Dosen Pembimbing
Satriya Abrian, S.Si., M.Sc
David Indra Widianto, S.St.Pi., M.Tr.Pi
1
PKP Pangandaran
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
Dosen Pembimbing:
Satriya Abrian, S.Si., M.Sc
David Indra Widianto, S.St.Pi., M.Tr.Pi
Dosen Pembimbing:
Satriya Abrian, S.Si., M.Sc
David Indra Widianto, S.St.Pi., M.Tr.Pi
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Ketua Program Studi Pengolahan Hasil Laut
Tanggal Pengesahan :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan Proposal PKL 1 sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti perkuliahan. Yang dilaksanaan pada tanggal 1 juni s/d 30
juli. Dalam hal ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Arpan Nasri Siregar, S.Pi.,M.S.T.Pi. selaku Direktur Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pangandaran
2. Satriya Abrian, S.Si., M.Sc, selaku Ketua Prodi Pengolahan Hasil Laut dan
Pembimbing 1.
3. David Indra Widianto, S.St.Pi., M.Tr.Pi, selaku Dosen Pembimbing 2.
4. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis.
5. Ibu Ninit selaku Owner Rumah Produksi Nyonya
6. Dan pegawai – pegawai serta keluarga besar Rumah Produksi Nyonya
Jumbo yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan 1
Demikian proposal yang dapat penulis sampaikan dan penulis juga
menyadari dalam penyusunan proposal ini memiliki banyak kekurangan, untuk itu
maka penulis harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Pangandaran, 1 Agustus 2022
CEO
Pikri Abdulah
NIT. 20.4.08.053
ii
DAFTAR ISI
3.2.1 Alat........................................................................................................ 16
iii
3.3 Diagram alur Pembuatan Dimsum Ikan .............................................. 20
4.1.4 Pelumatan.............................................................................................. 25
iv
4.4 Model Bisnis ....................................................................................... 34
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Dimsum .................................................................................................. 5
Gambar. 2 Ikan Barakuda (Sphyraena barracuda) .................................................. 6
Gambar 3 Diagram Alir Pengolahan Dimsum ...................................................... 23
Gambar 4 Penerimaan Bahan Baku ...................................................................... 24
Gambar 5 Thawing................................................................................................ 24
Gambar 6 Penimbangan ........................................................................................ 24
Gambar 7 Pelumatan Daging ................................................................................ 25
Gambar 8 Pengadonan .......................................................................................... 26
Gambar 9 Proses Pencetakan ................................................................................ 26
Gambar 10 Proses Pengukusan ............................................................................. 27
Gambar 11 Proses Pendinginan ............................................................................ 27
Gambar 12 Proses Pengemasan ............................................................................ 28
Gambar 13 Pembekuan menggunakan chest freezer ............................................ 29
Gambar 14 Hasil Uji Hedonik .............................................................................. 31
Gambar 15 Matriks SWOT .................................................................................. 36
Gambar 16 Kegiatan Uji Hedonik......................................................................... 49
Gambar 17 Kegiatan Uji Hedonik......................................................................... 49
Gambar 18 Kegiatan Pemasaran ........................................................................... 49
Gambar 19 Kegiatan Pemasaran ........................................................................... 49
Gambar 20 Penyerahn Plakat PKL 1 .................................................................... 49
Gambar 21 Penyerahn Plakat PKL 1 .................................................................... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kegiatan Mingguan PKL 1 ...................................................................... 15
Tabel 2 Perbandingan Formulasi Dimsum............................................................ 21
Tabel 3 Biaya Penyusutan ..................................................................................... 40
Tabel 4 Biaya Tetap .............................................................................................. 40
Tabel 5 Biaya Variabel.......................................................................................... 40
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran sebagai institusi
pendidikan diharapkan dapat mencetak lulusan-lulusan penerus generasi bangsa
yang sanggup menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis, praktis, dan aplikatif.
Untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul dan memiliki kemampuan serta
keahlian yang mumpuni, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran sebagai
salah satu Instansi berusaha membentuk dan melatih lulusan-lulusan yang ada
untuk siap terjun ke dunia kerja serta mecetak taruna-taruni untuk bisa
berwirausaha. Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran sebagai institusi
pendidikan diharapkan dapat mencetak lulusan-lulusan penerus generasi bangsa
yang sanggup menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis, praktis, dan aplikatif.
Untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul dan memiliki kemampuan serta
keahlian yang mumpuni, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran sebagai
salah satu Instansi berusaha membentuk dan melatih lulusan-lulusan yang ada
untuk siap terjun ke dunia kerja serta mecetak taruna-taruni untuk bisa
berwirausaha.
Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu kegiatan akademik yang
berfokus pada kemampuan untuk mengembangkan dan menempa ilmu yang telah
dipelajari selama menjalani perkuliahan dalam praktiknya.Kegiatan ini dapat
menambah pengalaman taruna khususnya di Prodi Pengolahan Hasil Laut
memberikan wawasan mendalam terkait dunia kerja sebelum lulus dari bangku
perkuliahan kelak dengan menggunakan sistem 70% Praktek dan 30% Materi
dengan tujuan taruna-taruni dapat mampu bersaing baik secara materi maupun
teori.
1
Praktik kerja lapangan 1 yang dilaksanankan oleh Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran adalah suatu kegiatan yang sangat penting diikuti oleh
para taruna sebagai syarat kelulusan. Praktik kerja lapangan dapat memberi
pelatihan langsung bagi para taruna untuk dapat menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, pengalaman disektor perikanan dan kelautan. Kegiatan ini juga
sebagai pelatihan bagi taruna untuk dapat melatih diri dalam dunia kerja sebelum
memasuki dunia kerja.
Dalam PKL 1 ini dengan tema kewirausahaaan dimana semua taruna
diharapkan memiliki jiwa berwirausaha. wirausaha adalah orang-orang yang
mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang
serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Kewirausahaan
merupakan kemampuan kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang dan selalu
terbuka untuk setiap masukan dan perubahan yang positif yang mampu membawa
bisnis terus bertumbuh serta memiliki nilai.
Disini kami mengambil judul praktik kerja lapang pengolahan dan
pemasaran dimsum ikan di Rumah Produksi Nyonya Jumbo, Sleman, Yogyakarta.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kuliah Industri yaitu :
1. Mengetahui alur proses pengolahan dimsum ikan
2. Mengetahui hasil uji hedonik dimsum ikan.
3. Mengetahui segmentasi pasar.
4. Mengetahui model bisnis yang dapat dikembangkan pada produk dimsum
ikan.
