Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBERIAN Daphnia Sp. DAN Artemia Sp.

YANG DIPERKAYA
DENGAN SUPLEMEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP LARVA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus bloch)

THE EFFECT OF GIVING Daphnia Sp. AND Artemia Sp. WITH


SUPPLEMENTS ENRICHED AGAINST GROWTH AND SURVIVAL OF
PAPUYU FISH LARVAE (Anabas testudineus bloch)

Muhammad Alfian1), Herliwati2), Olga3)


1)
Mahasiswa Program Studi Akuakultur, Fakutas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
2,3)
Dosen Program Studi Akuakultur, Fakutas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Email : 1)G1B115201@mhs.ulm.ac.id, 2)Herliwati1964@gmail.com, 3)Olgafikan@gmail.com

Abstrak
Ikan papuyu memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dibanding ikan air tawar lain, kendala
utama dalam budidaya ikan papuyu yakni tingginya mortalitas pada fase larva Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan papuyu (Anabas
Testudineus Bloch) dengan pemberian pakan alami berbeda yang diperkaya suplemen.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 34 hari, ikan yang digunakan adalah larva papuyu hasil
pemijahan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan antara lain A (daphnia sp tanpa
penambahan suplemen), B (artemia sp tanpa penambahan suplemen), C (daphnia sp dengan
penambahan suplemen), D (artemia sp dengan penambahan suplemen). Hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa pemberian pakan alami berbeda yang diperkaya suplemen berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan panjang relatif, berat relatif, dan kelangsungan hidup larva ikan papuyu.
Perlakuan terbaik pada parameter panjang relatif yakni C (266,67%) dan D (254,94%), berat relatif
pada perlakuan D (187,78%), Kelangsungan hidup pada perlakuan D (77%) dan C (70%).
Sedangkan kualitas air pada penelitian ini yakni suhu (27,1 – 26,2 oC), DO (2,6 – 2,3 mg/L), pH
(7,2 – 6,5), dan Amoniak (0,1 – 0,2 mg/L) sebagai penunjang kehidupan dan pertumbuhan larva
papuyu.

Kata Kunci : Artemia sp, daphnia sp, suplemen, pertumbuhan, ikan papuyu.

Abstract
Papuyu fish has a fairly high economic value compared to other freshwater fish, themain obstacle
in papuyu fish cultivation is the high mortality in the larval phase. This research was carried out
to determine the growth and survival of papuyu fish larvae (Anabas Testudineus Bloch) with
different natural feeding fortified supplements. The maintenance of fish is carried out for 34 days,
the fish used are spawning papuyu larvae. The design used in this study is a Complete Random
Design (RAL) with 4 treatments and 3 repeats. Treatments used include A (daphnia sp without
supplement addition), B (artemia sp without supplement addition), C (daphnia sp with supplement
addition), D (artemia sp with supplement addition). The results of this study showed that the
provision of different natural feed enriched supplements had a noticeable effect on the relative
length growth, relative weight, and survival of papuyu fish larvae. The best treatment on the
relative length parameter is C (266.67%) and D (254,94%), relative weight in treatment D
(187.78%), Survival in treatment D (77%) and C (70%). While the water quality in this study is
temperature (27.1 - 26.2oC), DO (2.6 - 2.3 mg / L), pH (7.2 - 6.5), and Ammonia (0.1 - 0.2 mg / L)
as support for the life and growth of papuyu fish larvae.
Keyword : Artemia sp, daphnia sp, supplements, growth, papuyu fish.
1. PENDAHULUAN Pengayaan adalah penambahan
nutrisi/suplemen pada pakan untuk
ikan papuyu memiliki nilai ekonomis yang meningkatkan kandungan nutrisi dan
cukup tinggi dibanding ikan air tawar lain, mempercepat pertumbuhan (Wisnu, 2007
harganya yang relatif tinggi tersebut dalam Budiatin et al., 2009). Pengkayaan
diakibatkan oleh keterbatasan stok dialam dan menggunakan viternan ini diharapkan dapat
belum optimalnya budidaya ikan tersebut meningkatkan kandungan nutrisi pada daphnia
dikalangan pembudidaya ikan rawa. Kendala sp. dan artemia sp. Viterna sendiri merupakan
utama dalam budidaya ikan papuyu yakni suplemen pakan yang diolah dari berbagai
tingginya mortalitas pada fase larva, sehingga macam bahan (hewan dan tumbuhan).
