Anda di halaman 1dari 5

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 5, Nomor 1 April 2003


Halaman: 56-60

Pakan Tambahan Alternatif untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Wader


(Rasbora argyrotaenia)

Application of food supplement for increasing growth of wader fish (Rasbora argyrotaenia)

AGUNG BUDIHARJO
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126

Diterima: 28 Desember 2002. Disetujui: 15 Januari 2003

ABSTRACT

Nutrients, both of macro- and micro-nutrients are most important factors in fish production. Food supplement than normally used in fish
production is in the form of pellet. Except the pellet, however, there are many substances that cheaply and easily found, and can be used
as food supplement for wader fish (Rasbora argyrotaenia). The aim of this study was to investigate the effect of using food supplements
of pellet, combination between pellet and tofu waste, dedak (mixture of rice and bran), cassava leaf, or Ipomoea aquatica leaf on the
growth of wader fish. The above mentioned substances could promote better growth of fish without disturbing the health of wader fish,
and these substances can be used as alternative food supplements in complement with pellet. The study indicated that the tofu waste was
relatively better than any other mentioned substances of food supplement.

Key words: pellet, food supplement, aquaculture, Rasbora argyrotaenia.

PENDAHULUAN Salah satu jenis ikan yang digemari masyarakat, namun


sampai saat ini belum dibudidayakan adalah ikan lokal
Jenis ikan air tawar yang banyak dikonsumsi oleh yang dalam Bahasa Jawa dikenal dengan nama ikan
masyarakat sangat beragam. Untuk memenuhi kebutuhan “wader”. Sebaran ikan wader ini sangat luas, antara lain
ikan-ikan tersebut, sebagian besar dipasok dari hasil Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, dan
budidaya. Jenis-jenis ikan konsumsi yang pada saat ini Sulawesi. Permintaan pasar untuk ikan ini sangat tinggi
sudah dibudidayakan cukup banyak. Namun demikian, sehingga secara ekonomi cukup potensial untuk
masih terdapat berbagai jenis ikan yang banyak dikonsumsi dibudidayakan. Selama ini, pasokan ikan wader hanya
oleh masyarakat, namum belum populer dibudidayakan. mengandalkan tangkapan dari alam sehingga pasokannya
Hal ini karena informasi potensi dan peluang budidayanya sering tidak stabil. Di samping itu, penangkapan ikan
masih sangat sedikit. Perairan tawar (fresh water) di wader secara terus menerus di habitat alaminya dapat
Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk diman- mengancam kelestarian serta mengganggu ekosistem
faatkan sebagai lahan budidaya ikan air tawar. Jenis-jenis perairan. Dari informasi yang ada, pada saat ini keberadaan
yang sudah umum dibudidayakan, antara lain ikan nila, ikan wader semakin sulit ditemukan di alam, kalaupun ada
mas, lele, gurameh, tawes, bawal, dan tombro. Jenis-jenis ukurannya relatif kecil-kecil (Budiharjo, 2002).
tersebut sudah secara luas dibudidayakan oleh masyarakat. Ikan wader sebenarnya merupakan nama daerah untuk
Apabila dibandingkan dengan luas perairan yang ada, hasil sekelompok ikan, bukan hanya satu jenis saja. Dari
budidaya perikanan tawar di Indonesia belum maksimal. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh
Dengan berbagai macam metode, sumber daya ini masih hasil bahwa ikan wader yang berpotensi tinggi untuk
potensial untuk dikembangkan (Cahyono, 2000) dibudidayakan adalah dari jenis Rasbora argyrotaenia.
Perairan tawar di Indonesia sangat kaya dengan Potensi jenis ini dapat dilihat dari ukuran dan berat tubuh,
berbagai jenis ikan, namun belum semuanya diupayakan serta laju pertumbuhannya yang lebih baik daripada jenis
budidaya yang serius. Jenis-jenis ikan yang belum yang lain (Budiharjo, 2002).
dibudidayakan ini banyak dijumpai hidup liar di berbagai Salah satu aspek penting dalam permasalahan budidaya
perairan, misalnya di sungai dan danau. Padahal tidak adalah masalah pakan. Di habitat alaminya ikan wader
sedikit ikan-ikan tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, memakan berbagai pakan alami. Walaupun ikan wader
apabila dilihat dari permintaan pasar maupun harga. merupakan jenis yang bersifat omnivor, namun ikan ini
Keterbatasan informasi tentang biologi ikan-ikan tersebut cenderung lebih banyak makan bahan-bahan dari tumbuhan
merupakan salah satu kendala untuk memulai suatu usaha termasuk daun-daunan, algae, dan lumut. Dalam upaya
budidaya. Untuk itu, perlu dirintis penggalian informasi budidaya, pemberian pakan tambahan merupakan hal yang
tentang berbagai aspek dasar budidayanya.

