Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROSES PENGOLAHAN IKAN TERI JENGKI (Stolephorus indicus) ASIN


KERING DI GUDANG TERI SOFI BAROKAH DESA BRINGSANG
KECAMATAN GILIGENTING KABUPATEN SUMENEP

Oleh :

KHAIRUL ANAM
NPM : 2020030300013

PRODI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
PAMEKASAN
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROSES PENGOLAHAN IKAN TERI JENGKI (Stolephorus


indicus) ASIN KERING DI GUDANG TERI SOFI BAROKAH
DESA BRINGSANG KECAMATAN GILIGENTING
KABUPATEN SUMENEP, JAWA TIMUR

Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agrobisnis Perikanan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura

Nama : Khairul Anam

NPM : 2020030300013

Program Studi : Agrobisnis Perikanan

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

Ketua Kaprodi Dosen Pembimbing


Agrobisnis Perikanan

Dr. Sugiono, S.Pi.,M.P Doni Ferdiasyah, S, Kel., MM

NIDN : 0727027802 NIDN : 0725028801

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan yang berjudul “Proses Pengolahan Ikan Teri Jengki (Stolephorus indicus)
Asin Kering Di Gudang Teri Sofi Barokah Desa Bringsang Kecamatan Giligentinh,
Kabupaten Sumenep.”
Saya ucapan terima kasih kepada para pendukung : Keluarga khusunya orang tua,
Dosen, dan teman-teman semua.
Tiada gading yang tak retak, penulis merasa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat dalam
menambah pengetahuan bagi penulis serta pembaca pada umumnya.

Pamekasan, 01 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBARvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Teri Jengki
2.1.1 Deskripsi
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3 Morfologi2.1.4 Nilai Gizi
2.2 Ikan Asin
2.3 Pengolahan Tradisional
2.4 Prinsip Penggaraman2.5 Metode Penggaraman
2.6 Proses Pengeringan
2.7 Proses Pengolahan Ikan Teri Asin
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
3.2 Metode Kerja
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
3.3.2 Data Sekunder3
BAB IV PEMBAHASAN4
4.1 Sejarah Singkat
4.2 Bahan Pendukung Produksi
4.3 Proses Pengolahan Ikan Teri Jengki (S. Indicus) Asin Kering
4.3.1 Alur Proses

iv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi Ikan Teri Jengki (S. indicus) Segar per 100 gram

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Teri Asin (Sutarni, 2013) ................11

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan teri merupakan ikan pelagis kecil yang bersifat schooling. Ikan ini
mempunyai nilai ekonomis penting untuk konsumsi domestik atau ekspor. Kandungan
utama ikan teri adalah protein dan kalsium yang baik untuk kesehatan dan pertumbuhan.
Namun, sifatnya yang mudah rusak (perishable commodity) memerlukan penanganan
yang baik untuk mempertahankan kualitas. Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan salah
satu sumber daya hayati laut yang tersedia hampir di seluruh perairan Indonesia dan
merupakan salah satu komoditas ekspor andalan dari subsektor perikanan. Setiap
tahunnya terjadi peningkatan pasar ekspor ke negara-negara tujuan ekspor misalnya
Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa(Supriyadi, 2012).
Perairan laut Jawa yang mempunyai perkiraan penyebaran sumberdaya ikan
pelagis kecil seluas 400.000 km2dengan potensi ikan pelagis kecil sekitar
340.000 ton per tahun dan produksinya sekitar 433.000 ton per tahun, tingkat
pemanfaatannya telah mencapai sekitar 130 persen yang melebihi potensi lestari.
Dengan tingkat pemanfaatan berlebih tersebut, maka laut jawa merupakan daerah
perikanan padat tangkap (Pranggono, 2003).
Produk olahan ikan secara tradisional atau cured fish adalah produk yang
diolah secara sederhana dan umumnya dilakukan pada skala industri rumah tangga.
Jenis olahan yang termasuk produk olahan tradisional ini adalah ikan kering atau asin
kering. Produk seperti ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di negara-negara
lain di Asia, Afrika, bahkan di negara Eropa seperti Inggris, Norwegia dan Polandia. Di
Indonesia, pengolahan ikan secara tradisional dilakukan oleh para nelayan dan
keluarganya di sepanjang pantai tempat pendaratan ikan dengan cara pengolahan yang
diwariskan secara turun-temurun (Heruwati, 2002).
Pengawetan ikan asin sebenarnya terdiri dari dua proses yaitu proses
penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman yaitu
untuk memperpanjang daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman
menjadi awet karena garam dapat menghambat dan membunuh mikroba penyebab
pembusukan. Proses pengeringan ikan asin akan semakin menambah daya simpan
produk, karena mampu menurunkan kadar air dalam tubuh ikan sekaligus menjadi
faktor penghambat pertumbuhan mikroba. Pengawetan ikan akan menyebabkan
berubahnya sifat-sifat ikan segar diantaranya bau, rasa, bentuk dan tekstur dagingnya

1
(Sedjati, 2006). Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penentrasi garam
kedalam tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut dengan cepat
melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan
keluarnya cairan dari tubuh ikan partikel garam akan masuk kedalam tubuh ikan, ikan
yang diolah dengan penggaraman dinamakan ikan asin (Sutarni, 2013).
Pengeringan ikan merupakan salah satu cara pengawetan ikan yang tertua.
Pada umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan panas matahari dan alat
pengeringan. Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan cara mengurangi
kandungan air pada tubuh ikan sebanyak mungkin sehingga kegiatan bakteri akan
terhambat dan dapat mematikan bakteri (Hendrasty, 2013).
Di Indonesia sebagian produk perikanan masih diolah serta diawetkan dengan
cara penggaraman dan pengeringan. Unit pengolahan yang memproduksi ikan teri asin
kering tersebar di berbagai daerah. Berdasarkan perbedaan daerah pengolahan tersebut,
sehingga dapat mempengaruhi perbedaan karakteristik bahan baku ikan teri yang
digunakan oleh unit pengolahan tersebut, serta pada setiap unit pengolahan ikan teri asin
memiliki karakteristik proses pengolahan yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan
produk yang memiliki perbedaan meskipun tidak terlalu kontras dengan produk ikan
asin pada umumnya. Pada dasarnya proses pengolahan ikan teri asin kering pada setiap
daerah mempunyai cara dan metode yang berbeda-beda dalam proses pegolahannya,
sehingga dapat menghasilkan suatu produk olahan ikan asin yang memiliki cita rasa,
tekstur dan bentuk yang khas yang mencirikan asal daerah pembuatan ikan teri asin
tersebut, meskipun tidak terlalu berbeda dengan produk ikan teri asin pada umumnya.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui proses pengolahan ikan teri jengki (S. indicus) asin kering mulai dari
penerimaan bahan baku ikan teri segar sampai menjadi produk ikan asin kering
2. Mengetahui karakteristik atau perbedaan bahan baku dan produk ikan teri jengki (S.
indicus) asin kering di Gudang Teri Sofi Barokah.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan ikan teri jengki
(S.indicus).asin.kering.

