Anda di halaman 1dari 6

Menimbang Kekuatan Militer Indonesia, dalam Menyokong Tegaknya Daulah Islamiyah

(Halqoh Syahriah, Makassar 26 November 2017, oleh Rina Haruna)

Tujuan
1. Memahami fakta kekuatan militer Indonesia
2. Memahami potensi militer Indonesia dalam menyokong tegaknya Khilafah
3. Memahami politik militer Khilafah

Pendahuluan
Sejak dahulu militer adalah sesuatu pembahasan yang menarik, militer memiliki posisi sendiri di
hati rakyat. Hanya saja militer bukanlah pembahasan umum. Namun keadaan menjadi sedikit
berubah dalam kondisi kekinian. Sejak munculnya panglima TNI dalam pernyataan dan sikap yang
dianggap kontroversial. Panglima menyuarakan hal-hal yang menjadi pembahasan aktual semisal
terlontar dalam puisi “Tapi Bukan Kami Punya”, tanggapan tentang aksi 212, perintah pemutaran
film PKI, kritik tentang beberapa peraturan Kemenham. Sehingga dianggaplah panglima berpolitik,
pro dan kontra muncul di masyarakat. Menjadikan sepak terjang panglima dan pasukannya semakin
diperhatikan.
Namun sejauh ini militer masih banyak dilihat sebagai bagian euphoria pertunjukan “patriotism”,
pasukan berbaris rapi, manuver pesawat tempur, pertontonan kapal perang. Disisi lain para politisi
banyak yang memandang militer sekedar sebagai alat penjaga kekuasaan dan perebut hati rakyat.
Padahal diberbagai negara, khususnya negara dengan misi perang benar-benar mengkonsentrasikan
kekuatan pada bidang militer.

Fakta kekuatan militer Indonesia


Sejarah kemiliteran Indonesia bukan cerita singkat. Bumi nusantara yang dahulunya adalah
kerajaan-kerajaan yang semua memiliki pasukan dan cerita perjuangan tersendiri, banyak kisah
heroic yang hingga kini didongengkan. Nusantara hampir 4 abad lamanya dalam penjajahan dari
barat dan timur, sepanjang periode itu bangsa ini terlatih dengan perjuangan. Hingga pada akhirnya
diikrarkan “kemerdekaan” dengan nama baru Indonesia. Maka perjuangan menjadi terkonsolidasi
dan termodernkan dalam bentuk organisasi Tentara Nasional Indonesia pada 05 oktober 1945.
Kini setelah 72 tahun usia TNI, maka kematangan dan prestasi pun semakin baik. TNI memiliki
tugas pokok adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
TNI sebagai alat negara dengan tugas berat tersebut difasilitasi untuk menjalankan tugasnya. TNI
dikomandani langsung dibawah Presiden sementara dari segi kebijakan strategi pertahanan
dibawahi oleh Departemen Pertahanan (Pasal 3, UU No 34 tahun 2004). Indonesia yang merupakan
negara kepulauan yang sangat luas didukung oleh 3 matra kekuatan yakni darat, laut dan udara,
serta terdapat 8 unit pasukan khusus yang cukup prestatif.
TNI didanai oleh APBN sebesar USD 6.9M. Dana tersebut untuk mendanai jumlah personel aktif
sebanyak 876.000 pasukan, dengan alutsista (alat utama sistem pertahanan) 468 tank, 420 pesawat,
dan 5 unit kapal selam, dengan berbagai kebutuhan operasi TNI. Pada tahun 2017 ini, kekuatan
militer Indonesia menempati posisi terbaik di Asia Tenggara dan berada pada posisi 14 dunia.
Setidaknya versi Global Fire Power (GFP) -lembaga pemeringkat kekuatan militer- yang merilis
2017 Military Strength Ranking pada 133 negara. GLobal FirepowerIndex (GFI) diukur berdasar 50
faktor penilaian. Hal yang cukup membanggakan.
Sayangnya, jika penilain tersebut diperhatikan lebih jauh maka kemenangan Indonesia menduduki
posisi 14 tersebut bukan sumbangsih data militer melainkan non militer. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai segi. Personel aktif 876.000 pasukan, bandingkan dengan Taiwan 1.975.000, atau Vietnam
5.455.000, belum lagi jika dibandingkan harus menjaga penduduk sebesar 255juta jiwa (posisi 4
dunia). Anggaran 6.9M dollar sebesar 4.1% APBN atau 0.8% PDB, bandingkan dengan singapura
18% APBN atau 3.3% PDB, sementara standar ideal minimal adalah 2% PDB.
Jumlah tank 468, amat kecil jika dibanding 4.170 apalagi rusia 15.398. Pesawat 420 unit, tidak ada
artinya dibanding China 2.942 lebih lagi AS 13.444, kapal selam hanya 5 unit sementara Rusia yang
terdiri dari daratan memiliki 60 dan AS 75, TNI bahkan belum memiliki kapal induk dan pesawat
pengangkut. Belum lagi jika dilihat dari segi kecanggihan teknologi masing-masing alutsista ini dan
juga kualitasnya.
Hal ini sangat wajar, karena kemenangan Indonesia adalah lebih banyak dari faktor pemberian
Tuhan yakni aspek nonmiliter. Semisal faktor geografis (panjang garis pantai, posisi geografis dll),
fleksibilitas logistic (hasil hutan, laut, dll), sumber daya alam dan industri lokal mempengaruhi hasil
peringkat akhir. Ketersediaan tenaga kerja dan jumlah populasi menjadi salah satu faktor utama
penilaian. Dari semua bagian ini hampir bisa dipastikan Indonesia sangat unggul.