© 2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


BioSMART Vol. 5, No. 1, April 2003, hal. 55-59 57

penting karena dapat memacu pertumbuhan (Okeyo, 1999; Cara penelitian


Opuszyski and Sherman, 1995). Penelitian dilakukan di kolam ikan Desa Potorono,
Sampai saat ini, pakan tambahan ikan budidaya Bantul, Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan satu
umumnya berupa pelet pakan ikan yang banyak dijual kontrol berupa kelompok ikan wader yang dipelihara tanpa
bebas. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diberi pakan tambahan, dan 5 perlakuan berupa kelompok
pemberian pakan tambahan berupa pelet pada ikan wader ikan wader yang diberi pelet saja serta kombinasi pelet dan
R. argyrotaenia dapat memacu pertumbuhan secara bahan pakan tambahan alternatif. Masing-masing pakan
signifikan (Budiharjo, 2002). Namun demikian, sampai kombinasi, diberikan dengan perbandingan 1 : 1. Setiap
saat ini harga pakan tambahan tersebut relatif mahal dan perlakuan dan kontrol dilakukan tiga ulangan pada kolam
kurang stabil harganya. Fluktuasi harga pakan ini yang berbeda. Ke dalam 18 buah kolam ikan, dimasukkan
menyebabkan harga jual ikan juga tidak stabil. benih ikan masing-masing sebanyak 15 ekor tiap kolam,
Secara tradisionil, beberapa petani ikan sering memberi dengan kombinasi pakan sebagai berikut.
berbagai macam daun-daunan sebagai pakan tambahan • Kolam 1, 2, dan 3: Ikan wader, diberi pakan tambahan
untuk ikan budidaya. Daun-daunan yang diberikan, antara pelet saja.
lain kangkung, talas, singkong, ubi jalar, dan pepaya. Jenis- • Kolam 4, 5, dan 6: Ikan wader diberi pakan tambahan
jenis daun ini relatif disukai ikan, misalnya ikan mas, pelet dan dedak dengan perbandingan 1 : 1.
gurameh, dan tawes. Sementara itu, dari berbagai informasi • Kolam 7, 8, dan 9: Ikan wader diberi pakan tambahan
yang ada, ampas tahu dan dedak merupakan pakan tambah- pelet dan daun kangkung dengan perbandingan 1 : 1.
an yang baik untuk beberapa jenis ikan, misalnya ikan nila • Kolam 10, 11, dan 12: Ikan wader diberi pakan tambah-
dan tawes. Sampai saat ini, bahan-bahan tersebut keter- an pelet dan ampas tahu dengan perbandingan 1 : 1.
sediannya cukup melimpah serta harganya relatif murah. • Kolam 13, 14, dan 15: Ikan wader diberi pakan tambah-
Melihat kondisi tersebut, terbuka kemungkinan bahwa an pelet dan daun singkong dengan perbandingan 1 : 1.
pakan tambahan alternatif seperti daun-daunan, dedak, dan • Kolam 16, 17, dan 18: Ikan wader dibiarkan tanpa
ampas tahu, dapat dijadikan substitusi dari pakan tambahan diberi pakan.
pelet. Dengan demikian diharapkan penggunaan pelet dapat Dosis pemberian pelet adalah 5% dari berat badan
dikurangi, dan sebagai gantinya adalah digunakannya sampai minggu ke-2 dan selanjutnya mulai minggu ke-3
bahan-bahan pakan tambahan tersebut. Karena informasi sampai selesai diberikan lebih kurang 10% dari berat badan
tentang kandungan gizi bahan-bahan tersebut belum ada, ikan per hari. Pakan tambahan diberikan pagi dan sore hari,
maka dalam penggunaannya perlu dikombinasikan dengan yaitu pada jam 07.00 pagi dan 16.00 sore. Untuk perlakuan
