Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN PERIKANAN LOKAL RAWA GAMBUT

Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut untuk Mendukung


Upaya Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah

KERJASAMA ANTARA
BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
UPT LABORATORIUM LAHAN GAMBUT (LLG)- CIMTROP
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
TAHUN 2019

Oleh:

Dr. Ir. UrasTantulo, M.Sc (UPR)


Suriansyah, S.Pi.,M.Si (UPR)
Linda Wulandari, S.Pi., M.S (UPR)
Shinta Sylvia Monalisa, S.Pi.,M.S (UPR)
Lukas,S.Pi., M.Si (UNKRIP)
Asi Pebrina Cicilia, S.Pi.,M.Si (UNKRIP)

UPT LABORATORIUM LAHAN GAMBUT (LLG)-CIMTROP


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR RISET AKSI
KERJASAMA ANTARA
BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
UPT LABORATORIUM LAHAN GAMBUT (LLG) - CIMTROP UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2019

PENGEMBANGAN PERIKANAN LOKAL RAWA GAMBUT


PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN LOKAL RAWA GAMBUT
UNTUK MENDUKUNG UPAYA RESTORASI GAMBUT DI DI DESA PILANG
KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh:

Dr. Ir. Uras Tantulo, M.Sc (Ketua Tim)


NIP. 19670228 199203 1 002

Mengetahui:

Dr. Ir. Yusurum Jagau, MS


NIP. 19640716 198803 1 002

Menyetujui:
Pejabat Pembuat Komitmen 6
Kedeputian Penelitian dan Pengembangan BRG

Abdul Karim Mukharomah, SE.,M.E


NIP. 19710304 199603 1 001
RINGKASAN

Kegiatan Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut: ”Pengembangan Teknologi
Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan
Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah” ini dilaksanakan dari bulan April sampai
dengan November Tahun 2019.
Tujuan dari kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut untuk
mendukung upaya restorasi gambut di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau ini
adalah : 1) Menyajikan inovasi teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut, analisa keekonomian dan
pembelajarannya yang memungkinkan untuk diterapkan di areal gambut dan memberikan keuntungan bagi
masyarakat dan 2) Menyajikan data hasil monitoring kualitas air dan pertumbuhan ikan (panjang dan berat),
kelangsungan hidup ikan dan tingkat konversi pakan untuk menyusun draft paper atau karya ilmiah. Metode
pelaksanaan kegiatan riset aksi ini dilakukan melalui metode observasi partisipan langsung dengan masyarakat
binaan dan kelompok masyarakat pembudidaya ikan yang berhubungan dengan kegiatan : 1) Teknis
pembenihan ikan betok di lahan gambut, 2) Teknis pembesaran ikan betok, gabus dan gurami di lahan gambut
dengan sistem kolam dan pembesaran ikan gabus dengan sistem fishpen, 3) Pelatihan budidaya pakan alami
(rotifera dan magot) dan pelatihan teknis pembuatan pakan berbahan baku lokal.
Hasil kegiatan riset aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut : “Pengembangan Teknologi
Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan
Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah” diantaranya adalah:
1. Persiapan kegiatan riset aksi adalah berupa : a) Penyusunan rencana kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan
riset aksi berdasarkan hasil rapat tim peneliti, b) Merencanakan kegiatan rehabilitasi kolam dan fishpen di
lokasi riset aksi untuk persiapan pembesaran ikan betok, gabus dan gurami serta persiapan untuk kegiatan
pembenihan ikan betok, yang meliputi : pemeliharaan induk, penataan bangsal mini untuk pemijahan,
pendederan larva hasil pemijahan, monitoring kualitas air dan monitoring pertumbuhan ikan yang dipelihara
di kolam dan fishpen, c) Merencanakan rehabilitasi kolam masyarakat binaan untuk pembesaran ikan betok
dan gurami serta persiapan untuk kegiatan : perlakuan (treatment) kualitas air kolam masyarakat binaan,
penebaran benih dan kegiatan monitoring kualitas air dan pertumbuhan ikan yang dipelihara dan d)
Merencanakan kegiatan pelatihan kepada masyarakat binaan tentang teknis budidaya pakan alami (rotifera
dan magot) dan teknis pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal.
2. Pelaksanaan kegiatan riset aksi terdiri dari : a) Survei lokasi dan pembersihan lahan dan b) Kegiatan
budidaya ikan lokal rawa gambut.
Kegiatan budidaya ikan lokal rawa gambut meliputi :
1. Produksi pembenihan ikan betok di lokasi riset aksi mengalami penurunan yang disebabkan pengaruh
ketersediaan pakan alami dan kondisi kualitas air.
2. Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami di kolam riset aksi menunjukkan tingkat
rerata pertumbuhan berat relatif lebih tinggi daripada pertumbuhan panjang relatif karena dipengaruhi
oleh pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh.
3. Tingkat rerata pertumbuhan relatif ikan gabus yang dipelihara di fishpen lebih tinggi daripada di ikan
yang dipelihara di kolam karena dipengaruhi oleh pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5 % per
bobot tubuh dan kondisi kualitas air yang mendukung pertumbuhan ikan.
4. Tingkat rerata kelangsungan hidup (SR) ikan betok, gabus dan gurami > 80 % menunjukkan bahwa
ikan mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan dan dapat memanfaatkan pakan buatan yang
diberikan selama masa pemeliharaan.
5. Tingkat rerata konversi pakan (FCR) ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset aksi
menunjukkan nilai ≤ 1,56, berarti cukup efisien memanfaatkan pemberian pakan buatan (pelet)
sebanyak 5% per bobot tubuh untuk pertumbuhan.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
i
6. Tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok di kolam masyarakat binaan lebih tinggi daripada
pertumbuhan panjang relatif dikarenakan dapat memanfaatkan pakan buatan yang diberikan sebanyak
5% per bobot tubuh untuk memacu pertumbuhan berat relatif ikan betok.
7. Tingkat rerata pertumbuhan berar relatif ikan gurami di kolam masyarakat binaan lebih tinggi daripada
pertumbuhan panjang relative karena dapat memanfaatkan pakan buatan yang diberikan sebanyak 5%
per bobot tubuh untuk memacu tingkat pertumbuhan berat relatif ikan gurami.
8. Tingkat rerata kelangsungan hidup (SR) ikan betok di kolam masyarakat binaan ≥ 78,83% dikarenakan
ikan mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan dan dapat memanfaatkan pakan buatan yang
diberikan selama masa pemeliharaan.
9. Tingkat rerata kelangsungan hidup (SR) ikan gurami di kolam masyarakat binaan ≥ 93,00%
dikarenakan ikan mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan dan dapat memanfaatkan pakan
buatan yang diberikan selama masa pemeliharaan.
10. Tingkat rerata konversi pakan (FCR) di kolam masyarakat binaan seperti pada kolam Pak Syahrilnur
(Bapak Ester), Pak Yames dan Pak Aman ≤ 1,19 untuk ikan betok dan ≤ 1,55 untuk ikan gurami berarti
cukup efisien memanfaatkan pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh untuk
menambah bobot tubuh ikan betok dan gurami. Sedangkan rerata FCR pada kolam Ibu Farida dan Ibu
Rita ≥ 2 ,05 untuk ikan betok dan ≥ 2,35 ikan gurami berarti kurang efisien memanfaatkan pemberian
pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh untuk menambah bobot tubuh ikan betok dan
gurami.
11. Kondisi kualitas air di lokasi riset aksi menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Kisaran nilai kualitas air di
lokasi riset aksi adalah suhu 27,60 – 29,19 oC, tingkat kekeruhan air (turbidity) 87,43 – 727 NTU,
kedalaman air (Depth) < 100 cm, derajat keasaman (pH) 2,88 – 5,10, Dissolved Oxygen (DO) 1,04 –
3,55 mg/l , fosfat (PO₄) 0,37 – 3,83 mg/l, nitrit (NO₂) 0,10 – 0,44 mg/l, besi (Fe) 0,67 – 1,42 mg/l dan
Total Dissolved Solid (TDS) 0,04 – 0,05 g/l.
12. Kondisi kualitas air di kolam ikan betok masyarakat binaan juga menunjukkan nilai yang berfluktuasi.
Kisaran nilai kualitas air di kolam ikan betok adalah suhu 26,39 – 29,14 oC, tingkat kekeruhan air
(turbidity) 18,95 – 64,60 NTU, kedalaman air (Depth) 0,4 – 0,9 m, derajat keasaman (pH) 5,44 – 6,48,
Dissolved Oxygen (DO) 3,42 – 4,72 mg/l , fosfat (PO₄) 0,08 – 1,40 mg/l, nitrit (NO₂) 0,02 – 0,07
mg/l, besi (Fe) 0,04 – 12,14 mg/l dan Total Dissolved Solid (TDS) 0,08 – 0,16 g/l.
13. Kondisi kualitas air di kolam ikan gurami masyarakat binaan juga menunjukkan nilai yang berfluktuasi.
Kisaran nilai kualitas air di kolam ikan gurami adalah suhu 26,75 – 29,14 oC, tingkat kekeruhan air
(turbidity) 14,75 – 302,43 NTU, kedalaman air (Depth) 0,43 – 0,82 m, derajat keasaman (pH) 5,54 –
6,42, Dissolved Oxygen (DO) 2,15 – 4,72 mg/l , fosfat (PO₄) 0,08 – 0,76 mg/l, nitrit (NO₂) 0,02 –
0,59 mg/l, besi (Fe) 0,40 – 13,24 mg/l dan Total Dissolved Solid (TDS) 22,77 – 233,33 g/l.
3. Analisa keekonomian/finansial berdasarkan tingkat kelayakan usaha pembenihan ikan betok, budidaya ikan
di lokasi riset aksi dan budidaya ikan di kolam masyarakat dengan tingkat R/C > 1 menujukkan bahwa
kegiatan budidaya ikan sangat layak untuk dikembangkan di lokasi kegiatan.
4. Kegiatan pelatihan kepada masyarakat tentang teknis budidaya pakan alami (rotifera dan magot) dan teknis
pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal telah diikuti oleh 25 orang masyarakat yang berada di sekitar
lokasi kegiatan (Desa Pilang).
5. Lokasi kegiatan riset aksi telah digunakan untuk berbagai kegiatan diantaranya kegiatan praktek mata
kuliah mahasiswa Jurusan Perikanan dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Prodi Budidaya
Perairan dan Manajemen Sumberdaya Perairan serta kegiatan tindak lanjut Training of Facilitator (TOF)
Badan Restorasi Gambut RI bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah dalam rangka kegiatan praktek lapangan peserta TOF mengenai budidaya ikan di lahan gambut.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
ii
KATA PENGANTAR

Laporan akhir kegiatan Riset Aksi “Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut” dengan judul
“Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut untuk Mendukung Upaya
Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi
Kalimantan Tengah” ini dibuat untuk menyampaikan hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan
kegiatannya di wilayah Restorasi Lahan Gambut di Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan
Tengah, yang dilaksanakan oleh tim riset aksi Badan Restorasi Gambut (BRG) bekerjasama
dengan UPT. LLG-Cimtrop Universitas Palangka Raya.
Pada kesempatan ini kami tim pelaksana kegiatan yang ditunjuk oleh UPT Laboratorium
Lahan Gambut (LLG)-CIMTROP Universitas Palangka Raya, menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan
riset aksi ini. Semoga laporan akhir ini dapat berkontribusi bagi pengembangan ekonomi
masyarakat Desa Pilang dan sekitarnya yang selanjutnya akan berkontribusi bagi pelestarian
lahan/hutan gambut di kawasan Kahayan-Sebangau (KHG Kahayan-Sebangau).

Palangka Raya, November 2019


Ketua Tim Pelaksana,

Dr. Ir. Uras Tantulo, M.Sc


NIP. 19670228 199203 1 002

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
iv
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
RINGKASAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Roadmap Hasil Penelitian 2
1.3 Tujuan, Target Output dan Manfaat 3
II. METODE PELAKSANAAN 4
2.1 Lokasi 4
2.2 Waktu 6
2.3 Kerangka Logis (Logical Framework) 6
2.3.1 Teknis Budidaya Pembenihan 6
2.3.2 Teknis Budidaya Pembesaran 10
2.3.3 Rehabilitasi Fasilitas Kolam Masyarakat 11
2.3.4 Teknis Budidaya Pakan Alami (Rotifera dan Magot) 11
2.3.5 Teknis Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Buku Lokal 12
2.3.6 Pelaporan Kegiatan 12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 16
3.1 Hasil Kegiatan 16
3.1.1 Persiapan Kegiatan Riset Aksi 16
3.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Riset Aksi 16
3.1.3 Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha 29
3.1.4 Pembelajaran/Pelatihan Kepada Masyarakat 38
3.1.5 Publikasi Kegiatan 39
3.1.6 Kegiatan Lain-Lain Di Lokasi Riset Aksi/ 40
3.2 Pembahasan Hasil Kegiatan 40
3.2.1 Persiapan Kegiatan Riset Aksi 40
3.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Riset Aksi 40
3.2.3 Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha 48
3.2.4 Pembelajaran/Pelatihan Kepada Masyarakat 49
3.2.5 Publikasi Kegiatan 49
3.2.6 Kegiatan Lain-Lain Di Lokasi Riset Aksi 50

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
v
IV. TARGET CAPAIAN KEGIATAN 51
V. PENUTUP 52
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 52
5.3 Rekomendasi 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Roadmap Hasil Penelitian 2
Tabel 2. Logical Framework (logframe) Tujuan, Target Output dan Manfaat 13
Pengembangan Teknis Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk
Mendukung Upaya Restorasi Gambut
Tabel 3. Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha 47
Tabel 4. Target Capaian Kegiatan 51