Potensi militer Indonesia dalam menyokong tegaknya Khilafah


Perlunya dukungan militer dalam menyokong tegaknya daulah tentu bukan hal diperdebatkan lagi.
Sebuah kekuasan hanya ada jika ditopang oleh kekuatan yang kuat. Itulah semua negara dengan
kepemimpinan bervisi kekuasaan memerkuat basic militernya. Tak terkecuali dalam dakwah,
kekuatan amat diperhitungkan. Demikianlah yang dicontohkan Rasulullah dalam memilih bani-bani
kuat dan mendatangi atau berkirim surat untuk meminta bantuan, semisal bani tsaqif, bani Kindah,
Hanifah, Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Kalb, Bakar bin Wail, Hamdan dll.
Meminta bantuan atau Thalabun-nushrah adalah aktivitas mencari perlindungan dan kekuasaan
yang dilakukan partai politik Islam pada penghujung tahapan kedua dakwah, yaitu tahapan
berinteraksi dengan umat (at-tafa’ul ma’a al-ummah). Thalabun-nushrah dilakukan pada saat
masyarakat, khususnya para pemimpinnya, menolak penerapan Islam dalam kehidupan bernegara
dan terjadi tindakan represif seperti penganiayaan terhadap para aktivis partai politik yang berjuang
menegakkan Khilafah. Sebagaimana ketika Rasul diboikot, dan relevan dengan kondisi kekinian,
semisal terhadap dakwah syarikah.
Thalabun-nushrah mempunyai dua tujuan: Pertama, mendapatkan perlindungan (himayah) bagi
para individu pengemban dakwah dan kegiatan dakwahnya. Misal, Rasulullah saw. mendapat
perlindungan dari pamannya (Abu Thalib), atau Rasulullah saw. mendapat jaminan keamanan dari
Muth’im bin Adi sepulangnya dari Thaif. Kedua, untuk mendapatkan kekuasaan (al-hukm) guna
menegakkan hukum Allah dalam negara Khilafah. Misal, dulu Rasulullah saw. menerima kekuasaan
dari kaum Anshar sehingga beliau kemudian dapat menegakkan Daulah Islamiyah di Madinah.
Dalam posisi thalab nusrah inilah, potensi militer sangat diperhitungkan. Secara peringkat, bisa
dikatakan Indonesia belum dalam hitungan jika dibandingkan dengan china, rusia atau amerika.
(Personel aktif, anggaran, tank, pesawat, kapal selam, secara berurut China, Rusia, AS : 4.635.000,
USD 155.6JT, 9.150, 2.942,68; 4.017.110, USD 46.6JT, 15.398, 3.547, 60; 2.500.000, USD 581JT,
8.848, 13.444, 75)
Namun justru dalam penilaian GFP kita dapat melihat sebuah analisa, bahwa penilaian kekuatan
militer sebuah negara bukan hanya dilihat dari sisi militernya saja. Jika melihat dari kekuatan
militer semata maka posisi Vietnam Posisi 17 : Personel aktif 5.455.000, anggaran USD 3.36JT,
tank 1.470, pesawat 289, kapal selam 5 atau korea utara Posisi 25 : Personel aktif 5.200.000,
anggaran USD 7.5JT, tank 4.200, pesawat 944, kapal selam 70, pasti jauh lebih baik.
Kekuatan militer sangat didukung oleh kekuatan non militer, atau bisa dikatakan kekuatan non
militer adalah potensi non militer. Semisal letak geografis Indonesia pada 2 samudra dan 5 benua,
dapat menjadi benteng alami sekaligus menjadi pusat komando strategis, Indonesia memiliki 3
matra kekuatan seimbang. Jumlah penduduk 255juta, dapat menjadi tentara cadangan. Sumber daya
alam seluruhnya dapat menjadi logistic, sekaligus dapat melemahkan seluruh musuh dengan
menutup seluruh jalan impor saat ini.
Indonesia dalam UU TNI telah mengadopsi pertahanan semesta, namun pelaksanaan dan penerapan
kekuasaan terhadap kekuatan TNI masih harus dibatasi terlebih lagi dalam kondisi panglima yang
dianggap tidak sepenuhnya dalam genggaman presiden. Militer yang dikelola dengan politik yang
tepat akan mengeluarkan seluruh potensi kekuatan militer tersebut. Dengan meihat hal tersebut
maka dapat dipahami, masih rendahnya kekuatan militer TNI diakibatkan politik pemerintah belum
memfokuskan pada peningkatan kekuatan militer itu sendiri.
Pemerintah melakukan beberapa kesalahan yang bertentangan dengan prinsip pertahanan semesta :
1. Anggaran yang minim, tentu berakibat pada persiapan pasukan dan terutama alutsista
2. Alutsista tidak diupayakan untuk dikembangkan sendiri, lebih banyak melakuakn impor
3. Tidak ada wajib militer, sehingga pasukan cadangan tidak terbentuk
4. Keterikatan perjanjian internasional yang melemahkan militer negara
5. Politik ekonomi pemerintah yang hanya menjadi regulator yang melepaskan sumber-sumber
ekonomi dan potensi logistic.
6. Militer (tentara) berdiri sendiri tanpa politik yang terintegrasi dengan keamanan dalam
negeri (polisi).
Terlebih lagi dalam rangka menyokong tegaknya khilafah, maka upaya peningkatan potensi militer
tidak dilakukan parsial. Indonesia tidak berjuang sendiri mewujudkan khilafah, melainkan
perjuangan ini dilakukan serempak di seluruh dunia Islam, maka potensi militer dunia Islam tidak
dipisahkan dari dunia islam lainnya. Bahkan akan dibentuk sinergitas yang menguatkan, beberapa
bagian dunia Islam unggul dalam kemampuan teknologi senjata namun minim sumberdaya maka
dapat disupport dari Indonesia, dan sebaliknya. Negara muslim unggul militer semisal turki(8),
mesir(12), Pakistan(13), iran(21), dapat menyatukan potensi islam.
Disinilah letak penting tersebarnya dakwah Islam keseluruh penjuru dunia islam yang memiliki visi
sama yakni membangkitkan kejayaan Islam demi terterapkannya Islam kaffah. Dakwah yang
dilakukan oleh jamaah yang memiliki dan menjalin sinergitas antar seluruh wilayah dimanapun
dakwah itu bergerak. Sebab tak ada yang mengetahui dimana kemenangan tersebut akan bermula.
Dakwah yang dijalankan dengan mengikuti petunjuk nabi, melakukan thalab nusrah kepada seluruh
elit militer, serta memberikan perhatian pada aktivitas mereka. Hingga beralih loyalitas mereka dari
pemerintahan menuju ummat yang berjuang mewujudkan perubahan menuju tegaknya daulah.