2
1.3 Manfaat
1. Memberi gambaran tentang proses pengolahan ikan asin dari ikan teri jengki
(S.indicus)
2. Membandingkan serta membahas antara teori yang didapat dari studi pustaka
dengan praktek yang dilakukan di lapangan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.
3. Memberikan informasi kepada pihak yang memerlukan mengenai proses
pengolahanikan asin dari ikan teri jengk (S. indicus).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Teri Jengki (Stolephorus indicus)
2.1.1 Deskripsi
Ikan teri termasuk ke dalam ordo Malacopterygii, famili Clupeidae, genus Stolephorus
dan spesies Stolephorus sp. Ciri-siri umum dari spesies ini adalah mempunyai panjang
40-145 mm, sisiknya tipis dan mudah terlepas, linie lateral terletak antara sirip dada
dan sirip perut dan berwarna keperakan. Ikan dari marga Stolephorus ini dikenal di
Jawa dengan nama teri. Sedikitnya ada sembilan jenis teri yang terdapat di Indonesia,
misalnya S. heterolobus,S. insularis, S. tri, S. baganensis, S. zollingeri, S. commersonii
dan S. indicus. Ikan teri jenis S. commersonii dan S. indicus bisa mencapai ukuran
panjang 17,5 cm dan dikenal dengan teri kasar atau gelagah karena ukurannya yang
besar (Sedjati, 2006).
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Saanin (1968) dalam Magdalena (2010), klasifikasi ikan teri (S.
indicus) secara umum adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopteygii
Famili : Clupeidae Subfamili
: Stolephorus
Spesies : Stolephorus indicus

2.1.3 Morfologi
Secara morfologi ikan teri jengki (S. indicus) memiliki badan yang bulat
memanjang (fosiform) atau gepeng ke samping (compressed) dengan panjang tubuh
antara 6-9 cm, tetapi jenis-jenis yang berukuran besar dapat mencapai 17,5 cm. bentuk
mulut tumpul, rahang bawah lebih pendek dari rahang atas, antara sirip dada dan sirip
perut terdapat scute yang disebut ventral scute, yaitu sisik keras yang meruncing di
bagian bawah perut. Warna punggung agak gelap dan badannya tidak berwarna atau
agak kemerah-merahan, samping tubuhnya terdapat selempang putih bewarna
keperak-perakan memanjang dari kepala sampai ekor. Sisiknya kecil dan tipis, mudah
terlepas, tulang rahang atas memanjang mencapai celah insang. Sirip dorsal tanpa duri
pardosal, sebagian atau seluruhnya dibelakang anus, pendek dengan jari-jari lemah
4
berjumlah 16-23 buah. Jari-jari lemah teratas dari sirip pectoral tidak memanjang.
Giginya terdapat pada rahang, langit-langit, pelatin, ptrigoid dan lidah (Jasman, 2004).
S. indicus sangat mirip dengan S. commersonnii, tetapi S. indicus tidak
memiliki garis-garis pigmen padapunggungnya dan maksilanya pendek. Hidupnya
soliter dan dapat ditemukansepanjang tahun dalam jumlah kecil di sepanjang pantai
Jawa terutama pada bulan Juli-Agustus. Kadang-kadang spesies ini memasuki sungai-
sungai di Sumatera danKalimantan (Magdalena, 2010).

Gambar 1. Ikan Teri Jengki (S.indicus) Sumber : Magdalena (2010)

2.1.4 Nilai Gizi


Jika kandungan lemak pada daging semakin besar, kandungan air akan
semakin kecil dan sebaliknya. Meski ukurannya mini, ikan teri kaya kandungan nutrisi
dan tentunya memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Komposis inilai gizi ikan teri
jengki (S. indicus) dapat dilihat pada tabel 1.

5
Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi Ikan Teri Jengki (S. indicus) Segar per 100 gram.
No Kandungan Gizi Nilai Satuan
1. Energi 70,2 Kal

2. Protein 10,3 G

3. Lemak 1,4 G

4. Kadar abu 4,2 G

5. Kalsium 972,0 Mg

6. Fosfor 253,0 Mg

7. Besi 3,9 Mg

8. Karotin 28,0 Mg

9. Vitamin A 42,0 SI

10. Vitamin B1 0,24 Mg

11. Air 80,0 G

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi,
DEPKES (1990).

2.2 Ikan Asin


Ikan asin merupakan salah satu produk perikanan tradisional yang paling
sederhana dibandingkan dengan produk lainnya. Produk ini dihasilkan dari proses
pengasinan (penggaraman) dengan pengeringan. Berbagai jenis ikan yang biasa
diawetkan menjadi ikan asin adalah ikan kakap, tengiri, tongkol, kembung layang, teri,
petek dan mujair. Industri ikan asin berkembang di sekitar sentra produksi perikanan,
antara lain tempat pendaratan ikan, tangkahan (tempat pendaratan ikan milik swasta),
tempat pelelangan ikan, dan pelabuhan perikanan (Sari, 2011).

