PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SAFITRI SUBUHI
Nim : 1121417047
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SAFITRI SUBUHI
Nim : 1121417047
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Asri Silvana Naiu, S.Pi, M.Si Lukman Mile, S.Pi, M.Si
NIP. 197008172005012001 NIP. 198212042009121004
Mengetahui
Ketua Jurusan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan propoal penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kemasan Edible Coating Berbasis Kitosan dengan Penambahan
Ekstrak Jahe Terhadap Mutu Fillet Ikan Tenggiri” dapat diselesaikan. Proposal
penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Negeri Gorontalo.
Proposal penelitian ini dapat penulis diselesaikan, berkat kesediaan
pembimbing untuk meluangkan waktunya memberikan petunjuk dan arahan demi
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dalam penulisan proposal penelitian ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Asri Silvana Naiu,
S.Pi, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Lukman Mile, S.Pi, M.Si selaku
pembimbing II.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih
ada kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga proposal penelitian
ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersonii)...............................................7
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi........................................................................7
2.1.2 Gizi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersonii)................................8
2.2 Fillet Ikan......................................................................................................8
2.3 Proses Kemunduran Mutu..............................................................................9
2.5 Pengemasan................................................................................................10
2.6 Edible Coating.............................................................................................12
2.7 Kitosan..........................................................................................................13
2.8 Gliserol sebagai Plasticizer..........................................................................15
2.9 Jahe...............................................................................................................16
2.9.1 Klasifikasi dan Morfologi......................................................................16
2.9.2 Kandungan Jahe.....................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat......................................................................................19
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................19
3.2.1 Alat........................................................................................................19
3.2.2 Bahan.....................................................................................................19
3.3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.................................................................20
3.4 Prosedur Pengujian.......................................................................................23
3.4.1 Derajat Deasetilasi.................................................................................23
3.4.2 Uji Organoleptik....................................................................................23
3.4.3 Analisis Mikrobiologi (ALT)................................................................24
3.4.4 Ananlisis Kadar Air (BSN 2015)...........................................................25
3.4.5 Uji TBA (Thiorbarbituric Acid)............................................................26
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data....................................................26
3.5.1 Uji Organoleptik....................................................................................26
2.5.2 Uji Derajat Deasetilasi, Uji Mikrobiologi (ALT), Kadar Air dan Uji
TBA................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
LAMPIRAN...........................................................................................................34
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 1. Kandungan gizi Ikan Tenggiri...................................................................8
Tabel 2. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar (SNI 2729-2013)................10
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 1. Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersonii).......................................7
Gambar 2. Jahe (Zingiber officinale)....................................................................17
Gambar 3. Diagram alur penelitian........................................................................22
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
jumlah luas wilayah laut sebesar 50.500 km2, dengan potensi perikanan tangkap
ikan laut pelagis dan demersal mencapai 117,314,2 ton/tahun yang tingkat
Ikan memiliki sifat yang sama dengan komoditas perikanan lainnya, yang
hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ditangkap dan didaratkan akan timbul
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Namun ikan mudah mengalami pembusukan
(perishable food).
Ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) adalah jenis ikan air laut yang
merupakan kelompok ikan laut pelagis yang memiliki citarasa khas sehingga
digemari oleh masyarakat. Menurut Depkes (2008) gizi protein yang dihasilkan
oleh ikan tenggiri cukup tinggi yaitu 21,4gr/100gr ikan. Protein pada ikan perlu
dijaga dan dipertahankan, maka diperlukan proses pengawetan ikan yang baik
paling utama karena memiliki nilai komersial tinggi. Ikan tenggiri biasanya
dipasarkan dalam keadaan segar. Sedangkan negara maju lebih menyukai ikan
tenggiri yang dipasarkan dalam bentuk potongan tipis (fillet) atau tanpa tulang
1
(boneless). Beberapa negara maju mengolah ikan tenggiri untuk dikemas dalam
Fillet adalah suatu irisan daging ikan tanpa sisik dan tulang (kadang-
kadang juga tanpa kulit), diambil dari kedua sisik badan ikan, kadang-kadang
kedua potongan saling bergandengan yang disebut dengan nama “butterfly fillet”.