Politik militer Khilafah

Allah SWT mewajibkan atas kaum muslim untuk menyiapkan dengan segenap kekuatan, apa yang
dapat kita wujudkan dalam menghadapi musuh, sehingga meraka benar­benar merasa gentar akan
kekuatan Islam, Inilah yang dituangkan Allah dalam firman­Nya:
[60/‫]النفال‬ ‫عوععكدووككمم‬ ‫اا‬
‫ و‬ ‫ععكدوو‬ ‫بااه‬ ‫تكمراهكبوعن‬ ‫املعخميال‬ ‫ارعبااط‬ ‫عواممن‬ ‫قكووةة‬ ‫اممن‬ ‫طمعتكمم‬
‫امستع ع‬ ‫عما‬ ‫لعهكمم‬ ‫عوأعاعددوا‬
“Dan siapkan untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda­
kuda yang ditambat untuk berperang, (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah
dan musuhmu. (Al Anfal : 60).

Pertarungan haq dan batil adalah sebuah keniscayaan, maka persiapan menghadapi kebatilan wajib
dilakukan. Dalam konteks negara, negara dibagi atas negara Islam dan negara kufur. Hubungan luar
negeri dengan negara-negara lain didasarkan pada prinsip mengemban dakwah Islam. Khilafah
memandang Jihad adalah puncak keagungan Islam. Jihad merupakan metode mendasar yang telah
ditetapkan Islam untuk mengemban dakwah Islam ke luar negeri. Mengemban dakwah Islam
merupakan aktivitas pokok Daulah Islam setelah penerapan hukum-hukum Islam di dalam negeri.
Semua urusan luar negeri diserahkan kepada Departemen Luar Negeri. Militer daulah tidak akan
tunduk pada perundang-undangan, perjanjian dengan negra kafir yang justru melemahkan negara.
Bahkan tak seorangpun akan berinteraksi dengan dunia luar negeri tanpa izin daulah. Daulah wajib
menampakkan kegagahannya. Tidak ada batas territorial yang tetap namun tiap jengkal tanah yang
telah difutuhat akan dijaga dengan nyawa.