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Jabiren Raya 4
Gambar 2. Lokasi kegiatan 5
Gambar 3. Tingkat Produksi Benih Ikan Betok Di Kolam Riset Aksi 18
Gambar 4. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok, Gabus, Gurami Di Kolam Riset 19
Aksi
Gambar 5. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gabus Di Kolam dan Fishpen Riset 20
Aksi
Gambar 6. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok, Gabus Dan 20
Gurami Di Kolam dan Ikan Gabus Di Fishpen Riset Aksi
Gambar 7. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok, Gabus Dan Gurami Di 21
Kolam Ikan Gabus Di Fishpen Riset Aksi
Gambar 8. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan 22
Gambar 9. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan 23
Gambar 10. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok Di Kolam 24
Masyarakat Binaan
Gambar 11. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat 25
Binaan
Gambar 12. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat 26
Binaan
Gambar 13. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Gurami Di Kolam 27
Masyarakat Binaan
Gambar 14. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Lokasi Riset Aksi 27
Gambar 15. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Kolam Ikan Betok 28
Masyarakat Binaan
Gambar 16. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Kolam Ikan Gurami 29
Masyarakat Binaan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Tata letak Kegiatan Riset Aksi Pengembangan Ikan Lokal Rawa 55
Gambut
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan 56

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luasan lahan gambut di Kalimantan Tengah mencapai ± 3.010.640 hektar, dari luasan
lahan tersebut telah terjadi degradasi yang disebabkan oleh pembuatan kanal-kanal yang
memotong lahan gambut sehingga lahan rawa gambut mengalami overdrain dan kekeringan
pada saat musim kemarau berakibat kejadian kebakaran lahan dan hutan gambut. Manfaat kanal
adalah untuk menampung air yang terdapat di daerah kawasan lahan gambut dalam rangka
membasahi (rewetting) lahan gambut dan meninggikan muka air tanah. Aliran air yang berasal
dari kanal dengan pH yang rendah mengalir ke sungai-sungai utama yang melintasi lahan
gambut yangmenyebabkan turunnya pH air sungai, yang pada gilirannya merusak ekosistem
perairan sungai dan mengakibatkan menurunnya populasi ikan-ikan yang hidup di perairan
sungai.
Upaya untuk melakukan perbaikan (restorasi dan rehabilitasi) terhadap lahan gambut yang
terdegradasi telah dilakukan baik oleh pemerintah dibantu oleh pihak swasta maupun pihak
LSM. Melalui kegiatan usaha restorasi dan rehabilitasi tersebut, salah satu upaya yang telah
dilaksanakan adalah melalui pendekatan secara fisik dengan melibatkan penabatan kanal-kanal
yang ada di lahan gambut bertujuan untuk membasahi (rewetting) lahan gambut dan
meninggikan muka air tanah, sehingga mampu menjaga tingkat kelembaban tanah dan
mengurangi potensi kebakaran lahan rawa gambut yang terdegradasi. Pada sisi yang lain,
fasilitas fisik menggunakan tabat, berpotensi dimanfaatkan sebagai upaya revitalisasi masyarakat
yang hidup disekitarnyayang berdekatan dengan kanal yang ditabat. Dalam hal ini, kanal yang
ditabat dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bagi pengembangan budidaya ikan sistem kolam
dilahan gambut. Pemanfaatan permukaan air di kanal yang ditabat, berpotensi untuk dialirkan ke
kolam-kolam pemeliharaan ikan yang konstruksinya dibangun secara paralel dan lebih rendah
dari kanal.Sampai saat ini sekat kanal yang dibangun bersama masyarakat dan perguruan tinggi
yang terdapat di daerah kawasan gambut ± 1.894 buah banyaknya dan belum banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kualitas air kanal yang yang berada di pada lahan gambut adalah rendah, karena pengaruh
dari tanah gambut yang tinggi tingkat keasamannya dan rendah kandungan mineralnya.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

1
Sehingga air di kanal biasanya memiliki pH yang rendah berkisar antara 3–4 dan kandungan
mineral yang juga rendah apabila dibandingkan air permukaan lainnya yang berasal dari sungai
atau danau. Pada kondisi yang demikian, hanya jenis ikan tertentu yang dapat beradaptasi,
tumbuh dan berkembang karena memiliki organ tambahan untuk mengambil oksigen langsung
dari udara, diantaranya adalah ikan betok (Anabas testudineus), lele lokal (Clarias batrachus),
ikan gabus (Channa striata) dan ikan gurami (Osphronemus goramy).
Model pendekatan yang dikembangkan dalam mengatasi persoalan rendahnya kualitas air
di lahan gambut untuk pengembangan ikan lokal rawa gambut, dilakukan melalui model
pendekatan : (1) Sistem biologis, yaitu pembenihan terhadap jenis ikan yang akan dikembangkan
sesuai dengan habitatnya untuk memudahkan proses adaptasi. (2) Sistem fisik, yaitu pembuatan
kontruksi kolam (pematang, pintu air masuk dan keluar) untuk menahan rembesan air. (3) Sistem
kimia, yaitu pemberian kapur dan pemupukan dasar kolam secara bersamaan untuk menstabilkan
kualitas air kolam dalam rangka mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang
dipelihara.

1.2 Roadmap Hasil Penelitian


Roadmap hasil riset perikanan lokal rawa gambut selama 3 (tiga) tahun ini yang
dikerjasamakan oleh para mitra BRG sebagaimana Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Roadmap Hasil Penelitian
Tahun Judul Riset Hasil Capaian
2017 Pengembangan Ekonomi Masyarakat Melalui Kemampuan masyarakat secara teknis
Budidaya Perikanan Rawa di Desa Tanjung dalam usaha budidaya pembesaran
Taruna, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten berbagai jenis ikan rawa gambut yang
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. sustainable dengan menggunakan sistem
karamba.
2018 Pengembangan Ikan Lokal Rawa Gambut Ketersediaan benih ikan betok dan ikan
melalui Kajian Model Budidaya Ikan Lokal konsumsi (gabus dan lele lokal) yang
Rawa Gambut Terintegrasi Dengan Kegiatan dikembangkan masyarakat untuk usaha
Pembasahan (Rewetting) Dan Paludikultur Di budidaya ikan di lahan gambut secara
Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya berkelanjutan (sustainable).
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah.
2019 Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Tersedianya inovasi teknologi budidaya
Rawa Gambut untuk Mendukung Upaya ikan lokal rawa gambut untuk diterapkan
Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan di areal gambut yang dapat memberikan
Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi keuntungan bagi masyarakat.
Kalimantan Tengah.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

2
1.3 Tujuan, Target Output dan Manfaat
a. Tujuan
Tujuan dari kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut
untuk mendukung upaya restorasi gambut di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten
Pulang Pisau ini adalah:
1) Menyajikan inovasi teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut, analisis keekonomian dan
pembelajarannya yang memungkinkan untuk diterapkan di areal gambut dan memberikan
keuntungan bagi masyarakat
2) Menyajikan data hasil monitoring kualitas air dan pertumbuhan ikan (panjang dan berat),
kelangsungan hidup ikan dan tingkat efesiensi pakan untuk menyusun draft paper atau
karya ilmiah.
b. Target Output
Target output dari kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa
gambut untuk mendukung upaya restorasi gambut di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya,
Kabupaten Pulang Pisau ini adalah:
1). Teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut, keekonomian dan pembelajarannya.
2). Publikasi teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut bentuk leaflet dan jurnal ilmiah.

c. Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan
lokal rawa gambut untuk mendukung upaya restorasi gambut adalah:
1). Tersedianya teknologi tepat guna untuk pengembangan budidaya ikan lokal rawa gambut.
2). Dapat meningkatkan keekonomian masyarakat yang berada disekitar di areal gambut
melalui kegiatan usaha budidaya ikan.
3). Dapat meningkatan IPTEK masyarakat yang berada disekitar di areal gambut melalui
kegiatan pelatihan dan pembinaan.
4). Terpublikasikan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut dalam bentuk leaflet dan jurnal
ilmiah.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

3
II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang
Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi kegiatan berada di pinggiran jalan trans Kalimantan,
berjarak kurang lebih 40 km dari Kota Palangka Raya (Gambar 1). Lokasi kegiatan berada di
Areal Penggunaan Lain (APL) berdasarkan SK menteri Kehutanan No. 529/Menhut-II/2012
tanggal 25 September 2012 yang di update sampai dengan 17 Juli 2016.

Gambar 1.Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Jabiren Raya

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

4
Gambar 2. Lokasi kegiatan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

5
2.2 Waktu
Kegiatan riset aksi ini dilaksanakan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan dimulai dari bulan
April sampai November 2019, yang meliputi persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
serta pelaporan kegiatan.

2.3 Kerangka Logis Kegiatan (Logical Framework)


Kerangka logis kegiatan riset aksi pengembangan teknis budidaya ikan lokal rawa gambut
untuk mendukung upaya restorasi gambut adalah:
2.3.1 Teknis Budidaya Pembenihan
Teknis budidaya pembenihan ikan betok di lahan gambut ini, pembenihan ikan akan
dilakukan baik secara alami (natural breeding) maupun secara semi buatan (semi artificial
breeding). Kedua cara pembenihan tersebut akan melalui beberapa fase pembenihan, mulai dari
persiapan atau manajemen induk, persiapan kolam induk, pemeliharaan induk dan pemijahan
induk, penetasan telur dan pendederan larva dan benih ikan lokal rawa gambut.

a. Manajemen Induk Siap Pijah


Untuk melakukan pembenihan ikan, ketersediaan induk ikan yang siap memijah atau siap
menghasilkan telur yang akan dibuahi merupakan hal utama di dalam pembenihan ikan. Induk
yang siap dipijahkan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain ukuran dan umur ikan. Faktor
tersebut tergantung kepada jenis ikan yang hendak dibenihkan. Induk ikan bisa diperoleh melalui
penangkapan di alam atau hasil pembesaran ikan. Untuk menyiapkan induk ikan yang
berkualitas, terutama dari jumlah telur (fekunditas) dan diameter telur yang memenuhi syarat
pemijahan, maka upaya pemeliharaan induk ikan yang terkontrol sangat penting. Upaya
pemeliharaan induk ini dilakukan dengan mengontrol pemberian pakan yang tepat dan
pemeliharaan kualitas air dari kolam pemeliharaan induk.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

6
b. Persiapan Kolam Induk
Satu buah kolam tanah gambut berukuran 6 x 3 x 1 m, didesain dan disiapkan dengan
melakukan penggalian. Air berasal dari penabatan saluran gambut yang dialirkan ke dalam
kolam, dengan pH berkisar antara 3 - 4. Sebelum digunakan untuk pemeliharaan induk, terlebih
dahulu dilakukan pencucian kolam, dengan mengalirkan air dari tabat ke dalam kolam, dan
kemudian mengeluarkan air yang sama melalui saluran pembuangan. Upaya pencucian ini
dimaksudkan untuk membersihkan kolam dari bahan yang bersifat racun bagi induk ikan yang
dipelihara. Upaya pencucian ini dilakukan selama satu minggu.
Kolam yang sudah dicuci selanjutnya dikeringkan, dan dasarnya dibiarkan kering karena
panas matahari selama 2–3 hari. Tanah dasar kolam yang sudah kering selanjutnya dilakukan
pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 2–3 kg /m2 dan selanjutnya kolam diisi air setinggi
5-10 cm, dan dibiarkan selama 5–10 hari sampai air kolam berubah kehijauan. Kolam kemudian
ditambahkan air sampai ketinggian 0,5 m dan dilakukan pemberian larutan kapur sebanyak 50 g/l
untuk meningkatan pH air kolam sesuai keperluan ikan. Kolam tempat pemeliharaan induk
diberi pagar dari waring setinggi 1,20 m bertujuan untuk menghindarinya masuk hama
pengganggu (berang-berang, biawak dan lain-lain) dan berfungsi juga untuk menahan induk
keluar bila terjadi limpahan air (banjir). Pemeliharaan induk ikan betok dan lele pada kolam
pemeliharaan dilakukan dengan sistem jaring.

c. Pemeliharaan Induk Ikan


Pemeliharaan induk ikan meliputi penebaran induk jantan dan betina dengan rasio yang
sudah ditentukan, pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air, serta evaluasi induk siap
memijah. Induk ikan yang ditebar, tergantung kepada jenisnya adalah : 1 kg ± 8 ekor (ikan
betok) dan 1 kg ± 3 ekor (ikan lele lokal). Sedangkan rasio antara induk jantan dan betina untuk
ikan betok adalah (1 : 3) dan lele (1 : 2). Selama pemeliharaan, induk ikan betok diberi pakan
komersial LP 1, sedangkan induk ikan lele diberi pakan komersial LP 3, masing-masing dengan
kandungan protein 30–40 % dan lemak 5 %.
Evaluasi terhadap kematangan gonad dari masing jenis ikan dilakukan 2–3 minggu setelah
induk ikan dipelihara. Evaluasi ini dilakukan secara morfometrik, dengan melakukan
pemeriksaan bentuk fisik ikan yang matang gonad serta melakukan pengambilan telur ikan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

7
dengan kateter untuk mengukur diameter telur ikan dan pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop telur dari induk ikan yang siap memijah.