cara dicampur dengan pelet pakan ikan. pakan yang diberikan adalah pelet dicampur dengan pakan
Sampai saat ini informasi tentang budidaya ikan wader tambahan, kemudian dilembutkan. Untuk dedak dicampur-
sangat terbatas sehingga informasi tentang penggunaan pa- kan dalam keadaan kering, untuk ampas tahu diberikan
kan tambahan tersebut dan pengaruhnya terhadap ikan wa- dalam keadaan kering setelah dijemur, untuk daun sing-
der juga belum ada. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian kong dan daun kangkung diberikan dalam keadaan segar.
untuk melihat efektivitas pemberian berbagai pakan tam- Cara pemberian pakan dengan ditaburkan pelan-pelan.
bahan alternatif terhadap pertumbuhan ikan wader (R. Cara pengumpulan data sebagai berikut. Penelitian
argyrotaenia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dilakukan selama 10 minggu. Pada hari ke-0 atau sebelum
pengaruh berbagai macam pakan tambahan alternatif, yaitu ikan dimasukkan ke dalam kolam diukur panjang totalnya.
daun singkong, daun kangkung, dedak, dan ampas tahu Selanjutnya, setiap minggu atau hari ke-7, 14, 21, 18, 35,
terhadap pertumbuhan ikan wader. Dari penelitian ini 42, 49, 56, 63, dan 70, ikan-ikan tersebut diukur panjang
diharapkan diperoleh informasi tentang aspek penggunaan totalnyanya. Khusus pada hari ke-42, 56, dan 70, atau
pakan tambahan sebagai dasar budidaya ikan wader. minggu ke-6,8, dan 10, selain diukur panjangnya ikan-ikan
tersebut juga ditimbang beratnya. Di hari terakhir atau hari
ke 70, diukur juga derajat kesehatan ikan menggunakan uji
BAHAN DAN METODE
defensif, uji refleks, dan uji okuler.
Bahan dan alat Dari semua ikan dalam kolam semua diambil datanya,
Bahan penelitian utama yang digunakan adalah anakan apabila ada yang mati tidak diganti dengan ikan yang baru.
ikan wader dari jenis R. argyrotaenia. Benih ikan wader ini Selain data mengenai pertumbuhan ikan dan kesehatan
berukuran panjang lebih kurang 1 cm. Anakan ikan diper- ikan, untuk parameter lingkungan diukur pH dan suhu air.
oleh dari kolam ikan di Desa Potorono, Bantul, Yogya- Pengukuran dilakukan pada 1 minggu sekali, yaitu pada
karta. Bahan penelitian yang lain adalah pakan ikan berupa hari pengambilan data.
pelet, daun singkong, daun kangkung, dedak, dan ampas Data yang diperoleh selama pemeliharaan, dianalisis
tahu. Dalam penelitian ini sebagai tempat pemeliharaan menggunakan uji analisis varian, dan apabila ada
ikan digunakan kolam ikan dengan ukuran 50 cm x 50 cm perbedaan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5%.
dengan kedalaman air 25 cm, sebanyak 18 kolam. Sumber
air yang digunakan adalah air dari saluran irigasi setempat.
Selain itu, digunakan juga jaring untuk mengambil sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan, mistar untuk mengukur panjang ikan, timbangan
untuk mengukur berat ikan, pH meter, dan termometer. Suhu dan pH air kolam selama 10 minggu masa
pemeliharaan ikan relatif stabil. Dari berbagai perlakuan
58 BUDIHARJO – Pakan tambahan Rasbora argyrotaenia