Fillet dibentuk dari bagian dagian ikan yang diperoleh dari penyayatan ikan utuh,
sepanjang tulang belakang dimulai dari kepala hingga mendekati ekor. Tulang
belakang dari tulang rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak
antara lain bebas duri dan tulang, dapat disimpan lebih lama dan mengefisiensikan
perikanan lainnya, fillet juga memiliki sifat yang mudah rusak. Kandungan asam
lemak tak jenuh mengakibatkan daging mudah mengalami proses oksidasi yang
dapat menyebabkan bau tengik. Proses kerusakan harus segara dihambat agar
(Noviantati, et al., 2012). Penggunaan bahan alami dapat dijadikan solusi yang
kesegaran ikan adalah kitosan dari kulit udang. Menurut Wardaniati dan
2
daya hambat kitosan terhadap bakteri. Hardjito (2006) menyatakan mekanisme
Fernandez dan Kim (2008), kitosan memberi aktivitas antibakteri terhadap E. coli,
Edible coating merupakan lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan. Edible coating dapat dibuat dari berbagai bahan termasuk polisakarida,
protein dan lipid. Coating dapat diterapkan secara langsung untuk bahan makanan
atau dibuat menjadi edible film yang kemudian digunakan untuk melapisi
bahan pangan karena berperan sebagai barrier yang menjaga kelembaban, bersifat
(Kroctha, 1994).
terhadap gas O2. Namun, kelemahan dari bahan tergolong polisakarida termasuk
kitosan yang kurang baik dalam menghambat uap air (Bourtoom, 2008). Menurut
Trisnawaty et al., (2013) suatu bahan pelapis harus mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan film (kemasan seperti plastik), yaitu harus memiliki sifat menahan
edible coating berbasis kitosan perlu ditambahkan bahan lain yang bersifat
3
Beberapa jenis bahan antimikroba almi yang dapat ditambahkan ke dalam
pengemas edible antara lain adalah rempah-rempah dalam bentuk bubuk maupun
minyak atsiri seperti kayu manis, lada, cengkih, oregano, minyak basil, minyak
serai, bawang putih, dan komponen minyak atsiri. Bahan aktif minyak atsiri
seperti karvakrol, sinamaldehida, dan sitral memiliki sifat antimikroba yang kuat
(Winarti et al., 2012). Salah satu senyawa antimikroba selain kitosan yang dapat
antibakteri. Kandungan kimia utama pada jahe yang berperan sebagai antimikroba
adalah gingerol yang merupakan senyawa homolog fenolik keton (Kawiji et al.,
2011). Menurut Widiyanti (2015) jahe memiliki berbagai kandungan zat yang
diperlukan oleh tubuh, za-zat tersebut antara lain minyak atsiri (0,5 - 5,6%),
vitamin (A, B1,dan C), karbohidrat (20 60%) damar (resin) dan asam asam
organik (malat, oksalat). Di Indonesia, penelitian aktivitas anti mikroba dari jahe
sebagai anti mikroba, penelitian jahe telah dilaporkan memiliki banyak khasiat
(Akimoto et al, 2015), antiinfalmasi dan anti oksidanan (Chan et al, 2008).
makanan yaitu Escherichia coli, Salmonella Thompson, dan Vibrio choleae (Sari
et al, 2013). Jahe termasuk dalam jenis sumber antimikroba alami yang dapat
4
(Chrubasik 2005). Penelitian mengenai penggunaan ekstrak jahe untuk
sekitar 58% (Rukmana, 2000). Dimana pati jahe memiliki kandungan amilosa
pasta (Estiasih, 2005). Sehingga pati jahe ini mempunyai kemampuan dalam
jahe dalam pembuatan edible film mengatakan bahwa pada konsetrasi jahe 1%
laju transmisi uap air yang didapatkan termasuk tinggi. Hal ini diduga semakin
tinggi konsetrasi pati jahe, maka amilosa yang terkandung dalam pati jahe akan
semakin banyak. Selain itu semakin tinggi konsetrasi pati jahe yang digunakan
dalam pembuatan edible film maka pati yang tergelatinisasi juga semakin banyak
sehingga, merapatkan pori-pori edible film dengan demikian ruang atau rongga
Menurut Niken (2013) edible film dari pati bersifat rapuh. Untuk
edible film/coating menjadi elastis, fleksibel dan tidak rapuh. Salah satu bahan
5
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengambil penelitian dengan
ekstrak jahe (Zingiber officinalle) terhadap lama penyimpanan fillet ikan pada
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi salah satu ikan yang digemari dunia. Ikan ini umumnya hidup disekitar
perairan pantai dan sering pula dipermukaan dekat perairan kerang. Ikan tenggiri
Gambar ikan tenggiri dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut Purwaningsih (2010)
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Scombridea
Famili : Scombridae
Sub family : Scombrinae
Genus : Scomberomorus
Spesies : Scomberomorus commersonii
7
Ciri-ciri ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) adalah mempunyai
tubuh yang panjang, berbentuk torpedo dan merupakan perenang cepat. Secara
fisiologi, ikan ini memiliki karakteristik spesifik pada bagian mulut, sirip, dan
bagian tubuh. Ikan tenggiri tergolong ikan pelagis besar dan termasuk jenis ikan
karnivor yang memakan ikan kecil seperti sardine, tembang, teri, cumi-cumi,
konsumsi daging karena terdapat asam lemak jenuh yang merupakan penyebab
Fillet ikan merupakan irisan daging ikan tanpa tulang, tanpa sisik dan
kadang-kadang tanpa kulit. Fillet diperoleh dengan cara menyayat ikan utuh
sepanjang tulang belakang, dimulai dari belakang kepala sampai ekor tetapi tulang
belakang dan tulang rusuk yang membatasi rongga perut dengan badan tidak
terpotong waktu penyayatan. Fillet dalam industri pengolahan ikan ada yang
dijual masih beserta kulitnya (skin-on) atau sudah diberishkan (skin-less). Produk
Fillet memiliki banyak kelebihan, antara lain adalah dapat diolah lebih lanjut
8
menjadi berbagai produk olahan lain, dapat dipasarkan dalam bentuk penyajian
lain bebas duri dan tulang, dapat disimpan lebih lama, serta dapat menghemat
waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah, sehingga akan
membuat rupa, bau, dan rasa ikan menjadi semakin buruk, sehingga menurunkan
nilai ekonomisnya. Perubahan ini terjadi sangat cepat tergantung jenis, ukuran,
dan bentuk ikan, suhu dan kondisi lingkunga ikan. Telah dikenal bahwa ikan
Menurut Mulyono (2010) proses perubahan pada ikan mati terjadi karena
atau benturan. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar dapat dilihat pada
Tabel 2.
9
Tabel 2. Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar (SNI 2729-2013)
Parameter Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik - Min.7 (Skor 1-9)
b. Cemaran mikroba*
- ALT Koloni/g 5 x 105
- Escherichia coli APM/g <3
- Salmonella - Negatif/25 g
- Vibrio cholera - Negatif/25 g
- Vibrio parahaemolyticus APM/g <3
c. Cemaran logam*
- Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
mg/kg Maks. 0,5 **
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
mg/kg Maks. 1,0 **
- Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
mg/kg Maks. 0,4**
d. Kimia*
- Histamin*** mg/kg Maks. 100
e. Residu kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada
- Malachite green dan - Tidak boleh ada
leuchomalachite green****
- Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ, - Tidak boleh ada
AMOZ)****
f. Racun hayati *
- Ciguatoksin - Tidak terdeteksi
g. Parasit* - Tidak boleh ada
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2013)
2.5 Pengemasan
Pengemasan dapat diartikan sebagai usaha pelindung terhadap produk dari
membatasi antar bahan pangan dari keadaan normal sekelilingnya yang bertujuan
untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan, baik
letak atau kedudukan suatu bahan kemas dalam sistim kemasan keseluruhan dapat
10
dibedakan atas kemasan primer, yaitu apabila bahan kemas langsung mewadahi
barang agar aman, menarik, mempunyai daya pikat dari seseorang yang ingin
membeli suatu produk. Dapat juga media komunikasi antar produsen dengan
informasi yang harus diketahui oleh konsumen, agar calon konsumen merasa
tidak asing dengan produk yang di kemas. Semakin lengkap informasi yang
tertera dikemasan persepsi dari calon pembali semakin tau dan meyakinkan
terhadap produk yang di jual yang akan dibelinya (Mukthar dan Nurif, 2015).
2. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
11
2.6 Edible Coating
Edible coating merupakan lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dibuat menjadi edible film yang kemudian digunakan untuk melapisi permukaan
meningkatkan masa simpan produk. Edible coating dapat berasal dari bahan baku
yang mudah diperbaharui seperti campuran lipid, polisakarida, dan protein, yang
berfungsi sebagai barrier uap air, gas, dan zat-zat terlarut lain serta berfungsi
12
2. Penyemprotan (sprying) Teknik ini menghasilkan produk dengan lapisan tipis
dan biasa digunakan untuk produk yang mempunyai dua sisi seperti pada
produk pizza.
mengurangi kehilanggan akan air, oksigen aroma dan bahan terlarut pada
beberpaa produk.
(ketengikan dapat dihambat), sifat asli produk seperti flavor tidak mengalami
2.7 Kitosan
diperoleh dari kulit udang. Produksi kitin biasanya dilakukan dalam tiga tahap,
terutama dari hewan golongan krustasea seperti udang dan kepiting. Indonesia
13
seperti udang. Udang cukup banyak dikonsumsi masyarakat dan dipakai untuk
berbagai komoditi penggolahan seperti kerupuk, terasi, petis, pakan ikan serta
untuk komoditas ekspor sehingga banyak menghasikan limbah kulit udang dalam
jumlah yang sangat banyak dan kurang termanfaatkan dengan baik. Tidak banyak
udang kepiting pun juga merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang
mempunyai berat molekul 800 kDa. Berat molekul ini tergantung dari derajat
deasetilasi yang dihasilkan pada saat ekstraksi. Semakin banyak gugus asetil yang
hilang dari biopolimer kitosan, maka semakin kuat interaksi antar ion dan ikatan
dengan rotasi spesifik [α]D11-3 hingga -10o (pada konsentrasi asam asetat 2%).
Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik pada pH sekitar 4,0, tetapi
tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5, juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol
dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO 3, kitosan larut pada
adalah asam asetat atau asam cuka dengan konsentrasi 1-2%. Kitosan larut dalam
asam mempunyai keunikan yaitu membentuk gel yang stabil dan mempunyai dwi
14
kutub, yaitu muatan negatif pada gugus karboksilat dan muatan positif pada gugus
NH2. Karakterisasi kitosan dapat ditentukan dari kelarutannya dalam asam lemah
misalnya asam asetat. Kitosan lebih mudah larut dalam asam asetat 1-2% dan
digunakan sebagai bahan pengental atau pembentuk gel yang sangat baik, sebagai
artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat samping, dan tidak
Sifat-sifat biologi ini membuat kitosan disatu sisi sebagai pilihan yang sangat baik
untuk komponen aditif makanan alami dan bahan berharga untuk aplikasi farmasi,
yang pada saat ditambahkan pada material lain mengubah sifat fisik dari material
tersebut. Plasticizer bahan yang tidak mudah menguap, dapat merubah struktur
dimensi objek, menurunkan ikatan rantai antar protein dan mengisi ruang-ruang
yang kosong pada produk (Murni, 2013). Pelapis edible film harus memiliki
elastisits dan fleksibilitas yang baik, daya kerapuhan rendah, ketangguhan tinggi,
untuk mencegah retak selama penanganan dan penyimpanan. Oleh karena itu,
15
dalam pembentukan film hidrokoloid sebagai solusi untuk memodifikasi
fleksibilitasi edible film tersebut seperti pati, pectin, gel, dan protein.
derajat ikatan hidrogen dan meningkatkan jarak antar molekul dari polimer.
Syarat Plasticizer yang digunakan sebagai zat pelembut adalah stabil (inert), yaitu
tidak terdegradasi oleh panas dan cahaya, tidak berubah warna polimer dan tidak
menyebabkan korosi. Salah satu jenis Plasticizer yang banyak digunakan selama
ini adalah gliserol. Gliserol cukup efektif digunakan untuk meningkatkan sifat
plastis film karena memiliki berat molekul yang kecil (Huri dan Fitri, 2014).
2.9 Jahe
2.9.1 Klasifikasi dan Morfologi
Jehe merupakan salah satu tanaman rimpang yang popular untuk
berbentuk jemari yang menggembung pada ruas-ruas tengah merupakan ciri khas
jahe. Rasa pedas yang dominan pada jahe disebabkan karena seyawa keton
bernama zingeron (Hesti dan Cahyo, 2013). Klasifikasi jahe (Zingiber officinale)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale.
16
Gambar 2. Jahe (Zingiber officinale)
Sumber : Plantamor (2016)
dengan panjang 15 cm sampai 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur
dua baris berseling, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir
berwarna ungu. Akar yang bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning
antibakteri. Kandunga kimia utama pada jahe yang berperan sebagai antimikroba
Robinson dalam Kusumawar dani dkk (2008) mekanisme kerja gingerol adalah
bakteri bahkan dapat berakibat mematikan sel bakteri. Sedangkan pada perusakan
membran sitoplasma, ion H+ dari senyawa gingerol akan menyerang gugus fosfat
sehingga molekul fosfolipida akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan
17
bentuk membran sitoplasma, sehingga membran sitoplasma bocor dan bakteri
sel bakteri, sehingga dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna
(Rahminiwati, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
18
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli
Negeri Gorontalo. Pengujian derajat deasetilasi, TPC, kadar air, dan TBA,
Gorontalo.
a. Alat yang digunakan untuk membuat fillet ikan tenggiri adalah timbangan,
pisau, talenan.
b. Alat yang digunakan untuk pembuatan kitosan adalah timbangan, beaker glass,
c. Alat yang digunakan untuk uji TPC fiilet ikan tenggiri yang sudah dikemas
petri, neraca analitik, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet volumetrik, jarum ose,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
b. Bahan baku pembuatan kitosan adalah kulit udang vannamei, HCl, NaOH, dan
Aquades.
19
c. Bahan pembuatan ekstrak jahe adalah jahe dan aquades.
d. Bahan yang digunakan untuk uji TPC adalah fiilet ikan yang sudah dikemas,
kertas cakram, bahan kimia yang digunakan adalah BFP, Nutrien Agar (NA),
sebagai berikut :
1) Pembuatan Kitosan
Pembuatan kitosan kulit udang vannamei mengacu pada prosedur pembuatan
kitosan oleh Puspawati dan Simpen (2010), yang mencakup tiga proses yaitu
menghilangkan protein dari kulit udang. Serbuk udang ditimbang dengan berat
200 gr. NaOH 3% dilarutkan pada aquades sebanyak 1000 ml, dipanaskan
menggunakan themolyne selama 2 jam pada suhu 80°C sambil diaduk, kemudian
M (1M HCl = 85 ml) dilarutkan pada aquades sebanyak 1000 ml, dipanaskan
menggunakan themolyne selama 1 jam pada suhu 75°C sambil diaduk, kemudian
disaring dan dicuci dengan air sampai pH nentral, kemudiaan dikeringkan dalam
oven pada suhu 80°C selama 24 jam. Proses Deasetilasi menggunakan NaOH 50
% dilarutkan dalam 1000 ml aquades, dipanskan selama 1 jam pada suhu 75°C
sambil diaduk, kemudian disaring dan dicuci sampai pH netral atau mendekati
pH. Setelah itu dikeringkan dalam oven selama 24 jam, sehingga memperoleh
20
Pembuatan ekstrak jahe mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Handika (2013) yang telah dimodifikasi yaitu (temulawak diganti dengan jahe).
Jahe diambil dari kota Gorontalo yakni dengan melarutkan sejumlah 3 gr jahe
Setelah itu ditambahkan ekstrak jahe 3%. Kemudian diaduk selama 20 menit pada
suhu 60°C.