5. Mengetahui analisis usaha biaya produksi dimsum ikan.
1.3. Manfaat
1. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan kerja yang sesuai dengan
ilmu yang dimiliki.
2. Menguji kemampuan Taruna/i (sesuai program studi terkait) dalam
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam penerapan pengetahuan
dan attitude perilaku Taruna/i dalam bekerja.
2
3. Meningkatkan, memperluas, menumbuhkan serta memantapkan proses
penyerapan teknologi.
4. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di setiap Taruna/i.
5. Melatih kepercayaan diri melalui penjualan bisnis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dimsum
2.1.1 Deskripsi Produk
Dimsum adalah makanan khas dari negeri China sangat menggugah selera
berasa dari Bahasa kanton yang artinya makanan ringn yang di bungkus, dimsum
biasa di sajikan dengan saus sambal sebagai penikmat rasa. Dimsum makanan
kecil yang memiliki nilia gizi tinggi ini biasanya di isi dengan daging ayam, ikan,
udang, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kepopuleran dimsum di Indonesia cukup
luas sangat diminati dan di gemari oleh masyarakat Indonesia (Lestari, 2011).
Siomay merupakan salah satu jenis dimsum yang berasal dari daratan
Mongolia. Dalam Bahasa Mandarin disebut shomai dan dalam Bahasa kanon
disebut siu mai. Kulitnya tersebut dari pangsit di China, siomay berisi daging babi
cincang dibungkus kulit tipis yang terbuat dari tepung terigu tetapi di Indonesia
daging babi dalam somay biasanya diadaptasi dan diganti dengan ayam sehingga
dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan yag digunakan dalam pembuatan
somay antara lain daging ayam, bawang putih, daun bawang, garam, merica, gula,
minyak wijen, telur, tepung sagu, atau tepung tapioca.
Kulit dimsum adalah bagian luar dimsum untuk melapisi isi dimsum
biasanya di buat menggunakan tepung tangmine, garam, dan air. Ada beberapa
jenis kulit dimsum yng umum di kenal yaitu jenis kulit hakau, biasanya kulit
dimsu terbuat dari tepung tangmine yang terbuat dari pati gandum, tepung terigu,
garam, air di gunakan untuk membalut jenis dimsum hakau udang. Yang kedua
kulit pangsit erbuat dari adona tepung terigu, air dan garam dapur, sering
digunakan untuk melapisi jenis dimsum siomay. Yang ketiga lumpia adalah
lenmbarn tipis dari tepung gandum yang dijadikan kulit lalu digunakan sebagai
pembungkus isian dimsum.
Dim sum merupakan makanan dari daerah Tiongkok yang cukup populer
di Indonesia yang biasa disajikan dengan cara dikukus maupun digoreng. Dim
Sum atau Dian Xin (dalam bahasa mandarin) yang secara harfiah mempunyai arti
“menyentuh hati”. Dim Sum ini berasal dari daerah Canton, Cina Selatan.
4
Penyajian dimsum ini berkaitan dengan tradisi meminum teh pada pagi atau sore
hari, yaitu Yum Cha (Diah Surjani Ananto, 2012).
Gambar 1 Dimsum
Sumber : https://www.inews.id/amp/travel/kuliner/resep-dimsum
Dim Sum adalah makanan ringan yang dikukus, biasa disajikan dengan saus
sambal sebagai penikmat rasa. Dim Sum memiliki nilai gizi yang tinggi, biasanya
dimsum diisi dengan daging ikan, ayam, udang, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kepopuleran dimsum diindonesia cukup luas dan digemari oleh masyarakat
indonesia.
5
Genus : Sphyraena
Spesies : Sphyraena barracuda
1 Air 80,69
2 Protein 14,21
3 Karbohidrat 3,12
4 Lemak 0,19
5 Abu 1,30
Kadar kalsium pada tulang ikan barakuda yang terukur pada tulang ikan
alu-alu sebesar 42.22%. Kadar kalsium yang didapatkan dari tulang ikan alu-alu
ini lebih tinggi dari yang diperoleh Boutinguiza et al., (2012) yang menggunakan
ikan tuna dengan kandungan kalsium yaitu 41.75 %, sedangkan tulang ikan
sejenis lele mengandung kalsium sebesar 36.17% (Orband & Roland, 1992), dan
6
37.60% kadar kalsium pada beberapa spesies ikan yang dikoleksi dari limbah
seafood di Jepang (Ozawa & Suzuki 2002).
7
Dalam penganalisisan, skala hedonic di ranformasi menjadi skala numerik dengan
angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakuan
analisis statistik. Aplikasi dalam bidang pangan untuk uji hedonik digunakan
dalam hal pemasaran, yaitu untuk memperoleh pendapat konsumen terhadap
produk baru, hal ini diperlukan untuk untuk mengetahui perlu tidaknya perbaikan
lebih lanjut terhadap suatu produk baru sebelum dipasarkan, serta untuk
mengetahui produk yang paling disukai oleh konsumen (Susiwi, 2009).
2.3 Pemasaran
Di dalam buku yang berjudul Perjalanan Pemikiran Konsep Pemasaran
(Kartajaya, 2010) ,Selama ini pemasaran dikenal sebagai aktivitas yang identik
dengan bisnis. Pemasaran sangat penting di dalam suatu perusahaan karena
pemasaran lah yang memastikan adanya pertukaran nilai antara perusahaan
dengan konsumennya dan juga pemasaran memiliki peranan yang besar dalam
membentuk pola persaingan , orientasi bisnis perusahaan, bahkan cara-cara
sebuah bisnis dijalankan dalam sebuah industri. Pemasaran merupakan jawaban
dalam menghadapi persaingan bisnis di masa depan. Dengan terus melakukan
evolusi persaingan bisnis di masa depan. Dengan terus melakukan evolusi
pemasaran, sebuah institusi dapat terus mempertahankan relevasinya di tengah
lanskap bisnis yang terus berubah .
Menurut Kotler dan Keller (2009) Pemasaran adalah suatu fungsi
organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan.