hal tersebut tentunya berdampak pada Penelitian ini bertujuan untuk :
ketersediaan larva itu sendiri. Seharusnya pada 1. Mengetahui survival rate dan pertumbuhan
fase larva diberikan pakan yang optimal untuk larva papuyu yang diberi pakan dengan
menekan mortalitas ikan tersebut baik itu dari daphnia sp yang diperkaya dengan suplemen
segi kandungan gizi dari pakan alami serta viterna.
kesesuaiannya dengan bukaan mulut dari ikan 2. Mengetahui survival rate dan pertumbuhan
tersebut yang berukuran kecil dibandingkan larva papuyu yang diberi pakan dengan
ikan rawa lain. Hal ini sejalan dengan pendapat artemia sp yang diperkaya dengan suplemen
(Djajasewaka, 1985) larva ikan membutuhkan viterna.
nutrisi yang tepat dan seimbang untuk 3. Mengetahui mana yang terbaik diantara
memperoleh kelangsungan hidup dan daphnia sp dan artemia sp yang diperkaya
pertumbuhan yang optimum. suplemen viterna untuk dijadikan pakan
Menurut Dewi et al. (2018). Pertumbuhan larva ikan papuyu.
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari
dalam diantaranya keturunan, genetik, umur, 2. METODE PENELITIAN
dan faktor dari luar diantaranya lingkungan
perairan, pakan, penyakit dan parasit.Makanan 2.1. Waktu dan Tempat
merupakan salah satu faktor yang Penelitian ini dilaksanakan selama 34
mempengaruhi pertumbuhan di mana berfungsi hari yang bertempat di rumah peneliti tepatnya
sebagai zat pembangun. di Jl. A. Yani Km. 32,5 Loktabat Selatan
Salah satu nutrient penting yang dibutuhkan Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
ikan adalah protein. 2.2. Alat dan Bahan
Daphnia sp. merupakan salah satu jenis Alat yang digunakan antara lain toples,
pakan alami yang dibudidayakan untuk akuarium, aerator, serok, timbangan, penggaris,
memenuhi kebutuhan pembenihan ikan air alat kulitas air, stiker nama, alat tulis (ATK).
tawar. Larva ikan merupakan konsumen Bahan yang digunakan yakni larva ikan papuyu,
terbanyak yang membutuhkan pakan alami. air, pakan alami, viterna, garam.
Daphnia sp, dipilih karena sifatnya yang sesuai 2.3. Prosedur Penelitian
dengan bukaan mulut larva ikan dan mudah Akuarium berukuran 15x15x15 cm yang
dicerna, hal ini dikarenakan sebagian besar digunakan sebagai tempat pemeliharaan larva
tubuh dari pakan alami tersebut mengandung ikan papuyu selama penelitian diisi air dengan
air. ketinggian 10 cm, selanjutnya diberi aerasi
Artemia sp merupakan zooplankton yang menggunakan selang dengan kekuatan sedang.
memiliki sifat non selective filter feeder, yaitu Larva yang digunakan didapatkan dari
mengambil semua pakan yang ada di hasil pemijahan sendiri. Hal ini bertujuan agar
sekelilingnya. Hal ini menunjukkan bahwa larva yang diuji tidak terpengaruh faktor lain
kandungan nutrisi artemia sp. dipengaruhi oleh akibat perbedaan induk. Padat tebar larva pada
kualitas pakan yang tersedia pada media penelitan ini adalah 10 ekor/akuarium.
tersebut (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995)
3.1. Pertumbuhan
Pakan yang yang diberikan yaitu jenis Pertumbuhan panjang dan berat larva
pakan alami dengan penambahan viterna ikan papuyu dapat dilihat pada tabel 1 dan 2
diberikan 4 kali sehari pada pukul 06.00, 10.00, dibawah ini.