Jihad adalah perang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah. Perang itu sendiri memerlukan
adanya pasukan dan apa saja yang menjadi keharusannya, baik berupa persiapan maupun
pembentukan formasi kepemimpinannya serta formasi batalion tempur, para komandan, dan
tentaranya, bagian ini dilaksanakan oleh Departemen perang. Hal ini dengan jelas dapat ditemui
sepanjang sejarah perang nabi. Nabi memimpin sendiri berbagai perang misalnya futuh Makkah,
menentukan strategi perang badar, menentukan kepemimpinan perang mu,tah, mengirim pasukan
usamah, yang demikian berjalan hingga akhir daulah. Pasukan elit Janissary Utsmaniyah salah satu
yang tercatat sejarah. Bahkan dalam hal pasukan, kaum muslim seluruhnya adalah pasukan jihad
yang siap selalu untuk digerakkan sebagaimana Rasul menggerakkan pasukan Tabuk.

Perang juga memerlukan latihan, pembekalan, dan logistik. Pasukan harus memiliki persenjataan.
Persenjataan mengharuskan adanya industri. Karena itu, industri termasuk hal yang dibutuhkan oleh
militer maupun jihad. Hal inilah yang mengharuskan agar seluruh industri yang ada di seluruh
wilayah negara dibangun berdasarkan asas industri perang/militer. Maka dengan ini Departemen
perindustrian. Dimasa Rasul, beliau focus menggunakan senjata terbaru saat itu manjaniq dan
dabbabah. Muhammad al Fatih bahkan membuat Meriam khusus untuk mebobol benteng
Konstantinopel. Demikianlah Industri militer harusnya mampu mengimbangi amerika, rusia
ataupun china.

Demikian juga, stabilitas kondisi dalam negeri akan menopang kemampuan dan kekuatan pasukan
di dalam peperangan. Jika kondisi dalam negeri tidak aman dan tidak stabil, hal itu akan
menyibukkan pasukan militer untuk menstabilkan kondisi dalam negeri terlebih dulu sebelum
berangkat berjihad. Seandainya pasukan militer telah berangkat berjihad, sementara keamanan di
dalam negeri terganggu setelah pasukan keluar berangkat berjihad, hal itu akan melemahkan
kemampuan pasukan militer dalam melanjutkan peperangan. Maka Departemen keamanan dalam
negeri bertugas dalam hal ini. Ini Nampak jelas dalam strategi Rasul, memperbaiki keadaan negara
baru Madinah, memastikan ekonomi tercukupi, persaudaraan kaum muslim dasar aqidah, kaum
munafiq sudah dibungkam. Rasul tidak melakukan ekspansi sebelum daulah Madinah matang.
Disisi lain persiapan dilakukan untuk bertahan, menajaga diri dari serangan pada perang khandak.

Empat departemen ini seluruhnya terintegrasi dalam kepemimpinan Khalifah. Maka upaya
penguatan militer tidak akan dipandang sebagai bagian terpisah, bahkan sebaliknya bagian lain akan
terintegrasi untuk mendukung kuatnya militer, yang akan meninggikan martabat daulah, menjaga
batas-batas wilayahnya, dan memastikan keamanan seluruh warga daulah.

Penutup
Allah telah menetapkan sebuah pujian yang harus diraih oleh kaum muslim. Sebagaimana firman
Allah :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. …. Qs.3:110
Predikat tersebut harus diperjuangkan, Allah telah menetapkan kita lahir ditanah yang amat kaya,
diamanahi potensi luar biasa, sudah menjadi kewajiban bagi kita dalam pengelolaannya untuk
kemaslahatan dan mewujudkan predikat tersebut. Predikat umat terbaik mustahil sempurna kecuali
dengan wadah yang mewujudkannya yakni Khilafah. Maka saatnya kita sebagai bangsa Indonesia
menyadari segera berbagai potensi titipan tuhan yang seharusnya difungsikan untuk meninggikan
kalimat Allah ke seluruh penjur dunia.

Referensi
Khilafah Rasyidah yang telah dijanjikan dan tantangannya, dr Hamdan Fahmi, HTI, 2008.
Struktur Negara Islam, HTI, 2006.
Makalah Pratma Julia Sundjandari, Menimbang Kekuatan Militer Indonesia.
http://www.tni.mil.id/
https://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp

Anda mungkin juga menyukai