Manajemen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang sering
dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut Kotler dan
Armstrong (2004:78) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat
kelompok variable yang disebut “empat P’’, yaitu :
1. Product/Produk
8
2. Price/Harga
3. Place/Tempat
4. Promotion/Promosi
9
2.3.2 Unsur Strategi Pemasaran
Dalam buku Smart Strategy Of Marketing (Khotijah,2004) terdapat
beberapa unsur strategi pemasaran sebagai berikut :
A. Segmentasi Pasar
Menurut Griffin (2006), segmentasi merupakan proses membagi pasar
keseluruhan suatu produk atau jasa kedalam beberapa segmen yang memiliki
kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya
hidup. Dengan melakukan segmentasi pasar, pemasaran akan lebih terarah dan
efektif sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.Segmentasi pasar
yang dimaksudkan disini yaitu kemampuan untuk memilah, mengelompokkan,
serta mendiagnosa sistem yang ada sehingga lahir satu kesepakatan untuk
melangkah pada tujuan dari pemasaran.
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi atau mengelompokkan pasar
yang ada dari berbagai corak dalam transaksi yang terjadi baik dari berbagai pasar
(heterogen) sampai kondisi pasar yang ada hanya satu aktivitas (pasar homogen) .
Hermawan Kartajaya setuju dengan segmentasi pasar berdasarkan empat
golongan. Namun beliau lebih mendekatkan lagi kepada pelaku-pelaku pasar atas
beberapa keinginan kemudian. Dasar-dasar untuk membuat segmentasi pasar
konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1) Segmentasi berdasarkan geografik
Dimana segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok
berdasarkan daerah.
2) Segmentasi berdasarkan demografik
Dimana segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok
berdasarkan umur, jenis kelamin, besar keluarga, siklus kehidupan keluarga,
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, dan lain lain.
3) Segmentasi berdasarkan phisikografik
Dimana segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok
berdasarkan pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup atau kepribadian.
4) Segmentasi berdasarkan tingkah laku
Dimana segmentasi ini membagi pasar menjadi beberapa kelompok
berdasarkan selera masyarakat terhadap produk jenis yang ditawarkan.
10
B. Targetting
Targeting yaitu proses menyeleksi target market yang tepat untuk
memproduksi dan service dari perusahaan. Ada beberapa kriteria yang
digunakan untuk menyeleksi pasar antara lain : ukuran pasar, pertumbuhan
pasar, keunggulan kompetitif, dan situasi persaingan.
C. Positioning
Menurut Kotler dan Keller dalam bukunya Manajemen Pemasaran
(2006:262) mengatakan bahwa “positioning adalah suatu tindakan perancangan
sebuah perusahaan sehingga perusahaan menempati tempat yang berbeda dan
bernilai dalam benak target pelanggan”.
Positioning adalah menetapkan posisi pasar, tujuannya adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di
pasar ke dalam benak konsumen. Strategi penentuan posisi pasar terdiri dari:
dasar atribut (harga murah atau harga mahal), menurut kelas pengguna,
menurut kelas produk. Positioning adalah tentang bagaimana membangun rasa
kepercayaan , percaya diri, dan kompetensi untuk pelanggan.
2.3.4 Peluang Usaha
Menurut Hendro dan Chandra (2006), peluang adalah suatu keadaan di
setiap saat kehidupan kita sehari-hari, baik sejak bangun pagi hingga larut
malam. Peluang dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung cara kita
melihatnya. Yang terpenting adalah bukan sekedar cara melihat atau
memandang suatu hal, melainkan bagaimana sesuatu ketidaksempurnaan itu
dapat berubah menjadi peluang yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasar.
Peluang akan menjadi peluang yang prospektif bila mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Sedang dibutuhkan oleh pasar
b. Memecahkan kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi pasar
c. Menyempurnakan yang sebelumnya
d. Benar-benar beda dan memiliki nilai tambah
e. Temuan yang orisinil (inovatif)
f. Memberi keuntungan yang nyata
g. Ada unsur yang dibanggakan oleh pembeli
11
h. Dapat diwujudkan.
2.4 Model Bisnis
Pengembangan bisnis diperlukan untuk mencapai pertumbuhan melalui
peningkatan keuntungan dari konsumen baru atau konsumen yang sudah ada
sebelumnya. Penjualan maupun kemitraan dapat dikatakan sebagai bagian dari
pengembangan bisnis. Tujuannya ialah menciptakan nilai jangka panjang untuk
organisasi tidak hanya melalui konsumen tapi juga pangsa pasar dan relasi.
Menurut Rispawati dan Utami (2019), 144 Perkembangan usaha adalah
perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk
mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. 144 Pengembangan usaha adalah usaha suatu
lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan
meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
disamping memperoleh laba, 144 Pengembangan usaha adalah aktivitas yang
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh konsumen yang memiliki
badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun
badan usaha seperti, pedagang kaki lima yang tidak memiliki surat izin ditempat
usaha, 144 Pengembangan usaha ialah kegiatan usaha individu yang terorganisasi
untuk menghasilkan dan menjual barang jasa guna mendapatkan keuntungan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Euis et al. (2014), business
model canvas (BMC) memiliki sembilan elemen yang penting dalam membantu
mengidentifikasikan model bisnis pada KNM Fish Farm dan membantu untuk
mengidentifikasi elemen-elemen yang memerlukan perbaikan untuk membantu
keberlangsungan usaha di masa depan. Bisnis model kanvas juga dapat digunakan
sebagai alat untuk memberikan usulan rancangan model bisnis yang baru yang
akan diterapkan salah satu unit usaha baru CV. OAG yang memproduksi keripik
bayam (Rukka et al., 2018). Permadi et al.(2016) melaporkan bahwa melalui
analisis BCM (business model canvas) pada CV. Kandura Keramik Bandung
terdapat 7 program perbaikan yang disarankan meliputi pembentukan segmentasi,
kerjasama perusahaan dan aktivis seni untuk membentuk komunitas keramik
kontemporer, membentuk website pribadi, bekerjasama dengan rekanan
12
pemasok,kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten, mendaftarkan produk,
membentuk subdivisi quality control dan teknik pewarnaan, serta merekrut SDM
yang potensial.
2.5 Analisa Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan
untuk memproduksibarang/jasa (Susanto dkk, 2010). Biaya produksi terbagi atas
biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya produksi yang besarnya tidak berubah atau
tidak dipengaruhi oleh volume produksi barang jasa dan biaya variabel (variable
cost) yaitu biaya produksi yang besarnya berubah-ubah sesuai jumlah
produksinya. Biaya total (total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa.
a) Biaya Tetap
Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya yang
jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut
Carter (2009:69), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total
tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat dan menurun.
b) Biaya Variabel
Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya yang
jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Sedangkan menurut Garrison (2006:257), biaya variabel (variable cost)
adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap
perubahan tingkat aktivitas.
c) Total Cost
Total cost adalah biaya total yang dikeluarkan sebuah bisnis dalam
satu periode produksi. Yang dimaksud dengan satu periode produksi di
sini adalah serangkaian proses dari mulai membeli bahan baku,
mengolahnya, hingga mendistribusikan barang jadi kepada konsumen.
TC = FC + VC
Keterangan
TC = Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
13
d) HPP (Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan merupakan jumlah pengeluaran serta
beban, baik secara langsung maupun tidak langsung dikeluarkan oleh
perusahaan seperti bahan, tenaga kerja, dan faktor lainnya untuk
memperoleh barang atau jasa yang kemudian dijual kepada konsumen.
e) Pendapatan (Revenue)
Pendapatan sangat berpengaruh bagi keseluruhan hidup
perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu
pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji
dalam laporan laba rugi maka, pendapatan adalah darah kehidupan dari
suatu perusahaan.
Pendapatan adalah kenaikan modal perusahaan akibat penjualan
produk perusahaan.5 Arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas
aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya)
dari pengirim barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.6
f) Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian
laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi
sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar
kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada
ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.
g) BEP (Break Event Point)
BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen
keuangan dimana pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk
yang harus dijual atau berapa rupiah keuntungan yang harus dicapai agar
berada di titik impasnya.
14
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan PKL 1 dilaksanakan pada tanggal 04 juni – 24 juli 2022 bertempat
di Rumah Produksi Dimsum Nyonya Jumbo, Sleman, DI Yogyakarta
Tabel 1 Kegiatan Mingguan PKL 1
Minggu ke- Kegiatan
Minggu ke-1 Belajar di UMKM
Minggu ke-2 Membuat produk
Minggu ke-3 Uji hedonik
Minggu ke-4 Pemasaran produk
Minggu ke-5 Pemasaran Produk
Minggu ke-6 Pemasaran Produk
Minggu ke-7 Penyusunan Laporan
Minggu ke-8 Seminar
a. Minggu Ke 1-4
Kegiatan yang dilakukan pada minggu pertama yaitu mempelajari segala
hal mengenai produksi dimsum di Rumah produksi Nyonya Jumbo.
b. Minggu ke-5
Kegiatan yang dilakukan pada minggu ke-5 adalah Membuat produk
dimsum.
c. Minggu Ke 6 - 7
Kegiatan yang dilakukan pada minggu ke-6 adalah pengujian hedonik dan
penjualan produk. Sedangkan pada minggu ke-7 fokus pada penjualan
produk.
d. Minggu ke -8
Kegiatan pada minggu ke-8 yaitu dilaksanakan seminar.
15
3.2. Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Nama Alat Fungsi Gambar
16
Panci pengukusan Panci kukusan digunakan
untuk mengukus dimsum
agar dimsum ikan dapat
dikonsumsi.
17
Parutan Digunakan untuk memarut
bahan penunjang seperti
sayuran menjadi lembut.
\ Digunakan untuk
Staples menstaples plastic wadah
Label
Plastik Mika
Bahan Fungsi
Daging ikan barakuda Daging ikan barakuda digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan
dimsum ikan.
18
Garam Garam sebagai bahan penyedap dalam
pembuatan dim sum ikan.
Gula Gula sebagai bahan penyedap pada
pembuatan dim sum ikan.
Bawang putih Sebagai bahan penguat aroma pada
dim sum ikan agar bau amis pada ikan
tidak tidak terlalu kuat.
Jamur kuping Jamur kuping digunakan sebagai
toping pada dim sum ikan.
Minyak wijen Sebagai pengikat atara bahan baku dan
bahan penunjang.
Telur Sebagai bahan pengikat antara bahan
baku dan bahan penunjang serta
memberi warna serta nilai gizi.
Lada bubuk Sebagai bahan penyedap pada
pengolahan dimsum ikan.
Wortel Sebagai bahan penunjang pada produk
dim sum.
Kulit pangsit Kulit pangsid sebagai pembungkus
isian dim sum.
Minyak sayur Minyak sayur sebagai olesan nampan
agar dimsum tidak lengket.
Labu siam Sebagai bahan penunjang pada produk
dim sum.
Saus tiram Sebagai penambah aroma pada dim
sum ikan.
Saus tomat Sebagai penambah rasa bagi penyuka
pedas.
19
3.3 Diagram alur Pembuatan Dimsum Ikan
beku segar
pelelehan
Sortasi
Pencucian 1
Penyiangan
Pencucian 2
Pengambilan
daging ikan
Pelumatan
Pencampuran
Pembentukan
Pengukusan
Pendinginan
Sortasi 2
Pengemasan dan
penimbangan
Penyimpanan
20
3.3.1 Formulasi Dimsum
Tabel 2 Perbandingan Formulasi Dimsum
Bahan Formulasi
P1 P2 P3
Daging Ikan 5 kg 3 kg 1 kg
barakuada (g)
Garam (g) 60 gr 36 gr 12 gr
Gula (g) 60 gr 36 gr 12 gr
MSG (g) 18 gr 12 gr 6 gr
21
3.4 Metode Perolehan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses tanya jawab dengan narasumber secara
langsung. Pertanyaaan diajukan oleh penulis kepada pembimbing lapang
di tempat praktik baik kepada karyawan maupun kepada pemilik
perusahaan.
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan di lapang dan
pelaksanaan dilakukan langsung di tempat praktik.
3. Praktik Langsung
Praktik langsung atau partisifasi aktif merupakan salah satu metode
pengambilan data dengan mempraktikannya langsung di lapangan. Metode
ini dilakukan dengan cara melaksanakan semua alur proses pembuatan
dimsum.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu kegiatan pengambilan gambar. Hal
tersebut dilakukan sebagai salah satu bukti melaksanakan kegiatan praktik
secara langsung dan untuk memperkuat teori yang akan dibahas.
3.5 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode analisis secara deskriptif, yaitu
dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian semua data
direduksi dan menarik satu kesimpulan dari data yang diperoleh tersebut.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendinginan
Pembekuan
Pengemasan
23
latin Sphyraena barracuda. yang didapatkan dari usaha rumahan Moses
Food, Sleman, Yogyakarta.
Gambar 5 Thawing
4.1.3 Penimbangan
Daging ikan ditimbang dengan tujuan menentukan perbandingan antara
bahan baku dan bahan penunjang yang dipakai.