pakan yang diberikan tidak banyak berpengaruh terhadap pH air kolam lebih dipengaruhi oleh cuaca. Pengaruh ada
perubahan suhu dan pH air kolam. Hal ini tampak dari uji tidaknya hujan memberi dampak yang penting bagi
statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata di perubahan pH air. Dalam kondisi pH air yang secara umum
antara perlakuan pakan yang diberikan, baik terhadap sama dan tidak berubah secara drastis, pengaruh pH
perubahan suhu maupun pH air. Walaupun demikian, dari terhadap laju pertumbuhan ikan wader juga dapat
data pada Tabel 1 dan 2 tampak terdapat sedikit fluktuasi diabaikan. Hal ini karena perubahan-perubahan ini masih
suhu dan pH selama pemeliharaan ikan. Fluktuasi yang dalam kisaran pH optimal ikan-ikan air tawar pada
terjadi masih dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan umumnya. Untuk lebih lengkapnya, rata-rata pH air selama
ikan. Suhu air kolam berkisar dari 27,3-29,3oC. Sementara pemeliharaan ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
pH air juga tidak mengalami perubahan yang berarti, yaitu
berkisar antara 7,4-7,8. Hasil pengamatan suhu dan pH air Tabel 2. Rata-rata pH air kolam.
dapat dilihat selengkapnya pada tabel berikut.
Perla- Rata-rata pH air kolam pada Minggu ke-
o kuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 1. Rata-rata suhu air kolam ( C)
K 7,6 7,6 7,8 7,7 7,6 7,7 7,6 7,7 7,6 7,5
P 7,6 7,6 7,7 7,6 7,7 7,5 7,4 7,6 7,5 7,5
Perla- Rata-rata suhu air kolam (oC) pada minggu ke- P-D 7,5 7,6 7,7 7,5 7,7 7,6 7,6 7,6 7,5 7,6
kuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P-K 7,5 7,6 7,6 7,5 7,6 7,7 7,6 7,5 7,6 7,5
K 28,3 28,5 27,4 27,7 27,8 28,5 29,0 28,8 28.7 28.8 P-A 7,8 7,7 7,8 7,7 7,6 7,5 7,5 7,6 7,7 7,7
P 28,3 28,5 27,3 28,2 28,1 27,8 29,3 28,5 28,7 28,7 P-S 7,5 7,7 7,6 7,7 7,8 7,7 7,6 7,5 7,5 7,6
P-D 28,6 28,6 27,4 27,8 28,2 27,7 29,1 28,5 28,8 28,9 Keterangan K: Kontrol ; P-D: pelet + dedak; P-K: pelet + daun
P-K 28,2 28,3 27,5 28,1 27,7 28,2 29,3 28,6 28,8 28,7 kangkung; P-A: pelet + ampas tahu; P-S: pelet + daun singkong;
P-A 28,2 28,4 27,4 27,7 27,8 28,2 29,2 28,5 28,8 28,6
P: pelet
P-S 28,3 28,2 27,4 27,8 27,9 27,6 29,1 28,5 28,7 28,8
Keterangan: K: Kontrol ; P-D: pelet + dedak; P-K: pelet + daun
kangkung; P-A: pelet + ampas tahu; P-S: pelet + daun singkong; Parameter lingkungan yang diamati dan diukur dalam
P: pelet saja penelitian ini hanya meliputi suhu dan pH air. Kedua
parameter ini dipilih karena selama ini dianggap sebagai
Suhu air kolam selama pemeliharaan ikan tampak tidak faktor yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan
beraturan fluktuasinya. Faktor yang mempengaruhi naik hidup dan pertumbuhan ikan. Suhu dan pH air yang sangat
turunnya suhu tersebut bukan karena pengaruh perlakuan fluktuatif dengan kisaran yang cukup besar seringkali
pakan yang diberikan di kolam, namun diperkirakan lebih mudah menimbulkan gangguan bagi ikan, bahkan dapat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca selama pengamatan. menimbulkan kematian ikan terutama pada masa-masa
Selama 10 minggu pengamatan cuaca berubah-ubah, awal pertumbuhannya. Selain itu, proses metabolisme
kadang-kadang matahari bersinar cukup terik, namun pada tubuh sangat dipengaruhi oleh suhu dan pH air (Metcalfe,
saat yang lain mendung atau dalam kondisi gerimis. et al., 1988; Wooton, 1992). Walaupun demikian, bukan
Perbedaan cuaca ini menyebabkan suhu udara tidak selalu berarti faktor-faktor lingkungan yang lain tidak ber-
sama dan akibatnya suhu air juga berfluktuasi, walaupun pengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Mengingat penelitian
masih dalam kisaran yang sempit. Suhu air kolam selama ini masih merupakan tahap awal untuk menggali informasi
masa pemeliharaan rata-rata juga sama dengan suhu tentang kemungkinan potensi budidaya, masih diperlukan
perairan di sekitar kolam, yang rata-rata berkisar dari 27- banyak penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan teliti,
29oC. khususnya dalam hal pengaruh faktor lingkungan.
Pada umumnya ikan-ikan budidaya air tawar Ikan wader (R. argyrotaenia) umumnya merupakan
menghendaki suhu air berkisar dari 26-30oC. Apabila jenis yang hidup liar tanpa banyak dibudidayakan. Di
dibandingkan dengan kisaran normal ini, kisaran suhu air habitat alaminya, dengan pakan alami yang ada ikan wader
kolam yang dipakai untuk memelihara ikan wader masih ini mampu hidup dan tumbuh dengan baik. Namun, di
memenuhi syarat untuk tumbuh optimal. Suhu yang habitat alaminya pertumbuhan ikan tersebut belum
optimum bagi ikan sangat diperlukan supaya pertumbuhan- maksimal. Hal ini karena pakan alami yang terbatas baik
nya juga optimal. Hal ini berkaitan erat dengan proses kualitas maupun kuantitasnya, serta adanya kompetisi
metabolisme dalam tubuh ikan. Suhu air kolam ini rata-rata dengan hewan-hewan lain. Dalam upaya budidaya,
hampir sama dengan suhu perairan sekitar lokasi ikan pemberian pakan tambahan diharapkan dapat memacu
wader sering ditemukan hidup di habitat aslinya. Dengan pertumbuhan ikan sehingga pada akhirnya dapat memberi
suhu kolam yang secara umum tidak banyak mengalami nilai tambah secara ekonomi. Dalam penelitian sebelumnya
perubahan, faktor suhu bukan merupakan faktor pembatas Budiharjo (2002) menunjukkan bahwa pemberian pakan
yang berarti (Alpers, 1999; Evans, 1998). berupa pelet dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Ikan
Selama masa pemeliharaan ikan, pH air kolam juga wader yang dipelihara dalam kolam tersendiri dengan
tidak mengalami fluktuasi yang terlalu lebar. Fluktuasi diberi pakan tambahan pelet dapat tumbuh lebih cepat dan
yang ada masih dalam kisaran normal. Selama pengamatan lebih besar, baik panjang maupun beratnya daripada yang
pH air kolam berkisar dari 7,4-7,8. Rata-rata pH perairan di hidup liar atau tanpa diberi pakan tambahan.
sekitar kolam berkisar dari 7-8, dan kondisi ini hampir Harga pakan ikan berupa pelet pada saat ini kurang
sama dengan pH air kolam. Sebagai pembanding, kisaran stabil dan relatif mahal. Sementara itu, banyak bahan-
pH air normal bagi beberapa jenis ikan budidaya rata-rata bahan sederhana dan mudah diperoleh yang dapat
berkisar dari 7 sampai 8. Seperti hal nya suhu air, fluktuasi digunakan sebagai pakan ikan wader. Bahan-bahan ini,
BioSMART Vol. 5, No. 1, April 2003, hal. 55-59 59

yaitu dedak, ampas tahu, daun kangkung, dan daun yaitu 24 gram per ekor, dan ini adalah berat paling tinggi
singkong, pada umumnya juga sering diberikan pada dibanding perlakuan yang lain. Hal tersebut menunjukkan
beberapa jenis ikan sebagai pakan tambahan. Diharapkan bahwa sebenarnya masing-masing bahan tambahan pakan
apabila pemberiannya berpengaruh positif, berbagai bahan yang diberikan dapat memberi pengaruh terhadap
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pakan substitusi pertumbuhan ikan, walaupun tidak begitu signifikan.
dalam upaya budidaya ikan wader untuk mengurangi Pengaruh tersebut dapat terjadi karena kandungan gizi
ketergantungan pada pelet. masing-masing bahan tambahan tidak sama.
Dari hasil pengamatan selama 10 minggu pemeliharaan
ikan, ternyata pakan tambahan berupa pelet dan campuran Tabel 4. Rata-rata berat ikan per ekor (gram).
lainnya dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan-ikan
wader. Hal ini dapat dilihat dari uji statsistik tentang Rata-rata berat ikan (gram) pada minggu ke-
Perlakuan
panjang dan berat ikan yang menunjukkan adanya beda 6 8 10
nyata antara kontrol dan perlakuan. Dari 5 macam pakan K 12 15 17
P 18 23 24
yang diberikan, ikan diberi pakan tambahan tumbuh lebih
P-D 18 19 20
cepat daripada yang tidak diberi pakan tambahan. Sampai P-K 18 21 22
minggu terakhir, pengamatan ukuran panjang dan berat P-A 19 22 24
ikan yang diberi pakan tambahan lebih tinggi daripada P-S 16 17 19
yang tidak diberi pakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Keterangan: K: Kontrol (pelet saja); P-D: pelet + dedak; P-K:
berbagai pakan tambahan tersebut memiliki kandungan gizi pelet + daun kangkung; P-A: pelet + ampas tahu; P-S: pelet +
yang relatif cukup untuk menunjang pertumbuhan ikan. daun singkong P: pelet