14.00, dan 16.00 Wita. Pengayaan daphnia sp Tabel 1. Panjang larva ikan penelitian
dilakukan dengan cara mempersiapkan air
sebagai media pemeliharaan. Selanjutnya, Sampling
viterna dengan dosis 10 ml dimasukan ke dalam Perlakuan Lt−L0 Panjang
Lo Lt Relatif %
toples yang berisi air ½ liter sebagai media A1 0,26 0,62 L
1,380 138,46
pengayaan. daphnia sp yang telah disaring A2 0,26 0,76 1,92 192,31
menggunakan serok kecil diambil sebanyak 1 A3 0,22 0,64 1,9 190,91
Rerata 173,89
sendok teh dengan kepadatan kurang lebih 50 B1 0,32 0,7 1,18 118,75
ekor/mL dimasukkan ke dalam media B2 0,4 0,76 0,9 90,00
pengayaan. Pengayaan dilakukan selama 4 jam, B3 0,26 0,86 2,3 230,77
karena waktu tersebut merupakan waktu yang Rerata 146,51
paling efektif dan efisien menurut (Wisnu, 2007 C1 0,24 0,78 2,25 225,00
C2 0,24 0,92 2,83 283,33
dalam Budiatin et al., 2009), begitu pula C3 0,24 0,94 2,91 291,67
dengan artemia sp yang telah ditetaskan, Rerata 266,67
dilakukan pengayaan dengan cara yang sama. D1 0,26 0,98 2,76 276,92
2.4. Rancangan Percobaan D2 0,26 0,86 2,3 230,77
D3 0,28 1 2,57 257,14
Metode yang digunakan dalam Rerata 254,95
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Tabel 2. Berat larva ikan penelitian
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari
Berat
4 taraf perlakuan dengan 3 kali ulangan. Sampling
Perlakuan W t −W 0 Relatif
Adapun perlakuan yang diberikan, yaitu: Wo Wt (%)
1. Perlakuan A: Daphnia Sp. tanpa A1 0,34 0,62
W
0,820 82,35
penambahan suplemen viterna, A2 0,32 0,66 1,06 106,25
2. Perlakuan B: Artemia sp tanpa penambahan A3 0,2 0,63 2,15 215,00
suplemen viterna,
Rerata 134,53
3. Perlakuan C: Daphnia Sp. dengan
B1 0,34 0,81 1,38 138,24
penambahan suplemen viterna,
B2 0,44 0,83 0,88 88,64
4. Perlakuan D: Artemia sp dengan
B3 0,36 0,7 0,94 94,44
penambahan suplemen viterna.
2.5. Parameter Pengamatan Rerata 107,11
1. Pertumbuhan panjang relatif C1 0,33 0,85 1,57 157,58
2. pertumbuhan berat relatif C2 0,43 0,9 1,09 109,30
3. kelangsungan hidup C3 0,34 0,91 1,67 167,65
4. kualitas air. Rerata 144,84
2.6. Analisis Data D1 0,32 1 2,12 212,50
Data yang diperoleh dilakukan D2 0,35 0,96 1,74 174,29
pengujian menggunakan uji normatlitas D3 0,42 1,02 1,42 142,86
liliefors, kemudian dilanjutkan dengan uji Rerata 176,55
homogenitas bartlett, setelah itu dianalisa Tabel 1 menunjukkan data hasil
dengan analisis sidik ragam anova. Karna pertumbuhan panjang larva papuyu penelitian
semua parameter menunjukkan hasil dari awal hingga akhir. Dari data tersebut
berpengaruh nyata, maka diilanjutkan didapatkan uji normalitas L Maks (0,120) < L
menggunakan uji BNT. Tabel 5% (0,242) < L Tabel 1% (0,275),
sehingga data dikatakan menyebar normal. Uji
3. HASIL DAN PEMBAHASAN homogenitas menunjukkan bahwa X2 Hitung
(3,26) < X2 Tabel 5% (5,99) < X2 Tabel 1%
(9,21) maka data dinyatakan homogen. Hasil uji pemberian pakan alami Artemia sp dengan
anova yaitu F Hitung (5,07) > F Tabel 5% penambahan suplemen.
(4,07) < F Tabel 1% (7,59) menunjukkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.
Uji anova menunjukkan hasil H 1
diterima dan H0 ditolak, maka dilanjutkan
dengan uji lanjutan. Dengan nilai koefisien
keragaman (KK) = 21,67% diatas 10% maka
dilanjutkan menggunakan uji beda nilai tengah.
