Anda di halaman 1dari 18

KULTUR PAKAN ALAMI Chlorella sp MENGGUNAKAN

PUPUK ORGANIK

OLEH :

FEBRI SAMUEL . L.G


2004110238
BDP B

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat rahmat-Nya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Yang mana, judul dari makalah ini adalah “Kultur Pakan Alami Chlorella sp
Menggunakan Pupuk Organik”.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pengampu mata kuliah Budidaya Pakan Alami yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang turut memberikan doa,
kritik dan saran sehingga paper ini dapat penulis selesaikan dangan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga
paper ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Chlorella sp ............................................. 4
2.2 Habitat Chlorella sp.......................................................................... 5
2.3 Reproduksi Chlorella sp ................................................................... 5
2.4 Fase pertumbuhan Chlorella sp ......................................................... 6
BAB III METODE KULTUR ............................................................................ 8
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................8
3.2 Langkah-langkah Metode Kultur .......................................................8
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................12
4.1 Kesimpulan ......................................................................................12
4.2 Saran ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk tumbuh dan berkembang ikan tentunya memerlukan asupan nutrisi
yang baik dan cukup agar pertumbuhan dan perkembangan ikan tersebut
maksimal. Asupan nutrisi tersebut tentunya dapat diperoleh ikan melalui makanan
atau yang biasa kita kenal dengan sebutan pakan, baik itu pakan komersil maupun
pakan alami, pakan komersil atau pakan buatan merupakan pakan yang diproduksi
secara massal oleh industri pembuat pakan. Sedangkan pakan alami merupakan
makanan hidup yang diperoleh langsung dari alam bebas.
Menurut Susanto dalam (Sulaeman, 2020) kecepatan pertumbuhan baik
itu bobot ikan maupun panjangya sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
dari pakan yang diberikan kepada ikan tersebut. Ikan yang dibudidayakan
tentunya membutuhkan pakan yang mengandung gizi yang tinggi seperti protein,
asam amino, lemak, karbohidrat, serta vitamin dan mineral sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Protein yang diperoleh ikan dari
pakan tersebut merupakan sumber gizi utama bagi semua jenis ikan. Kandungan
gizi dan nutrisi yang tinggi terebut pada umumnya dapat di peroleh dari
pemberian pakan alami, karena dibandingkan pakan buatan kandungan pakan
alami jauh lebih tinggi. Pakan alami ini biasanya diberikan pada larva dan benih
ikan.
Terdapat 3 jenis pakan alami, yaitunya phytoplankton (palnkton jenis
tumbuhan), zooplankton (plankton jenis hewan), dan benthos. Phytoplankton
merupakan organisme perairan dengan ukuran yang sagat kecil dan hidup
melayang- layang diperairan. Menurut pendapat Hutabarat dalam (Suwandana et
al., 2018) Phytoplankton adalam tumbuhan air yang berukuran sangat kecil dari
sejumlah kelas yang berbeda. Organisme ini berperan penting baik disistem
pelagik maupun seperti peranan tumbuhan hijau yang tigkatannya lebih tingi di
ekosistem darat. Phytoplankton ini juga berperan sebagai produsen priemer zat-zat