d. Pemijahan Alami dan Buatan Sistem Bangsal Mini


Pemijahan dilakukan dengan sistem bangsal, dimana semua fasilitas pemijahan ikan di
letakan di dalam sebuah bangsal yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara secara
maksimal. Bangsal tersebut berukuran 4 x 4 m terbuat dari kayu sebanyak 1 unit. Untuk
distribusi air ke dalam bak-bak pemijahan menggunakan sistem pemipaan dan pemompaan air
yang berasal dari kanal dan air tanah.
Ikan yang dipijahkan sudah matang gonad dan siap mengeluarkan telurnya pada waktu
dipijahkan secara alami maupun secara buatan. Sebelum proses pemijahan, induk terlebih dahulu
dipisahkan antara induk jantan dan betina (diberok) selama 2-3 hari di dalam bak pemberokan
yang terbuat dari fiberglass yang berukuran 250 liter. Selanjutnya pemijahan secara alami
dilakukan dengan menebarkan induk yang sudah siap memijah (hasil evaluasi) dan sudah
diberok ke dalam 2 buah bak pemijahan yang terbuat dari fiberglass dengan volume 250 liter.
Induk yang siap memijah ditebarkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan antara
jantan dan betina (1 kg ± 8 ekor ikan betok). Rasio antara induk jantan dan betina dengan
perbandingan (1 : 3) dalam waktu 24 jam induk ikan tersebut akan melakukan pemijahan, telur
yang terbuahi oleh sperma dari induk jantan. Segera setelah pemijahan, induk ikan diangkat
untuk mencegah dimakannya telur ikan oleh induknya sendiri.
Pemijahan semi buatan dilakukan untuk mempercepat terjadinya proses pemijahan, dengan
melakukan penyuntikan ovaprim baik pada induk jantan maupun pada induk betina dengan dosis
dan frekuensi standar. Segera setelah dilakukan penyuntikan, induk jantan dan betina dengan
rasio seperti pada pemijahan secara alami, ditebarkan ke dalam bak-bak pemijahan. Induk ikan
dengan penyuntikan hormon ovaprim biasanya akan memijah dalam selang waktu 24 jam setelah
penyuntikan. Setelah proses pemijahan terjadi, induk ikan segera dipindahkan dari kolam
pemijahan ke kolam induk.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

8
e. Penetasan dan Pemeliharaan Larva
Telur ikan yang telah dibuahi biasanya akan menetas 24 jam setelah proses pembuahan.
Proses penetasan telur ikan tersebut dilakukan pada bak-bak pemijahan. Telur ikan menetas
menghasilkan larva ikan yang masih membawa kuning telur ditubuhnya sebagai makanan
cadangan. Tiga hari kemudian kuning telur tersebut habis seiring dengan berkembangnya sistem
pencernaan ikan, sehingga larva ikan siap untuk diberikan makanan alami atau pakan buatan
untuk larva ikan.
Untuk larva ikan lele, pakan diberikan berupa pakan buatan yang berbentuk dedak/tepung
halus (fengli 0) dengan ukuran pakan yang mampu ditelan oleh mulut larva ikan. Sedangkan
untuk ikan betok diperlukan pakan alami berupa rotifera yang di dapatkan dengan melakukan
proses kultur. Kultur pakan alami berupa rotifera dilakukan dengan metode standar, dengan
melakukan penebaran pupuk kotoran ayam pada kolam pendederan benih sebanyak 2 kg/m2.
Selanjutnya, untuk memperkaya nutrisi bagi benih rotifera, dilakukan pemberian kubis yang
sudah mulai mengalami pembusukan sebanyak 4 kg/m2.
f. Pendederan Benih
Pendederan merupakan proses pembesaran larva ikan menjadi ikan ukuran benih dengan
ukuran panjang 3 – 5 cm. Pendederan benih ikan dilakukan pada kolam tanah gambut yang
berukuran 5 x 3 x 1 m sebanyak 2 buah kolam. Padat tebar larva ikan pada pendederan ini
berkisar antara 5000–10.000 larva ikan. Selama pendederan, ikan diberikan pakan buatan PF
500, yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan. Selama pendederan pemeliharaan
kualitas air dilakukan dengan melakukan pergantian sebanyak 3/4 dari air yang ada di kolam
pendederan dengan frekuensi pergantian satu kali per minggu. Untuk mencapai ukuran 3–5 cm
diperlukan waktu 2–3 minggu. Kolam tempat pendederan larva dan benih diberi pagar dari
waring setinggi 1,20 m bertujuan untuk menghindarinya masuk hama pengganggu (berang-
berang, biawak dan lain-lain) dan berfungsi juga untuk menahan larva dan benih ikan keluar bila
terjadi limpahan air (banjir).

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

9
2.3.2 Teknis Budidaya Pembesaran
Pembesaran ikan di lahan gambut ini dilakukan terintegrasi dengan upaya pembasahan
(rewetting) lahan gambut dengan menaikkan muka air tanah melalui penabatan dan sistem
budidaya di lahan gambut.
Pembesaran benih ikan yang dihasilkan dari proses pembenihan ikan (betok) dari hasil
kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan (lele, gabus dan gurami) yang yang berasal dari
masyarakat akan dilakukan dikolam lahan gambut berukuran 6 x 4 x 1 m. Pembuatan kolam
dilakukan dengan melakukan penggalian lahan gambut dan pembentukan pematang dengan inti
tanah granit untuk memperkuat struktur pematang. Konstruksi kolam gambut dimaksudkan
untuk meminimalkan terjadinya rembesan air gambut dengan pH rendah yang dapat
menyebabkan turunnya kualitas air kolam yang berakibat pada menurunnya performa dari ikan
yang dipelihara.
Air yang digunakan pada pembesaran ikan lokal rawa gambut ini berasal dari penabatan
yang dilakukan untuk kegiatan “rewetting” lahan gambut. Dengan demikian, maka selain
berfungsi sebagai fasilitas untuk budidaya ikan, kolam pembesaran ikan ini juga dapat
dimanfaatkan untuk proses pembasahan lahan dan sebagai persediaan air apabila terjadi
kebakaran hutan dan lahan gambut di sekitar lokasi pengembangan ikan rawa.
Perbaikan kualitas air pada kolam pembesaran dilakukan melalui persiapan kolam yang
meliputi proses pencucian, pengeringan, pemupukan dan pengapuran dasar kolam dengan dosis
larutan kapur (50 g/l) dan pupuk (2 kg/m2) sesuai dengan luasan kolam. Kolam tempat
pembesaran ikan diberi pagar dari waring setinggi 1,20 m bertujuan untuk menghindarinya
masuk hama pengganggu (berang-berang, biawak dan lain-lain) dan berfungsi juga untuk
menahan ikan peliharaan keluar bila terjadi limpahan air (banjir).
Pembesaran ikan betok dengan padat penebaran 50–100 benih ikan per m2 dengan ukuran
benih 3-5 cm dan untuk lele, gabus dan gurami dengan padat penebaran 20-25 ekor/ m2 dengan
ukuran benih 4-6 cm. Selama pemeliharaan pembesaran ikan betok, gabus dan gurami diberikan
pakan buatan hasil buat sendiri yang berbahan baku lokal. Pemberian pakan 5-7% dari total
biomasa ikan yang dipelihara. Biomasa ikan diketahui dengan melakukan pengukuran berat ikan
yang ditangkap sebagai sampel ikan. Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan satu kali dalam
dua minggu (14 hari) selama pemeliharaan ± 4 (empat) bulan. Selama pemeliharaan, kualitas air

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

10
dikontrol dengan melakukan pengukuran terhadap dinamika dari parameter kunci seperti suhu,
kekeruhan, pH, DO, total amoniak (NH3), nitrit (NO2) dan besi (Fe) yang dilakukan setiap bulan.

2.3.3 Rehabilitasi Fasilitas Kolam Masyarakat


Rehabilitasi fasilitas kolam masyarakat untuk pembuatan demplot percontohan
pengembangan teknis budidaya ikan lokal rawa gambut. Jumlah kolam masyarakat sebagai
binaan yang direhabilitasi untuk demplot percontohan tersebut sebanyak 5 (lima) buah untuk 5
(lima) kepala keluarga.
Masyarakat binaan yang mengelola demplot percontohan diberikan benih ikan betok
sebanyak 500-1000 ekor dari hasil kegiatan pembenihan sendiri dan gurami sebanyak 1400 ekor
serta diberi pakan ikan. Selain hal tersebut, dilakukan pembinaan dan monitoring selama ± 3
bulan selama mengelola demplot percontohan.

2.3.4 Teknis Budidaya Pakan Alami (Rotifera dan Magot)


a. Budidaya Rotifera
Teknis budidaya rotifera dilakukan dengan menggunakan kolam yang sudah tersedia,
teknis budidaya rotifera dilakukan dengan memberikan kapur cair 500 ppm dan pupuk organik
(kandang) 3 kg/m2, setelah 5-7 hari ditebarkan pakan alami rotifera dalam bentuk cair sebanyak
2 ml/m3 air. Kemudian setelah 7 hari, pakan alami (rotifera) tumbuh dan diberikan kepada larva
ikan betok sampai berukuran benih (3-5 cm). Perlakuan ini dilakukan setiap kali melakukan
pembenihan ikan betok.
Teknis budidaya rotifera ini adalah untuk menyediakan pakan larva ikan betok hingga
berukuran benih, pakan alami rotifera sangat cocok untuk larva ikan betok karena ukurannya
lebih kecil dari pada ukuran bukaan mulut ikan larva ikan betok. Selain itu pula kandungan zat
gizi pakan yang terdapat pada rotifera cukup tinggi, terutama kandungan protein dan lemak
essensial yang dibutuhkan oleh larva ikan betok.
d. Budidaya Magot
Teknis budidaya magot dengan menggunakan media hidup yang berasal dari tumbuhan air
yang berada di sekitar lokasi kegiatan. Telur magot ditetaskan dimedia yang sudah sediakan
dalam baskom plastik. Telur magot yang sudah menetas dimasukan ke tempat pemeliharaan
yang sudah disiapkan sebagai media hidupnya yang terbuat dari cacahan kiambang (Salvinia

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

11
molesta) dan apu-apu (Pistia stratiotes) yang telah difermentasi dengan menggunakan molase.
Pada masa pemeliharaan magot diberikan dedak halus dan ampas kelapa yang bertujuan untuk
menyerap air yang berlebihan pada media pemeliharaannya. Masa pemeliharaan magot ±2
minggu dan magot tersebut sudah siap untuk dipanen serta digunakan sebagai bahan pembuatan
pakan ikan.

2.3.5 Teknis Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Lokal


Teknis pembuatan pakan berbahan baku lokal adalah memanfaatkan tumbuhan air yang
hidup melimpah di sekitar lokasi kegiatan penelitian berupa kiambang dan apu-apu yang
berfungsi sebagai media hidup dan makanan bagi magot yang dipelihara. Magot yang dihasilkan
tersebut dikeringkan selanjutnya dicampurkan dengan bahan lain berupa tepung dedak sebagai
sumber karbohidrat dan tumbuhan air yang telah difermentasikan untuk campuran pembuatan
pakan dan tepung tapioka sebagai “binder”. Ransum pakan dibuat mengikuti formulasi standar
bagi pemeliharaan ikan.
Pakan buatan berbahan baku lokal, dibuat dengan menggunakan mesin pencetak pakan.
Hasil pembuatan pakan berbahan baku lokal digunakan untuk pembesaran ikan betok, lele, gabus
dan gurami yang dipelihara yang ada di lokasi riset aksi di Desa Pilang.

2.3.6 Pelaporan Kegiatan


a. Laporan Kemajuan (Laporan Antara)
Laporan kemajuan kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa
gambut untuk mendukung upaya restorasi gambut adalah melaporkan secara tertulis hasil
kegiatan yang sudah dilaksanakan (uraian tugas tim pelaksana kegiatan, kemajuan pekerjaan,
keterlibatan pihak lain, kesesuaian kemajuan dengan dana yang diterima, hambatan dalam
pekerjaan dan upaya pemecahannya, hasil sementara yang sudah dicapai, kebaruan hasil riset
yang didapatkan, harapan pelaksana riset aksi terhadap BRG, kesimpulan dan rekomendasi
sementara).

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

12
b. Workshop/Seminar Kegiatan
Kegiatan workshop/seminar kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan
lokal rawa gambut untuk mendukung upaya restorasi gambut ini dilakukan untuk menyampaikan
hasil kegiatan, kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan di lapangan dan
rekomendasi hasil kegiatan.

c. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan akhir (final report) kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan
lokal rawa gambut untuk mendukung upaya restorasi gambut dibuat dalam bentuk laporan
tertulis (Pendahuluan : Latar Belakang, Rencana Kegiatan, Tujuan, Sasaran dan Manfaat,
Metode Kegiatan : Lokasi Kegiatan, Waktu Kegiatan, Kerangka Logis Kegiatan, Hasil dan
Pembahasan, Target Capaian Kegiatan, Kesimpulan dan Rekomendasi).

d. Publikasi Kegiatan
Publikasi kegiatan dilakukan melalui penyebaran leaflet dan publikasi karya ilmiah (jurnal
ilmiah) terhadap hasil kegiatan sudah dilakukan.
Pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut untuk mendukung upaya
restorasi gambut selanjutnya mulai dari tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan-kegiatan beserta
indikator pencapaian yang dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Logical Framework (logframe) Tujuan, Target Output dan Manfaat Pengembangan
Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi
Gambut.
Uraian Singkat Indikator dan Target Cara Pembuktian Asumsi Penting
Tujuan
1. Menyajikan inovasi 1. Inovasi teknologi 1. Bangunan wadah 1. Lokasi kegiatan
teknologi budidaya budidaya pembenihan pembenihan dan inovasi.
ikan lokal rawa dan pembesaran. pembesaran ikan. 2. Keterlibatan tim
gambut, analisis 2. Analisis keekonomian 2. Kegiatan budidaya pelaksana sebagai
keekonomian dan pengembangan pembenihan dan pengarah kegiatan
pembelajarannya yang teknologi budidaya pembesaran. tersedia sesuai
memungkinkan untuk pembenihan dan 3. Kegiatan bidang keahlianya.
diterapkan di areal pembesaran ikan. pembelajaran 3. Tersedianya dana
gambut dan 3. Kegiatan pembelajaran (pelatihan dan untuk melakukan
memberikan masyarakat melalui pembinaan). kegiatan.
keuntungan bagi kegiatan pelatihan dan
masyarakat. pembinaan.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

13
2. Menyajikan data hasil 1. Tersedianya data 1. Data hasil 1. Lokasi tempat dan
monitoring kualitas air pengamatan kualitas pengamatan kualitas waktu pengambilan
dan pertumbuhan ikan air. air. data.
(panjang dan berat), 2. Tersedianya data 2. Data hasil penga- 2. Keterlibatan tim
kelangsungan hidup pertumbuhan (panjang matan pertumbuhan lapangan dalam
ikan dan tingkat dan berat) dan ikan (panjang dan pengamatan data.
efesiensi pakan untuk kelangsungan hidup berat). 3. Tersedianya dana
menyusun draft paper ikan. 3. Data hasil untuk melakukan
atau karya ilmiah. 3. Tersedianya data hasil pengamatan kegiatan.
analisis efesiensi pemberian pakan.
pemberian pakan.
Target Output:
1. Teknologi budidaya 1. Terlaksananya kegiatan 1. Data hasil kegiatan 1. Fasilitas
ikan lokal rawa pengembangan budidaya ikan lokal pengembangan
gambut, keekonomian teknologi budidaya rawa gambut. pembenihan dan
dan pembelajarannya. ikan lokal rawa 2. Data keekonomian pembesaran.
gambut. hasil kegiatan 2. Keterlibatan tim
2. Terlaksananya kegiatan budidaya. pelaksana sesuai
ekonomi usaha 3. Data kegiatan dengan bidang
masyarakat pelaku pembelajaran keahlianya.
usaha budidaya. (pelatihan dan 3. Tersedianya dana
3. Terlaksananya pembinaan). untuk melakukan
pembelajaran melalui kegiatan.
kegiatan pelatihan dan
pembinaan.
2. Publikasi teknologi 1. Terlaksananya 1. Dokumentasi 1. Data publikasi hasil
budidaya ikan lokal pembuatan leaflet. kegiatan dalam kegiatan.
rawa gambut dalam 2. Terlaksananya bentuk leaflet dan 2. Keterlibatan tim
bentuk leaflet dan publikasi melalui jurnal ilmiah. pelaksana sesuai
jurnal ilmiah. jurnal ilmiah. bidang keahlian.
3. Ketersediaan dana
untuk membuat
leaflet dan jurnal
ilmiah.
Manfaat:
1. Tersedianya teknologi 1. Kegiatan 1. Data kegiatan 1. Tersedianya tenaga
tepat guna untuk pengembangan teknis pengembangan ahli tim pelaksana
pengembangan budidaya ikan lokal teknologi budidaya kegiatan
budidaya ikan lokal rawa gambut ikan lokal tersedia. 2. Masyarakat binaan
rawa gambut. terlaksana dengan mempunyai
baik. komitmen untuk
terlibat dan bersedia
dalam melakukan
kegiatan
pengembangan
teknis budidaya ikan
lokal rawa gambut.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

14
2. Dapat meningkatkan 1. Kegiatan analisis 1. Data kegiatan analisis 1. Tersedianya tenaga
keekonomian keekonomian perekonomian ahli tim pelaksana
masyarakat yang masyarakat pelaku masyarakat pelaku kegiatan
berada di sekitar di usaha budidaya ikan usaha budidaya ikan 2. Ketersediaan dana
areal gambut melalui terlaksana dengan tersedia. dan waktu untuk
kegiatan usaha baik. melaksanakan
budidaya ikan. kegiatan budiaya
pakan alami untuk
larva dan benih.
3. Dapat meningkatan 1. Kegiatan pelatihan dan 1. Data kegiatan hasil 1. Tersedianya tenaga
IPTEK masyarakat pembinaan masyarakat pelatihan dan ahli tim pelaksana
yang berada di sekitar terlaksana dengan pembinaan kegiatan.
areal gambut melalui baik. masyarakat tersedia. 2. Ketersediaan dana
kegiatan pelatihan dan dan waktu untuk
pembinaan. melaksanakan
kegiatan pembuatan
pakan ikan berbahan
baku lokal.
4. Terpublikasikan 1. Kegiatan publikasi 1. Data publikasi ilmiah 1. Tersedianya tenaga
teknologi budidaya ilmiah dalam bentuk dalam bentuk leaflet ahli tim pelaksana
ikan lokal rawa leaflet dan jurnal dan jurnal ilmiah kegiatan.
gambut dalam bentuk ilmiah. tersedia. 2. Ketersediaan dana
leaflet dan jurnal dan waktu untuk
ilmiah. melaksanakan
kegiatan.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan


Hasil kegiatan riset aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut : “Pengembangan
Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di
Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah”
dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1 Persiapan Kegiatan Riset Aksi


Persiapan kegiatan riset aksi “Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa
Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah” dibuat suatu perencanaan kegiatan
diantaranya adalah :
1. Penyusunan jadwal kegiatan riset aksi melalui rapat tim peneliti.
2. Merencanakan kegiatan rehabilitasi kolam dan fishpen di lokasi riset aksi untuk persiapan
pembesaran ikan betok, gabus dan gurami serta persiapan untuk kegiatan pembenihan ikan
betook yang meliputi : pemeliharaan induk, penataan bangsal mini untuk pemijahan,
pendederan larva hasil pemijahan, monitoring kualitas air dan pertumbuhan benih maupun
pertumbuhan ikan yang dipelihara di kolam dan fishpen.
3. Merencanakan rehabilitasi kolam masyarakat binaan untuk pembesaran ikan betok dan
gurami serta persiapan untuk kegiatan : perlakuan (treatment) kualitas air kolam masyarakat
binaan, penebaran benih dan kegiatan monitoring kualitas air dan pertumbuhan ikan yang
dipelihara.
4. Merencanakan kegiatan pelatihan kepada masyarakat binaan tentang teknis budidaya pakan
alami (rotifera dan magot) dan teknis pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal.
Persiapan kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang sudah didiskusikan
tim pelaksana berdasarkan hasil dari keputusan rapat.

3.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Riset Aksi


Pelaksanaan kegiatan riset aksi “Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut” :
“Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

16
Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi
Kalimantan Tengah”, diantaranya adalah :

a. Survei Lokasi dan Pembersihan Lahan


Pelaksanaan kegiatan survei lokasi untuk rehabilitasi kolam masyarakat binaan diawali
dengan kunjungan langsung ke Kepala Desa Pilang dan dari hasil diskusi diberikan rekomendasi
oleh kepala Desa nama 5 orang masyarakat Desa Pilang yang memiliki kolam untuk diusulkan
menjadi masyarakat binaan dalam kegiatan riset aksi. Berdasarkan rekomendasi tersebut tim
survei melakukan pengecekan langsung kondisi kolam dan pendataan kepada 5 orang
masyarakat tersebut untuk mendiskusikan kesediaan dan keterlibatan mereka dalam kegiatan
riset aksi. Selanjutnya setelah berdiskusi dengan masyarakat tim survei menetapkan 5 orang
masyarakat binaan yaitu : Pak Syahrilnur (Bapak Ester), Ibu Farida, Pak Yames, Ibu Rita dan
Pak Aman sebagai masyarakat binaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan/budidaya ikan
betok dan gurami.
Pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan dilakukan terutama pada lokasi riset aksi
kerjasama BRG dengan Cimtrop UPR di Desa Pilang dengan luas ± 1 ha dan juga pembersihan
di sekitar kolam masyarakat binaan sebelum dilakukan perbaikan/rehabilitasi kolam.

b. Kegiatan Budidaya Ikan Lokal


Kegiatan budidaya ikan lokal melalui riset aksi ini adalah : pembenihan ikan betok secara
bertahap dan sampling/pengamatan secara rutin setiap 15 hari sekali untuk mengamati
pertumbuhan ikan (berat dan panjang), tingkat kelangsungan hidup ikan (SR), tingkat konversi
pakan ikan dan monitoring kualitas air. Hasil kegiatan budidaya ikan lokal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Produksi Pembenihan Ikan Betok
Produksi benih ikan betok selain dipengaruhi faktor internal dan eksternal, juga
dipengaruhi faktor teknis pembenihan antara lain : penggunaan dosis pemberian hormon dari luar
tubuh, pemindahan larva sewaktu pendederan dan penanganan pasca panen larva. Tingkat
produksi benih ikan betok yang dilaksanakan di kolam riset aksi dapat dilihat pada Gambar 3
berikut ini.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

17
60

Tingkat Produksi Benih (%)


50
40
30
20
10
0
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Kegiatan Pembenihan

Gambar 3. Tingkat Produksi Benih Ikan Betok Di Kolam Riset Aksi

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat produksi pembenihan ikan betok dari
hasil pemijahan secara semi buatan di lokasi riset aksi mengalami penurunan setiap kali
melakukan kegiatan pembenihan. Dimana pada pembenihan tahap I rerata per pasang induk
mampu memproduksi benih sekitar 60% (± 3.500 ekor larva) yang setelah didederkan
menghasilkan benih sekitar 2.100 ekor. Pada pembenihan tahap II rerata per pasang induk
mampu memproduksi benih sekitar 45% (± 3.500 ekor larva) yang setelah didederkan
menghasilkan benih sekitar 1.575 ekor. Selanjutnya pada pembenihan tahap III rerata per pasang
induk mampu memproduksi benih sekitar 40% (± 3.500 ekor larva) yang setelah didederkan
menghasilkan benih sekitar 1.400 ekor.

2. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Kolam Riset Aksi
Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset
aksi selama 2 bulan, menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok mencapai
15,02 – 4,45/15.02 x 100% = 70,37% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif
mencapai 9,59 – 2,41/9,59 x 100% = 74,87%. Tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan
gabus mencapai 15,55 – 2,55/15,55 x 100% = 83,60% dengan tingkat rerata pertumbuhan
panjang relatif mencapai 10,87 – 5,86/10,87 x 100% = 46,09%. Selanjutnya tingkat rerata
pertumbuhan berat relatif ikan gurami mencapai 9,60 – 1,24/9,60 x 100% = 80,65% dengan
tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 7,94 – 4,33/7,94 x 100% = 45,47%. Tingkat

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

18
rerata pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset aksi dapat
dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

18
Rerata Tingkat Pertumbuhan Panjang dan

16
14
12
10
Berat Relatif (%)

8
6
4
2
0
Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang
(gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm)
Penebaran Sampling I Sampling II Sampling III Sampling IV

Waktu Pengamatan Tingkat Pertumbuhan Berat dan Panjang Di Kolam Riset Aksi
Ikan Betok Ikan Gabus Ikan Gurami

Gambar 4. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Kolam Riset Aksi

3. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gabus Di Kolam dan Fishpen Riset Aksi
Tingkat rerata pertumbuhan ikan gabus yang dipelihara di kolam dan fishpen riset aksi
dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata
pertumbuhan berat relatif ikan gabus yang dipelihara di fishpen mencapai 15,55 – 2,55/15,55 x
100% = 83,60% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 10,87 – 5,86/10,87 x
100% = 46,09%. Sedangkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan gabus yang dipelihara
di kolam mencapai 32,75 – 15,55/32,75 x 100% = 52,53% dan tingkat rerata pertumbuhan
panjang relatif mencapai 15,73 – 10,87/15,73 x 100% = 30,89%.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

19
Rerata Tingkat Pertumbuhan Panjang
35
30
dan Berat Relatif (%)

25
20
15
10
5
0
Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang
(gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm)
Penebaran Sampling I Sampling II Sampling III Sampling IV
Waktu Pengamatan Tingkat Pertumbuhan Berat dan Panjang Ikan Gabus
Kolam Riset Aksi Fishpen Riset Aksi

Gambar 5. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gabus Di Kolam dan Fishpen Riset Aksi

4. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami
Histogram tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara
di kolam dan fishpen riset aksi dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
105
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

100

95

90

85

80

75
Ikan Betok Di Kolam Ikan Gabus Di Kolam Ikan Gurami Di Kolam Ikan Gabus Di Fishpen
Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Pemeliharaan
Di Kolam Riset Aksi

Gambar 6. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Kolam
dan Ikan Gabus Di Fishpen Riset Aksi

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

20
Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok
yang dipelihara di kolam riset aksi mencapai 500/500 x 100% = 100%, tingkat rerata
kelangsungan hidup ikan gabus yang dipelihara di kolam riset aksi mencapai 1,433/1,500 x
100% = 95,56% dan tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara di kolam
riset aksi mencapai 1,251/1,500 x 100% = 83,40% serta tingkat rerata kelangsungan hidup ikan
gabus yang dipelihara di fishpen riset aksi mencapai 1,463/1,500 x 100% = 97,50%.

5. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami
Tingkat rerata konversi pakan ikan betok, gabus dan gurami di kolam dan tingkat konversi
pakan ikan gabus di fishpen riset aksi dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

1.8
Tingkat Konversi Pakan

1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Ikan Betok Di Kolam Ikan Gabus Di Kolam Ikan Gurami Di Kolam Ikan Gabus Di Fishpen

Pengamatan Tingkat Konversi Pakan (FCR) Selama Pemeliharaan


di Kolam Riset Aksi

Gambar 7. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami di Kolam dan
Ikan Gabus Di Fishpen Riset Aksi

Berdasarkan Gambar 7, menunjukkan tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang
dipelihara di kolam mencapai 16,46/(15,02 + 5,89) – 4,45 = 1, tingkat rerata konversi pakan ikan
gabus yang dipelihara di kolam mencapai 17,35/(15,55 + 4,01) – 2,55 = 1,02 dan tingkat rerata
konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam mencapai 19,81/(9,60 + 4,34) – 1,24 =
1,56 serta tingkat rerata konversi pakan ikan gabus yang dipelihara di fishpen mencapai
14,92/(32,75 + 19,25) – 15,55 = 1,15.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

21
6. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan dapat
dilihat pada Gambar 8 berikut ini.

