Tujuan
1. Memahami fakta kekuatan militer Indonesia
2. Memahami potensi militer Indonesia dalam menyokong tegaknya Khilafah
3. Memahami politik militer Khilafah
Pendahuluan
Sejak dahulu militer adalah sesuatu pembahasan yang menarik, militer memiliki posisi sendiri di
hati rakyat. Hanya saja militer bukanlah pembahasan umum. Namun keadaan menjadi sedikit
berubah dalam kondisi kekinian. Sejak munculnya panglima TNI dalam pernyataan dan sikap yang
dianggap kontroversial. Panglima menyuarakan hal-hal yang menjadi pembahasan aktual semisal
terlontar dalam puisi “Tapi Bukan Kami Punya”, tanggapan tentang aksi 212, perintah pemutaran
film PKI, kritik tentang beberapa peraturan Kemenham. Sehingga dianggaplah panglima berpolitik,
pro dan kontra muncul di masyarakat. Menjadikan sepak terjang panglima dan pasukannya semakin
diperhatikan.
Namun sejauh ini militer masih banyak dilihat sebagai bagian euphoria pertunjukan “patriotism”,
pasukan berbaris rapi, manuver pesawat tempur, pertontonan kapal perang. Disisi lain para politisi
banyak yang memandang militer sekedar sebagai alat penjaga kekuasaan dan perebut hati rakyat.
Padahal diberbagai negara, khususnya negara dengan misi perang benar-benar mengkonsentrasikan
kekuatan pada bidang militer.
Allah SWT mewajibkan atas kaum muslim untuk menyiapkan dengan segenap kekuatan, apa yang
dapat kita wujudkan dalam menghadapi musuh, sehingga meraka benarbenar merasa gentar akan
kekuatan Islam, Inilah yang dituangkan Allah dalam firmanNya:
[60/]النفال عوععكدووككمم اا
و ععكدوو بااه تكمراهكبوعن املعخميال ارعبااط عواممن قكووةة اممن طمعتكمم
امستع ع عما لعهكمم عوأعاعددوا
“Dan siapkan untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda
kuda yang ditambat untuk berperang, (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah
dan musuhmu. (Al Anfal : 60).
Pertarungan haq dan batil adalah sebuah keniscayaan, maka persiapan menghadapi kebatilan wajib
dilakukan. Dalam konteks negara, negara dibagi atas negara Islam dan negara kufur. Hubungan luar
negeri dengan negara-negara lain didasarkan pada prinsip mengemban dakwah Islam. Khilafah
memandang Jihad adalah puncak keagungan Islam. Jihad merupakan metode mendasar yang telah
ditetapkan Islam untuk mengemban dakwah Islam ke luar negeri. Mengemban dakwah Islam
merupakan aktivitas pokok Daulah Islam setelah penerapan hukum-hukum Islam di dalam negeri.
Semua urusan luar negeri diserahkan kepada Departemen Luar Negeri. Militer daulah tidak akan
tunduk pada perundang-undangan, perjanjian dengan negra kafir yang justru melemahkan negara.
Bahkan tak seorangpun akan berinteraksi dengan dunia luar negeri tanpa izin daulah. Daulah wajib
menampakkan kegagahannya. Tidak ada batas territorial yang tetap namun tiap jengkal tanah yang
telah difutuhat akan dijaga dengan nyawa.
Jihad adalah perang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah. Perang itu sendiri memerlukan
adanya pasukan dan apa saja yang menjadi keharusannya, baik berupa persiapan maupun
pembentukan formasi kepemimpinannya serta formasi batalion tempur, para komandan, dan
tentaranya, bagian ini dilaksanakan oleh Departemen perang. Hal ini dengan jelas dapat ditemui
sepanjang sejarah perang nabi. Nabi memimpin sendiri berbagai perang misalnya futuh Makkah,
menentukan strategi perang badar, menentukan kepemimpinan perang mu,tah, mengirim pasukan
usamah, yang demikian berjalan hingga akhir daulah. Pasukan elit Janissary Utsmaniyah salah satu
yang tercatat sejarah. Bahkan dalam hal pasukan, kaum muslim seluruhnya adalah pasukan jihad
yang siap selalu untuk digerakkan sebagaimana Rasul menggerakkan pasukan Tabuk.
Perang juga memerlukan latihan, pembekalan, dan logistik. Pasukan harus memiliki persenjataan.
Persenjataan mengharuskan adanya industri. Karena itu, industri termasuk hal yang dibutuhkan oleh
militer maupun jihad. Hal inilah yang mengharuskan agar seluruh industri yang ada di seluruh
wilayah negara dibangun berdasarkan asas industri perang/militer. Maka dengan ini Departemen
perindustrian. Dimasa Rasul, beliau focus menggunakan senjata terbaru saat itu manjaniq dan
dabbabah. Muhammad al Fatih bahkan membuat Meriam khusus untuk mebobol benteng
Konstantinopel. Demikianlah Industri militer harusnya mampu mengimbangi amerika, rusia
ataupun china.
Demikian juga, stabilitas kondisi dalam negeri akan menopang kemampuan dan kekuatan pasukan
di dalam peperangan. Jika kondisi dalam negeri tidak aman dan tidak stabil, hal itu akan
menyibukkan pasukan militer untuk menstabilkan kondisi dalam negeri terlebih dulu sebelum
berangkat berjihad. Seandainya pasukan militer telah berangkat berjihad, sementara keamanan di
dalam negeri terganggu setelah pasukan keluar berangkat berjihad, hal itu akan melemahkan
kemampuan pasukan militer dalam melanjutkan peperangan. Maka Departemen keamanan dalam
negeri bertugas dalam hal ini. Ini Nampak jelas dalam strategi Rasul, memperbaiki keadaan negara
baru Madinah, memastikan ekonomi tercukupi, persaudaraan kaum muslim dasar aqidah, kaum
munafiq sudah dibungkam. Rasul tidak melakukan ekspansi sebelum daulah Madinah matang.
Disisi lain persiapan dilakukan untuk bertahan, menajaga diri dari serangan pada perang khandak.
Empat departemen ini seluruhnya terintegrasi dalam kepemimpinan Khalifah. Maka upaya
penguatan militer tidak akan dipandang sebagai bagian terpisah, bahkan sebaliknya bagian lain akan
terintegrasi untuk mendukung kuatnya militer, yang akan meninggikan martabat daulah, menjaga
batas-batas wilayahnya, dan memastikan keamanan seluruh warga daulah.
Penutup
Allah telah menetapkan sebuah pujian yang harus diraih oleh kaum muslim. Sebagaimana firman
Allah :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. …. Qs.3:110
Predikat tersebut harus diperjuangkan, Allah telah menetapkan kita lahir ditanah yang amat kaya,
diamanahi potensi luar biasa, sudah menjadi kewajiban bagi kita dalam pengelolaannya untuk
kemaslahatan dan mewujudkan predikat tersebut. Predikat umat terbaik mustahil sempurna kecuali
dengan wadah yang mewujudkannya yakni Khilafah. Maka saatnya kita sebagai bangsa Indonesia
menyadari segera berbagai potensi titipan tuhan yang seharusnya difungsikan untuk meninggikan
kalimat Allah ke seluruh penjur dunia.
Referensi
Khilafah Rasyidah yang telah dijanjikan dan tantangannya, dr Hamdan Fahmi, HTI, 2008.
Struktur Negara Islam, HTI, 2006.
Makalah Pratma Julia Sundjandari, Menimbang Kekuatan Militer Indonesia.
http://www.tni.mil.id/
https://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp