ABSTRACT
The aim of the research was to know the concentration of chlorophyll a, b and total chlorophyll in potato leaves
(Solanum tuberosum L.) around Sikidang crater, Dieng Plateau. Completely Randomized Design with four sampling
points range from crater, i.e. 200m, 500m, 1000m and 2000m was used in this study. Every sampling point had 5-
plicate. Leave samples was analyzed laboratory with spectrophotometer methods. Anova was used for the data
analysis, and when ANOVA showed some differences, Duncan range-test was conducted (α=5%). The research
concluded that the farther the distance of the growth of potato from crater the concentration of chlorophyll a,
chlorophyll b and total chlorophyll increased.
berikut: sebanyak 1 gram daun kentang (Solanum penurunan kadar klorofil a secara nyata mulai
tuberosum L.) dihancurkan dalam mortar kemudian terjadi pada jarak 500 m.
ditambahkan aseton 80% + 10 ml, didiamkan Kadar klorofil b daun kentang di lokasi
hingga klorofil larut, disaring dengan kertas saring pengamatan mengalami penurunan dengan
whattman no. 42. Filtrat dimasukkan ke dalam semakin dekatnya jarak dengan kawah. Pada jarak
kuvet dan diletakkan dalam spekrofometer. 500 m, 1000 m dan 2000 m nilainya hampir sama
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 645 sehingga tidak beda nyata (P < 0,05) padajarak 200
nm, 646 nm dan 663 nm. m terjadi penurunan kadar klorofil b secara nyata
Kadar klorofil dihitungdengan rumus: pada P < 0,05 dibandingkan dengan ketiga
Klorofil total (mg/l) = 20,2 A645 + 8,02 A663 perlakuan lainnya.
Klorofil a (mg/l) = 12,21 A663 – 2,81 A646 Kadar klorofil total daun kentang di lokasi
Klorofil b (mg/l) = 20,13 A646 – 5,03 A663 pengamatan pada jarak 500 m, 1000 m dan 2000 m
tidak beda nyata pada P < 0,05. Sedangkan pada
Analisis Data jarak 200 m terjadi penurunan kadar klorofil total
Penelitian ini menggunakan rancangan secara nyata pada P < 0,05 dibandingkan dengan
percobaan RAL (Rancangan Acak Lengkap) perlakuan 500 m, 1000 m dan 2000 m.
dengan jarak sebagai perlakuannya, yaitu 200 m,
500 m, 1000 m dan 2000 m. Setiap perlakuan Pembahasan
dilakukan 5 kali ulangan. Data yang didapat Menurut Sintalan dan Tuba dalam Firdaus dan
dianalis dengan Analisis Sidik Ragam (Anava). Nasir (1995), pendedahan SO2 dan/atau H2S pada
Adanya keadaan yang menunjukkan beda nyata kadar tinggi menyebabkan stomata menutup,
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan sehingga konsentrasi SO2 dan/atau H2S yang
(DMRT) pada taraf uji 5%. diabsorbsi daun akan banyak berkurang mengingat
absorbsi SO2 dan/atau H2S oleh daun melalui
stomata mencapai 10-60% dari total absorbsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan pengurangan konsentrasi SO2 dan/atau H2S
yang diabsorbsi ini akan mengurangi kerusakan
Hasil klorofil daun yang ditunjukkan dengan sedikitnya
Parameter utama yang diamati dalam penelitian gejala klorosis, nekrosis dan pemudaran warna
ini adalah kadar klorofil daun kentang (Solanum (fading). Tetapi pada kenyataannya dalam
tuberosum L.) pada kondisi alamiah di sekitar penelitian ini diketahui bahwa makin dekat dengan
kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng (Tabel 1). kawah makin besar pula tingkat kerusakan daun.