1
organik. Terdapat beberapa jenis phytoplankton yang dapat dijadian sebagai
pakan alami yang kaya akan nutrisi dan gizi yang tinggi bagi ikan.
Salah satu phytoplankton yang dapat dikultur sebagai pakan alami ikan
maupun udang dan yaitunya Chlorella sp. Chlorella sp merupakan salah satu jenis
fitoplankton yang sering dimanfaatkan dalam pembenihan organisme laut di
hampir semua hatchery sebagai pakan yang langsung diberikan pada benih ikan
atau udang maupun sebagai tidak langsung dengan diberikan ke zooplankton
terlebih dahulu yang selanjutnya zooplankton diberikan sebagai pakan pada benih
ikan atau udang (Chilmawati & Suminto, 2008). Chlorella sp yang kerap
dijadikan sebagai pakan alami ikan maupun udang ini tentunya memiliki
kandungan gizi dan nutrisi yang mencukupi untuk asupan nutrisi ikan, yang mana
kandungan gizi pakan alami ini menurut (Rachmaniah dkk., 2010) dalam
(Mufidah et al., 2017) yaitunya kandungan nutrisi protein sebesar 51–58% minyak
sebesar 28-32%, karbohidrat 12-17%, lemak 14- 22%, dan asam nukleat 4-5%.
Karna manfaatnya yang cukup banyak, maka tidak heran Chorella sp
sangat cocok di budidayaka sebagai pakan alami. Untuk budidaya Chorella sp
sendiri tidak begitu rumit. Namun hanya saja memerlukan tambahan nutrient
sebagai media hidup ditempat culture yang telah di sediakan. Salah satu nutrien
yang digunakan untuk menumbuhkan Chlorella sp berupa air lindi hasil
pengomposan sampah sayuran, yang berasal dari limbah pasar. Kandungan
senyawa dalam limbah akan terdekomposisi menjadi Dinamika Pertanian
Desember 2019 172 senyawa anorganik seperti nitrat dan fosfat yang dapat
direduksi dengan memanfaatkan Chlorella sp. Hal ini membuat Pupuk Organik
Cair diduga cocok untuk media pertumbuhan mikroalga jenis Chlorella sp (Nur.
2018) dalam (Melati. 2019)
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis jabarkan
sebelumnya, maka dari itu penulis tertarik untuk membuat makalah mengenai
metode kultur Chlorella sp mengunakan pupuk organik. Semoga dengan adanya
mkalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan menjadi referensi dalam
pembahasan-pembahasan berikutnya.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diberikan, dapat ditarik beberapa
rumusan masalah sabagui berikut :
1. bagaimanakah klasifikasi dan morfologi Chlorella sp?
2. bagaimana habitat dari Chlorella sp?
3. bagaimana proses reproduksi Chlorella sp?
4. bagaimana fase pertumbuhan Chlorella sp?
5. bagaimana metode kultur Chlorella sp mengunakan pupuk organik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan dari
makalah ini yaitunya :
1. menjelaskan klasifikasi dan morfologi Chlorella sp
2. menjelaskan habitat dari Chlorella sp
3. menjelaskan proses reproduksi Chlorella sp
4. menjelaskan fase pertumbuhan Chlorella sp
5. menjelaskan metode kultur Chlorella sp menggunakana pupuk organik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Chlorella sp


Menurut Vashista dalam (Utami, 2014) , Chlorella sp, diklasifikasikan
sebagi berikut :
Divisio : Chlorophyta

Kelas : Chlorophycea

Ordo : Chlorococcales

Subordo : Autosporinaceae

Famili : Chlorellaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chlorella sp

Chlorella sp merupakan alga bersel tungal (unisellular), berukuran


mikroskopis, dengan diameter selnya berukuran 2-8 mikrometer, berbentuk bulat
seperti bola dan bulat telur (Suriawiria) dalam (Utami, 2014). Mikro alga ini
berkuran sangat kecil sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Chlorella sp termasuk jenis mikroorganisme tingkat rendah karena tidak
memiliki batang dan daun sejati (thalus).Warna hijau pada Chlorella sp
disebabkan karena kandungan klorofil yang terkandung pada selnya dalam jumlah
yang besar, yang terletak disamping karoten dan xantofil. Chlorella sp memiliki

4
protoplasma yang berbentuk cawan serta tidak mempunyai flagella, sehingga
menyebabkan alga ini tidak dapat bergerak dengan aktif. Dinding selnya terdiri
atas selulosa dan pektin, pada tiap sel alga ini terdapat satu buah inti sel dan satu
kloroplas yang dilapisi membran (Insnansetyo dan Kurniastuty) dalam (Utami,
2014). Chlorella sp merupakan jenis alga yang dapat melakukan fotosintesis
karena memiliki beberepa pigmen klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, karoten, dan
xantofil.

