Oleh :
1. AZLAN 19.4.01.083
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Praktek Kerja Lapang ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Praktek Kerja Lapang Dua
Program Studi Teknik Pengolahan Produk PerikananPada
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
Menyetujui :
Mengetahui :
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat- Nya
sehingga proposal Praktik Kerja Lapang Dua pada Politeknik Kelautan dan
Perikanan Bitung.
3. Hetty M.P Ondang, S.Pi, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah
yakin masih banyak kekurangan dalam proposal ini, oleh karena itu penulis sangat
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 2
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
kualitas ikan segar sampai pada tangan konsumen dalam keadaan baik dan layak
ikan yaitu dengan pembekuan. Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai
gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan
memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi yang dapat merusak kandungan
gizibahan pangan.
PT. Laut Biru Seafood adalah salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang ekspor ikan Tuna. Hasil produksi PT. Laut Biru Seafood salah satunya adalah
Tuna loin. Sebelum produk yang dihasilkan di ekspor, produk tersebut harus
dipastikan telah memenuhi standar pangan yang ada. Standar yang ditetapkan
Analysis Critical Control Point) yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk
1
Berdasarkan penjelasan tentang perusahaan dan produk, maka penulis
tertarik untuk lebih lanjut melakukan praktek secara langsung dan belajar lebih
tentang pengolahan produk tuna loin beku di PT. Laut Biru Seafood.
1.2 Tujuan
1. Mampu memahami alur proses produk tuna loin beku di PT. Laut Biru
Seafood.
Seafood.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan yang mengandung protein yang
tinggi dan lemak yang rendah. Selain itu, ikan tuna mengandung mineral,
sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Actinopteri
Order : Perciformes
Family : Scombridae
Subfamili : Scombrinae
Genus : Thunnus
Species : - Thunnus albacares
- Thunnus obesus
- Thunnus maccoyii
- Thunnus tonggol
Jenis-jenis ikan tuna menurut Talib (2017) meliputi ikan tuna madidihang
(Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna sirip biru selatan
(Thunnus maccoyi), tuna ekor panjang (Thunnus tonggol). Ikan tuna (Thunnus sp.)
3
Gambar 1. Tuna Madidihang (Thunnus albacares)
Sumber : fishbase.org
4
2.3 Morfologi Ikan Tuna
sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-
sisinya dan dengan moncong meruncing. Tuna memiliki dua sirip punggung depan
berukuran relatif lebih pendek dan terpisah dari sirip punggung belakang.
Ikan tuna termasuk dalam jenis ikan pelagis besar dan sebagian besar
memiliki jari-jari sirip tambahan (finlet) dibelakang punggung dan dubur berwarna
kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Rohaini, 2020). Tubuh ikan tuna
tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak galap pada bagian atas
tubuhnya dan berwarna putih keperakan pada bagian bawah tubuhnya (Wagey,
2020).
Ikan tuna (Thunnus sp.) sebagai salah satu komoditas laut, kaya akan asam
lemak omega-3. Kandungan omega-3 pada ikan air laut seperti ikan tuna adalah
28 kali lebih banyak dari pada ikan tawar. Omega-3 dapat menurunkan kadar
darah. (Wahyuni, 2011 dalam Rohaini, 2020). Komposisi ikan tuna (Thunnus sp.)
5
Tabel 1. Komposisi Ikan Tuna per 100 gr
2.5 Riboflavin
Alur Proses Pembekuan Tuna Loin
Loin adalah salah satu produk ikan tuna yang yang dibuat dengan cara
6
segar atau beku yang mengalami perlakuan yaitu penerimaan, penyiangan atau
11. Pelabelan
12. Penyimpanan
dan pemberian 10. Pengemasan
Beku
kode
mutu, ukuran, maupun jenis. Bahan baku ditangani secara cepat, cermat dan
7
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membuang isi perut dan kepala ikan untuk
3. Pencucian
pencucian menggunakan air bersih dingin yang mengalir secara cepat, cermat
dan saniter untuk mempertahankan suhu pusat produk. Tujuan pencucian adalah
unruk menghilangkan sisa kotorandan darah yang menempel di tubuh ikan dan
4. Pembuatan Loin
membujur.
rapih bebas dari tulang, daging hitam dan kulit, serta terhindar dari
6. Sortasi mutu
tulang, daging hitam dan kulit secara manual, mengamati warna dan
8
7. Pembungkusan
8. Pembekuan
ABF (Air Blast Freezer), CPF, Brain hingga suhu pusat ikan mencapai
9. Penimbangan
10. Pengemasan
dimasukkan dalam master karton secara cepat, cermat dan saniter sehingga
Setiap kemasan produk tuna loin beku yang akan diperdagangkanagar diberi
tanda dengan benar dan mudah dibaca, mencantumkan bahasa yang sesuai
syarat dengan disertai keterangan jenis produk, berat bersih produk, nama dan
alamat lengkap dengan unit pengolahan, tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa.
9
12. Penyimpanan Beku
Penyimpanan tuna loin beku dalam gudang beku (cold storage) dengan
jam. Penataan produk dalam gudang beku diatur sedemikian rupa sehingga
yang baik merupakan acuan untuk memproduksi makanan yang baik dan benar,
1. Penerimaan bahan baku; bahan baku Tuna yang diterima harus dalam
harus dilakukan secara cepat, hati-hati dan saniter untuk mencegah terjadinya
3. Bahan Pembantu; Air yang digunakan pada proses produksi adalah air bor
10
4. Bahan Kimia; Bahan Kimia yaitu chlorine, kaporit, Sabun.
Control memonitor suhu cold storage apakah telah memenuhi standar untuk
Container harus dipastikan dalam keadaan bersih serta bebas dari bau.
pelaksanaan sanitasi yang harus dipenuhi oleh suatu unit pengolahan ikan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah (FDA 2019 dalam
Maroef, Sipahutar, Hidayah 2021). SSOP merupakan bagian penting dari program
Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu membersihkan dan sanitasi.
1. Keamanan air dan es; keamanan air mecakup petugas dan prosedur standart
tahap-tahap perlakuan untuk air yang diperoleh adalah air dengan kualitas
tertentu, misalnya untuk memenuhi standar air minum, untuk air yang kontak
dengan produk
11
dan untuk pembuatan es, sehingga tidak ada kontaminasi silang antara air yang
peralatan atau sarana dalam pabrik yang kontak dengan produk berisi standar
pembersihan, baik dengan penyemprotan, busa gel, detergen ionis, detergen non
ionic atau kationik dan konsetrasi yang digunakan. Prosedur sanitasi akan
mencakup cara sanitasi, jenis sanitizer yang digunakan (uap panas, ultraviolet,
ozonisasi dan sebagainya) atau bahan kimia yang diizinkan (klorin) dan
produk dari kontaminasi silang dari pekerja, bahan mentah, pengemas, dan
pindah atau mengunjungi bagian lain atau melengkapi setiap ruang proses
pengolahan dengan fasilitas pembersihan dan sanitasi desain lay out sarana dan
prasarana.
4. Fasilitas toilet dan tempat cuci tangan; Setiap karyawan yang bekerja diruang
panas san sabun, kemudian di bilas dengan air yang mengandung bahan
12
disinfektan lainnya. Pencucian tangan di lakukan sebelum dan sesudah makan
menyebabkan kontaminasi.
non pangan kedalam produk pangan yang dihasilkan, permukaan yang kontak
dengan produk, bahan- bahan non pangan yang dimaksud meliputi pelumas,
bahan bakar, senyawa pembersih, saniter, cemaran zat kimia dan cemaran fisik
lainnya.
6. Pelabelan dan penyimpanan bahan kimia; mencakup tata cara dan jenis
pelabelan yang diterapkan pada bahan-bahan kimia yang digunakan, baik untuk
kesehatan bagi karyawan agar tidak menjadi sumber kontaminasi bagi produk,
bahan kemasan atau permukaan yang kontak dengan produk. Di dalam SSOP
ini terdapat ketentuan mengenai cara pelaporan karyawan yang sakit atau
penyakit-penyakit tertentu.
13
hidup dan berkembangbiak di produk pangan dan merusak produk tersebut.
Karena itu, perlu dilakukan pengendalian hama yang tidak diinginkan dalam
membahayakan. Beberapa hama yang biasa terdapat pada industri pangan dan
Menurut (Wingjosoebroto 2009), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau
fasilitas penunjang mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya. Secara garis besar
tujuan utama dari tata letak fasilitas adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas
produksi yang paling ekonomis untuk operasi proses produksi yang aman dan nyaman
sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dari karyawan. Lebih spesifik lagi suatu
tata letak yang baik dapat memberikan keuntungan dalam sistem produksi,
5. Pendaya-gunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan
8. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan
15
BAB III
METODE PRAKTIK
Alat dan bahan praktik yang digunakan untuk penunjang dan untuk
b. Proposal
c. Kamera
d. Jurnal kegiatan
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk
data dalam kegiatan Kerja PraktikAkhir yang akan dilakukan adalah melalui :
16
3. Kuisioner; merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk di
jawab.
4. Dokumentasi
17
3.4 Prosedur Kerja
Persyaratan Dasar
Persyaratan Awal
Lokasi
Lingkungan
Persyaratan Fisik
Bangunan
Fasilitas
Persyaratan Operasional
1. GMP
2. SSOP
18
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standar Nasional. 2006. Tuna Loin Beku. SNI 01-4104.3- 2006.
Badan Standar Nasional Jakarta. [Internet]
Gusdi, A.T., & Sipahutar, Y.H. 2021. Penerapan Sanitation Standard Operation
Procedures (SSOP) And Good Manufacturing Practice (GMP). Jurnal
IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan. Vol. 2 No.3: 117-126.
Rospiati E. 2006. Evaluasi Mutu dan Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna
(Thunnus sp.). Laporan tesis. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.
Sarumaha W.S., Kaligis D.D., Ondang H.M.P,. 2018. Penerapan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) DI PT. Blue Ocean Grace Internasional
Bitung. Buletin matric vol.15 no.1
Wagey I.S., 2020. Proses Pembekuan Tuna Loin Pt. Seafood Industrial Group
Asia Bitung.
Wicaksani, A.L., & Adriyani, R. 2017. Penerapan HACCP dalam proses produksi
menu daging rending di Inflight Catering. Jurnal Media Gizi Indonesia.
19
20