Gambar 6 Penimbangan
24
Proses penimbangan dilakukan menggunakan alat timbangan digital
dengan penggunaan yang baik dan benar tahap pertama yang dilakukan
adalah mengkalibrasi terlebih dahulu alat timbangan, kemudian letakan
wadah diatas timbangan kemudian tekan tare supaya timbangan
menampilkan angka 0 dan masukan daging kedalam wadah diatas
timbangan, dan catat hasil berat daging yang telah ditimbang.
4.1.4 Pelumatan
Pelumatan atau penggilingan daging dilakukan menggunakan meat
grinder dengan tujuan menghaluskan daging agar mudah diolah.
4.1.5 Pengadonan
Proses pengadonan dilakukan guna mencampurkan bahan baku dengan
bahan-bahan penunjang lain nya supaya mendapatkan hasil adonan yang
homogen. Pada proses pengadonan dilakukan pencampuran daging ikan
yang sudah digiling dengan bahan -bahan penunjang yaitu tepung tapioka,
telur, gula, garam, minyak wijen, lada, bawang putih dan lain-lainnya
selama ± 5- 10 menit.
25
Gambar 8 Pengadonan
Pengadonan dilakukan dengan baik dan benar tahap pertama yang
dilakukan dalam melakukan roses pengadonan adalah men setting alat
pengadon lalu alat dihidupkan kemudian masukan bahan baku berupa
daging dan tambahkan bahan bahan penunjang lain nya satu persatu
kemudian hidupkan alat pengadon, tunggu hingga adonan homogenn lalu
matikan alat, dan bahan adonan siap dicetak.
4.1.6 Pencetakan
Pencetakan adalah proses untuk mendapatkan bentuk dan berat produk
yang akan dihasilkan. Adonan yang sudah tercampur rata kemudian
diangkat dan dimasukan wadah, kemudian siap dicetak secara manual
menggunakan kulit pangsit sebagai pembungkusnya.
26
tekan tare kemudian letakan daging diatas pangsit seberat 22 gr kemudan
lipat dan cetak dimsum sesuai bentuk yang diinginkan.
4.1.7 Pengukusan
Setelah proses pencetakan dimsum selesai, maka langkah selanjutnya
dimsum akan dikukus menggunakan alat pengukus selama kurang lebih 15
– 20 menit dengan api sedang.
27
dan diletakan di ruangan dengan penambahan kipas bertujuan supaya
produk cepat dingin.
4.1.9 Pengemasan
Dimsum ikan yang sudah didinginkan selanjutnya dimasukan kedalam
kemasan plastik jenis polyethylene (PE) dengan kapasitas berat 250 gram.
Proses pengemasan nya yaitu dimsum dimasukan kedalam kemasan
sebanyak 10 pcs kemudian kemasan ditutup menggunakan mesin vaccum
sealer.
28
Gambar 13 Pembekuan menggunakan chest freezer
Proses pembekuan ini bertujuan guna memperpanjang umur produk
dengan cara dibekukan. Produk yang dimasukan kedalam chest frezzer ini
akan beku dengan waktu 3 – 6 jam disuhu < - 18 derajat celcius.
4.1.11 Pemasaran
Pemasaran merupakan strategi bisnis yang kami lakukan guna
mempromosikan produk yang akan kami jual. Teknik pemasaran yang
kami lakukan yaitu dengan cara periklanan, penjualandan pengiriman
produk kepada konsumen.
Gambar 13 Pemasaran
Pemasaran atau penjualan secara langsung kami lakukan dengan cara
mensurvey tempat ramai yang berpotensi untuk membuka stand yang akan
kami gunakan untuk berjualan kemudian melakukan negosiasi terkait
penggunaan dan sewa lahan serta melakukan penjualan secara langsung
ditempat tersebut, selain itu juga kami melakukan kegiatan pemasaran
dengan cara mempromosikan produk kami menggunakan media social
seperti facebook, Instagram dan whattapp.
29
yang di uji. Pengujian sensori terbagi menjadi 3 yaitu uji deskripsi, uji
hedoik, dan skor. Adapun pengujian pada produk kami yaitu dimsum ikan
dengan menggunaka pengujian hedonik dengan penilaian di mulai dari
tingkat aroma, rasa, warna dan tekstur. Pengujian hedonic ini melibatkan
kurang lebihnya 27 panelis tidak terlatih dengan rentan usia 15- 59 tahun.
Pelaksanaan pengujian produk dimsum ikan menggunakan uji hedonik
terhadap panelis tidak terlatih sebanyak 27 orang dengan disajikan 3 sampel
yang berbeda dan masing-masing panelis memberikan penilaian terhadap 4
aspek penilaian yaitu rasa, aroma, tekstur dan warna, panelis akan mengisi 4
aspek tersebut dengan skala penilaian.
Skor 1 : Tidak Suka
Skor 2 : Kurang Suka
Skor 3 : Cukup Suka
Skor 4 : Suka
Skor 5 : Sangat Suka
Masing-masing panelis akan mencentang sesuai kriteria penilaian yang
disukai terhadap 4 aspek tersebut. setelah itu hasil akan direkapitulasi dan
didapatkan hasil sebagai berikut.
Sampel disajikan dengan 3 kode berbeda yang masing-masing kode
merupakan perbandingan antara bahan baku dan tepung. Kode 305
merupakan untuk dimsum ikan dengan komposisi perbandingan 5:1 yang
artinya dalam pembuatan dimsum menggunakan 5 kg daging dan 1 kg tepung
sedangkan kode 790 menggunakan komposisi 3:1 dan kode 930 menggunkan
komposisi 1:1. Dari hasil rekapitulasi uji hedonik dapat dilihat pada kriteria
warna , dimsum dengan kode 790 mendapkatkan skor 4,44 yang bila dibaca
dengan skala memiliki penilaian “Suka”, nilai ini lebih besar dibandingkan
dengan dua kode sampel lain nya. Pada kriteria aroma kode 790 mendapatkan
penilaian yang paling tinggi yaitu 3,89 yang dalam skala penilaian memiliki
arti “Cukup Suka”. Pada kriteria tekstur kode 790 mendapatkan penilaian
paling tinggi dengan nilai 4,22 yang berarti masuk kedalam kriteria “Suka”.
Dan pada kriteria rasa, kode 790 juga mendapatkan nilai paling tinggi yaitu
3,96 yang memiliki arti penilaian “Cukup Suka”.
30
Kesimpulan yang didapat dari hasil uji hedonic dimsum ikan ini adalah
Dimsum dengan perbandingan 3:1 lebih disukai karena memiliki tekstur yang pas
dan rasa yang enak dibandingkan dengan dimsum dengan perbandingan 5:1 yang
memiliki tekstur yang lembek dan rasa yang enak serta lebih baik dari dimsum
dengan perbandingan 1:1 yang memiliki tekstur yang kenyal dan kurang disukai.
Menurut SNI 01-2346-2006 dalam penilaian hedonic dibutuhkan 30 orang
untuk menjadi panelis tidak terlatih. Panelis yang terlibat dipastikan dalam
keadaan sehat jasmani, panelis akan menilai ketiga sampel dengan parameter yang
meliputi aroma, warna, rasa dan tekstur dengan skor tingkat skala 1-5, yaitu 1
(Sangat Tidak Suka), 2 (Tidak Suka), 3 (Netral), 4 (Suka), 5 (Sangat Suka).
5
4
3
2
1
0
Warna Aroma Tekstur Rasa
P1 P2 P3
4.2.1 Warna
Menurut Ainurofiqin (2018), warna merupakan visualisasi suatu produk
yang terlihat terlebih dahulu dibandingkan dengan variable lainnya sehingga
secara langsung akan mempengaruhi persepsi panelis. Berdasarkan hasil uji
hedonik yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa warna yang paling
banyak disukai yaitu terdapat pada sampel P2, sedagkan yang paling rendah
terdapat pada sampel P3. Untuk sampel P1 menghasilkan produk dengan warna
yang baik.
4.2.2 Aroma
Aroma sangat mempengaruhi kelezatan makanan dan mempengaruhi
penerimanya. Maaknan yang tidak disertai aroma akan mengurangi penerimanya
31
(Winarno, 2002). Berdasarkan data yang kami dapatkan aroma yang mendapatkan
tingkat kesukaan paling tinggi terdapat pada sampel P2, dikarenakan pada sampel
P2 penambahan tepung tapioca dan ikan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Hal tersebut menyebabkan sampel P2 memiliki aroma yang tidak terlalu
amis dan paling disukai dibandingan dengan sampel P1 dan P3.
4.2.3 Tekstur
Menurut ainurrofiqin (2018), tekstur merupakan ciri suatu bahan sebagai
akibat perpaduan dari beberapa sifat fisik yng meliputi antara lain ukuran, bentuk,
jumlah, dan unsur unsur pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indra
peraba dan perasa, termasuk indra mulut dan penglihatan. Hasil dari praktik kami
tentang kriteria tekstur, dimsum P2 memiliki tekstur yang lebih disukai daripada
dimsum lainnya , dikarenakan dimsum P2 memiliki tekstur yang tidak terlalu
lembek dan tidak terlalu kenyal dibandingkan dengan dimsum P1 dan P3.
4.2.4 Rasa
Menurut Meilgaard (2002), rasa adalah sensasi yang diterima oleh indra
perasa (lidah) ,khsus nya jenis dasar yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Rasa pada
produk adaalah tingkat kesukaan dari sebah produk yang diamati dengan indra
perasa yang dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu kurang enak, enak, dan sangat
enak (Negara, 2016). Pada sampel yang kami uji tingkat rasa yang paling disukai
adalah sampel P2 dikarenakan pada perbandingan ini rasa yang dihasilkan khas
ikan nya berasa dan cocok pada masyarakat.
4.3 Pemasaran
4.3.1 Peluang Usaha
Peluang usaha pada produk dimsum yaitu sangat luas dan banyak, dimana
dimsum dapat dijualkan dimana saja dan kapan saja tanpa terpengaruh oleh
musim maupun waktu. Berikut ini beberapa peluang yang kami miliki ketika
terjun langsung di jalan :
32
c. Dimsum bisa dinikmati oleh semua kalangan baik menengah kebawah
maupun menengah ke atas.
d. Dimsum cocok untuk segala umur, mulai dari yang muda sampai yang
tua sekalipun.
e. Dimsum memiliki variasi menu dan rasa yang beragam, mulai dari
ayam, seafood hingga versi vegetarian.
4.3.2 Stategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang kami lakukan ketika kami berjualan secara
lansung yaitu dengan mencari tempat dan mewawancari masyarakat sekitar agar
produk kami dapat terjual secara laris. Selain itu kami mempromosikan melalui
media social whats app, Instagram dan facebook. Berikut strategi pemasaran yang
kita lakukan:
33
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa usaha akan lebih berhasil apabila
membagi-bagi konsumennya kedalam beberapa segmen. Cara ini lebih menjamin
keberhasilan daripada melayani konsumen dengan apa adanya. Salah satu caranya
dengan melakukan pendekatan yang penting dalam segmentasi pasar, seperti
membagi pasar kedalam beberapa jenis pasar yang ada.
Seperti yang dikemukakan oleh Assauri (2012), Ia membagi segmentasi
menjadi empat variabel segmentasi utama bagi konsumen. Variabel segmentasi
yang umum digunakan adalah variabel geografis, demografis, psikografis, dan
perilaku. Namun dalam pelaksanaan usaha, kelompok kami menggunakan
variable demografis. Dari pengamatan yang kami lakukan untuk usaha dimsum,
jam ramai berkisar dari jam 15.00 – 24.00 pada akhir pekan (Jumat, Sabtu,
Minggu), untuk pengunjung lebih banyak dari kalangan anak muda dan
didominasi perempuan.
4.4 Model Bisnis
4.4.1 Analisis Swot
Analisis swot merupakan metode analisis perencanaan atau strategi untuk
memonitor suatu perusahaan agar bias mengevaluasi suatu produk yang akan
dipasarkan. Menurut Galavan (2014) mengatakan bahwa, analisis swot (strength,
weakness, opportunities dan threats) adalah analisis ang tepat untuk diterapkan
perusahaan berdasarkan keadaan pemilik dan pasar, dimana peluang dan ancaman
digunakan untk mengidentifikasi lingkungan eksternal perusahaan dan
membandingkannya dengan kekuatan dan kelemahan yang didapatkan melalui
analisis lingkungan internal.
Analisis swot sangat membantu untuk menentukan dan kelemahan dari
suatu produk yang akan dijual. Ada beberapa factor yang diterapkan dalam bentuk
matriks swot, yang mana pengaplikasiannya adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan (strength)
2. Kelemahan (weakness)
3. Peluang (opportunity)
4. Ancaman (threat)
Analisis swot sangat membantu kami dalam memperoleh gambaran ketika
akan terjun langsung untuk memasarkan produk. Sebelum terjun langsung
34
kelpangan kami membuat analisis swot untuk penjualan dimsum ikan di Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang kami miliki atau kekuatan produk yang kami miliki
yaitu sebagai berikut :
Menggunakan bahan-bahan premium seperti menggunakan
ikan fillet, tepung tapioca yang bermrk, serta bahan penunjang
yang bagus serta bersih.
Kemasan yang sangat menarik, dari desain kemasan yang
berwana oranye dengan kombinasi vector taruna serta
penjelasan tata cara memasak dimsum secara singkat,
memudahkan pembeli lebih paham cara memasak dimsu secara
frozen food.
Memiliki varian rasa yang cukup banyak, seperti rasa dimsum
original, dimsum keju, dimsum cabe, dan dimsum udang.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan atau yang disebut weakness pada dasarnya sebuah
kelemahan adalah suatu hal yang wajar dalam setiap produk. Oleh
karena itu sebisa mungkin kita dapat meminimalisir kelemahan-
kelemahan yang terdapat dalam produk kita. Oleh karena itu ada
beberapa factor kelemahan yang terjadi pada produk kami :
Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib.
Tempat berjualan yang belum menetap.
Dimsum ikan yang harus hangat ketika dihidangkan.
3. Peluang (opportunity)
Peluang merupakan kesempatan besar yang berada di lingkungan
yang sifatnya menguntungkan bahkan dapat bias memajukan sebuah
perusahaan atau bisnis yang dijalankan. Peluang produk yang kami
miliki diantaranya adalah :
Banyak disukai oleh semua kalangan usia, baik anak-anak,
remaja, dewasa bahkan orang tua.
35
Dimsum ikan bias menjadi makanan alternative untuk
menemani kumpul keluarga, acara-acara penting dan
mengerjakan tugas.
4. Ancaman (threat)
Setiap produk pasti memiliki ancaman-ancaman, baik ancaman
pasar, ancaman peniruan dan ancaman harga, berikut ancaman
yang terjadi pada produk kami yaitu :
Produk dimsum ikan sudah banyak dipasaran baik skala
kecil maupun besar.
Harga yang relative tidak murah
Persaingan setiap harinya selalu akan bertambah.
4.4.2 Matriks Swot
Matriks swot merupakan alat penentu bagi perusahaan untuk mencocokan
dari berbagai titik kelemahan yang terdapat pada poin-poin analisis swot
berdasarkan matriks TOWS atau SWOT terdapat 4 kuadran
berbeda, yaitu: O
Kuadran 3 Kuadran 1
s
W
Kuadran 4 Kuadran 1
Gambar 15 Matriks
SWOT
36
Tabel 2. Matriks Analisis SWOT
Eksternal
O T
Internal
1. Megutamamaka 1. Melakukan inovasi
n kualitas produk baru misal
produk dengan menambah varian
melakukan rasa dan toping
perbaikan varian sehingga konsumen
makanan yang tidak mudah bosan.
diminati oleh 2. Menjaga loyalitas
konsumen . konsumen dengan
2. Memberikan memberikan
pelayanan yang pelayanan yangbaik.
baik dengan 3. Mempertahankan
terus menjaga kualitas dan harga
S kinerja yang tejangkau agar
perusahaan agar menjadi pembeda
memperoleh dari pesaing baru
citra yang baik yang mengelurkan
dimata produk yang sama.
konsumen .
3. Meningkatkan
strategi
pemasaran
melalui media
sosial dengan
memanfaatkan
teknologi yang
ada guna
meingkatakan
daya beli
konsumen.
4. Mempertahanka
n cita rasa unik
pada dimsum
dengan memberi
garnis
Mempertahanka
n cita rasa unik
pada dimsum
dengan memberi
garnis.
37
1. Meningkatkan varian isi 1. Menciptakan varian
dimsum baru dan saus produk baru untuk
yang digemari oleh menekan munculnya
konsumen. pesaing baru pada
2. Memberlakukan diskon lokasi kami .
atau potongan harga pada 2. Meningkatkan
produk yang cacat atau pelayanan baik saat
rusak saat proses proses pembuatan
pengiriman online. maupun saat
W pendistribusian agar
kualitas produk tetap
terjaga sampai
ketangan konsumen.
38
Key Partners Key Activities Key Propositions Customer
Reseller Memproduksi Menggunakan Relationships
Dimsum Dimsum bahan-bahan Melakukan
Franchise Mengembangkan premium vocher promo
Dimsum Produk Memproduksi
Memperluas Dimsum ikan
Segmentasi dengn berbagai
macam varian
rasa
Chanels
Restoran dan
café
Sosial media
Online shop
Key Resourses
Penjual Ikan
Pemasok Ikan
Penjual kulit pangsit
Penjual sayur
sss
Cots Structure Revenue Streams Customer Segments
Proses pengolahan Penjual dimsum dengan Pencinta dimsum
Biaya packaging berbagai varian rasa. Pelajar dan mahasiswa
Bahan baku Masyarakat umum
Biaya marketing
Dari hasil pemetaan yang telah kami lakukan bahwa bisnis model canvas
sangat membantu dalam menjalankan sebuah usaha, dimana sebelum kami terjun
langsung kelapangan, kami harus benar-benar mengikuti poin-poin yang terdapat
dalam model bisnis canvas, agar usaha yang kita jalankan bias berjlan secara
lancar.
39
4.5 Analisis Biaya Produksi
4.5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)
a. Penyusutan peralatan
Tabel 3 Biaya Penyusutan
Masa Pakai
No Nama Barang Jumlah Harga Penyusutan
(Bulan)
1. Booth Portable 1 Rp. 600.000 24 Rp. 25.000
2. Payung 1 Rp. 290.000 24 Rp. 12.083
3. Banner 1 Rp. 65.000 12 Rp. 5.416
4. Karet 1 Rp. 8.000 3 Rp. 2.666
5. Botol saus 1 Rp. 16.000 12 Rp. 1.333
6. Stapler 1 Rp. 8.000 12 Rp. 666
7. Lampu 1 Rp. 15.000 6 Rp. 2.500
8. Kabel 1 Rp. 16.000 24 Rp. 666
Total Rp. 50.330
b. Total Biaya Tetap
Tabel 4 Biaya Tetap
40
3. Lada Bubuk 396 gr Rp. 1.000/4gr Rp. 99.000
4. Garam 792 gr Rp 3.000/250gr Rp. 9.504
5. Bawang Putih 1.320 gr Rp. 6.000/250gr Rp. 31.680
6. Gula 792 gr Rp. 5.000/250gr Rp 15.840
7. MSG 550 gr Rp. 5.000/250gr Rp. 11.000
8. Saus Tiram 1.584 ml Rp 21.500/133ml Rp. 256.060
9. Minyak Wijen 1.584 ml Rp. 44.500/620 ml Rp. 113.690
10. Telur 8 kg Rp. 18.000/kg Rp. 144.000
11. Wortel 5.500 gr Rp. 4.000/500gr Rp. 44.000
12. Labu siam 5.500 gr Rp. 3.000/500gr Rp. 33.000
13. Saus sambal 3 kg Rp. 11.500/1kg Rp. 34.500
16. Kulit pangsit 7900 lembar Rp. 100/lembar Rp. 790.000
17. Plastik mika 1.975 pcs Rp. 100/pcs Rp. 197.500
18. Plastik saus 7900 pcs Rp. 20/pcs Rp. 158.000
22. Kantong plastic 1.975 pcs Rp. 50/pcs Rp. 98.750
23 Gas 7 kg Rp. 19.000/3kg Rp. 133.000
Total Rp. 6.393.500
Dalam 110 kg dan tambahan bahan penunjang lainnya dapat
menghasilkan jumlah produk sebanayak 7.900 pcs per bulan.
4.5.3 Total Biaya Pengeluaran
Total biaya = biaya tetap + biaya tidak tetap
= Rp. 1.401.330 + Rp. 6.393.500
= Rp. 7.794.830
= Rp. 7.795.000
Jadi total biaya pengeluaran yang digunakan untuk pembuatan
dimsum ikan sebesar Rp. 7.795.000 dalam satu bulan produksi.
4.5.4 Penentuan Harga Jual
HPP (Harga Pokok Penjualan) = Total biaya
Jumlah produk/pcs
HPP = Rp. 7.795.000 = Rp. 986 = Rp. 1.000
7.900 pcs
Harga jual per pcs = HPP + (HPP x 50%)
= Rp. 1000 + ( Rp. 1000 x 50%)
= Rp. 1.000 + 500
= Rp. 1.500
41
Dimsum ikan dijual dengan harga sebesar Rp. 1.500 per 1 pcs
4.5.5 Pendapatan (Revenue)
Pendapatan = Harga Jual x Total Produk
= Rp. 1.500 x 7.900
= Rp. 11.850.000/satu bulan produksi
4.5.6 Laba (Profit)
Keuntungan adalah jumlah uang bersih yang kita dapatkan dari hasil
penjualan.
Profit = Pendapatan – total biaya
= Rp. 11.850.000 – Rp. 7.795.000
= Rp. 4.055.000
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur dan data dilapangan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Alur proses pembuatan dimsum ikan dimulai dari proses penerimaan
bahan baku, preparasi, thawing, pemotongan, penimbangan, pengadonan,
pencetakan, pengukusan, pendinginan, packaging, dan pemasaran.
2) Dari hasil uji hedonik yang telah kami lakukan dapat diketahui bahwa
sempel P2 dengan perbandingan 3:1 lebih banyak diminati dibandingkan
dengan sempel P1 dan P3.
3) Segmentasi pasar yang dilakukan dengan memilih tempat strategis dengan
rata rata pembeli dikalangan mahasiswa dan masyarakat menengah keatas.
4) Model bisnis yang kami gunakan yaitu model bisnis kanvas dimana tiap
poin-poin yang terdapat dalam bisnis canvas sangat membantu dalam
menjalankan usaha.
Hasil yang didapatkan dalam satu kali produksi sebanyak 7900 pcs dengan
keuntungan sebesar Rp. 4.055.000
5.2 Saran
1. Pembuatan dimsum ikan harus mengkuti petunujuk serta alur proses yang
telah ditetapkan, agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pengujian hedonik dilakukan oleh panelis terlatih sehingga hasilya lebih
maksimal di bandingkan dengan mmenggunakan panelis semi terlatih
dan tidak terlatih.
3. Dalam menentukan target pasar kita harus tau target konsumen yang kita
tuju yang sesuai dengan produk yang kita jual.
4. Sebelum berbisnis kita harus menentukan model bisnis yang kita ingikan
dan yang kita kuasai sesuai dengan produk yang kita jual, agar bisnis
yang dijalankan sesuai degan tujuan pada model bisnis yang dipilih.
5. Sebelum berbisnis kita harus menentukan nilai jual serta menghitung
harga pokok penjualan agar bisnis kita jalani tidak mengalami kerugian.
43
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Kurnia Sada Harahap, Andiki Yelofeva, 2021, Pengolahan dimsum cumi
(Loligo sp) dengan penggunaan konsentrasi kecap asin yang berbeda.dd
Bisma, I Dewa Gde, dan Hery Susanto, 2010. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003 - 2007 ,
Ganec Swara Edisi Khusus, Vol. 4, No. 3, Desember 2010.
Diah Surjani Ananto. (2012;4). Dim Sum atau Dian Xien (dalam bahasa
mandarin) yang secara harfiah berarti “menyentuh hati”
Eka Aji, dkk. (2022). Pelatihan Pembuatan Dimsum dan Sate Lilit Ikan Cakalang.
Journal Of Empowerment. Erlangga.
44
Euis, S., Hubeis, S., dan Maulana, A. 2014. Analisis model bisnis pada KNM fish
farm dengan pendekatan business model canvas (BMC). Jurnal Sosek KP,
9 (2): 185-194
Hendro & Chandra W.W. (2006). Be a Smart and Good Entrepreneur. Jakarta:
Nasution, A. 1980. Metode Penilaian Cita Rasa. Departemen IKK, Faperta IPB.
Bogor.
45
Razif, 2006 dan Astawan, 2009. Macam-macam jenis tepung terigu. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang
Stone H. and L. Joel, 2004. Sensory Evaluation Pratices, Edisi ketiga. Elsevier
Suryanto,2013.TentangIkanBarakuda .http://sangiangsea.wordpress.com/2013/11/
18/ikan-barakuda-besar/. (diakses 1 Agustus 2022)
Susanto, E. dan A. S. Fahmi. 2012. Senyawa Fungsional dari Ikan, Aplikasinya
dalam Pangan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro. Semarang. 8 hal.
Suyanti, 2008. Membuat mie sehan bergizi dan bebas pengawet. Jakarta:
Swadaya.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
253 hlm.
46
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengantar PKL 1
47
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Uji Hedonik
48
Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan
49