Menurut Kozlowski (1991), gas belerang (SO2 dan Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya kadar
H2S) yang dikeluarkan oleh aktivitas kawah dapat klorofil baik klorofil a, klorofil b dan klorofil total
mempengaruhi pertumbuhan tanaman di mulai dari jarak 2000 m, 1000 m, 500 m dan 200
sekitarnya, karena adanya perubahan biokimia dan m.
fisiologi dalam sel. Dari pengamatan langsung di lapangan dapat
Kadar klorofil a daun kentang di lokasi diketahui bahwa tanaman kentang yang ditanam di
pengamatan pada jarak 200 m dan 500 m dekat kawah (200 m) pertumbuhannya terhambat.
mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh, sehingga Terhambatnya pertumbuhan tanaman ini dapat
diantara kedua perlakuan ini dikatakan tidak beda dilihat dari ukuran tanaman yang kerdil
nyata pada P < 0,05. Begitu juga pada jarak 1000 m dibandingkan dengan tanaman lain yang berumur
dan 2000 m, meskipun beda nyata pada P < 0,05 sama. Selain itu daun yang mengalami pemudaran
tetapi perbedaannya tidak terlalu meyolok. Jadi warna (fading) dan nekrosispun lebih banyak
dibanding dengan tanaman yang lebih jauh dari
kawah.
Tabel 1. Kadar Klorofil daun kentang (Solanum tuberosum L) di sekitar kawah Sikidang.
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak beda nyata pada P< 0,05.
4,884 4,884
4,684
4,484 4,5
4,284
4,084 4,159
3,884
3,684
3,484 3,484
200 500 1000 2000
Jarak (m)
b
10,92
Klorofil Total (mg/l)
10,664
10,385
10,164
9,664
9,406
9,164
8,664 8,664
200 500 1000 2000
Jarak (m) c
Gambar 1. Hubungan jarak dari kawah dengan kadar klorofil daun kentang (Solanum tuberosum L.) di sekitar
kawah Sikidang: a. klorofil a , b. klorofil b dan c. klorofil total.
Tingginya tingkat kerusakan daun kentang yang gas SO2 dan/atau H2S mengalami pengenceran
ditanam di dekat kawah memberikan indikasi dengan bertambahnya volume udara dan terjadinya
bahwa stomata tetap terbuka. Hal ini sesuai dengan deposisi gas belerang (SO2 dan/atau H2S) di
apa yang dinyatakan oleh Mansfield dalam Fitter sepanjang jalur difusinya. Penurunan ini diikuti
dan Hay (1991) bahwa kentang mempunyai sifat dengan semakin bertambahnya kadar klorofil a,
khas yaitu stomatanya akan tetap membuka pada klorofil b dan klorofil total (Gambar 1).
malam hari. Selain karena sifat khasnya, perilaku stomata
Semakin jauh dari kawah, kadar sulfat top soil, daun kentang dipengaruhi oleh lingkungan. Curah
kadar SO2 udara dan kadar H2S udara semakin hujan yang sangat tinggi di Dataran Tinggi Dieng
menurun (Firdaus dan Nasir,1995).Hal ini karena yaitu antara 3000-4000 m tahun-1 menyebabkan
NURHIDAYAH dkk. - Kandungan Klorofil Daun Solanum tuberosum L. 39
tingginya kelembaban relatif tanah maupun udara. dengan mekanisme pertukaran gas. Selain itu S
Menurut Guderian dalam Firdaus dan Nasir (1995), akan diakumulasi dalam bentuk glutation.
tumbuhan pada kondisi air yang memadai lebih
peka terhadap SO2 dari pada yang tumbuh pada KESIMPULAN
kondisi kahat air dengan membukanya stomata
secara sempurna. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Membukanya stomata secara sempurna, kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil total daun
memberikan peluang yang besar bagi masuknya kentang (Solonum tuberosum L) mengalami
SO2 ke dalam daun, sehingga akumulasi anion peningkatan dengan semakin jauhnya jarak tanam
sulfit (SO32-) atau bisulfit (HSO3-) yang bersifat dari kawah Sikidang.