26
Rerata Tingkat Pertumbuhan Panjang dan berat

24
22
20
18
16
14
relatif (%) Ikan Betok

12
10
8
6
4
2
0
Berat (gr) Panjang Berat (gr) Panjang Berat (gr) Panjang Berat (gr) Panjang Berat (gr) Panjang
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
Penebaran Sampling I Sampling II Sampling III Sampling IV

Waktu pengamatan Pertumbuhan Berat dan Panjang Ikan Betok


Di Kolam Masyarakat Binaan

Kolam Pak Syarilnur Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman

Gambar 8. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan ikan betok yang
dipelihara di kolam masyarakat binaan, adalah sebagai berikut :
1. Pak Syahrilnur (Bapak Ester) tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 23,82 –
2,41/23,82 x 100% = 89,88% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 9,80
– 4,45/9,80 x 100% = 54,59%,
2. Ibu Farida tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 17,75 – 2,41/17,75 x 100% =
86,42% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 10,14 – 4,45/10,14 x 100%
= 54,45%.
3. Pak Yames tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 19,57 – 2,41/19,57 x 100% =
87,69% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 10,24 – 4,45/10,24 x 100%
= 56,54%.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

22
4. Ibu Rita tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 16,75 – 2,41/16,75 x 100% =
85,61% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 9,89 – 4,45/9,89 x 100% =
55,01%.
5. Pak Aman tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 23,35 – 2,41/23,35 x 100% =
89,68% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 10,67 – 4,45/10,67 x 100%
= 58,29%.
7. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata pertumbuhan ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat binaan dapat
dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

24
Rerata Tingkat Pertumbuhan Panjang dan

22
20
18
berat relatif (%) Ikan Gurami

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang Berat Panjang
(gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm) (gr) (cm)
Penebaran Sampling I Sampling II Sampling III Sampling IV
Waktu pengamatan Pertumbuhan Berat dan Panjang Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan

Kolam Pak Syarilnur Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman

Gambar 9. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat dan panjang
relatif ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat binaan sebagai berikut :
1. Pak Syahrilnur (Bapak Ester) tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 10,39 –
1,27/10,39 x 100% = 93,97% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 10,39
– 4,33/10,39 x 100% = 58,33%,
2. Ibu Farida tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 7,11 – 1,27/7,11 x 100% =
82,14% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 7,63 – 4,33/7,63 x 100% =
43,25%.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

23
3. Pak Yames tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 8,86 – 1,27/8,86 x 100% =
85,67% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 8,16 – 4,33/8,16 x 100% =
55,13%.
4. Ibu Rita tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 7,01 – 1,27/7,01 x 100% =
81,88% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 7,53 – 4,33/7,53 x 100% =
42,50%.
5. Pak Aman tingkat rerata pertumbuhan berat relatif mencapai 17,01 – 1,27/17,01 x 100% =
92,53% dan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif mencapai 9,68 – 4,33/9,68 x 100% =
55,27%.

8. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini.

100
Tingkata Kelangsungan Hidup (%)

99
98
97
96
95
94
93
92
91
90
89
Kolam Pak Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman
Syarilnur
Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok Selama Pemeliharaan di
Kolam Masyarakat Binaan

Gambar 10. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok
yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak Ester) mencapai 493/500 x 100% = 98,50%, di
kolam Ibu Farida mencapai 394/500 x 100% = 78,83%, di kolam Pak Yames mencapai 483/500

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

24
x 100% = 96,67%, di kolam Ibu Rita mencapai 485/500 x 100% = 97,00% dan di kolam Pak
Aman mencapai 460/500 x 100% = 92,00%.

9. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Histogram tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara di kolam
masyarakat binaan dapat dilihat pada Gambar 11.

120
Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

100

80

60

40

20

0
Kolam Pak Syarilnur Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman
Pengamatan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Gurami Selama
Pemeliharaan di Kolam Masyarakat Binaan

Gambar 11. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan

Berdasarkan gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami
yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak Ester) mencapai 1,488/1.500 x 100% = 99,20%,
di kolam Ibu Farida mencapai 1,395/1,500 x 100% = 93,00%, di kolam Pak Yames mencapai
1,452/1,500 x 100% = 96,80%, di kolam Ibu Rita mencapai 1,419/1,500 x 100% = 94,57% dan
di kolam Pak Aman mencapai 1,476/1,500 x 100% = 98,40%.
10. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata konversi pakan ikan betok di kolam masyarakat binaan dapat dilihat pada
Gambar 12. Pada gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang
dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak Ester) mencapai 34,33/(23,82 + 12,25) – 2,41 = 1,02,
tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang dipelihara di kolam Ibu Farida mencapai
57,91/(17,75 + 9,84) – 2,41 = 2,30, tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang dipelihara di

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

25
kolam Pak Yames mencapai 33,15/(19,57 + 10,70) – 2,41 = 1,19, tingkat rerata konversi pakan
ikan betok yang dipelihara di kolam Ibu Rita mencapai 49,36/(16,75 + 9,74) – 2,41 = 2,05 dan
tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang dipelihara di kolam Pak Aman mencapai
35,82/(23,35 + 10,21) – 2,41 = 1,15.

2.5
Tingkat Konversi Pakan

1.5

0.5

0
Kolam Pak Syarilnur Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman
Pengamatan Tingkat Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok Selama Pemeliharaan
di Kolam Masyarakat Binaan

Gambar 12. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan

11. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata konversi pakan ikan gurami di kolam masyarakat binaan dapat dilihat pada
Gambar 13. Pada gambar tersebut, menunjukkan tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang
dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak Ester) mencapai 29,49/(21,05 + 4,39) – 1,27 = 1,22,
tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam Ibu Farida mencapai
20,37/(7,11 + 2,15) – 1,27 = 2,55, tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di
kolam Pak Yames mencapai 17,65/(8,86 + 3,80) – 1,27 = 1,55 tingkat rerata konversi pakan ikan
gurami yang dipelihara di kolam ibu Rita mencapai 18,57/(7,01 + 2,16) – 1,27 = 2,35 dan tingkat
rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam pak Aman mencapai 27,96/(17,01 +
4,97) – 1,27 = 1,35.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

26
3
Tingkat Konversi Pakan
2.5

1.5

0.5

0
Kolam Pak Syarilnur Kolam Ibu Farida Kolam Pak Yames Kolam Ibu Rita Kolam Pak Aman
Pengamatan Tingkat Konversi Pakan (FCR) Ikan Gurami Selama Pemeliharaan
di Kolam Masyarakat Binaan
Gambar 13. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan

12. Kualitas Air Di Lokasi Riset Aksi


Parameter kualitas air yang diukur di lokasi riset aksi dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pengamatan tingkat pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami. Grafik rerata beberapa
parameter kualitas air seperti suhu, DO dan pH yang merupakan parameter penting dalam
kegiatan pemeliharaan ikan di kolam dan di kanal (fishpen) riset aksi dapat dilihat pada Gambar
14.

35
Nilai Rerata Parameter Kualitas Perairan

30

25
(Suhu, DO dan pH)

20

15

10

0
Kanal Kolam Indukan Kolam Pendederan Kolam Pembesaran

Kolam Riset Aksi


Suhu DO pH
Gambar 14. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Lokasi Riset Aksi

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

27
Kondisi kualitas air di kanal, kolam indukan, kolam pendederan dan kolam pembesaran di
lokasi riset aksi menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Berdasarkan data hasil pengukuran
kualitas air diperoleh nilai kisaran rerata beberapa parameter kualitas air di lokasi riset aksi
adalah sebagai berikut : suhu air berkisar antara 27,60 – 29,19 oC, kekeruhan air (turbidity)
berkisar antara 87,43 - 727 NTU, kedalaman air (Depth) < 100 cm, derajat keasaman (pH)
berkisar antara 2,88 – 5,10, Dissolved Oxygen (DO) berkisar antara 1,04 – 3,55 mg/l, fosfat
(PO₄) berkisar antara 0,37 – 3,83 mg/l, nitrit (NO₂) berkisar antara 0,10 – 0,44 mg/l, besi (Fe)
berkisar antara 0,67 – 1,42 mg/l dan Total Dissolved Solid (TDS) berkisar antara 0,04 – 0,05 g/l.

13. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan


Parameter kualitas air yang diukur di kolam ikan betok masyarakat binaan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pengamatan tingkat pertumbuhan ikan betok dapat dilihat pada
Gambar 15. Berdasarkan data hasil pengukuran menunjukkan nilai parameter kualitas air di
kolam ikan betok masyarakat binaan juga berfluktuasi, dimana nilai rerata kualitas air adalah :
suhu air berkisar antara 26,39 – 29,14 oC, tingkat kekeruhan air (turbidity) berkisar antara 18,95
– 64,60 NTU, kedalaman air (Depth) berkisar antara 0,4 – 0,9 m, pH berkisar antara 5,44 – 6,48,
DO berkisar antara 3,42 – 4,72 mg/l, PO₄ berkisar antara 0,08 – 1,40 mg/l, NO₂ berkisar
antara 0,02 - 0,070 mg/l, Fe berkisar antara 0,040 – 12,14 mg/l dan TDS berkisar antara 0,082 –
0,16 g/l.
35
Nilai Rerata Parameter Kualitas
Perairan (Suhu, DO dan pH)

30
25
20
15
10
5
0
Pak Syahrilnur Ibu Farida Pak Yames Ibu Rita Pak Aman
Kolam Masyarakat Binaaan
Suhu (C) DO pH

Gambar 15. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Kolam Ikan Betok Masyarakat Binaan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

28
14. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Parameter kualitas air yang diukur di kolam ikan gurami masyarakat binaan yang dilakukan
bersamaan dengan pengamatan tingkat pertumbuhan ikan gurami dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan hasil pengukuran, menunjukkan nilai parameter kualitas air di kolam ikan gurami
masyarakat binaan berfluktuasi dengan nilai rerata kualitas air sebagai berikut : suhu air berkisar
antara 26,75 – 29,14 oC, tingkat kekeruhan air (turbidity) berkisar antara 14,75 – 302,43 NTU,
kedalaman air (Depth) berkisar antara 0,43 – 0,82 m, pH berkisar antara 5,54 – 6,42, DO berkisar
antara 2,15 – 4,72 mg/l, PO₄ berkisar antara 0,08 – 0,76 mg/l, NO₂ berkisar antara 0,02 - 0,59
mg/l, Fe berkisar antara 0,40 – 13,24 mg/l dan TDS berkisar antara 22, 77 – 233,33 g/l.

35
Nilai Rerata Parameter Kualitas

30
Perairan (Suhu, DO dan pH)

25
20
15
10
5
0
Pak Syahrilnur Ibu Farida Pak Yames Ibu Rita Pak Aman
Kolam Masyarakat Binaan
Suhu DO pH
Gambar 16. Grafik Beberapa Parameter Kualitas Air Di Kolam Ikan Gurami Masyarakat Binaan

3.1.3 Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha


Analisa keekonomian/finansial tingkat kelayakan usaha terhadap kegiatan pembenihan
ikan betok, kegiatan pembesaran ikan betok, gabus dan gurami di lokasi riset aksi serta kegiatan
pembesaran ikan betok dan gurami di kolam masyarakat binaan yang dapat diprediksi selama
masa pemeliharaan ± 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

29
Tabel 3. Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha

No. Jenis Kegiatan Jenis Biaya Usaha Jumlah Biaya (Rp) R/C
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pembenihan 1. Biaya Investasi:
Ikan Betok a. Bak fiber 2 buah @ Rp 5.700.000
2.850.000,-
b. Perbaikan kolam pendederan 5.000.000
larva Rp.5.000.000,-
c. Baskom besar 2 buah 350.000
Rp.175.000,-
d. Serok untuk larva 3 buah 90.000
Rp.30.000,-
e. Serok untuk benih 3 buah 105.000
Rp.35.000,-
f. Ember untuk pemberokan 80.000
induk 2 buah Rp 40.000,-
g. Tandon air 1 unit 1.750.000
Rp.1.750.000,-
h. Aerator listrik 2 unit 150.000
(selang dan batu) Rp 75.000,-
i. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 13.775.000 x 10% =
1.377.500
2. Biaya Produksi:
a. Induk ikan betok 10 pasang 1.500.000
@ Rp 150.000,-
b. Pakan untuk induk (LP-1) 1 400.000
sak @ Rp 400.000,-
c. Ovaprim 2 tube @ Rp 900.000
450.000,-
d. Spuit berbagai ukuran 12 buah 24.000
@ Rp 2.000,-
e. Akuadest 5 tube @ Rp 7.500,- 37.500
f. Pakan larva (fengli 0) 2 sak 500.000
Rp 250.000,-
g. Pakan larva (PF 500) 2 sak 500.000
Rp 250.000,-
Jumlah 3.861.500
3. Biaya Variabel:
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

30
(1) (2) (3) (4) (5)
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-
c. Daun kubis 15 kg @ Rp 262.500
17.500,-
d. Bibit rotifera 20 paket Rp 800.000
40.000.-
Jumlah 1.177.500
Total Biaya Usaha 6.416.500
4. Hasil penjualan produk:
SR larva = 55% (20.000 ekor) = 11.000.000
11.000 ekor) @ Rp 1.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 11.000.000 – 6.416.500 4.583.500
6. R/C :
11.000.000/6.416.500 1.71
2. Budidaya Ikan
Di Lokasi Riset 1. Biaya Investasi:
Aksi: a. Perbaikan Fishpen 3 buah @ 825.000
A. Budidaya Rp 275.000,-
Ikan Gabus b. Pembelian peralatan panen 255.000
Di Fishpen Jumlah 1.080.000 x 10% =
108.000
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gabus 1.500 ekor 3.000.000
@ Rp 2.000,-
b. Pakan LP-1 3 sak @ Rp 1.200.000
400.000,-
Jumlah 4.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
b. Desinfektan 1 paket 200.000
@ Rp 200.000,-
Jumlah 207.500
Total Biaya Usaha 4.515.500
4. Hasil penjualan produk:
SR = 90% (1.350 ekor x 0.20 kg 13.500.000
= 270 kg) @ Rp 50.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 13.500.000 – 4.515.500 8.984.500
6. R/C :
13.500.000/4.515.500 2.99

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

31
(1) (2) (3) (4) (5)
B. Budidaya 1. Biaya Investasi:
Ikan Betok a. Perbaikan kolam 5.250.000
Di Kolam b. Pembelian peralatan panen 255.000
c. Hapa 1 buah @ Rp 275.000,- 275.000
Jumlah 5.780.000 x 10% =
578.000
2. Biaya Produksi:
a. Benih ikan betok 1.000 ekor 1.500.000
@ Rp 1.500,-
b. Pakan LP-1 3 sak @ Rp 1.200.000
400.000,-
Jumlah 2.700.000
3. Biaya Variabel:
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 3.600.500
4. Hasil penjualan produk:
SR = 85% (850 ekor : 12 ekor/kg 3.905.000
= 71 kg) @ Rp 55.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 3.905.000 – 3.600.500 304.500
6. R/C :
3.905.000/3.600.500 1.08
C. Budidaya 1. Biaya Investasi:
Ikan Gurami a. Perbaikan kolam 10.500.000
Di Kolam @ Rp 5.250.000
b. Pembelian peralatan panen 255.000
c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 11.305.000 x 10% =
1.130.500
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gurami 3.000 6.000.000
ekor @ Rp 2.000,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

32
(1) (2) (3) (4) (5)
b. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 8.400.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 9.530.500
4. Hasil penjualan produk:
SR = 70% (2.100 ekor x 0.3 kg = 22.050.000
630 kg) @ Rp 35.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 22.050.500 – 9.530.500 12.519.500
6. R/C :
22.050.500/ 9.530.500 2,31
3. Budidaya Ikan 1. Biaya Investasi :
Di Kolam a. Pembersihan dan perbaikan 3.100.000
Masyarakat kolam
Binaan: b. Pembelian peralatan panen 255.000
A. Budidaya c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Ikan Betok Jumlah 3.905.000 x 10% =
dan Gurami 390.500
Di Kolam 2. Biaya Produksi :
Pak a. Benih ikan gurami 1.400 2.800.000
Syahrilnur ekor @ Rp 2.000,-
(Bapak Ester) b. Benih ikan betok 500 ekor 750.000
@ Rp 1.500,-
c. Pakan PF 800 1 sak @ Rp 250.000
250.000,-
d. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 6.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

33
(1) (2) (3) (4) (5)
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 6.913.000
4. Hasil penjualan produk:
a. SR ikan gurami= 80 % 11.760.000
(1.120 ekor x 0.3 kg = 336
kg) @ Rp 35.000
b. SR ikan betok = 85% (425 1.925.000
ekor : 12 ekor/kg = 35 kg) @
Rp 55.000
Jumlah 13.685.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 13.685.000 – 6.913.000 6.772.000
6. R/C :
13.685.000 / 6.913.000 1.97
B. Budidaya 1. Biaya Investasi :
Ikan Betok a. Pembersihan dan perbaikan 3.100.000
dan Gurami kolam
Di Kolam b. Pembelian peralatan panen 255.000
Ibu Farida c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 3.905.000 x 10% =
390.500
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gurami 1.400 2.800.000
ekor @ Rp 2.000,-
b. Benih ikan betok 500 ekor 750.000
@ Rp 1.500,-
c. Pakan PF 800 1 sak @ Rp 250.000
250.000,-
d. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 6.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

34
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfiktan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 6.913.000
4. Hasil penjualan produk:
a. SR ikan gurami= 55% (770 8.085.000
ekor x 0.3 kg = 231 kg) @
Rp 35.000
b. SR ikan betok = 75% (375 1.705.000
ekor : 12 ekor/kg = 31 kg) @
Rp 55.000
Jumlah 9.790.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 9.790.000 – 6.913.000 2.877.000
6. R/C :
9.790.000 / 6.913.000 1.40
B. Budidaya 1. Biaya Investasi :
Ikan Betok a. Pembersihan dan perbaikan 3.100.000
dan Gurami kolam
Di Kolam b. Pembelian peralatan panen 255.000
Bapak Yames c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 3.905.000 x 10% =
390.500
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gurami 1.400 2.800.000
ekor @ Rp 2.000,-
b. Benih ikan betok 500 ekor 750.000
@ Rp 1.500,-
c. Pakan PF 800 1 sak @ Rp 250.000
250.000,-
d. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 6.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

35
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 6.913.000
4. Hasil penjualan produk:
a. SR ikan gurami= 70% (980 10.200.000
ekor x 0.3 kg = 294 kg) @
Rp 35.000
b. SR ikan betok = 85% (425 1.925.000
ekor : 12 ekor/kg = 35 kg) @
Rp 55.000
Jumlah 12.215.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 12.215.000 – 6.913.000 5.302.000
6. R/C :
12.215.000 / 6.913.000 1.76
D. Budidaya 1. Biaya Investasi :
Ikan Betok a. Pembersihan dan perbaikan 3.100.000
dan Gurami kolam
Di Kolam b. Pembelian peralatan panen 255.000
Ibu Rita c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 3.905.000 x 10% =
390.500
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gurami 1.400 2.800.000
ekor @ Rp 2.000,-
b. Benih ikan betok 500 ekor 750.000
@ Rp 1.500,-
c. Pakan PF 800 1 sak @ Rp 250.000
250.000,-
d. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 6.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

36
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 6.913.000
4. Hasil penjualan produk:
a. SR ikan gurami= 65% (910 6.370.000
ekor x 0.2 kg = 182 kg) @
Rp 35.000
b. SR ikan betok = 75% (375 1.705.000
ekor : 12 ekor/kg = 31 kg) @
Rp 55.000
Jumlah 8.075.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 8.075.000 – 6.913.000 542.500
6. R/C :
8.075.000 / 6.913.000 1.17
E. Budidaya 1. Biaya Investasi :
Ikan Betok a. Pembersihan dan perbaikan 3.100.000
dan Gurami kolam
Di Kolam b. Pembelian peralatan panen 255.000
Bapak Aman c. Hapa 2 buah @ Rp 275.000,- 550.000
Jumlah 3.905.000 x 10% =
390.500
2. Biaya Produksi :
a. Benih ikan gurami 1.400 2.800.000
ekor @ Rp 2.000,-
b. Benih ikan betok 500 ekor 750.000
@ Rp 1.500,-
c. Pakan PF 800 1 sak @ Rp 250.000
250.000,-
d. Pakan LP-1 6 sak @ Rp 2.400.000
400.000,-
Jumlah 6.200.000
3. Biaya Variabel :
a. Pembelian kapur dolomit 10 15.000
kg @ Rp 1.500,-
b. Pupuk kandang 8 bungkus @ 100.000
Rp 12.500,-

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

37
(1) (2) (3) (4) (5)
c. Garam 5 kg @ Rp 1.500,- 7.500
d. Desinfektan 1 paket @ Rp 200.000
200.000,-
Jumlah 322.500
Total Biaya Usaha 6.913.000
4. Hasil penjualan produk :
a. SR ikan gurami= 75% 11.025.000
(1.050 ekor x 0.3 kg = 315
kg) @ Rp 35.000
b. SR ikan betok = 88% (440 2.035.000
ekor : 12 ekor/kg = 37 kg) @
Rp 55.000
Jumlah 13.060.000
5. Keuntungan usaha :
Rp 13.060.000 – 6.913.000 6.147.000
6. R/C :
13.060.000 / 6.913.000 1.89
Sumber : Data hasil analisa 2019

3.1.4 Pembelajaran/Pelatihan Kepada Masyarakat


1. Pelatihan Teknis Budidaya Pakan Alami (Rotifera dan Magot)
Pelatihan teknis budidaya pakan alami ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan (skill) bagi masyarakat yang sangat berguna dalam kegiatan budidaya ikan.
Format pelatihan melibatkan pengajaran teoritis dan praktikum dengan materi (modul pelatihan)
sebagai berikut:
a). Teknis budidaya pakan alami (Rotifera sp.) :
* Pengertian budidaya pakan alami
* Manfaat pakan alami terhadap larva dan benih
* Teknik budidaya pakan alami (Rotifera sp.)
* Teknik pemanenan pakan alami

b). Teknis budidaya pakan alami (Magot):


* Pengertian magot
* Manfaat magot untuk budidaya ikan
* Teknik budidaya magot

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

38
* Teknik pemanenan magot
Kegiatan pelatihan teknis budidaya pakan alami melibatkan masyarakat Desa Pilang
sebanyak 25 orang dengan lama kegiatan pelatihan 1 hari. Pelatihan ini diberikan oleh
instruktur/narasumber yang sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan dalam bidang
budidaya pakan alami baik secara teoritis maupun praktek.

2. Pelatihan Teknis Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Lokal


Pelatihan teknis pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (skill) bagi masyarakat yang sangat berguna dalam
kegiatan budidaya ikan. Format pelatihan melibatkan pengajaran teoritis dan praktikum dengan
materi (modul pelatihan) sebagai berikut:
a) Pengenalan jenis-jenis bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan
b) Metode pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal
c) Teknik formulasi penyusunan ransum pakan ikan berbahan baku lokal
d) Teknik perhitungan keperluan bahan pembuat pakan ikan berbahan baku lokal
Kegiatan pelatihan teknis pembuatan pakan berbahan baku lokal melibatkan kelompok
masyarakat Desa Pilang sebanyak 25 orang dengan lama kegiatan pelatihan 1 hari. Pelatihan ini
diberikan oleh instruktur/narasumber yang sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan
dalam bidang budidaya pakan alami baik berupa teoritis maupun praktek.

3.1.5 Publikasi Kegiatan


Hasil yang dipublikasikan adalah kegiatan pembenihan ikan lokal (ikan betok) dan
kegiatan pembesaran ikan betok, gabus dan gurami di kolam dan kegiatan pembesaran ikan
gabus di fishpen di lokasi riset aksi. Kegiatan publikasi ini untuk memberikan informasi
mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia
(BRG-RI) bekerjasama dengan UPT Laboratorium Lahan Gambut (LLG)-Cimtrop Universitas
Palangka Raya tahun 2019 melalui kegiatan Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa
Gambut : “Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung
Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau Provinsi
Kalimantan Tengah”.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

39
3.1.6 Kegiatan Lain-Lain Di Lokasi Riset Aksi
Lokasi kegiatan riset aksi, selain digunakan untuk kegiatan uji coba pemeliharaan ikan
(betok, gabus dan gurami serta lele lokal) dan kegiatan pelatihan bagi masyarakat yang berada di
sekitar lokasi kegiatan (Desa Pilang), juga digunakan untuk kegiatan praktek mata kuliah,
Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa serta kegiatan tindak lanjut Training of Facilitator
(TOF) Badan Restorasi Gambut RI bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut Daerah
Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka kegiatan praktek lapangan peserta TOF.

3.2. Pembahasan Hasil Kegiatan


3.2.1 Persiapan Kegiatan Riset Aksi
Kegiatan perencanaan riset aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut:
“Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya
Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi
Kalimantan Tengah”, dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan diantaranya adalah :
1) Penyusunan rencana kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan riset aksi berdasarkan hasil rapat
tim peneliti, 2) Merencanakan kegiatan rehabilitasi kolam dan fishpen di lokasi riset aksi
untuk persiapan pembesaran ikan betok, gabus dan gurami serta persiapan untuk kegiatan
pembenihan ikan betok yang meliputi : pemeliharaan induk, penataan bangsal mini untuk
pemijahan, pendederan larva hasil pemijahan, monitoring kualitas air dan monitoring
pertumbuhan ikan yang dipelihara di kolam dan fishpen, 3) Merencanakan rehabilitasi kolam
masyarakat binaan untuk pembesaran ikan betok dan gurami serta persiapan untuk kegiatan
perlakuan (treatment) kualitas air kolam masyarakat binaan, penebaran benih dan kegiatan
monitoring kualitas air dan monitoring pertumbuhan ikan yang dipelihara dan 4) Merencanakan
kegiatan pelatihan kepada masyarakat binaan tentang teknis budidaya pakan alami (rotifera dan
magot) dan teknis pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal.
3.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Riset Aksi
Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan perencanaan yang sudah didiskusikan tim riset aksi
berdasarkan hasil dari keputusan rapat. Kegiatan perencanaan riset aksi Pengembangan
Perikanan Lokal Rawa Gambut : “Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

40
Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah”, diantaranya adalah :
a. Survei Lokasi dan Pembersihan Lahan
Kegiatan survei lokasi dilakukan untuk mencari masyarakat binaan yang memiliki kolam
untuk dipergunakan dan dilibatkan secara langsung dalam kegiatan riset aksi tahun 2019.
Berdasarkan informasi dari kegiatan riset aksi tahun sebelumnya (2018) tim riset aksi
mengetahui bahwa ada beberapa masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang memiliki kolam tapi
tidak dipergunakan lagi karena kendala biaya operasional yang cukup besar terutama dalam
penyediaan pakan. Tim riset aksi melakukan kunjungan serta diskusi dengan Kepala Desa Pilang
dan berdasarkan hasil diskusi, kepala desa merekomendasikan 5 orang masyarakat Desa Pilang
yang memiliki kolam untuk dijadikan contoh sebagai masyarakat binaan dalam kegiatan riset
aksi tahun 2019. Berdasarkan hasil rekomendasi, tim melakukan pengecekan langsung terhadap
kondisi kolam dan menjelaskan tentang kegiatan serta melakukan diskusi dengan masyarakat
tersebut untuk memastikan kesediaan dan keterlibatan mereka dalam kegiatan riset aksi. Setelah
terjadi kesepakatan bersama, tim survei menetapkan 5 nama masyarakat Desa Pilang yang dipilih
sebagai masyarakat binaan untuk melakukan pemeliharaan/budidaya ikan betok dan gurami
adalah sebagai berikut : Pak Syahrilnur (Bapak Ester), Ibu Farida, Pak Yames, Ibu Rita dan Pak
Aman. Setelah kegiatan survei selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan kegiatan pembersihan
lahan di lokasi riset aksi dan kolam masyarakat binaan.