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan
A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan
D, namun berbeda nyata dengan perlakuan C,
perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C
dan D, sedangkan perlakuan C tidak berbeda
nyata dengan perlakuan D. Hal ini
menunjukkan bahwa ada dua perlakuan terbaik
pada penelitian ini, yakni C dan D. Dari dua Gambar 1. Grafik pertumbuhan panjang relatif
perlakuan terbaik tersebut ialah pakan alami larva Papuyu
Artemia sp dan Daphnia sp dengan Gambar 1 menunjukkan bahwa
penambahan suplemen. pertumbuhan panjang larva ikan papuyu yang
Data yang didapat pada tabel 2 terbaik didapatkan dari perlakuan C dan D yang
kemudian duji dengan uji normalitas dan mana dari dua perlakuan tersebut merupakan
menunjukkan bahwa L Maks (0,183) < L Tabel pakan alami dengan penambahan suplemen. Hal
5% (0,242) < L Tabel 1% (0,275) sehingga data ini sejalan dengan pendapat Ansyari (2007)
dikatakan menyebar normal. Uji homogenitas Kecepatan pertumbuhan sangat bergantung
menunjukkan bahwa X2 Hitung (3,67) < X2 pada nutrisi dan jumlah pakan yang diberikan,
Tabel 5% (5,91) < X2 Tabel 1% (9,21) maka pakan yang didapat oleh ikan terutama untuk
data dinyatakan homogen. Hasil uji anova yaitu pergerakan, pemulihan organ tubuh yang rusak,
F Hitung (4,56) > F Tabel 5% (4,07) < F Tabel setelah itu digunakan untuk pertumbuhan.
1% (7,59) menunjukkan bahwa perlakuan yang Menurut Pennak (1989) daphnia sp. memiliki
diujikan berbeda nyata, penambahan suplemen struktur tubuh yang berongga/beruas-ruas
pada pakan alami yang berbeda berpengaruh meskipun tidak kasat mata. hal inilah yang
nyata terhadap pertumbuhan berat relatif larva membuatnya mudah menyerap suplemen yang
ikan papuyu, dapat disimpulkan bahwa H1 ditambahkan ketika perendaman, yang mana
diterima dan Ho ditolak. berpengaruh terhadap kandungan nutrisi pakan
Uji anova menunjukkan hasil H 1 alami tersebut dan secara langsung juga
diterima dan H0 ditolak, maka dilanjutkan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang
dengan uji lanjutan. Nilai koefisien keragaman larva ikan papuyu uji, ini sejalan dengan
(KK) = 20,34%, dengan nilai koefisien pendapat Wati et al. (2014) kebutuhan nutrisi
keragaman di atas 10%, maka dilanjutkan yang cukup mampu meningkatkan pertumbuhan
menggunakan uji beda nilai tengah. Hasil uji dan penyempurnaan organ hingga larva
BNT menunjukkan bahwa perlakuan A tidak mencapai fase dewasa. Serupa pula dengan
berbeda nyata dengan perlakuan B, C, dan D, artemia sp yang diperkaya dengan viterna,
perlakuan B tidak berbeda nyata dengan C, media hidupnya yang diperkaya tersebut
namun berbeda nyata dengan perlakuan D, dan mampu memberikan efek langsung yakni
perlakuan C tidak berbeda nyata dengan meningkatkan kandungan nutrisi tubuhnya, hal
perlakuan D. Ini dapat diartikan bahwa ini dikarenakan artemia sp yang bersifat non-
perbandingan antar perlakuan yang terbaik pada selektif filter feeder (Panggabean 1984).
penelitian ini adalah perlakuan D, yakni
setelah itu kelebihan makanan yang didapatkan
digunakan untuk pertumbuhan.
3.2. Kelangsungan hidup
Hasil dari pengamatan selama masa
pemeliharaan larva ikan papuyu yang diberi
perlakuan jenis pakan alami yang berbeda
dengan penambahan suplemen disajikan pada
tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Kelangsungan hidup ikan penelitian
Kelangsungan
Perlakuan Awal Akhir hidup
Gambar 2. Grafik pertumbuhan berat relatif
larva papuyu A1 10 5 50%
Menurut Effendi (2004), Pertumbuhan A2 10 6 60%
berat relatif didefinisikan sebagai persentase A3 10 5 50%
dari pertumbuhan berat pada setiap interval Rerata 53%
waktu tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan
B1 10 7 70%
gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan D B2 10 6 60%
memiliki nilai rata-rata yang lebih baik dari B3 10 5 50%
perlakuan yang lainnya. Pemberian artemia sp Rerata 60%
dengan penambahan suplemen viterna C1 10 7 70%
(perlakuan D) menghasilkan berat relatif larva C2 10 6 60%
ikan papuyu tertinggi dengan persentase sebesar C3 10 8 80%
187,78% dan bobot terendah pada perlakuan B Rerata 70%
dengan persentase sebesar 107,11%. Keadaan D1 10 8 80%
tersebut mengartikan bahwa artemia sp yang D2 10 7 70%
diperkaya dengan viterna merupakan perlakuan D3 10 8 80%
terbaik untuk meningkatkan bobot tubuh ikan. Rerata 77%
Tingginya pertumbuhan pada perlakuan D
Hasil uji normalitas terhadap survival
disebabkan karena kandungan nutrient pada
rate larva ikan papuyu dengan padat tebar 10
suplemen viterna diserap dengan baik oleh
ekor/akuarium menunjukkan bahwa data
artemia sp sebagai pakan ikan sehingga mampu
menyebar normal dimana L Maks (0,16) < dari
meningkatkan laju pertumbuhan larva ikan
L tabel 1% (0,27) < L tabel 5% (0,24).
papuyu. rerata pertambahan berat dari hari ke
Selanjutnya data diuji kehomogenannya dengan
17-34 sebesar 0,63 gr (dapat dilihat pada tabel
uji homogenitas, hasil menunjukkan bahwa X2
hasil), Berdasarkan hasil tersebut nilai bobot
hitung (1,15) < dari X2 tabel 5% (5,91) < X2
relatif ikan papuyu mengalami peningkatan, ini
tabel 1% (9,21), berarti data tersebut homogen.
disebabkan karena artemia sp yang diperkaya
Berdasarkan hasil analisis keragaman atau
dengan viterna mampu memenuhi kebutuhan
anova terhadap kelangsungan hidup larva ikan
nutrisi larva ikan papuyu. Hal ini sejalan
papuyu menunjukkan F hitung (4,83) > dari F
dengan pendapat Jin Choi et al. (2021) bahwa
tabel 5% (4,06) < F tabel 1% (7,59), yang
pengayaan artemia sp yang diaplikasikan pada
artinya H1 diterima dan H0 ditolak, perlakuan
larva ikan kod, menunjukkan kinerja
yang diujikan berbeda nyata. Penambahan
peningkatan panjang mutlak serta berat mutlak
suplemen pada pakan alami yang berbeda
ikan tersebut. Ini mengindikasikan bahwa larva
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan
ikan papuyu juga dapat memanfaatkan pakan
hidup larva ikan papuyu.
dengan baik, sehingga berpengaruh terhadap
Hasil uji anova menunjukkan H1
peningkatan bobot tubuhnya, hal ini diperkuat
diterima dan H0 ditolak, maka dilanjutkan
dengan pendapat Ansyari (2007). Makanan
dengan uji lanjutan. Nilai koefisien keragaman
yang didapat oleh ikan terutama untuk
(KK) = 12,56%, di atas 10% maka dilanjutkan
pergerakan, pemulihan organ tubuh yang rusak,
menggunakan uji beda nilai tengah. Hasil uji
BNT menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berperan penting untuk meningkatkan
berbeda nyata dengan perlakuan B, namun persentase kelangsungan hidup ikan papuyu.
berbeda nyata dengan perlakuan C dan berbeda 3.3. Kualitas Air
sangat nyata dengan perlakuan D, perlakuan B Hasil pengukuran kualitas air selama
tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, namun penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
berbeda nyata dengan perlakuan D, sedangkan Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air
perlakuan C tidak berbeda nyata dengan Parameter
perlakuan D. Hal ini menunjukkan bahwa Perlakua
Suh
DO
p
NH3
perbandingan antar perlakuan yang terbaik pada Data u H
n
mg/ mg/
penelitian ini adalah D dan C (pakan alami o
C
L L
Daphnia sp dan Artemia sp dengan A 26,8 2,17 7,9 0,21
penambahan suplemen) yang efektif dalam B 27,2 2,11 6,8 0,18
Awal
meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan C 27,2 3,02 7 0,22
papuyu. D 27,4 3,10 7,3 0,15
A 25,9 2,01 7 0,25
Akhi B 26,2 2,02 6 0,25
r C 26 2,5 6,3 0,26
D 27 2,88 6,7 0,21
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas
air di atas menunjukkan bahwa nilai tersebut
masih berada pada batas toleransi ikan untuk
hidup dan berkembangbiak. Kisaran suhu pada
penelitian, yaitu 25 -27 oC, DO berkisar antara
3,10 – 2,01 mg/L, pH berkisar antara 6,7 – 7,9,
dan amoniak (NH3) berkisar antara 0,15 – 0,25
mg/L. Kualitas air sangat memegang peranan
penting dalam kegiatan budi daya karena akan
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan ikan
Gambar 3. Grafik kelangsungan hidup budi daya. Jika kualitas air bagus maka
larva papuyu pertumbuhan ikan akan bagus begitu juga
Berdasarkan Gambar 3. persentase sebaliknya jika kualitas air buruk, maka
kelangsungan hidup selama penelitian pada tiap pertumbuhan ikan akan terganggu bahkan bisa
perlakuan berkisar antara 53% - 77%, dengan mengakibatkan kematian massal. Berdasarkan
persentase tertinggi pada perlakuan D sebesar hasil pengamatan Gambar 4.1. menunjukkan
77%, diikuti C sebesar 70%, kemudian B bahwa hasil pengukuran parameter fisika kimia
sebesar 60% dan A sebesar 53%. Hal ini sejalan air pada penelitian ini tetap dalam kondisi yang
dengan penelitian Fitriani et al. (2015) bahwa stabil untuk pertumbuhan larva ikan papuyu.
tingkat kelangsungan hidup ikan papuyu yang
dipelihara di kolam berkisar antara 56% - 74%. 4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa
perlakuan D dan C merupakan yang terbaik Penambahan suplemen viterna untuk
diantara keempat perlakuan. Menurut Effendi pengayaan pakan alami Daphnia sp (C) dan
(2004) bahwa kelangsungan hidup ikan Artemia sp (D) dapat meningkatkan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. pertumbuhan panjang perlakuan C sebesar
Faktor internal adalah resistensi terhadap 266,67%, dan D sebesar 254,94%,, berat relatif
penyakit, pakan dan umur. Sedangkan faktor C sebesar 144,84%, D sebesar 187,78%,dan
eksternal adalah padat tebar, penyakit dan kelangsungan hidup C sebanyak 70% dan D
kualitas air. Secara internal, pakan merupakan sebanyak 77% pada larva ikan papuyu. Dan
faktor penting sebagai sarana ikan untuk hasil pengukuran kualitas air pada awal hingga
bertahan hidup dan berkembangbiak, pakan akhir penelitian berkisar antara 27,1 - 26,2oC
yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi untuk suhu, Oksigen terlarut (DO) 2,6 - 2,3
mg/L, derajat keasaman (pH) 7,2 – 6,5, dan zooplankton. Penerbit Kanisius.
amoniak (NH3) 0,1 – 0,2 mg/L, yang masih Yogyakarta.
berada pada batas wajar bagi ikan untuk hidup Dewi, S., Anggoro., dan Rudiyanti, S., 2018.
dan melakukan pertumbuhan. Kesesuaia Perairan dan Daya Dukung
Lingkungan Tanjung Gelam Untuk
DAFTAR PUSTAKA Wisata Rekreasi Pantai di Taman
Nasional Karimun Jawa. Management
Ansyari. 2007. Pentingnya Labirin Bagi Ikan of Aquatic Resources Journal
Rawa. Jurnal Bawal :Widya Riset (MAQUARES). 7 (4) : 361-369.
Perikanan Tangkap. 1 (5) : 161 – 167. Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. CV.
Pennak, R. W. 1989. Freshwater Invertebrates Yasaguna. Jakart
of United States: Protozoa to
Mollusca ; Third Edition. Wiley &
Sons Inc. Singapore.
Wati, S., Marlinda, S., Abrory, S. F., Kemala,
P. H., Fajar, N. I. 2014. Superoti :
Suplemen Berprotein Tinggi Bagi
Rotifer Dalam Meningkatkan
Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Betok (Anabas testudineus). Laporan
PKM-Penelitian. Institut Pertanian
Bogor.
Jin, Choi., Gyeong, S. K., Wook, L. K., Byun,
S., Jung, L. H., Chang, H. L., Yeon,
L., Sung, K. 2021. Effect of Feeding
Differentially Enriched Artemia sp
Naupli on the Survival, Growth, Fatty
Acid Composition, and Air Exposure
Stress Response of Pacific Cod
(Gadus macrocephalus) Larvae.
Elvesier. Aquaqulture Reports,
Chinese. Pp. 21-24.
Effendie, M. 2004. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Fitriani, M., Putra, A. C., Yulisman. 2015.
Aplikasi Teknologi Bioflok Pada
Pemeliharaan Benih Ikan Betok
(Anabas testudineus) Dengan Padat
Tebar Berbeda. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 2 (7) : 56-66.
Budiatin, N., Mufidah, W., Setya, B. R., dan
Hastuti, W. S., 2009. Pengkayaan
Daphnia Sp. Dengan Viterna Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 1 (1) : 56-57.
Isnansetyo, A., Kurniastuty. 1995. Teknik
kultur phytoplankton dan

Anda mungkin juga menyukai