TPI Tenda Gorontalo. Berat fillet berkisar antara 150-300 gram, panjang 17-25
cm dan tebal 1-1,5 cm. Kemudian dilakukan pengirisan menjadi fillet tipis
pencelupan yang mengacu pada penelitian Senoaji dkk., (2017) yang telah
dimodifikasi yaitu fiilet ikan dicelupkan dalam larutan edible coating kitosan jahe
menit dan dilakukan pencelupan kembali dengan waktu yang sama. Pencelupan
dilakukan pengulangan sebanyak dua kali agar lapisan edible coating pada fiilet
21
ikan dapat merata. Setelah itu fillet ikan didiamkan kemudian dikemas dalam
plastik zip lock dan disimpan pada suhu (±5-10 0C) selama 0, 2, 4, 6, 8 hari,
Edible coating
Fillet dicelupkan selama 1
menit, kemudian
dianginanginkan selama 10
menit. Diulang sanyak 2 kali Pengaplikasian coting
pada fillet
22
3.4 Prosedur Pengujian
Pengujian yang dilakukan pada produk fiilet ikan tenggiri ini diawali
dengan uji organoleptik, analisis uji mikrobiologi (ALT), kadar air dan analisis
kitosan sebanyak 6,1 mg dianalisis dalam kuvet dengan HCl 0,1 M pada rentang
persamaan berikut :
( 161,1. A . v )−(0,0218. m)
DA =
( 3,3615.m )−(42,1. A .V )
DD = 1- (DA) x 100%
manusia sebagai alat utama dalam menilai ikan hidup dan produk perikanan yang
untuk mengetahui mutu ikan secara subyektif. Jumlah panelis yang dipilih untuk
sebagai berikut:
23
1. Alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu disiapkan.
3. Cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur dibungkus dengan kertas buram.
4. Semua alat yang telah dibungkus dengan kertas buram dimasukkan ke dalam
yang berisi 9 mL BPW yang telah steril (10 -1) dilakukan secara aseptis,
senpurna.
11. Kemudian cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik
24
12. Pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung 25-250
Keterangan : N
Analisis kadar air mengacu pada SNI 2354-2-2015. Kondisikan oven pada
suhu 105 °C hingga suhunya stabil. Masukkan cawan kosong ke dalam oven
menit sampai mencapai suhu ruang dan timbang bobot cawan kosong (A).
Masukkan cawan yang telah diisi sampel ke dalam oven tidak vakum pada suhu
105 °C selama 16-24 jam. Pindahkan cawan dengan menggunakan alat penjepit ke
B−C
Kadar air = x 100 %
B−C
Keterangan : A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan + sampel (g)
C = Berat cawan + sampel setalah dikering (g)
25
3.4.5 Uji TBA (Thiorbarbituric Acid)
Uji TBA untuk mengetahui adanya oksidasi lemak yang terbentuk pada
sampel. Penentuan angka TBA dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak
dipindah ke dalam labu destilasi. Labu destilat dipasang pada alat destilasi.
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan reagen TBA sebanyak 5 ml (larutan 0,02
tabung reaksi tertutup dan dimasukkan ke dalam air panas 75°C selama 35 menit.
pada panjang gelombang 528 nm dengan larutan blanko sebagai titik nol. Angka
3
Angka TBA = x A x 7,8
Berat sampel ( gram)
Kruskal-Wallis. Hasil uji organoleptik disusun dalam score sheet (Walpole, 1993).
26
12 Ri 2
H= ∑ n −3(N +1)
N (N +1)
Keterangan :
H = H terkoreksi
n = banyaknya pengamatan setiap parameter pengamatan
N = total data keseluruhan
Ri = jumlah pangkat bebas dalam contoh ke-i
Hasil yang berbeda nyata antara perolehan nilai, diuji lanjut dengan
KTG
Rp = Rα, p, v S ý dimana : S ý =
√ r
Ket :
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Ulangan
Rα, p, v = nilai wilayah nyata Duncan
α = taraf nyata
p = Jarak relatif antara perlakuan tertentu dengan peringkat
v = Derajat bebas galat
2.5.2 Uji Derajat Deasetilasi, Uji Mikrobiologi (ALT), Kadar Air dan Uji
TBA
Rancangan penelitian untuk menganalisis data hasil Uji derajat deasetilasi,
uji mikrobiologi (ALT), kadar air dan uji TBA adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial dua kali ulangan dan analisis dengan Anova. Secara matematis,
Yij = µ + 𝜏i + ∈ij
dengan : i = 1, 2, …, t dan j = 1, 2, …, r s
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ = rata-rata umum.
𝜏i = pengaruh perlakuan ke-i.
∈ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
27
Hasil yang berbeda nyata antara perolehan nilai, diuji lanjut dengan
KTG
Rp = Rα, p, v S ý dimana : S ý =
√ r
Keterangan :
Packaging Software For Sosial and Science (SPSS) versi 16 dalam sistem
komputer.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ban, W., Song, J., Argyropoulos, D.S., Lucia, L.A., (2005). Improving the
physical and chemical functionally of starch derived films with
biopolymers. Journal of Applied Polymer Science. 100(3), 2542-2548.
https://doi.org/10.1002/app.23698
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2006). Angka Lempeng Total SNI 01-
2332-3-2006. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Chan, EWC., Lim, Y.Y., Wong, L.F., Lianto, F.S, Wong,S.K, Lim, K. K., Joe,
CE., Lim, T.Y. (2008). Antioxidant and tyrosinase inhibition properties of
and rhizomes of ginger species leaves. J Food Chem109:477–483. DOI:
10.1016/j.foodchem.2008.02.016.
[DEPKES] Departemen Keseharan RI. Direktoral Jendral Bina Gizi dan KIA.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (pandungan untuk petugas). (2008).
29
Direktoral Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.
[DPK] Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo. (2013). Data Statistik
Perikanan Tangkap Tahun 2012. Provinsi Gorontalo
Djafar, R., Rita, M., H., Faiza, A., D. (2014). Efektivitas Belimbing Wuluh
terhadap Parameter Mutu Organoleptik dan pH Ikan Layang Segar Selama
Penyimpanan Ruang. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/nike/article/view/1260
Fauziati, Adiningsih, Y., & Priatni, A. (2016). Pemanfaatan stearin kelapa sawit
sebagai edible coating buah jeruk (palm oil stearin for use edible coating
of citrus fruit). Riset Teknlogi Industri, 10(1), 64–69.
Irawan, S. (2010). Fillet Ikan. Fillet Ikan_all abaout fish culture htm. Diakses
pada april 2015.
30
(timbale, Kadmium, dan Tembaga) di perairan. Laporan. Bogor. IPB.
Niken, H. (2013). Isolasi amilosa dan amilopektin dari pati kentang. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri 2.No.3s
Siswana, R. (2011). Kitosan Sebagai Edible Coating Terhadap Mutu Ikan teri
31
(Stolephorus heterolobus). Asin Kering Selama Penyimpanan Suhu
Kamar. [tesis]. Pogram Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Rafaat, D., Sahl, H.G. (2009). Kitosan and its antimicrobial potentiall – a critical
literature sirvey. Jurnal of Microbiol Technology 2 (2): 186-201
Sari, KIP, Periadnadi, Nasir, N. (2013). Uji antimikroba ekstrak segar jahe-jahean
(Zingiberaceae) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli,dan
Candida albicans. JBioUA2(1): 20-24.ISSN: 2303-2162
Suptijah, P., Gushagian, Y., Sukarsa, D.R. (2006). Kajian efek daya hambat
kitosan terhadap kemunduran mutu fillet ikan patin (pangasius
hypopthaimus) pada penyimpanan suhu ruang. Departemen Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bouletin
Teknolohi Hasil Perikanan. Vol XI No.2.
Tang. Z.X., Shi. L., Qian J. (2007). Neutral Lipase fromAqueous Solutions
onChitosan Nano Particles. Journal Bi°Chemical Engineering 34: 217-
223.
Wahyudi, R., Maharani, E.T.W. (2017). Profil protein pada ikan tenggiri denan
variasi penggambaran dan lama penggaraman dengan menggunakan
metode SD-PAGE. Program Studi DIV Analisis Kesehatan. Fakultas
Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Semarang.
32
Semarang. Semarang (ID). Seminar Nasional Pendidikan, Sais dan
Teknologi Fakultas MIPA. UMS. ISBN:978-602-61599-6-0
Winarti, C., Miskiyah, & Widaningrum. (2012). Teknologi produksi dan aplikasi
pengemas. J. Litbang Pert., 31(3), 85–93.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wulandari, K., Sulistijowati, R., & Mile, L. (2015). Kitosan Kulit Udang Vaname
Sebagai Edible Coating Pada Bakso Ikan Tuna. Jurnal Ilmiah Perikanan
Dan Kelautan, 3(September), 118–121.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Jahe
Konsentrasi 3%
jumlah ( gr)
Persen berat/ volume (w/v) = ×100 %
jumlah ( ml ) laurtan
3 gr jahe
= ×100 %
100 ml aquades
5 gr jahe
×100 %
100 ml aquades
jumlah ( gr)
= 3% ×100 %
jumlah ( ml ) laurtan
jumlah (gr)
×100
jumlah ( ml ) laurtan
35