b. Kegiatan Budidaya Ikan Lokal


Kegiatan budidaya ikan lokal melalui riset aksi ini adalah : pembenihan ikan betok secara
bertahap, sampling/monitoring untuk mengetahui pertumbuhan (berat dan panjang) ikan, tingkat
kelangsungan hidup (SR) ikan, tingkat konversi pakan (FCR) ikan dan monitoring kualitas air.
Hasil kegiatan budidaya ikan lokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Produksi Pembenihan Ikan Betok Di Lokasi Riset Aksi
Tingkat produksi benih ikan betok yang dihasilkan dari kegiatan pemijahan secara semi
buatan di lokasi riset aksi mengalami penurunan setiap kali melakukan kegiatan pembenihan.
Dimana pada kegiatan pembenihan tahap I rerata per pasang induk memproduksi benih sebanyak
60%, tahap II sebanyak 45% dan tahap III sebanyak 40%. Penurunan tingkat produksi benih

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

41
ikan betok tersebut, diduga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan alami dan kondisi beberapa
parameter kualitas air. Pada fase larva merupakan fase kristis dalam hidup ikan sehingga
diperlukan makanan alami yang cocok/sesuai dan kondisi kualitas air yang mendukung untuk
kehidupan larva. Pada siang hari suhu air kolam mencapai nilai > 29 oC dan kedalaman air
kolam rata-rata < 1 m karena proses penguapan air yang cukup tinggi selama musim kemarau
serta air rawa gambut berwarna kehitaman sehingga panas cahaya matahari akan mudah diserap
oleh air kolam. Relatif hangatnya suhu air kolam juga mempengaruhi kemampuan air dalam
menyimpan oksigen akan berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin tinggi suhu air maka kelarutan oksigen semakin berkurang (Effendi, 2003). Salah satu
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memasang pelindung
(paranet) di atas kolam pendederan dan melakukan pengisian air kolam setiap 2 kali/minggu
selama musim kemarau. Kedepannya perlu dipersiapkan blower untuk menjaga kandungan
oksigen terlarut tetap stabil pada kolam khususnya untuk kolam pendederan. Hal ini didukung
oleh pernyataan Kristanto (2002), yang menyatakan bahwa proses aerasi dapat meningkatkan
oksigen terlarut di dalam air dan berguna untuk mikroba memperbanyak diri serta meningkatkan
kerja bakteri aerob untuk menguraikan bahan organik di dalam air.
2. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Kolam Riset Aksi
Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset
aksi ditentukan oleh ketersediaan pakan yang diberikan, kondisi kesehatan ikan dan kondisi
kualitas air. Faktor teknis yang dominan berpengaruh terhadap tingkat rerata pertumbuhan ikan
betok, gabus dan gurami adalah jumlah dan jenis pakan serta pengelolaan kualitas air.
Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset
aksi menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok 70,37% dengan tingkat
rerata pertumbuhan panjang relatif 74,87%. Tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan gabus
83,60% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 46,09% dan tingkat rerata
pertumbuhan berat relatif ikan gurami 80,65% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif
45,47%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan lebih
dominan dari pertumbuhan panjang relatif, hal ini menjelaskan bahwa pemberian pakan buatan
(pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh sangat baik untuk memacu tingkat rerata pertumbuhan
berat ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam riset aksi. Berdasarkan nilai rerata

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

42
pertumbuhan berat relatif >70% menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan tersebut dapat
memacu tingkat pertumbuhan berat relatif ikan betok, gabus dan gurami. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa pakan yang sesuai dengan tingkatan kebutuhan nutrisi dan
memiliki kecernaan yang tinggi dapat mendukung pertumbuhan optimum pada ikan yang
dipelihara (Amalia et al., 2013).

3. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gabus Di Kolam dan Fishpen Di Lokasi Riset Aksi
Tingkat rerata pertumbuhan ikan gabus yang dipelihara di kolam dan fishpen riset aksi
menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan yang berbeda. Dimana berat relatif ikan gabus yang
dipelihara di fishpen 83,60% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 46,09%,
sedangkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan gabus yang dipelihara di kolam 52,53%
dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 30,89%. Tingkat rerata pertumbuhan ikan
gabus yang dipelihara di fishpen lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam. Hal
ini dipengaruhi oleh pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh dan kondisi
kualitas air yang mendukung untuk pertumbuhan ikan.

4. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Lokasi
Riset Aksi
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam
dan tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gabus yang dipelihara fishpen menunjukkan tingkat
rerata kelangsungan hidup ikan betok 100%, tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gabus
95,56%, tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami 83,40% dan tingkat rerata kelangsungan
hidup ikan gabus yang dipelihara di fishpen 97,50%.
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam
dan fishpen riset aksi > 80%, berarti pemeliharaan ikan di kolam riset aksi dapat memanfaatkan
pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh untuk kelangsungan hidup dan
mampu beradaptasi dengan fluktuasi perubahan kualitas air di kolam dan fishpen di lokasi riset
aksi.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

43
5. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok, Gabus dan Gurami Di Lokasi Riset
Aksi
Tingkat rerata konversi pakan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di kolam dan
ikan gabus yang dipelihara fishpen di lokasi riset aksi menunjukkan tingkat rerata konversi
pakan ikan betok yang dipelihara dengan nilai 1, tingkat rerata konversi pakan ikan gabus yang
dipelihara dengan nilai 1,02 dan tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara
dengan nilai 1,56 serta tingkat rerata konversi pakan ikan gabus yang dipelihara di fishpen
dengan nilai 1,15. Tingkat rerata konversi pakan ikan betok, gabus dan gurami yang dipelihara di
kolam dan fishpen riset aksi menunjukkan nilai ≤ 1,56, yang menjelaskan bahwa pemeliharaan
ikan di kolam dan fishpen riset aksi sangat efisien memanfaatkan pemberian pakan buatan (pelet)
sebanyak 5% per bobot tubuh untuk memacu tingkat rerata pertumbuhan berat relatif.

6. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan


Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok yang dipelihara di kolam Pak
Syahrilnur (Bapak Ester) 89,88% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 54,59%, di
kolam Ibu Farida tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 86,42% dengan tingkat rerata
pertumbuhan panjang relatif 54,45%, di kolam Pak Yames tingkat rerata pertumbuhan berat
relatif 87,69% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 56,54%, di kolam Ibu Rita
tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 85,61% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang
relatif 55,01% dan di kolam Pak Aman tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 89,68% dengan
tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 58,29%.
Tingkat rerata pertumbuhan ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif lebih tinggi daripada pertumbuhan panjang
relatif. Tingginya tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok yang dipelihara di kolam
masyarakat binaan, diduga disebabkan karena pemberian pakan buatan sebanyak 5% per bobot
tubuh dapat memacu tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan betok sampai > 85%.
Disamping itu dipengaruhi oleh kondisi kualitas air yang mendukung selama pemeliharaan ikan.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

44
7. Tingkat Rerata Pertumbuhan Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata pertumbuhan ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan gurami yang dipelihara di kolam Pak
Syahrilnur (Bapak Ester) 93,97% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 58,3%, di
kolam Ibu Farida tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 82,14% dengan tingkat rerata
pertumbuhan panjang relatif 43,25%, di kolam Pak Yames tingkat rerata pertumbuhan berat
relatif 85,67% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 55,13%, di kolam Ibu Rita
tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 81,88% dengan tingkat rerata pertumbuhan panjang
relatif 42,50% dan di kolam Pak Aman tingkat rerata pertumbuhan berat relatif 92,53% dengan
tingkat rerata pertumbuhan panjang relatif 55,27%. Lebih tingginya nilai rerata pertumbuhan
ikan gurami di kolam pak Syahrilnur (Bapak Ester), diduga dipengaruhi oleh kondisi kualitas air
parameter kunci khususnya DO yang rerata nilainya berada di atas nilai minimun kriteria mutu
air untuk keperluan budidaya ikan air tawar sesuai yang dipersyaratkan dalam PP No 82 tahun
2001. Hal ini didukung juga oleh parameter kualitas air lainnya seperti fosfat dan nitrit yang
nilainya berada di bawah nilai maksimum yang dipersyaratkan untuk kegiatan pemeliharaan ikan
air tawar.
Tingkat rerata pertumbuhan ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat pertumbuhan berat relatif lebih tinggi daripada pertumbuhan panjang
relatif. Tingginya tingkat pertumbuhan berat relatif ikan gurami yang dipelihara di kolam
masyarakat binaan, diduga disebabkan oleh pemberian pakan buatan sebanyak 5% per bobot
tubuh sehingga dapat memacu tingkat rerata pertumbuhan berat relatif ikan gurami sampai >
81%. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa, efisiensi pakan yang tinggi
menunjukkan penggunaan pakan yang efisien, sehingga hanya sedikit protein yang dirombak
untuk memenuhi kebutuhan energi dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan (Huet, 1970).

8. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok yang dipelihara di kolam kolam masyarakat
binaan menunjukkan tingkat rerata SR ikan betok yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur
(Bapak Ester) 99,20%, di kolam Ibu Farida 78,83%, di kolam Pak Yames 96,67%, di kolam Ibu
Rita 97,00 % dan di kolam Pak Aman 92,00%.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

45
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan nilai ≥ 78,83%, yang menjelaskan bahwa pemeliharaan ikan di kolam masyarakat
binaan dapat memanfaatkan pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh untuk
memacu tingkat rerata kelangsungan hidup dan juga mampu beradaptasi dengan perubahan
fluktuasi kualitas air yang terjadi selama masa pemeliharaan. Hal ini didukung oleh literatur yang
menyatakan bahwa kualitas air yang digunakan untuk budidaya merupakan faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, pertumbuhan dan perkembangbiakan serta produksi
ikan (Cholik et al., 2014).

9. Tingkat Rerata Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara di kolam kolam masyarakat
binaan menunjukkan tingkat rerata SR ikan gurami yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur
(Bapak Ester) 99,20%, di kolam Ibu Farida 93,00%, di kolam Pak Yames 96,80%, di kolam Ibu
Rita 94,57% dan di kolam Pak Aman 98,40%,
Tingkat rerata kelangsungan hidup ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat
binaan ≥ 93%, berarti pemeliharaan ikan di kolam masyarakat binaan dapat memanfaatkan
pemberian pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh untuk memacu tingkat rerata
kelangsungan hidup dan juga mampu beradaptasi dengan perubahan fluktuasi kualitas air yang
terjadi selama masa pemeliharaan.

10. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Betok Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata konversi pakan ikan betok yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat rerata FCR ikan betok yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak
Ester) 1,02, tingkat rerata FCR ikan yang dipelihara di kolam Ibu Farida 2,30, tingkat rerata FCR
ikan yang dipelihara di kolam Pak Yames 1,19, tingkat rerata FCR ikan yang dipelihara di kolam
Ibu Rita 2,05 dan tingkat rerata FCR ikan betok yang dipelihara di kolam Pak Aman 1,15.
Menurut Iskandar dan Elrifadah (2015), konversi pakan merupakan perbandingan antara
jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah (DKPD), 2010 menyatakan bahwa semakin rendah nilai rasio pakan maka
kualitas pakan yang diberikan semakin baik, dimana nilai FCR yang cukup baik adalah berkisar
antara 0,8 – 1,6. Tingkat rerata FCR ikan betok yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

46
Ester), Pak Yames dan Pak Aman adalah ≤ 1,19 yang menunjukkan bahwa tingkat konversi
pakan ikan betok selama pemeliharaan berlangsung tergolong cukup baik dan cukup efisien
untuk memacu pertumbuhan bobot tubuh ikan betok. Hal ini diduga disebabkan karena kondisi
kualitas air pada kolam tersebut cukup baik sehingga ikan dapat memanfaatkan pakan secara
maksimal untuk menambah bobot tubuh ikan. Sedangkan tingkat rerata konversi pakan ikan
betok di kolam Bu Farida dan Bu Rita ≥ 2,05, menjelaskan bahwa tingkat konversi pakan ikan
tergolong kurang efisien untuk memacu pertumbuhan bobot tubuh ikan. Hal ini diduga
disebabkan karena kondisi kualitas air pada kolam tersebut kurang baik khususnya untuk
parameter kekeruhan (turbidity) yang relatif tinggi sehingga menyebabkan terbatasnya jarak
pandang ikan untuk mendapatkan makanannya (pelet).

11. Tingkat Rerata Konversi Pakan (FCR) Ikan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam masyarakat binaan
menunjukkan tingkat rerata FCR ikan gurami yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak
Ester) 1,22, tingkat rerata FCR ikan yang dipelihara di kolam Ibu Farida 2,55, tingkat rerata FCR
ikan yang dipelihara di kolam Pak Yames 1,55, tingkat rerata FCR ikan yang dipelihara di kolam
Ibu Rita 2,35 dan tingkat rerata FCR ikan yang dipelihara di kolam Pak Aman 1,35.
Tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam Pak Syahrilnur (Bapak
Ester), Pak Yames, dan Pak Aman ≤ 1,55, berarti pemeliharaan ikan gurami di kolam masyarakat
binaan cukup efisien untuk memacu tingkat rerata konversi pakan yang berasal dari pemberian
pakan buatan (pelet) sebanyak 5% per bobot tubuh. Sama halnya dengan nilai FCR pada kolam
ikan betok, hal ini juga disebabkan karena kondisi kualitas air yang lebih baik pada kolam
tersebut sehingga ikan dapat memanfaatkan pakan secara maksimal untuk menambah bobot
tubuhnya. Sedangkan tingkat rerata konversi pakan ikan gurami yang dipelihara di kolam Bu
Farida dan Bu Rita ≥ 2,35, berarti pemeliharaan ikan gurami di kolam tersebut kurang efisien
untuk memacu tingkat rerata konversi pakan yang berasal dari pemberian pakan buatan (pelet)
sebanyak 5% per bobot tubuh. Hal ini diduga disebabkan karena kondisi kualitas air pada kolam
tersebut kurang baik khususnya untuk parameter kekeruhan (turbidity) yang relatif tinggi
sehingga menyebabkan terbatasnya jarak pandang ikan untuk mendapatkan makanannya (pelet).