2.3 Pengolahan Tradisional


Secara umum pengolahan tradisional adalah semua ragam pengolahanyang di
dasarkan pada proses pengurangan kadar air dan menciptakan perubahan- perubahan
tertentu pada proIkan asin merupakan olahan yang banyak digemarioleh masyarakat
luas. Mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga yang tua.Dengan cita rasaanya yang
khas gurih dan asinduk perikanan yang dapatmenghambat proses pembususkan bahan
mentah yang disebabkan oleh kegiatanenzimatis, khemis,dan mikrobiologi dimana
dalsm proses pembusukan ini dapatsaja dilakukan dengan cara perlakuan phisis dan
atau penggaraman, bahanorganik, dan kimia lainnya sehingga menghasilkan produk

6
olahan yang memilikiciri khusus dan rupa,bau, aroma/ cita rasa dan tekstur yang justru
menjadi dayatarik bagi konsumen. Berbagai macam arti penting pengolahan
pengolahan, sosialekonomis dan prospek pembangunan ( Primadini 2011). Ciri
pengolahan hasil perikanan secara tradisional antara lain usahanya bersifat skala
rumah tangga, lokasi umumnya dekat dengan sumber bahan baku(daerah pesisir),
skala usaha rata-rata kecil, pengetahuan yang masih sangat rendah, keterampilan yang
diperoleh secara turun temurun, modal usaha kecil, peralatan yang digunakan
sederhana, serta tingkat sanitasi dan higenis kurang penggaraman, pengeringan ,
perebusan, pengasapan dan fermentasi.

2.4 Prinsip Penggaraman Ikan


Secara garis besar, selama proses penggaraman terjadi penetrasi garam ke
dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan
konsentrasi. Cairan ini dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau
mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh
ikan, partikel garam memasuki tubuh ikan. Lama kelamaan kecepatan proses
pertukaran garam dan cairan tersebut berhenti sama sekali setelah terjadinya
keseimbangan antara konsentrasi garam di dalam tubuh ikan dengan konsentrasi di
luar tubuh ikan. Pada saat itulah terjadi pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa
dan penggumpalan protein denaturasi serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga
sifat daginnya berubah (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Garam dapur (NaCl) adalah yang paling umum dan paling banyak digunakan
untuk mengawetkan hasil perikanan daripada jenis-jenis bahan pengawet atau
tambahan lainnya. Garam mempunyai daya pengawet tinggi karena beberapa hal yaitu
garam dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air dalam daging ikan sehingga kadar
air dan aktifitas airnya menjadi rendah, garam dapat menyebabkan protein daging dan
mikroba terdenaturasi, garam dapat menyebabkan sel-sel mikroba menjadi lisis karena
perubahan tekanan osmosa dan ion klorida yang ada pada garam mempunyai toksisitas
yang tinggi pada mikroba dan dapat memblokir sistem respirasinya (Sedjati, 2006).

7
2.5 Metode Penggaraman Ikan
Pada umumnya proses penggaraman ikan dapat dilakukan dengan tiga cara menurut
Afrianto dan Liviawaty (1989), metode penggaraman ikan yaitu:
1. Penggaraman Kering (Dry Salting)
Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk kristal. Ikan ditaburi garam
berbentuk Kristal didalam bak kedap air, ikan disusun secara berlapis-lapis, setiap
lapisan ikan diselingi lapisan garam dan merendam lapisan ikan.
2. Penggaraman Basah (Wet Salting)
Penggaraman ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk merendam
ikan
3. Kench Salting
Penggaraman ini hampir sama dengan dry salting, bedanya tidak menggunakan
bak kedap air, ikan hanya ditumpuk dengan menggunakan keranjang.
Dari berbagai proses penggaraman ikan yang dilakukan, terdapat kelemahan dan
kelebihan dari masing-masing proses tersebut. Penggaraman basah mempunyai
keuntungan yaitu lebih cepat ikan menjadi asin dengan hasil yang sama dengan
penggaraman kering. Hal ini disebabkan karena garam yang digunakan sudah dalam
bentuk larutan sehingga penetrasi garam ke dalam jaringan ikan tidak perlu adanya
proses hidrasi. Namun, terdapat juga kelemahan- kelemahan disebabkan oleh karena
berat jenis ikan lebih kecil dari berat jenis larutan garam, sehingga seringkali terjadi
pengapungan ikan-ikan yang digarami. Untuk mengatasinya, biasanya diberi tekanan
pada bagian atas dengan diberi tutup dan diatasnya diberi pemberat (Ira, 2008).

2.6 Proses Pengeringan Ikan


Pengeringan sudah dilakukan sejak zaman dahulu dengan berbagai tujuan antara
lain untuk memperpanjang umur penyimpanan, meningkatkan mutu, mengurangi
kerugian saat panen, memudahkan pemasaran dan menjamin ketersediaan produk yang
bersifat musiman. Di negara-negara tropis seperti Indonesia, pengawetan produk dengan
cara pengeringan merupakan metode yang umum dilakukan (Abdurrachim, 2009).
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah
massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan ada dua yaitu faktor internal (ukuran bahan, kadar air awal dari bahan dan
tekanan parsial di dalam bahan) dan faktor eksternal (suhu, kelembaban dan kecepatan
aliran udara pengering) (Rachmawan, 2001).

8
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air yaitu dengan menurunkan
RH dengan cara mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga tekanan uap air
bahan menjadi lebih besar daripada tekanan uap air di udara. Perbedaan inilah yang
menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Ketika udara pengering
menembus bahan basah sebagian panas sensibel udara pengering diubah jadi panas laten
sambil menghasilkan uap (Siagian, 2008). Proses utama yang terjadi pasca proses
pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh
suatu.bahan.teruap.(Zulfri,2012).
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan alami dan
pengeringan buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan penyinaran matahari secara
langsung atau penjemuran, sementara pengeringan buatan merupakan pengeringan yang
dilakukan dengan menggunakan alat yang memanfaatkan sumber panas sinar matahari
(energi surya), kompor minyak ataupun tenaga listrik (Rukmana, 2005).

2.7 Proses Pengolahan Ikan Teri Asin


Menurut Sutarni (2013) & Junainingsih, dkk. (2013), tahap-tahap proses
pengolahan ikan teri asin kering sebagai berikut:
1. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku untuk pembuatan ikan asin teri adalah ikan teri yang langsung dibeli
dari nelayan bagan tancap, umumnya nelayan pengasin sudah mempunyai pemasok
tetap
2. Sortasi Bahan Baku
Tahap pensortiran yang dilakukan adalah memilah ikan teri supaya seragam
karena ukuran ikan teri relatif sudah seragam. Pada tahapan ini yang dilakukan
adalah memilah ikan-ikan jenis lain yang ukurannya terlalu besar dibandingkan
dengan ikan teri. Penimbangan ikan teri yang akan diproses ditimbang terlebih
dahulu dan ditempatkan dalam keranjang plastik sebelum dicuci.
3. Pencucian
Pencucian ikan teri dilakukan dengan air dingin untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang tercampur dengan ikan, menghilangkan darah dan lendir sebanyak dua
kali hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir selanjutnya ikan teri
ditiriskan.
4. Perebusan
Sebelum perebusan, ikan teri ditiriskan terlebih dahulu, air didihkan terlebih
dahulu dengan suhu 100℃, kemudian tambahkan garam sebanyak 1:3 antara berat
9
ikan teri dengan garam (brine salting). Perebusan dilakukan selama 5- 10 menit,
selama perebusan dilakukan pengadukanuntuk meratakan panas dan menghilangkan
busa pada bak perebusan. ikan teri yang matang ditandai dengan naiknya ikan ke
permukaan air.
5. Penirisan
Penirisan dilakukan dengan mendiamkan ikan teri yang telah direbus di tempat
khusus agar air berkurang. Untuk mempercepat penirisan bisa dengan bantuan
kipas/blower.
6. Pengeringan
Pengeringan atau penjemuran ikan teri dapat dilakukan dengan meletakkan ikan
teri pada sesek jemur, kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 8-10 jam
tergantung dengan jenis ikan teri dan kondisi cuaca. Tempat penjemuran bebas dari
naungan dengan tujuan agar sinar matahari dapat digunakan seluruhnya. Aktivitas
penjemuran bertujuan untuk mengeringkan ikan dan harus dibarengi dengan proses
pembalikan yang minimum dilakukan 2-3 kali setiap harinya. Sebelum proses
pengeringan selesai, setiap sore ikan tersebut dimasukkan dalam tempat yang beratap
dengan tujuan tidak tersiram air hujan. Untuk mengecek apakah ikan teri ini sudah
benar-benar kering biasanya dipegang atau sedikit ditekan oleh tangan ke bagian
dagingnya. Pengeringan yang dilakukan oleh pengolah hanya memanfaatkan sinar
matahari. Masalah utama dalam proses pengeringan ikan tergantung dengan
intensitas sinar matahari, pengeringan seperti ini membutuhkan waktu yang lama
pada saat musim hujan.
7. Sortasi Produk Akhir
Sortasi dilakukan untuk memisahkan ikan teri berdasarkan mutu dan ukurannya.
Sortasi ini juga bertujuan membersihkan teri dari ikan lain yang masuk ke
pengolahan serta kotoran yang ikut tertangkap. Sebelum disortasi terlebih dahulu
dilakukan pengayakan yang bertujuan untuk memisahkan ikan teri yang rusak selama
perebusan dan penjemuran, tetapi sulit untuk dikeluarkan pada tahap penyortiran
karena biasanya pecahan-pecahan ikan teri ini berada pada bagian bawah tumpukan
ikan.
8. Pengemasan
Kemasan mempunyai peranan penting dalam mempertahankan mutu bahan.
Adanya pengemasan akan mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh
mikroba, fisik, kimia dan perubahan suhu. Ikan teri yang sudah menjadi ikan asin

10
tersebut kemudian dikemas dalam wadah yang kering. Bahan kemasan teri harus
kuat, mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap uap air, gas, bau, tidak mudah
ditembus lemak serta minyak dan tidak menulari produk. Wadah yang digunakan
adalah kotak kemasan berupa kardus, namun ada sebagian nelayan yang menjual
secara curah kepada pedagang pengumpul yang memberikan modal.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ikan Teri, Sutami (2013)

Ikan teri mentah Sortasi bahan baku Pencucian Perebusan (100oC


dengan waktu kurang
lebih 10 menit dan
Gambar 1. Diagram
Sortasi Alir ProsesPengeringan
Produk akhir Pengolahan Ikan Penirisan
Teri Asin (Sutarni,
rasio 2013).
garam dengan
ikan adalah 1:3)

Pengemasan

11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat PKL (praktek kerja lapang) dilaksanakan pada 1 Januari 2023 – 2 Februari
2023 di Gudang Teri Sofi Barokah terletak di Desa Bringsang, Kecamatan Giligenting,
Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Spesifik lokasi Gudang Teri Sofi Barokah secara
geografis diantaranya:
1. Sebelah Utara : SDN Bringsang 2
2. Sebelah Timur : Musholla Nurul Musthofa
3. Sebelah Selatan : Pantai Sembilan
4. Sebelah Barat : Pantai Temoranna

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Timbangan
 Basket atau keranjang
 Bak pencucian
 Blong
 Bak Persegi Perebusan
 Kompor gas tekanan tinggi
 Ruang Pendingin (Cool Storage)
 Sasak atau para-para
 Pengaduk (centong)
3.2.2 Bahan
 Teri
 Garam
 Air
3.3 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah mengikuti semua
kegiatan yang ada di tempat, terutamanya yang berkaitan dengan pengolahan ikan teri
asin.

12
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam praktek kerja lapangan diperoleh dari data primer dan
data sekunder.