2.2 Habitat Chlorella sp


Chlorella, sp tumbuh pada media yang mengandung cukup unsur hara,
seperti nitrogen, fosfor, kalium. Chlorella, sp akan tumbuh baik pada temperatur
optimal 25º C. Nutrisi yang diperlukan alga dalam jumlah besar adalah karbon,
nitrogen, fosfor, sulfur, natrium, magnesium, kalsium. Sedangkan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit adalah besi, tembaga (Cu), mangan (Mn),
seng (Zn), silikon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobalt
(Co) (Chumadi, dkk. 1992) dalam (Chalid et al., 2010).
Chlorella sp bersifat kosmopolitan dan dapat tumbuh dimana-mana
kecuali pada tempat yang kritis bagi pertumbuhannya. Mikroalga ini dapat hidup
pada salinitas 0-35 ppt. Pada salinitas 10-20 ppt adalah salinitas optimum bagi
pertumbuhan mikroalga ini. Chlorella sp. masih mampu hidup pada suhu 40°C.
Rentang suhu Chlorella sp. adalah diantara 25°C –30°C yang merupakan kisaran
suhu optimum bagi pertumbuhannya (Wibowo, 2018). Salinitas dan suhu
optimum akan menyebabkan Chlorella sp tumbuh dengan baik, sedangkan pada
salinitas dan suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi, mikro alga ini tidak
dapat tumbuh dan berkembang.
Menurut prihantini dalam (Rini, 2012) Chlorella sp merupakan mikroalga
yang sebagian besar hidup lingkungan aquatik, baik pada perairan tawar, laut
maupun payau, mikro alga ini juga dapat ditemukan di tanah dan di tempat tempat
lembab. Mikroalga ini bersigfat plantonik dan melayang layan diperairan.
Beebrapa dari jenis mikroalga ini mmpu bersimbiosis dengan hewan lain seperti
hydra dan beberapa ciliata air tawar seperti Paramecium bursaria.

5
2.3 Siklus Hidup dan reproduksi Chlorella sp
Chlorella sp bereproduksi secara aseksual, yaitunya dengan cara
membelas sel serta misah autospora dari sel induknya. Menurut Sachlan dalam
(Puji et al., 2012) sel Chlorella sp memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, setiap
selnya mampu berkembang menjadi 10.000 sel dalm waktu 24 jam. Setiap sel
induk akan membelah diri menjadi 4, 8, atau 16 bagian yang nantinya akan
menjadi sel sel anak dan melepaskan diri dari induknya.
Karekteristik pertumbihan Chlorella sp memiliki beberapa tahpan yaitunya
dapat dibagi menjadi 4 tahapan (Priyambodo) dalam (Wibowo, 2018) :
1. Tahap pertumbuhan, pada tahap ini Chlorella sp tumbuh menjadi lebih
besar.
2. Tahap pemasakan awal, pada tahap ini terjadi peningkatan aktivitas sel
yang merupakan persiapan awal pembentukan autospora atau sel anak.
3. Tahap pemasak akhir, pada tahp ini terjadi pembentkan autospora atau
sel induk muda.
4. Tahap pelepasan autospora atau pelepasan sel, pada tahap ini dinding
sel induk akan pecah dan terlepas yang akan tumbuh menjadi sel baru.

2.4. Fase Pertumbuhan Chlorella sp


Pertumbuhan Chlorella sp sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan, diantaranya unsur hara dalam media kultur serta kualitas air seperti
salinitas, pH, suhu, intensitas cahaya yang optimum (Chilmawati & Suminto,
2008). fase pertumbuhan Chlorella sp terbagi menjadi 5 tahapan yakni fase
adaptasi fase eksponensial fase penurunan laju pertumbuhan fase stasioner dan
fase kematian.
1. Fase Adaptasi
Fase adaptasi yakni setelah menambahkan inokulum ke dalam media
kultur sampai beberapa saat kemudian terjadi peningkatan yang signifikan pada
ukuran sel serta terjadi proses sintesis protein pada fase ini. Tetap terjadi terjadi
proses metabolisme tetapi untuk proses pembelahan sel baru belum terjadi secara

6
intensif sehingga kepadatan sel belum meningkat secara langsung karena masih
melalui proses adaptasi dengan lingkungan yang baru.

2. Fase Eksponensial
Fase eksponensial ditandai dengan meningkatnya pembelahan sel secara
intensif. Apabila kondisi kultur memadai maka akan terjadi laju pertumbuhan
yang maksimal. Fase eksponensial adalah fase yang paling baik untuk melakukan
proses pemanenan Chlorella sp sebagai kebutuhan pakan alami atau pakan hidup
benih ikan atau untuk keperluan industri

3. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan


Fase penurunan laju pertumbuhan dimulai saat proses pembelahan sel
terjadi tidak secara intensif seperti fase sebelumnya, serta laju pertumbuhan juga
mengalami penurunan

4. Fase Stasioner
Pada fase ini merupakan fase puncak dari fase pertumbuhan, ditandai
dengan laju penambahan sel dan laju kematian sel relatif sama serta seimbang
jumlahnya

5. Fase Kematian
Fase ini ditandai dengan berkurangnya jumlah sel karena kematian, serta
laju kematian sel lebih besar daripada laju penambahan sel, sehingga jumlah sel
menjadi menurun secara geometrik. Penurunan jumlah sel ditandai dengan
berubahnya kondisi optimum yang dikarenakan oleh berubahnya cuaca suhu ph
ketersediaan akan unsur hara serta faktor-faktor lain.

7
BAB III
METODE KULTUR

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam kultul pakan alami Chlorella sp yaitu
(Wibowo, 2018) :

No Alat Kegunaan
1. Haemocytometer Untuk menghitung mumlah Chlorella sp
2. Hand Counter Untuk menandai hitungan
3. Mikroskop Cahaya Untuk mengamati Chlorella sp
4. Refraktometer Untuk mengukur salinitas
5. Termometer Untuk mengukur suhu
6. pH Meter Untuk mengukur pH
7. Pipet Tetes Untuk mengambil cairan
8. Gelas Ukur Untuk menakar cairan
9. Wadah Kultur 1 Liter Sebagai wadah kultur Chlorella sp
10. Aerator Sebagai penyuplai oksigen terlarut
11. Lampu LED TL Untuk Pencahayaan kultur

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitunya (Wibowo, 2018) :

No Bahab Kegunaan
1. Pupuk Organik Air Lindi Untuk pupu kultur Chlorella sp
2. Air Tawar Untuk media kultur Chlorella sp
3. Air Laut Untuk media kultur Chlorella sp
4. Akuades Untuk sterilisasi alat
5. Sabun Untuk mencuci alat
6. Kaporit Untuk sterilisasi alat
7. Alkohol Untuk sterilisasi alat
8. Tisu Untuk mengeringkan alat

8
3.2 Langkah-langkah Metode Kultur
Berikut langkah – langkah metode kultur Chlorella sp (Wibowo, 2018) :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan media kultur
Persiapan media kultur adalah langkah awal yang dilakukan untuk
melakukan kultur. Media yang di pakai bisa saja berupa kolam bak,
aquarium, ember dan botol gallon. Sebelun digunakan perlu di lakukan
penseterilan terhadap media kultur yang akan digunakan. Dengan cara
mencuci hingga bersih agar tidak ada bakteri ataupun jamur yang melekat
pada media kultur yang nantinya akan dipakai.
3. Persiapan pupuk organik cair (POC)
Sebelum POC digunakan perlu dilakukan beberapa perlakuan agar
POC yang akan dipakai aman dan terhindar dari patogen yang merugikan.
Air lindi yang akan di pakai terlebih dahulu di saring menggunakan alat
penyaring yang telah di buat sedemikian rupa agar POC yang dipat steril
dari bakteri. Setalah dilakukan penyaringan hasilnya kemudia di rebus
hingga mendidih agar bakteri dan mikroorganisme yang dapat menganggu
selama penelitian mati. Setelah selesai di rebus kemudian di dinginkan lalu
dimasukan kedalam wadah penampungan dan di diamkan selama sehari
lalu siap digunakan.
4. Sterilisasi alat kultur (wadah penelitian,instalasi aerasi) dengan cara
pencucian dengan sabun dan air yang dimasak pada suhu 100°C,
pengeringan, serta penyemprotan dengan alkohol 70%, lalu dibilas dengan
akuades hingga bau alkohol hilang.
5. Sterilisasi air laut dan air tawar sebagai media kultur
Sterilisasi air laut dan air tawar dilakukan untuk memperkecil
jumlah kontaminasi berupa mikroorganisme lain yang terdapat di
dalamnya. Sterilisasi ini dilakukan demgan cara merebus air laut dan air
tawar dengan suhu 100°C.
6. Penyiapan Bibit

9
Pemilihan bibit adalah faktor penting dalam melakukan kultur
Chlorella sp. karena bibit yang baik menentukan keberhasilan suatu proses
kultur. Pemilihan bibit bisa dilakukan dengan cara memilih bibit yang siap
panen. Bibit yang siap panen diambil dari kolam kultur Chlorella sp. yang
sudah mencapai puncak. Setelah bibit dipersiapkan, lakukan proses
aklimatisasi terhadap suhu ruangan kultur selama 1 hari dengan
menambahkan udara melalui aerasi.
7. Pencampuran air laut dan air tawar
Air laut dan air tawar yang sudah disterilkan kemudian
dicampurkan untuk membuat salinitas yang diinginkan.
8. Pemberian pupuk
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur–unsur hara yang
sangat dibutuhkan dalam kultur fitoplankton. Setiap nutrisi memiliki
fungsi spesifik yang tercermin dalam pertumbuhan dan kepadatan tanpa
mengurangi efek dari kondisi lingkungan. Pupuk berguna sebagai sumber
nutrisi pada proses pertumbuhal sel Chlorella sp. Kadar pupuk air lindi
yang digunakan yaitu 5ml/liter air media kultur (Nur. 2018) Pupuk ini
nantinya dilarutkan kedalam air media kultut.
9. Memasukkan air tawar dan air laut yang sudah disterilisasi dengan
salinitas yang sudah ditentukan ke wadah kultur sebanyak 974 ml
kemudian diaerasi selama 10-15 menit.
10. Kemudian masukan bbit Chlorella sp yang telah disiapkan ditambahkan
kegelas ukur yang berisi campuran air laut, air tawar, dan pupuk walne.
Dan dibiarkan selama satu hari.
11. Lakukan penghitungan kepadatan Chlorella sp
Penghitungan dilakukan agar kita mengetahui perkembangan
kultur Chorella sp yang telah dilakukan. Kepadatan Chorella sp dapat di
hitung mengukan alat Hemacytometer: Hemacytometer pertama-tama
harus dilap kering dengan kain. Gelas penutup kemudian dipasang. Untuk
menghitung kepadatan Chlorella sp., pipet tetes digunakan untuk mengisi
penampang parit. Hati-hati saat menetes agar gelembung udara tidak
terbentuk di bawah kaca penutup. Hemacytometer kemudian dilihat di

10
bawah mikroskop pada perbesaran 100x atau 400x dan pola kotak-kotak
dipindai. Hitung jumlah fitoplankton yang terkandung dalam kotak persegi
1 mm untuk mendapatkan kepadatan fitoplankton.

na+nb+nc+nd+ne
Kepadatan fitoplankton (sel/mL) =
5×4×10-6

Keterangan:
na, nb, nc, nd, ne : Jumlah sel fitoplankton pada kotak a,b,c,d dan e
Konstanta 5 : Jumlah kotak yang dihitung
4x10-6 : Luas kotak kecil (a, b, c, d, atau e)
12. Pemanenan Chorella sp
Pemanenan adalah tahap terakhir melakukan kultur. Pemanen tidak
boleh terlambat dilakukan karna dampaknya masa Chorella sp yang telah
di kultur akan berkurang. Karna banyak yang telah mati akibat nutrient
yang ada pada media kultur telah habis. Untuk itu sangat perlu
memperhatikan fase pertumbuhan Chorella sp agar waktu pemanenan
tidak terlambat dilakukan. Pemanenan Chorella sp dapat menggunakan
NaOH 50-75 ppm. Fungsinya agar Chorlla sp yang ada pada media kultur
dapat mengendap dan menyatu di dasar media dan mudah untuk
dipisahkan dari air.

11
BAB IV
PENUTUP

1.1 kesimpulan
Dari paparan materi di atas, maka kesimpulan yang dapat penulis ambil
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Chlorella sp merupakan alga bersel tungal (unisellular), berukuran
mikroskopis, dengan diameter selnya berukuran 2-8 mikrometer,
berbentuk bulat seperti bola dan bulat telur Mikro alga ini berkuran sangat
kecil sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Chlorella sp
termasuk jenis mikroorganisme tingkat rendah karena tidak memiliki
batang dan daun sejati (thalus).
2. Habitat Chlorella, sp tumbuh pada media yang mengandung cukup unsur
hara, seperti nitrogen, fosfor, kalium. Chlorella, sp akan tumbuh baik
pada temperatur optimal 25º C. Nutrisi yang diperlukan alga dalam
jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, natrium, magnesium,
kalsium. Sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah relatif
sedikit adalah besi, tembaga (Cu), mangan (Mn), seng (Zn), silikon (Si),
boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobalt (Co). Chlorella
sp bersifat kosmopolitan dan dapat tumbuh dimana-mana kecuali pada
tempat yang kritis bagi pertumbuhannya.
3. Chlorella sp bereproduksi secara aseksual, yaitunya dengan cara
membelas sel serta misah autospora dari sel induknya. Chlorella sp
memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, setiap selnya mampu
berkembang menjadi 10.000 sel dalm waktu 24 jam. Setiap sel induk akan
membelah diri menjadi 4, 8, atau 16 bagian yang nantinya akan menjadi
sel sel anak dan melepaskan diri dari induknya.
4. Pertumbuhan Chlorella sp terbagi menjadi 5 fase pertumbuhan yakni:
a. Fase adaptasi / fase lag
b. Fase eksponensial
c. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan

12
d. Fase stasioner
e. Fase kematian
1. Metode kultur Chlorella sp dapat dilakungan dengan langkah-langkah :
persiapan alat dan bahan, sterilisasi alat kultur, sterilisasi air laut dan air tawar
sebagai media kultur, persiapan bibit, pengenceran air laut dan air tawar,
Pemberian pupuk, Memasukkan air tawar dan air laut yang sudah
disterilisasi dengan salinitas yang sudah ditentukan ke wadah kultur
sebanyak 974 ml kemudian diaerasi selama 10-15 menit, Kemudian
masukan bbit Chlorella sp yang telah disiapkan ditambahkan kegelas ukur
yang berisi campuran air laut, air tawar, dan pupuk walne. Dan dibiarkan
selama satu hari, Lakukan penghitungan kepadatan Chlorella sp.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik terhadap penulisan juga
bias untuk menanggapi terhadap kesmipulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chalid, S. Y., Amini, S., & Lestari, S. D. (2010). Kultivasi Chlorella, sp Pada
Media Tumbuh Yang Diperkaya Dengan Pupuk Anorganik Dan Soil Extract.
Jurnal Kimia VALENSI, 1(6), 298–304.
Chilmawati, D., & Suminto, S. (2008). Penggunaan Media Klutur Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. Jurnal Saintek Perikanan, 4(1), 42–49.
Mufidah, A., Agustono, A., Sudarno, S., & Nindarwi, D. D. (2017). Teknik kultur
Chlorella sp Skala Laboratorium dan Intermediet di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 7(2), 50–56.
Melati, H. (2019). PEMBERIAN POC DENGAN RENTANG WAKTU
BERBEDA TERHADAP KELIMPAHAN Chlorella sp. DINAMIKA
PERTANIAN, 35(3), 171-178.
Puji, U. N., Ms, Y., & Haetami, K. (2012). Pertumbuhan Chlorella sp yang
Dikultul Pada perioditas Cahaya yang Berbeda. Pertumbuhan Chlorella Sp.
Yang Dikultur Pada Perioditas Cahaya Yang Berbeda, 3(2), 237–244.
file:///C:/Users/Toshiba/AppData/Local/Temp/1467-2971-1-SM.pdf
Rini, I. S. (2012). Pengaruh konsentrasi limbah cair tahu terhadap pertumbuhan
dan kadar lipid Chlorella sp. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Sulaeman, D. (2020). pemberian pakan yang berbeda (cacing sutra, cacing tanah,
dan keong sawah) terhadap pertum uhan dan kelangsungan hidup benih ikan
bawal (Colossoma macropomum). In Sustainability (Switzerland).
Universitas Muhammadiyah Malang.
Suwandana, A. F., Purnomo, P. W., & Rudiyanti, S. (2018). Analisis
Perbandingan Fitoplankton Dan Zooplankton Serta Tsi (Trophic Saprobic
Index) Pada Perairan Tambak Di Kampung Tambak Lorok Semarang.
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 7(3), 237–245.
https://doi.org/10.14710/marj.v7i3.22547
Utami, R. A. (2014). Pengaruh Pemberian Konsentrasi Pupuk Daun Turi Putih
(Sesbania grandiflora) Terhadap kandungan Klorofil dan Karotenoid
Chlorella sp. Universitas Airlangga.
Wibowo, A. A. (2018). Pengaruh Perbedaan salinitas Terhadap Pertumbuhan
Chlorella sp Pada Skala Laboratorium [Universitas Muhammadiyah
Malang].
http://dx.doi.org/10.1016/j.neuropsychologia.2015.07.010%0Ahttp://dx.doi.o
rg/10.1016/j.visres.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.humov.2018.08
.006%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24582474%0Ahttps://doi.org
/10.1016/j.gaitpost.2018.12.007%0Ahttps:

14
15

Anda mungkin juga menyukai