Tabel 3. Rata-rata panjang ikan per ekor (cm). Ampas tahu memiliki kandungan protein yang relatif
tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan ikan wader
Perla- Rata-rata panjang ikan (cm) pada minggu ke- lebih baik daripada bahan tambahan yang lain. Bahkan di
kuan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 akhir pengamatan ukuran ikan wader yang diberi ampas
K 1,2 1,5 2,5 3,8 4,8 5,7 6,6 7,4 8,3 8,8 9,4
P 1,1 1,8 3,2 4,9 6,7 7,9 9,1 9,8 10,2 10,4 10,5
tahu lebih panjang daripada yang diberi pelet saja,
P-D 1,0 1,6 3,2 4,7 6,3 7,6 9,0 9,4 9,7 9,8 10,0 sementara beratnya sama. Sementara itu, untuk bahan
P-K 1,1 1,7 3,1 4,7 6,4 7,6 9,0 9,5 9,9 10,0 10,3 tambahan yang lain pengaruhnya tidak sebagus dengan
P-A 1,0 1,7 3,3 4,8 6,7 7,8 9,2 9,8 10,1 10,4 10,6 pemberian pelet saja, dan yang paling jelek adalah
P-S 1,2 1,7 3,1 4,8 6,2 7,4 8,9 9,3 9,6 9,7 9,9
pemberian daun singkong. Dari data tersebut, menunjukkan
Keterangan: K: Kontrol (pelet saja); P-D: pelet + dedak; P-K:
pelet + daun kangkung; P-A: pelet + ampas tahu; P-S: pelet +
bahwa dibanding bahan yang lain, ampas tahu memiliki
daun singkong. P: pelet. potensi yang paling bagus untuk digunakan sebagai
subtistusi pelet ikan dalam upaya budidaya ikan wader
Kombinasi berbagai pakan tambahan yang diberikan jenis R. argyrotaenia.
pada ikan wader selama masa pemeliharaan, tidak Pada umumnya ikan wader muda masih mengandalkan
berpengaruh secara signifikan terhadap panjang dan berat bahan pakan alami, baru sesudah berkembang mulai
ikan. Hal ini dapat dilihat dari uji statistik yang memerlukan bahan pakan lain. Dari pengamatan selama
menunjukkan bahwa di antara perlakukan tidak ada beda pemeliharaan, mulai minggu ke-3 rata-rata laju
nyata. Dengan demikian berarti pada dasarnya, baik yang pertumbuhan ikan berlangsung lebih cepat. Diperkirakan
diberi pelet saja maupun yang diberikan campuran berbagai pada minggu ke-3 ikan wader mulai banyak mengkonsumsi
bahan pakan lain pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan pakan tambahan. Kemudian, memasuki minggu ke-7 dan
tidak banyak bedanya. Oleh karena itu, untuk mengurangi seterusnya laju pertumbuhannya mulai melambat. Pada
penggunaan pelet sebagai pakan tambahan ikan sebagian ikan wader yang diberi pelet serta yang pakannya
dapat disubstitusi dengan bahan lain, yaitu dedak, ampas dicampuri ampas tahu, pertambahan panjangnya dari awal
tahu, daun singkong, maupun kangkung. Dari penelitian sampai minggu ke-10 relatif sama, dan mulai minggu ke-8
ini, jumlah separo dari pelet yang diganti dengan bahan lain sama-sama laju pertumbuhannya mulai melambat. Karena
masih berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ikan. mulai melambat, ikan wader dapat dipanen mulai minggu
Pengurangan pelet sampai 50% apabila dilihat dari segi ke-8. Lewat dari minggu ke-9 pemberian pakan tidak lagi
ekonomi dapat meningkatkan keuntungan karena bahan- efektif untuk memacu pertumbuhan. Walaupun sedikit
bahan subtitusinya relatih murah dan mudah diperoleh. lebih lambat pertumbuhannya, pemberian bahan-bahan
Walaupun dari uji statistik menunjukkan bahwa di pakan yang lain masih dapat diberikan, dan rata-rata ikan
antara perlakuan yang ada tidak ada beda nyata yang wader dapat dipanen mulai minggu ke-8 atau ke-9.
signifikan, namun apabila diamati data-data yang ada Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan
menunjukkan terdapat sedikit perbedaan. Di akhir masa tambahan berupa pelet dapat meningkatkan pertumbuhan
pemeliharaan, ukuran ikan yang paling panjang adalah ikan wader. Hal ini karena dalam pertumbuhannya ikan
yang pakannya dikombinasi dengan ampas tahu, kemudian memerlukan nutrisi yang cukup. Ikan yang dipelihara tanpa
berturut turut dikombinasi dengan kangkung, dedak, dan pakan tambahan, hanya memperoleh nutrisi dari pakan
daun singkong. Keadaan yang sama juga terjadi pada berat alami saja, misalnya plankton dan algae. Walaupun secara
ikan wader. Berat ikan yang diberi pelet dan ampas tahu alami ikan dapat hidup hanya dengan mengandalkan pakan
sama dengan yang hanya diberi pelet saja adalah sama, alami tersebut, namun nutrisi yang ada belum mampu
memaksimalkan pertumbuhan ikan. Hal ini terbukti dari
60 BUDIHARJO – Pakan tambahan Rasbora argyrotaenia