1.4.1 Data Primer


Merupakan sumber data asli penelitian yang diperoleh secara langsung. Sumber
data primer diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sangaji & Shopiah,
2010).
A. Observasi
Metode ini merupakan metode untuk memperoleh data primer dengan cara
pengamatan langsung. Sehingga objek Nampak jelas (Hair et al., 1995)
B. Wawancara
Wawanara merupakan metode pengambilan data primer dengan cara
berkomunikasi denagn lisan, melakukan tanya jawab pada responden. Tehnik
wawancara dilakukan dengan dau cara tatap muka dan jarak jauh (menggunkan
telepon atau HP) (Sangadji dan Sopiah, 2010).
C. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan metode pengumpulan data primer dengan
berkelibatan langsung pada kegiatan dilapangan (Nazir, 2011)
1.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari semua literatur serta berkas
ataupun dokumen yang mempunyai relevansi dengan tujuan studi (Azwar, 1998)

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Gudang Teri Sofi Barokah


Usaha UKMK ini didirikan oleh Bapak Ahmad sejak tahun 2010. Awal mula
usaha dibuat atas dasar amatiran dan hanya dilakukan oleh orang-orang dekat.
Seiring berjalannya waktu usaha yang dibangun semakin berkembang sehingga
skala SOP dan karyawan ditambah. Sekarang usaha ini memiliki nama “Gudang
Teri Sofi Barokah” dan sudah dikenal luas oleh khalayak umum sebagai usaha yang
memproduksi teri dan pemasok atau pengepul teri.
4.2 Bahan Pendukung Produksi
Bahan pendukung yang digunakan dalam proses pengolahan ikan teri asin adalah
sebagai berikut:
1. Garam
Garam yang digunakan untuk proses pengasinan yaitu jenis garam kerosok
yang mempunyai spesifikasi kenampakan putih kecoklatan, bertekstur kasar dan
berbentuk seperti kristal kecil. Kelebihan garam kerosok memiliki yaitu mudah
didapat dan harganya yang murah kurang lebih Rp.1000/kg. Menurut pendapat
Syahruddin (2013), garam yang umumnya digunakan oleh nelayan untuk ikan hasil
tangkapannya adalah jenis garam curah, garam ini dipilih oleh nelayan karena
secara ekonomis lebih murah dan lebih mudah didapat. Proses pengawetan
bertujuan untuk mempertahankan kualitas ikan termasuk nilai nutrisi dan protein.
Untuk sekali produksi rata-rata garam yang digunakan berkisar antara 250-400 kg
dengan jumlah ikan teri sebanyak 1-2 ton.
2. Air
Air yang digunakan untuk proses pengolahan berasal dari air sumur. Air
tersebut digunakan selama proses produksi berlangsung antara lain untuk merebus
ikan, pencucian bahan baku dan pencucian peralatan. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492 /Menkes /Per/IV 2010 menyebutkan air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif.
Kemudian air tersebut mempunyai warna bening, tidak berasa dan tidak berbau.
Dalam pengolahan hasil perikanan air digunakan terutama pada proses pencucian
ikan dan air juga digunakan pada saat pembersihan peralatan yang digunakan
14
selama proses produksi.
3. Es Balok (block ice)
Es yang digunakan dalam pengangkutan bahan baku ikan segar adalah es
balok, sebelum dipakai es balok harus dipecahkan untuk memperkecil ukuran.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2010), penggunaan es batu lebih disukai karena
cepat mendinginkan ikan, harganya relatif murah, tidak berbahaya apabila
terminum atau tersentuh, mudah diangkut, dapat mempertahankan kelembaban ikan
dan dapat dikombinasikan dengan senyawa antibakteri seperti garam, antibiotik dan
karbondioksida.
4.3 Proses Pengolahan Ikan Teri Jengki (S. indicus) Asin Kering
4.3.1 Alur Proses
Proses pengolahan ikan teri jengki (S. indicus) asin kering mencakup beberapa
tahap pengolahan yakni penerimaan bahan baku, pencucian, penyusunan ikan di ancak,
perebusan, penirisan, penyusunan ikan di para-para, penjemuran, penimbangan,
pengemasan dan penyimpanan dalam ruangan pendingin. Berikut alur proses
pengolahan ikan teri (S. indicus) asin kering di Gudang Teri Sofi Barokah:
1. Penerimaan bahan baku ikan teri
2. Pencucian tahap I dan II ikan teri
3. Perebusan dalam air garam selama ±15menit (perbandingan antara ikan air dan
garam yaitu 3:4:1)
4. Penirisan selama ±15menit
5. Penyusan ikan di para-para atau sasak
6. Pengeringan
7. Sortasi (memilah ikan sesuai ukuran dan spesifikasi)
8. Penimbangan
9. Pengemasan
10. Penyimpanan di ruang pendingin atau cool storage
11. Pemasaran
1. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama yang sangat penting untuk proses
pengolahan. Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan ikan asin adalah
ikan teri (S. indicus) yang berasal dari para nelayan sekitar dan pengepul. Bahan baku
yang digunakan harus dalam keadaan utuh dan segar sehingga produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang baik.

15
Menurut Luasunaung (2011), bulan-bulan bukan musim ikan cenderung terjadi
pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari, dimana pada bulan-bulan tersebut
bertiup angin barat dan bulan Agustus- September dimana pada saat itu biasanya bertiup
angin timur.
2. Pencucian
Proses pencucian bahan baku ikan teri dilakukan dengan 2 tahap dengan
menggunakan air bersih. Proses pencucian tahap I langsung ditempatkan ke dalam
keranjang basket berukuran 50x30x15cm yang sudah disiapkan, selanjutnya bak
pencucian berukuran 3x1x1m disiapkan kemudian diisi air bersih, ikan direndam
didalam bak pencucian selama 10-15 menit dengan tujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan bau yang melekat pada ikan tersebut sehingga kotoran-kotoran
yang terbawa dari nelayan akan larut pada pencucian tersebut. Setelah direndam dengan
air kemudian angkat dan ditempatkan kembali didalam basket. Penyiangan ikan teri
tidak perlu dilakukan karena ikan teri memiliki tubuh berukuran kecil dan semua bagian
tubuhnya dapat dikonsumsi secara langsung.
Proses pencucian tahap II adalah pencucian ulang dengan air bersih yang
dialirkan. Proses pencucian ikan tahap kedua ini adalah ikan yang ditempatkan di dalam
keranjang-keranjang kemudian dicuci ulang dengan cara menyemprotkan air dengan
selang ke bagian tubuh ikan. Tujuannya pencucian tahap kedua ini untuk menghilangan
sisa-sisa air laut yang masih berada ditubuh ikan setelah itu tiriskan. Menurut Afrianto
dan Liviawaty (2010), proses pencucian ikan dapat mengurangi jumlah mikroba
dipermukaan hingga 80-90%. Pencucian ikan sebaiknya dilakukan dalam air yang
mengalir untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Kotoran dan mikroba akan
segera hanyut sehingga tidak mencemari daging ikan.
3. Perebusan Dalam Air Garam
Proses perebusan ikan teri menggunakan bak perebusan yang berbentuk
persegi panjang berukuran 300x200x50 cm berbahan besi, dapat menampung 3 blok
ancak saat perebusan sekitar 130-150 kg ikan teri jengki, kapasitas daya tampung air
dalam bak perebusan adalah 500 liter. Pemanas yang digunakan untuk merebus ikan
adalah kompor yang berbahan bakar gas elpiji ukuran 12 kg, untuk 1 kuali perebusan
menggunakan 3 kompor gas sebagai pemanas.
Proses perebusannya adalah pertama-tama bak perebusan diisi dengan air
berkisar 200-230 liter, kemudian kuali dipanaskan dengan kompor hingga air
mendidih.Ketika air sudah mendidih kemudian masukkan garam kerosok sebanyak 50-

16
70 kg, diaduk sampai garam merata dengan air. Selanjutnya dimasukkan ikan ke
dalam bak perebusan secara perlahan-lahan, rebus selama 15 menit dengan suhu
berkisar 80-100℃. Setelah 15 menit direbus ikan akan naik ke permukaan tandanya
ikan sudah matang.
Penggaraman yang dilakukan menggunakan metode penggaraman basah (Wet
Salting) karena ikan direbus dalam air garam dengan rasio 1:3:4 untuk garam 1, ikan 3
dan air 4.
Tujuannya dari perebusan adalah agar garam dapat menyerap ke dalam tubuh
ikan, mengurangi jumlah mikroba didalam ikan, tekstur daging ikan menjadi matang
dan memberikan citarasa asin pada ikan. Menurut pendapat Sutarni (2013), sebelum
proses perebusan air didihkan terlebih dahulu (100℃), kemudian tambahkan garam
sebanyak 1:3 antara berat ikan teri dengan garam (brinesalting). Perebusan dilakukan
selama 5-10 menit, selama dalam perebusan dilakukan pengadukan untuk meratakan
panas dan menghilangkan busa pada keranjang perebusan.
Hasil ikan setelah dilakukan perebusan adalah kenampakan ikan menjadi agak
putih, tekstur daging sudah tidak elastis sedikit padat, rasa asin, bau spesifik ikan asin.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penggaraman adalah diantaranya
adalah kadar lemak, ketebalan daging ikan, tingkat kesegaran ikan, temperatur ikan
dan konsentrasi larutan garam yang digunakan.
Proses perebusan ikan-ikan tidak menggunakan bahan atau zat pengawet yang
berbahaya seperti formalin. Bahan yang digunakan hanya murni garam dan air. Air
sisa hasil perebusan langsung dibuang ke saluran limbah, tidak dimanfaatkan kembali
untuk proses.perebusan.
4. Penirisan
Penirisan ikan dilakukan dengan cara dianginkan dan didiamkan kurang lebih
selama 15 menit dengan tujuan untuk menurunkan kadar air dan menurunkan suhu
ikan setelah direbus. Menurut Sutarni (2013), penirisan dilakukan dengan mengangin-
anginkan ikan teri yang telah direbus dengan alami ataupun dengan bantuan kipas atau
blower. Pengipasan dapat menurunkan panas pada ikan teri lebih cepat setelah
perebusan.
5. Penyusunan Ikan Di Para-para atau Sasak
Pengeringan ikan mengunakan alat yaitu para-para atau sasak berbentuk
persegi panjang berukuran 180x100cm berbahan anyaman bambu. Para-para berfungsi
sebagai wadah ikan selama proses pengeringan dibawah sinar matahari.

17
Penyusunan ikan di para-para dilakukan setelah ikan ditiriskan, caranya yaitu
ikan yang berada di ancak dipindahkan ke para-para dan disusun secara rapi dengan
tujuan agar tubuh ikan kering secara merata.
6. Pengeringan Ikan
Pengeringan ikan dilakukan dengan cara direct sun drying yaitu ikan
dikeringkan ditempat yang luas dan lapang serta berkontak langsung dengan sinar
matahari, dalam kondisi cerah pengeringan ikan membutuhkan waktu 2 hari, sehingga
produk yang dikeringkan benar-benar kering secara keseluruhan, sedangkan untuk
ikan yang berukuran besar penjemuran bisa mencapai 3-5 hari. Apabila kondisi
berawan pengeringan untuk ikan berukuran kecil membutuhkan waktu 3-4 hari,
sedangkan untuk ikan yang berukuran besar membutuhkan waktu 5-7 hari.Untuk
proses pengeringan menggunakan meja penjemuran yang terbuat dari bambu
berukuran 15x1x1m dapat menampung 14- 15 para-para.
Menurut Rachmawan (2001), penjemuran merupakan proses pengeringan yang
sederhana dan murah karena sinar matahari tersedia sepanjang tahun dan tidak
memerlukan peralatan khusus. Penjemuran dilakukan pada rakrak penjemur, tampah
bambu, anyaman bambu dan tikar. Penjemuran dilakukan dengan menyebarkan bahan
secara merata pada para-para, dan secara periodik dilakukan pembalikan bahan agar
pengeringan merata dan bahan tidak mengalami keretakan (sun cracking).
Tujuan pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air ikan teri sehingga
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim terhambat. Dengan demikian ikan
teri yang akan dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama. Menurut
Rachmawan (2001), pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan
yang sudah lama dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar
air bahan sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan sehingga
memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan.
Hasil yang didapatkan setelah ikan mengalami proses pengeringan adalah ikan
berwarna putih kecoklatan, jika ditekan tidak tampak bekas lekukan, tekstur keras,
tidak berbau tengik dan citarasa asin. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan adalah kelembaban udara, suhu udara, kecepatan udara yang mengalir
serta keadaan fisik besar kecilnya tubuh ikan atau kandungan kimia ikan. Menurut
Winarno dan Fardiaz (1973) dalam Sedjati (2006), kadar air suatu bahan yang
dikeringkan dipengaruhi beberapa hal, yaitu tingkat penguapan yang dapat
berlangsung, lamanya proses pengeringan dan jalannya proses pengeringan. Selain itu,

18
selama masa penyimpanan kadar air dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara di
sekitarnya.
7. Sortir
Ikan teri yang sudah kering dipilah ukuran, kotoran dan spefikasi kualitas ikan
teri yang ingin dipasarkan. Proses sortasi dilakukan secara manual yaitu menggunakan
tenaga pekerja.
8. Penimbangan Produk
Penimbangan produk ikan asin menggunakan timbangan elektrik yang
mempunyai ketelitian sebesar 0,005 kg. Takaran jumlah ikan teri jengki asin kering
disesuaikan dengan kapasitas pengemas kardusnya, untuk kapasitas maksimal
kardusnya adalah 12 kg. Ikan teri asin yang sudah dikeringkan diangkat dari para-para
kemudian dimasukkan ke dalam pengemas dan ditimbang menggunakan timbangan
elektrik dengan berat per kardusnya 12,5 kg. Penimbangan ini dilakukan setelah
semua ikan teri sudah kering baik pada permukaan dan dalam tubuh ikan, sebelum
ditimbang dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap kondisi ikan apakah tingkat
kekeringan sesuai yang diharapkan, untuk ikan yang masih basah dan rusak
dipisahkan, untuk ikan yang masih basah dilakukan penjemuran kembali sampai
kering, untuk ikan yang kondisinya sudah pecah atau rusak pada bagian tubuhnya
dibuat olahan yaitu pelet ikan, ikan teri yang rusak tersebut dibuat pelet ikan yang
nantinya digunakan sebagai pakan ikan bandeng. Menurut Setiyadi (2010),
penimbangan bahan baku dilakukan setelah semua bahan baku kering dan bersih.
Adapun tujuan penimbangan bahan baku ini adalah untuk mengetahui jumlah bahan
baku kering dan bersih yang dimiliki oleh perusahaan.
9. Pengemasan Produk
Pengemas yang digunakan Gudang Teri Sofi Barokah adalah Kardus berbahan
dasar karton yang tahan terhadap kerusakan akibat tekanan, berukuran 375x260x250
mm kapasitas maksimal 12 kg. Ikan teri asin kering yang sudah ditimbang kemudian
langsung dimasukkan dalam kardus lalu ditutup rapat dan rapi menggunakan isolasi
sebagai perekat dan diberi label TJ (Teri Jengki).
Tujuan pengemasan yaitu mempertahankan mutu produk, mencegah kerusakan
produk dari mikroba dan perubahan suhu. Menurut Hendrasty (2013), kerusakan ikan
dan hasil laut kering pada saat penyimpanan dapat dihindarkan dengan pengemasan
yang baik. Sifat pengemas mempunyai sifat tidak tembus uap air dan kondisi ruang
penyimpanan yang bersih, kering dan sejuk.

19
10. Penyimpanan Produk Dalam Ruangan Pendingin
Ruang penyimpanan produk ikan teri jengki asin kering menggunakan ruangan
pendingin kapasitas maksimal 12 ton produk ikan asin kering, dengan suhu yang
diterapkan adalah antara 18-25℃. Ikan teri asin kering yang sudah dikemas didalam
kardus kemudian dimasukkan kedalam ruangan pendiginan dengan cara ditumpuk
secara vertikal menjadi 5 bagian, setelah kardus disusun rapi kemudian dilakukan
pengecekan suhu, setelah dicek suhunya kemudian pintu ruangan ditutup rapat.
Produk ikan teri asin kering yang sudah dikemas dapat bertahan selama 2- 3
bulan.Penyimpanan produk ikan teri asin pada ruanganyang sejuk dengan suhu sekitar
18-25℃, produk teri asin kering yang sudah dikemas ini hanya disimpan selama 1-3
hari sambil menunggu datangnya truk ekspedisi untuk memasarkan produk ke
berbagai kota. Tujuan penyimpanan produk pada ruangan pendingin adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu produk, melindungi produk yang
disimpan dari kerusakan, kebusukan dan gangguan lingkungan lainnya seperti hewan
pengerat. Menurut Hendrasty (2013), kerusakan ikan dan hasil laut kering pada
penyimpanan dapat dihindarkan dengan pengemasan yang baik. Sifat dari pengemas
ikan dan hasil laut kering harus mempunyai sifat tidak tembus uap air dan kondisi
ruang penyimpanan yang bersih, kering dan sejuk.
Ikan asin kering harus disimpan pada ruangan yang teduh, karena pada kondisi
udara yang hangat dan lembab, garam yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dari
udara sekitar dan menyebabkan permukaan ikan menjadi basah. Air selanjutnya akan
menetes dan membawa garam keluar dari produk sehingga kadar garam produk akan
berkurang. Hal ini akan memicu pertumbuhan mikroba.
11. Pemasaran Produk Ikan Teri Jengki Asin Kering
Produk ikan teri jengki asin per kg dijual Rp.30.000 dipasarkan ke seluruh
Madura dan ke daerah jawa.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja lapang (pkl) proses Pengolahan Ikan Teri Jengki
(Stolephorus Indicus) Asin Kering Di Gudang Teri Sofi Barokah Desa Bringsang
Kecamatan Giligenting Kabupaten Sumenep, Dapat disimpulkan :

Pengolahan ikan teri jengki (stolephorus indicus) asin kering di Gudang Teri
Sofi Barokah Desa Bringsang Kecamatan Giligenting Kabupaten Sumenep memiliki
prosedur pengolahan sesuai aturan (tidak menggunakan cara atau alat dan bahan yang
dilarang) dan sama dengan alur proses pengolahan pabrik yang lain : Persiapan bahan
baku; Penerimaan bahan baku ikan teri; Pencucian tahap I dan II ikan teri; Perebusan
dalam air garam selama ±15menit (perbandingan antara ikan air dan garam yaitu 3:4:1);
Penirisan selama ±15menit; Penyusan ikan di para-para atau sasak; Pengeringan;
Sortasi (memilah ikan sesuai ukuran dan spesifikasi); Penimbangan; Pengemasan;
Penyimpanan di ruang pendingin atau cool storage; Pemasaran
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang perlu lakukan :
1. Sebaiknya analisis biaya produksi dan metode pemasaran juga dilakukan untuk
pengetahuan agar bisa digunakan dan diterapkan setelah lulus.
2. Data yang dikumpulkan lebih baik lebih banyak lagi, yang baru atau lama agar
dapat memberikan informasi perbandingan dan perlakuan lanjutan demi
meningkatkan kualitas SOP dan hasil produk memuaskan.

21
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachim., Yani, E dan Pratoto, A. 2009. Analisis Efisiensi Pengeringan Ikan Nila
Pada Pengering Surya Aktif Tidak Langsung. Fakultas Teknik. Universitas
Andalas. Padang. Vol 2 (1): 26-27
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Penerbit PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 2010. Penanganan Ikan Segar. Penerbit Widya
Padjadjaran. Bandung.
Ardhani, F. 2006. Prospek Dan Analisa Usaha Penggemukan Sapi Potong Di
Kalimantan Timur Ditinjau Dari Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Mulawarman. Samarinda. Jurnal Pertanian. Vol 3(1): 28-29
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik Produk
Perikanan. Jakarta
Bank Indonesia. 2013. Pola Pembiayaan UMKN Usaha Pengolahan Ikan KeringDi
Kota Bengkulu. Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Bengkulu
Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. 1990.
Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan. Bogor.
Effendi, I dan Wawan, O.2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Hasan, I. 2006. Pokok-Pokok Materi Metodologi PenelitianAplikasinya.Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hendrasty, H.K. 2013. Pengemasan Dan Penyimpanan Bahan Pangan. Penerbit Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Heruwati, E.S. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional Prospek Dan Peluang
Pengembangan. Pusat Riset Kelautan Perikanan. Jakarta
Ira. 2008. Kajian Berbagai Pengaruh Kadar Garam Terhadap kandungan Asam Lemak
Essensial Omega-3 Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Asin Kering.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Jasman, T. 2004. Bundes (Danish Seine) Dan Dampaknya Terhadap Kelestarian Stok
Ikan Di Perairan Kota Tegal. [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.
Junainingsih, I dan Ramli. 2013. Proses Pengolahan Teri Nasi (Stolephorus
commersonii) di PT. Dwi Bina Utama (DBU) Dusun Kaliasin Desa Tanjung

22
Prcinan Kacamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Kelautan, 4
(1): 35-43
Luasunaung, A. 2011. Analisis Musim Penangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Di
Teluk Dodinga, Kabupaten Halmahera Barat. UNSRAT. Manado.
Magdalena, A.F. 2010. Dinamika Stok Ikan Teri Stolephorus Indicus (Van Hasselt,
1983) Di Teluk Banten Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mardiana, D., Fatchiya, A., Kusumastuti, Y.I. 2005. Profil Wanita Pengolah Ikan Di
Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat. Buletin
Ekonomi Perikanan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/PER/IV/2010. Persyaratan
Kualitas Air Minum. Jakarta.
Muthohar dan I. Setyanova. 2004. Membuat Aneka Produk Olahan Ikan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pranggono, H. 2003. Analisis Potensi Pengolahan Perikanan Teri Di Perairan Kabupaten
Pekalongan. [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, Pendinginan Dan Pengemasan Komoditas
Pertanian. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rauf, R. 2013. Sanitasi Pangan Dan HACCP. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rukmana. 2005. Budidaya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius,
Yogyakarta
Sari, K.M. 2011. Analisa Pengolahan Ikan Asin Di Kabupaten Cilacap. [Skripsi].
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Setiyadi, R.A. 2010. Laporan Magang Di Pj. Sabdo Palon (Proses Produksi Jamu
Sediaan Pil). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Siagian, P.S. 2008. Pengeringan Pada Produk Jamu. Fakultas Teknik. Universitas
Indonesia. Depok. Jawa Barat
Siswina, R.M. 2011. Kitosan Sebagai Edible Coating Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Asap Yang Dikemas Vakum Selama Penyimpanan Suhu Ruang.
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sobari, P.M., Karyadi., Diniah. 2006. Kajian Aspek Bio-Teknik Dan Finansial
Terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri 01 Perairan Pamekasan Madura.
FPIK. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

23
Standar Nasional Indonesia. 01.2721.1.2009.Ikan Asin Kering Bagian 1 Spesifikasi.
Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
2729.2013. Ikan Segar. Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.Bandung.
Supriyadi, F. 2012. Identifikasi Sistem Perikanan Teri (Stolephorus Spp.) Didesa
Sungsang Banyuasin Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya. Palembang
Susiawan., Setiawan, A dan Adhi, A. 2013. Penentuan Parameter Waktu Proses
Produksi Ikan Teri Asin Yang Optimal Dengan Metode Taguchi. Fakultas Teknik
Industri. Unisbank.
Sutarni.2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pengawetan Ikan Asin Teri
Di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung. Jurnal Ilmiah. Vol 7 (1): 1-7
Syahputra, B.S.A., Jambari, HJ., Kusnan, M dan Omar, H. 2012. Ikan Pekasam.
Fakultas Pertanian. Universitas Pembangunan Panca Budi. Medan. Sumatera
Utara, Vol 5(1): 826-829
Syahruddin, H. 2013. Pengaruh Penggaraman Terhadap Protein Ikan Layang
(Decapterus rucell). Fakultas Farmasi. Universitas Surabaya. Surabaya.
Tisnawati dan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Prenada Media. Jakarta.
Wenda, R. 2017. Analisis Kandungan Gizi Sinole Teri yang Ditambahkan dengan Ikan
Teri dan Daya Diterimanya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Zulfri, M., Syuhada, A., Hamdani. 2012. Kaji Eksperimental Sistem Pengering Hibrid
Energi Surya-Biomassa Untuk Pengering Ikan. Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala..Aceh.

24

Anda mungkin juga menyukai