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

47
12. Kualitas Air Di Lokasi Riset Aksi
Kondisi kualitas air di lokasi riset aksi berfluktuasi dan beberapa nilai parameter kualitas
air seperti pH dan DO menunjukkan nilai di bawah kriteria mutu air (kelas II dan III) yang
dipersyaratkan untuk keperluan budidaya ikan air tawar berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
82 tahun 2001. Sedangkan untuk parameter kualitas air seperti fosfat dan nitrit menunjukkan
nilai di atas kriteria mutu air (kelas II dan III) yang dipersyaratkan untuk keperluan budidaya
ikan air tawar. Walaupun ikan lokal yang dipelihara di lokasi kegiatan merupakan ikan yang
dapat beradaptasi dengan kondisi pH dan DO yang relatif rendah, namun upaya perbaikan
kualitas air kolam tetap dilakukan selama kegiatan pemeliharan ikan dengan cara melakukan
kegiatan pengapuran dan mengairi kolam setiap 2 kali/minggu.

13. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Betok dan Gurami Di Kolam Masyarakat Binaan
Kondisi parameter kualitas air di kolam masyarakat binaan juga menunjukkan nilai yang
berfluktuasi. Kondisi parameter kualitas air seperti suhu dan fospat beberapa kali menunjukkan
nilai yang berada di atas ambang batas maksimum yang dipersyaratkan untuk kegiatan budidaya
ikan air tawar. Sedangkan untuk parameter pH dan DO data hasil pengukuran menunjukkan
beberapa nilai yang berada di bawah ambang batas minumum kriteria mutu air untuk kegiatan
budidaya ikan air tawar berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Untuk mengatasi hal tersebut
dilakukan perbaikan kualitas air dengan melakukan pengapuran pada kolam dan memasang
blower pada kolam yang kandungan oksigen terlarutnya relatif rendah. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa pengapuran merupakan cara sederhana dalam mengatasi
masalah budidaya terutama untuk menetralisir derajat keasaman air (Thunjai et al., 2004) dan
proses aerasi dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut di dalam air (Kristanto, 2002).

3.2.3. Analisa Keekonomian/Finansial Tingkat Kelayakan Usaha


Berdasarkan analisa finansial tingkat kelayakan usaha di lokasi riset aksi, menunjukkan
bahwa kegiatan usaha pembenihan ikan betok dengan nilai R/C sebesar 1,71, budidaya ikan
gabus di fishpen dengan nilai R/C sebesar 2,99, budidaya ikan betok di kolam dengan nilai R/C
sebesar 1,08 dan budidaya ikan gurami di kolam dengan nilai R/C sebesar 2,31. Sedangkan
analisa finasial tingkat kelayakan usaha budidaya ikan di kolam masyarakat binaan menunjukkan
budidaya ikan di kolam Pak Syarilnur (Bapak Ester) dengan nilai R/C sebesar 1,97, di kolam Ibu

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

48
Farida dengan nilai R/C sebesar 1,40, di kolam Pak Yames dengan nilai sebesar 1,76, di kolam
Ibu Rita dengan nilai R/C sebesar 1,17 dan di kolam Pak Aman dengan nilai R/C sebesar 1,89.
Tingkat kelayakan usaha pembenihan ikan betok, budidaya ikan di lokasi riset aksi dan budidaya
ikan di kolam masyarakat menunjukkan nilai R/C >1 yang menjelaskan bahwa usaha tersebut
sangat layak untuk dikembangkan di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang
Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.

3.2.4 Pembelajaran/Pelatihan Kepada Masyarakat


Kegiatan pelatihan kepada masyarakat tentang teknis budidaya pakan alami (rotifera dan
magot) dan teknis pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal diikuti oleh 25 orang masyarakat
Desa Pilang termasuk masyarakat binaan yang dijadikan percontohon.
Masyarakat yang mengikuti kegiatan pelatihan ini sekitar 50% yang mengerti, memahami
dan berminat untuk mengembangkan budidaya pakan alami (rotifera dan magot) serta
pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal. Beberapa masyarakat yang telah mengikuti
pelatihan ada yang langsung mempraktekan secara mandiri untuk kegiatan budidaya pakan alami
(magot) dan pembuatan pakan berbahan baku lokal. Sedangkan sekitar 40% masyarakat peserta
pelatihan yang mengerti, memahami dan masih ragu untuk melakukan pembenihan dan
pembesaran ikan lokal rawa gambut karena kendala biaya/modal. Sekitar 10% dari masyarakat
yang mengikuti pelatihan tersebut masih belum mengerti, memahami dan belum berminat untuk
mengembangkan budidaya pakan alami (rotifera dan magot) dan pembuatan pakan ikan
berbahan baku lokal.

3.2.5 Publikasi Kegiatan


Hasil kegiatan riset aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut : “Pengembangan
Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi Gambut Di
Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah”
ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah 1). Membuat dan menyebarkan leaflet
yang berisi tentang informasi kegiatan riset aksi pada kegiatan seminar, workshop dan pertemuan
ilmiah lainnya, 2). Membuat draf jurnal (paper) dan mengirimkan jurnal tersebut untuk
dipublikasikan, 3). Membuat produk magot kering yang dihasilkan dari kegiatan budidaya yang
dikemas sedemikian rupa dan dilengkapi dengan informasi mengenai komposisinya. Produk

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

49
Magot kering diberi label dengan nama produk “Ohmagot” yang diproduksi oleh Tim Riset Aksi
Kerjasama BRG RI dengan Laboratorium Lahan Gambut (LLG)-Cimtrop Universitas Palangka
Raya Tahun 2019. Konsorsium Universitas Palangka Raya (UPR) dengan Universitas Kristen
Palangka Raya (UNKRIP).

3.2.6 Kegiatan Lain-Lain Di Lokasi Riset Aksi


Lokasi kegiatan riset aksi juga bermanfaat dalam mendukung proses pembelajaran bagi
mahasiswa dari Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Sebanyak 16
orang mahasiswa Prodi Budidaya Perairan (BP) telah melaksanakan praktek mata kuliah
Pengelolaan Rawa Gambut di lokasi riset aksi selama 1 hari dan sebanyak 12 orang mahasiswa
Program Studi Budidaya Perairan dan Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih 1,5 bulan. Selain itu lokasi kegiatan riset
aksi juga digunakan untuk kegiatan tindak lanjut Training of Facilitator (TOF) yang
dilaksanakan oleh Badan Restorasi Gambut RI bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka kegiatan praktek lapangan dengan jumlah
peserta sebanyak 25 orang dengan materi budidaya ikan di lahan gambut.
Lokasi kegiatan riset aksi ini terbuka dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran,
pengembangan perikanan lokal rawa gambut baik untuk masyarakat di Desa Pilang, mahasiswa
dan instansi terkait untuk kegiatan restorasi lahan gambut berbasis perikanan.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019

50
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Subandiyono., Arini, E, 2013. Pengaruhan Pengunaan Papain Terhadap Tingkat
Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Of
Aquaculture Management and Technology. 1 : 136-143.

Cholik. F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor
26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.

Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKPD), 2010. Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran
Ikan Nila. Dinas Kelautan dan Perikanan. Sulawesi Tengah. 2 hlm.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Huet. M. 1970. Textbook of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book Ltd).
London. 436 p.

Iskandar, R. & Elrifadah. 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nilai (Oreochromis niloticus)
yang diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang. ZIRAA’AH 40 (1) : 18-24.

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI Yogyakarta dengan LPPM Universitas Kristen
Petra Surabaya. Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

Thunjai, T., Boyd, C.E., Boonyaratpalin, M. 2004. Quality of liming materials used in aquaculture in
Thailand. Aquaculture International 12:161-168.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata Letak Kegiatan Riset Aksi Pengembangan Ikan Lokal Rawa Gambut

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
55
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Kunjungan Kepala Deputi IV BRG RI

Pembenihan & Pendederan Ikan Betok (Anabas testudineus)

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
56
Penebaran Benih Ikan Gabus (Channa striata)

Penebaran Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy)

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
57
Penebaran Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy)

Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Gurami Pada Masyarakat Binaan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
58
Pengukuran Kualitas Air Di Kolam Masyarakat Binaan

Rehabilitasi Kolam Masyarakat Binaan

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
59
Rehabilitasi Kolam dan Fishpen Di Lokasi Riset BRG

Budidaya Pakan Alami

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
60
Pelatihan Teknis Budidaya Pakan Alami (Rotifera dan Magot)

Praktikum Budidaya Rotifera

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
61
Praktikum Budidaya Magot

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
62
Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
63
Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
64
Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
65
IV. TARGET CAPAIAN KEGIATAN

Target capaian kegiatan Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut:
“Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi
Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah" sebagaimana Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Target Capaian Kegiatan
No. Jenis Kegiatan Taget Capaian (%)
1. Perencanaan kegiatan penelitian 100
2. Pelaksanaan penelitian :
1.1. Survei lokasi dan pembersihan lahan. 100
1.2. Pengamatan lapangan :
1.2.1. Pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut.
a. Pembenihan ikan betok 100
b. Pembesaran ikan dan monitoring KA dan pertumbuhan ikan 100
c. Peyediaan pakan alami dan pembuatan pakan 100
1.2.2. Keekonomian pengembangan budidaya ikan lokal rawa 100
gambut (masyarakat dapat memproduksi ikan sampai ukuran
konsumsi).
1.3. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Lapangan :
1.3.1. Monev lapangan 100
1.3.2. ATK dan penggandaan laporan antara 100
3. Biaya pembelajaran pengembangan teknologi budidaya dan
operasional :
3.1. Pembelajaran pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa
gambut :
3.1.1. Pelatihan teknis budidaya pakan alami (rotifera dan 100
magot).
3.1.2. Pelatihan teknis pengolahan pakan berbahan baku lokal 100
3.2. Honorarium tim pelaksana 100
3.3. Honorarium tenaga administrasi dan fasilitator. 100
3.4. Honorarium tenaga ahli pelaksanaan. 100
4. Bahan, pembuatan laporan dan seminar hasil :
4.1. ATK dan penggandaan laporan antara dan akhir. 100
4.2. Rapat Tim Pelaksana. 100
4.3. Monitoring kolam masyarakat dan Pembinaan. 100
4.4. Publikasi kegiatan (leaflet dan jurnal/prosiding).
4.4.1. Leaflet 100
4.4.2. Draft Jurnal (paper) 100
Total Capaian 100

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
51
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan kegiatan Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut :
“Pengembangan Teknologi Budidaya Ikan Lokal Rawa Gambut Untuk Mendukung Upaya Restorasi
Gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah” adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya inovasi teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut untuk mendukung upaya restorasi,
hasil analisis keekonomian/finansial sangat layak dikembangkan usaha pembenihan ikan betok dan
pembesaran ikan betok, gabus dan gurami di lahan rawa gambut dan hasil pembelajaran terhadap
budidaya pakan alami (rotifera dan magot) maupun pembuatan pakan berbahan baku lokal dapat
diterapkan di areal gambut dan memberikan keuntungan bagi masyarakat.
2. Tersedianya data hasil monitoring kualitas air dan pertumbuhan ikan (panjang dan berat),
kelangsungan hidup ikan dan tingkat efesiensi pakan sebagai acuan kerangka pemikiran untuk
pengembangan budidaya ikan lokal rawa gambut.

5.2 Saran
Saran untuk pengembangan pembenihan ikan betok dan budidaya ikan betok, gabus dan gurami
melalui kegiatan pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut untuk mendukung upaya
restorasi gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau Provinsi
Kalimantan Tengah sebaiknya dilaksanakan pada awal musim penghujan baik untuk kegiatan
pembenihan maupun pembesaran ikan di lahan rawa gambut.

5.3 Rekomendasi
Rekomendasi hasil kegiatan riset aksi pengembangan teknologi budidaya ikan lokal rawa gambut
untuk mendukung upaya restorasi gambut Di Desa Pilang Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang
Pisau Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi inovasi pembenihan ikan betok secara berkelanjutan
dalam rangka penyediaan benih ikan betok untuk pembesaran di lahan gambut.
2. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi inovasi pembesaran ikan betok, gabus dan gurami
secara berkelanjutan untuk masyarakat binaan dalam rangka mendukung upaya restorasi gambut.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
52
3. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi inovasi pembuatan pakan ikan berbahan baku lokal
secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan pakan ikan untuk pengembangan budidaya ikan
lokal rawa gambut.
4. Pemanfaatan dan pengembangan teknologi inovasi pembuatan kolam untuk budidaya ikan lokal
rawa gambut dalam rangka mendukung upaya restorasi gambut.
5. Pembentukan mitra kerjasama dengan pihak pemerintah daerah, perusahaan swasta dan Perguruan
Tinggi untuk mempercepat pengembangan restorasi gambut berbasis argoindustri dan argowisata.

Laporan Akhir Riset Aksi Pengembangan Perikanan Lokal Rawa Gambut 2019
53

Anda mungkin juga menyukai