pertumbuhan ikan-ikan yang dipelihara dengan diberi wader. Ampas tahu aman dan dapat diberikan pada ikan
pakan tambahan. Ikan-ikan ini, selain mendapatkan nutrisi apabila masih dalam keadaan baru. Apabila tidak langsung
dari pakan pakan alami, juga memperoleh nutrisi yang diberikan harus disimpan dalam keadaan kering. Hal ini
terkandung dalam pakan tambahan. Karena nutrisi yang karena apabila disimpan dalam keadaan basah dapat
masuk ke dalam tubuh ikan wader lebih lengkap dan mengalami fermentasi dan menimbulkan racun. Demikian
cukup, pertumbuhan ikan menjadi lebih baik (Christiansen juga dedak aman digunakan apabila dalam keadaan baru
dan Jobling, 1990). atau disimpan dalam keadaan kering. Untuk daun singkong
Walaupun secara tradisionil, para petani ikan seringkali dan kangkung diberikan dalam kesadaan segar karena ikan
memberi pakan tambahan lain dengan daun-daunan, ampas wader kurang menyukai daun-daunan layu.
tahu, atau dedak, namun dampaknya terhadap kesehatan Kondisi ikan yang tetap sehat sampai masa panen akan
ikan belum banyak diketahui. Dalam penelitian ini, berpengaruh terhadap kemampuan tubuh ikan dan proses
dilakukan pengamatan dampak berbagai macam bahan metabolisme. Dengan kondisi yang sehat pertumbuhan ikan
tersebut terhadap kesehatan ikan. Selama 10 minggu dapat berlangsung maksimal. Dilihat dari morfologi luar
pemberian berbagai macam pakan terhadap ikan wader, dan aktivitasnya, ikan-ikan hasil uji tampak sehat. Namun
ternyata tidak memberi pengaruh yang negatif terhadap demikian, masih terbuka kemungkinan untuk melakukan
kesehatan ikan, setelah diuji dengan uji okuler, defensif, berbagai uji fisiologi maupun biokimia untuk mengetahui
dan refleks. Uji kesehatan ini dilakukan karena bahan dampak yang lebih lanjut dari pemberian pakan tersebut.
pakan tambahan yang diberikan akan menjadi tidak
berguna apabila ternyata menyebabkan terganggunya
kesehatan ikan. Berbagai uji ini efektif untuk mengetahui KESIMPULAN
kesehatan ikan karena ikan yang sakit aktivitasnya akan
jauh menurun berbeda dengan ikan yang sehat. Dari Pakan tambahan ampas tahu, dedak, daun singkong,
berbagai hasil uji tersebut, ikan masih tetap tampak sehat. dan kangkung dapat meningkatkan pertumbuhan ikan
wader (R. argyrotaenia). Ampas tahu memiliki potensi
Tabel 5. Hasil uji kesehatan ikan. paling tinggi untuk menjadi pakan tambahan alternatif
untuk budidaya ikan wader.
Hasil Uji Kesehatan
Perlakuan
Uji Defensif Uji Okuler Uji Refleks
K Sehat Sehat Sehat DAFTAR PUSTAKA
P Sehat Sehat Sehat
P-D Sehat Sehat Sehat
Alpers, D.H. 1999. Digestion and absorbtion of carbohydrates and
P-K Sehat Sehat Sehat proteins. Environmental Biology of Fishes 59:23-37.
P-A Sehat Sehat Sehat Budiharjo, A. 2002. Seleksi dan potensi budidaya jenis-jenis ikan wader
P-S Sehat Sehat Sehat dari genus Rasbora. Biodiversitas 3 (2): 225-230.
Keterangan: K: Kontrol (pelet saja); P-D: pelet + dedak; P-K: Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar: Ikan Gurami, Ikan Nila,
pelet + daun kangkung; P-A: pelet + ampas tahu; P-S: pelet + Ikan Mas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
daun singkong P: pelet. Christiansen, J.S., and M. Jobling. 1990. The behavioural and the
relationships between food intake and growth of juvenil Arctic charr
Salvelinus alpinis L. fubjected to sustained exercise. Canadian
Pemberian pakan tambahan pelet yang dikombinasi Journal of Zoology 68: 2185-2191.
dengan ampas tahu, dedak, daun singkong, dan daun Evans, D.H. 1998. The Physiology of Fishes. New York: CRC Press.
kangkung menunjukkan bahwa jenis pakan tersebut masih Metcalfe, N.B., F.A. Huntingford, and J.E. Thorpe. 1988. Feeding
intensity, growth rate, and the establishment of life history patterns in
dapat dikonsumsi oleh ikan wader relatif tanpa juvenile Atlantic salmon Salmo salar. Journal of Animal Ecology 57:
menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini dapat dilihat 463-474.
dari pemberian pakan yang dilakukan sejak awal masa Okeyo, D.O. 1999. Herbivory in freshwater; a review. International
pertumbuhannya sampai dewasa. Oleh karena itu, jenis- Journal of Aquaculture Bamidgeh 41: 79-98.
Opuszynski, K., and J.V. Sherman. 1995. Herbivores Fishes: Culture and
jenis pakan tambahan tersebut dapat dikembangkan untuk Use for Weed Management. Florida: CRC Press.
dijadikan alternatif atau substitusi untuk pakan dalam Wooton, R.J. 1992. Fish Ecology. London. Blackie and Sons Limited.
budidaya ikan wader.
Jenis-jenis pakan tambahan alternatif tersebut tidak
mengandung racun yang dapat mengganggu kesehatan ikan

Anda mungkin juga menyukai