 1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola
yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari
bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas.
Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan
hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah
hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun,
ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas,
demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering
kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu
komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat
bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Suksesi vegetasi menurut Odum (1996) adalah urutan proses pergantian komunitas
tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan
kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan
menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya
dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Odum (1996) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik
dan abiotik tercapai.
Clements (1974) membedakan 6 subkomponen dalam proses suksesi yaitu:
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase
| 27
kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu
perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu
mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal:
1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari
habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
Konsep Klimaks
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan
dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di
dalam konsep klimaks ini Clements (1974) berpendapat bahwa:
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks
yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan
iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebut klimaks klimatik.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor
selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang
dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna
(tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini
disebut sub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai
klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.Gangguan dapat
menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub
klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebut Disklimak. Sebagai contoh
vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan
tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1996) mengistilahkan klimaks tersebut dengan Pyrix
Klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma
| 28
polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.Jika pergantian iklim secara
temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
disebut pra klimaks (pre klimaks).
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh
karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi
masing- masing.
1. Teori monoklimaks:
Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks
berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu
wilayah iklim utama.
2. Teori poliklimaks:
Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada
suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda.
3. Teori informasi
Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah
antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks.
Odum (1996) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan bervariasi
tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan
juga oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Whittaker merupakan penyokong monoklimaks,
mengatakan bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan
vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat.Ahli-ahli lain seperti Oosting, Henry,
mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh Michols, Tansley
dan ahli-ahli Rusia.Smitthusen, Whittaker dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong
konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks
dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim
setempat.
| 29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon
tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.
3. Komunitas tepi ( Boundary ) adalah pemisah atau batas antara sistem dan daerah di luar
sistem (lingkungan).Kecenderungan meningkatnya variasi dan kepadatan pada
komunitas peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang
paling banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge
spesies).
6. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini
komunitas telah mencapai homeostatis
3.2 Saran
Diperjelas lebih rinci pada masing masing materi, pada proses menjelaskan harus
jelas dan baik
| 30
DAFTAR PUSTAKA
Mastugino.2012.KeseimbanganEkosistem.
UI Press
Mukhtar, A.S & Heriyanto, N.M. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan pada
Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur. Bogor : Pusat
Litbang Konservasi dan Rehabilitasi
1
Odum, E. P., 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM
Press
http://artikel.okeschool.com/artikel/macam-macam-bencana.html
http://azharagungsite.blogspot.com/2012/01/keseimbangan- lingkungan.html
http://mastugino.blogspot.com/2012/07/keseimbangan-ekosistem.html
http://salmaghaliza.blogspot.com/2011/11/keseimbangan-ekosistem.html (di
akses 30 oktober 2014)
2
| 31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara
bertahap dan perlahan-lahan.
2. Teori evolusi Pra-Darwinisme, seperti pada 250 tahun sebelum Masehi,
Anaximander (Yunani) mengemukakan bahwa manusia berasal dari makhluk
yang menyerupai ikan.
3. Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi
pada lingkungan”. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang
beradaptasi pada habitatnya, akan menurunkan sifat-sifat mereka pada
keturunannya.
4. Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (neo-Darwinian) terjadi kareana
adanya : perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya,
perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu, produksi
varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan (DNA//RNA), kompetisi
antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya
lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya, dan generasi berikutnya
mewarisi”kombinasi gen yang sukses” dari individu fertil (dan beruntung) yang
masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
5. Terdapat 7 mekanisme proses evolusi, yaitu mutasi, seleksi, adaptasi, variasi,
isolasi, spesiasi, dan domestikasi.
6. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi evolusi, yaitu faktor perubahan dan faktor
pengarah.
3.2 SARAN
3
Perlu dilakukan pendalaman materi tentang evolusi. Karena dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan atau pun dalam
menyampaikan suatu pendapat.
DAFTAR PUSTAKA