toksik semakin besar pula. Jika akumulasi sulfit
dan bisulfit lebih cepat daripada oksidasinya, maka
batas nilai ambang akan dilewati(Hopkins, 1995). DAFTAR PUSTAKA
Jika hal ini terjadi maka kerusakan sel daun akan
bertambah parah, sel-selnya mengerut dan akhirnya Anonim. 1995. Kentang. Lembang-Bandung: Badan
collapse. Sulfur dioksida dapat menghancurkan Penelitian dan Penembangan Pertanian, Balai
klorofil karena sifat redoksnya yang kuat. Pada Penelitian Hortikultura.
konsentrasi SO2 yang tinggi, molekul klorofil Anonim. 2000. Laporan Proyek Peningkatan
terdegradasi menjadi feofitin dan Mg2+. Hal ini Penyelidikan Kegunungapian Th. Anggaran
1999/2000, Yogyakarta: Direktorat Vulkanologi
disebabkan oleh meningkatnya keasaman cairan sel
Departemen Pertambangan dan Energi.
akibat oksidasi sulfat, sulfit maupun bisulfit. Fitter, A.H. dan R.K.M Hay. 1991. Fisiologi
Beraksinya ion sulfit dan bisulfit dengan O2 yang Lingkungan Tanaman (Terjemahan). Yogyakarta:
terlarut dalam air akan menghasilkan radikal bebas Gadjah Mada University Press.
dan oksigen aktif (superoksida) dengan katalis Firdaus dan M. Nasir. 1995. Kerusakan Daun.
Mn2+. Kandungan Klorofil dan Konduktansi Permukaan
Menurut Firdaus dan Nasir (1995), radikal Daun Panicum repens L, yang Terdedah oleh Gas
bebas yang dihasilkan ini akan menyebabkan Belerang di kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng.
kehancuran klorofil, begitu juga dengan Berkala Penelitian Pasca Sarjana (BPPS). UGM,
superoksida. Selain itu superoksida dapat Jilid 8 No. 48, November 1995.
mereduksi Fe3+ sehingga menghambat Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology.
pembentukan protoklorofilida. Kerusakan dan John Wiley and Sons. New York.
Kaliansyah, N.W. 1999. Klorofil Daun Angsana dan
hambatan dalam sintesis klorofil ini akan
Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara.
menyebabkan daun mengalami klorosis yang pada Artikel Lingkungan dan Pembangunan 19 (4): 200-
akhirnya akan menjadi nekrosis dan kerusakan 305.
daunpun meningkat. Kozlowski, T.T. 1991. The Physiological Ecology of
Sebenarnya dalam keadaan normal, radikal Woedy Plants. San Diego: Academic Press Inc..
superoksida yang dihasilkan dalam reaksi Nasir, M.et al. 1994. Pengaruh Gas Belerang dari
fotooksidasi sulfit menjadi sulfat akan diredam Kawah-kawah di Sekitar Kawah. Berkala Ilmiah
oleh enzim superoksida dismutase(SOD) sebagai Biologi, Vol. 1 No. 7, Juni 1994.
antioksidan(Larcher, 1995). Tetapi jika terjadi Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology:
akumulasi sulfit yang terlalu banyak, kemampuan Ecophysilogy and Stress Physiology of Functional
enzim ini akan berkurang. Groups. Third Edition. Berlin: Springer- Verlays..
Robinson. T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Sebagai reaksi perlawanan terhadap stress,
Tinggi. Penerbit ITB. Bandung.
tumbuhan akan mereduksi sulfit dengan bantuan Sutama. 1995. Keanekaragaman Jenis Lumut di Sekitar
enzim sulfit reduktase yang dihasilkan Kawah Dataran Tinggi Dieng. Skripsi. Yogyakarta:
mitokondria. Hasil reduksi ini berupa sulfida dan Fakultas Biologi UGM.
dikeluarkan dari tumbuhan dalam bentuk H2S Tejoyuwono, N. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan.