Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
LARVA IKAN GABUS (Channa striata) Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang penulis susun ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan konsumsi air tawar yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan dapat dijumpai di sungai, danau, rawa, bahkan di perairan
dengan kandungan oksigen rendah (Yulisman et al., 2012). Ikan ini mengandung
6,2% albumin, 0,001741% Zn, mineral seperti besi, kalsium dan posfor (Suprayitno,
2008). Manfaat ikan gabus antara lain untuk meningkatkan kadar albumin dan daya
tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan luka pascaoperasi, luka dalam, luka
luar, maupun luka bakar (Ulandari et al., 2011).
Larva dan benih ikan gabus membutuhkan pakan yang bernutrisi dan tepat
waktu untuk kelangsungan hidup terutama setelah cadangan makanan berupa kuning
telur habis. Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan buatan dan pakan alami. Pakan
alami merupakan pakan hidup bagi larva ikan yang memiliki nilai nutrisi relatif
tinggi. Pertumbuhan larva dan benih dalam budidaya ikan membutuhkan pakan alami
sebagai sumber nutrisi. Ketersediaan pakan di alam tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi larva ikan gabus untuk tumbuh sehingg pertumbuhan larva ikan
gabus menjadi lambat (Affandi et al., 2005).
Salah satu jenis pakan alami yang dapat diberikan pada larva ikan adalah Artemia
yang merupakan zooplankton dari anggota krustacea. Keunggulan Artemia adalah
memiliki nilai gizi tinggi,dapat menetas dengan cepat, ukuran relatif kecil, dan
pergerakan lambat serta dapat hidup pada kepadatan tinggi (Tyas, 2004). Artemia sp.
memiliki kandungan nutrisi seperti protein 38,77%, karbohidrat 2,0%, lemak 0,3%,
kadar air 95,3%, dan kadar abu 0,2%.2 Pengkayaan adalah penambahan nutrisi pada
pakan alami (zooplankton) untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan mempercepat
pertumbuhan (Wisnu, 2007).
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini merupakan salah satu bahan bacaan untuk
nutrisi larva ikan gabus dan makalah ini juga bertujuan melengkapi tugas mata kuliah
1.3 MANFAAT
Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan mencari informasi terkait nutrisi larva
ikan gabus yang sesuai dengan kebutuhannya
BAB II
METODELOGI
tepung ikan 3 g/
1. Botol plastik 1,5 L sebagai wadah penetasan Artemia sp. disiapkan, dilengkapi
dengan aerasi dan lampu. Kemudian diisi air laut 500 mL.
2. Kista Artemia sp. sebanyak 1 g dimasukkan kedalam botol plastik. Setelah 24 jam,
naupli Artemia sp. dipanen.
1. Tepung ikan diayak lalu ditimbang sesuai dosis yang digunakan yaitu 3 g/L, 6 g/L,
dan 9 g/L. Kemudian tepung ikan diblender dengan air laut 100 mL sampai homogen.
Tepung ikan yang telah diblender, dimasukkan ke dalam masing-masing wadah
pengkayaan.
3. Pengkayaan dilakukan selama 5 jam. Kemudian naupli Artemia sp. disaring dan
dibilas dengan air tawar untuk diberikan pada larva ikan gabus sebanyak 100
ind/larva.
1. Ikan yang digunakan sebagai ikan uji adalah larva ikan gabus (Channa striata)
yang berumur 5 hari yang berasal dari induk yang sama.
2. Larva ikan gabus ditebar dengan padat tebar 4 ekor/L dengan volume air sebanyak
3L
BAB III
PEMBAHASAN
Klasifikasi ikan gabus menurut Rahayu et al. (1992), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformis
Family : Channidae
Genus : Channa
Ikan gabus mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid
dan stenoid. Bentuk badan panjang, hampir bundar di bagian depan dan semakin ke 6
belakang semakin pipih (compressed) sehingga disebut ikan berkepala ular (snake
head) (Makmur et al., 2003). Menurut Alfarisy (2014), bukaan mulut ikan gabus lebar
dan memiliki 4–7 gigi pada bagian rahang bawah. Bagian belakang gigi terdadapat
gigi villiform yang melebar sampai 6 baris pada bagian belakang rahang.P XV-XVII
panjangnya setengah dari panjang kepala. DXXXVII-XLVI, AXXIII-XXIX
berbentuk bulat, V VI. Sisik di bagian atas kepala berukuran besar, melingkar,
berhimpitan, dan sisik kepala di bagian depan sebagai pusatnya, 9 baris sisik terdapat
diantara bagian preoperculum dan batas posterior dari lingkaran yang terdiri dari 18-
20 sisik predorsal, 50-57 sisik di bagian lateral yang biasa disebut sisik orbit
Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan air tawar yang dapat dijumpai di
perairan sungai, danau, rawa, bahkan perairan dengan kandungan oksigen yang
rendah (Yulisman et al., 2012). Ikan gabus dalam bahasa Inggris juga disebut dengan
berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead,
dan striped snakehead. Ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai penyebaran yang luas. Ikan gabus umumnya didapati pada perairan
dangkal dengan kedalaman 40 cm, tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, dan
di wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Ikan ini juga dapat ditemui di saluran-
saluran air hingga ke sawah-sawah (Tjahjo et al., 1998).
sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiophoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia sp
Artemia sp. adalah udang renik yang tergolong udang primitif. Artemia sp.
merupakan zooplankton yang hidup secara planktonik di perairan berkadar garam
tinggi yakni berkisar antara 15– 300 ppt. Artemia sp. sebagai plankton tidak dapat
mempertahankan diri terhadap pemangsanya sebab tidak mempunyai alat ataupun
cara untuk membela diri (Mudjiman, 2008). Artemia atau “brine shrimp” merupakan
salah satu jenis pakan alami yang sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan
udang dan ikan. Artemia sp. Termasuk dalam kelompok udang-udangan dari phylum
Arthopoda yang berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti kopepoda dan
Daphnia (kutu air). Artemia sp. hidup di danau air asin yang ada di seluruh dunia.
Artemia toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar
hingga jenuh garam.
Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup sangat fluktuasi, tergantung
pada jumlah hujan dan penguapan yang terjadi (Rostini, 2007). Artemia dewasa
memiliki panjang 8-10 mm, terdapat tangkai mata yang terlihat jelas pada kedua sisi
bagian kepala, dan antenna yang berfungsi sebagai sensori Artemia jantan dewasa
antena berubah menjadi alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat
pada bagian belakang tubuh. Pada Artemia sp. betina dewasa antena akan mengalami
penyusutan. Kista Artemia yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas
dalam waktu 24-36 jam. Larva Artemia yang baru menetas dikenal dengan naupli.
Naupli dalam fase pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-
masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004).
Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku yang biasa digunakan dalam
pembuatan pelet ikan karena tepung ikan memiliki kandungan protein yang baik
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan ikan sebagai hewan peliharaan.
Tepung ikan yang baik memiliki kandungan protein kasar 58-68%, air 5,5 - 8,5%,
dan garam 0,5-3,0%. Kandungan nutrisi pada tepung ikan yang digunakan sebagai
bahan baku pakan ikan adalah protein 60-75%, lemak 6-14%, kadar air 4-12%, dan
kadar abu 6-18% (Boniran, 1999). Tepung ikan sering digunakan sebagai campuran
dalam pembuatan pelet ikan. Tepung ikan yang baik berasal dari jenis ikan dengan
kadar lemak rendah. Bau pada tepung ikan dapat mempengaruhi daya tarik ikan untuk
memakan pakan tersebut. Ikan rucah yang berasal dari sisa-sisa hasil pengolahan ikan
merupakan salah satu bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan tepung
ikan (Mujiman, 1991).
2.7 Pertumbuhan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Penambahan tepung ikan pada Artemia sp. dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pakan untuk meningkaatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva
ikan gabus.
DAFTAR PUSTAKA
Tyas, I.K. 2004. Pengkayaan Nauplius Artemia dengan Korteks Otak Sapi untuk
Meningkatkan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Tubuh
Udang Windu (Penaeus monodon.Fab) Stadium PL 5-PL 8. Skripsi.
Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta.
Ulandari, A., D. Kurniawan, dan A.S. Putri. 2011. Potensi Protein Ikan Gabus
dalam Mencegah Kwashiorkor pada Balita di Provinsi Jambi. Universitas
Jambi, Jambi.
Rostini, I. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) Pada
Skala Laboratorium. Skripsi. Universitas Padjajaran, Jatinagor.
Sitompul, S. 2004. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai.
Buletin Teknik Pertanian 9 : 1.
Suprayitno, E. 2008. Studi Profil Asam Amino Albumin dan Seng pada Ikan Gabus.
Skripsi. Fakulatas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Surbakti, T. 2015. Performa Sintasan dan Pertumbuhan Larva Ikan Gabus (Channa
striata) pada Perlakuan pH yang Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tjahjo, D.W.H. dan K. Purnomo. 1998. Studi Interaksi Pemanfaatan Pakan Alami
Antar Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis), Betok (Anabas testudineus),