RAFIATUN HASANAH
4820121108
ii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam proposal baik dari
segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan
maupun saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan proposal ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca karya tulis ilmiah ini.
Rafiatun Hasanah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
2.1.3 Simplisia............................................................................................ 9
iv
3.5.1 Penyiapan Simplisia ........................................................................ 15
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon Tanaman Kepel .......................................................................... 5
Gambar 2. Daun Tanaman Kepel ............................................................................ 6
Gambar 3. Bunga Tanaman Kepel Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan) .................... 6
Gambar 4. Buah Tanaman Kepel ............................................................................ 7
Gambar 5. Biji Tanaman Kepel .............................................................................. 7
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya
alam dan memiliki lebih dari 400 etnis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Daerah jawa, sunda, manado, Kalimantan, dan berbagai daerah lainnya masih
memanfaatkan tanaman sebagai obat traditional yang merupakan warisan turun
temurun. Salah satu tanaman berkhasiat obat yang digunakan adalah Kepel
(Stelecocharpus burahol). Kepel termasuk tanaman yang lanka di Indonesia
(Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).
Tanaman kepel merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal
dari Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, namun tersebar hingga
kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia tanaman ini banyak di
temukan di daerah jawa seperti di kawasan Keraton Yogayakarta, Kebun Raya
Bogor, Kebun Raya Purwodadi, Taman Mini Indonesia Indah, dan Taman Kiai
Langgeng Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Jawa merupakan daerah
pusat keragaman dan memungkinkan daerah asal tanaman ini. Pohon Kepel
mempunyai arti filosofis tersendiri bagi keraton, disamping buahnya berguna
untuk memelihara kecantikan puteri-puteri keraton, daunnya juga berkhasiat untuk
menurunkan kolesterol (Elfasyari & Marliza, 2019).
1
Sedangkan menurut Fiani & Yuliah (2018) menjelaskan bahwa
masyarakat secara umum memahami bahwa bagian tanaman kepel yang
dimanfaakan adalah bagian buahnya yang kemudian diyakini dapat membuat
harum nafas dan bau keringat. Selain itu juga dapat mengarumkan air seni.
Dilanjutkan dengan menjelaskan manfaat lain dari jenis buah kepel ini dari
banyak kandungan yang sudah dikaji baik kandungan dalam buah maupun
kandungan dalam daunnya, yaitu dapat menurunkan kadar asam urat, menurunkan
kadar kolesterol, dapat meluruhkan air kencing, mencegah radang ginjal sebagai
sumber antioksidan, maupun sebagai pencegah kanker (anti mutagenesis) dan
(anti carcinogenesis) serta mencegah kehamilan (kontrasepsi). Selain itu, kepel
juga digunakan sebagai tanaman pelindung dan tanaman hias karena bentuk
buahnya yang menarik (Fiani & Yuliah, 2018).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kepel
Kepel atau burahol atau kecindul (Jawa) atau turalak (Sunda) memiliki
nama latin Stelechocarpus burahol. Secara taksonomi, tanaman ini
diklasifikasiakan sebagai berikut:
Kindom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Infradivision : Angiospermae
Class : Magnoliopsida
Superordo : Magnolianae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
4
sebagai parfum dan alat KB; di Jawa, penggunaannya secara tradisional terbatas
di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah tangga;
batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan
untuk bahan bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel
merupakan tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak
berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi
menjadi hijau cemerlang. Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid
dengan banyak cabang lateral yang tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang
kauliflor menambah keindahannya.
b. Daun
Gambar 2. Daun Tanaman Kepel
c. Bunga
Buahnya dengan 1-13 lembar daun buah bertipe mirip buah buni
(berrylike ripe carpels), panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; daun
buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan,
diameternya 5–6 cm, perikarpnya berwarna coklat, berisi sari buah, dapat
dimakan (Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).
e. Biji
a. Alkaloid
Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung dari aton nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid seringkali beracun pada manusia dan bayak yang mempunyai
kegiatan fisiologis yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam
bidang pegobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna,seringkali bersifat
optis akif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk
cairan misalnya nikotina pada suhu kamar. Alkaloid dapat di ketahui
secara langsung dari tanaman karena memberikan rasa yang pahit di lidah.
Senyawa ini dapat beracun bagi makhluk hidup namun dalam kondisi
tertentu bermanfaat dalam pegobatan.
b. Flavonoid
Senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat
warna merah, unggu, biru, dan sebagai zat warna kuning dalam tumbuhan
Senyawa ini terbuat dari gula sederhana memiliki cincin benzena,
hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya. Senyawa golongan fenol
adalah golongan senyawa dengan struktur aromatik dengan mengandung
gugus OH pada rantai aromatik
c. Terpenoid
Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya
mlalui distilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak
atsiri. senyawa organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak
digunakan dalam industri wangi-wangian (perfumery). Terpenoiod
mengandung karbon dan hidrogen serta destilasi melalui jalur metabolisme
asam mevalonat. Contoh dari terpenoid yaitu monoterpena
d. Tannin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang memiliki
beberapa khasiat yaitu sebagai anti diare dan anti oksidan. Tanin
merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari
senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut. Tanin juga memiliki aktivitas sebagai antibiotik, antidiare serta
antihelmitik
e. Saponin
Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang berarti sabun, karena
sifatnya menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yan
kuat, menimbulkan busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi
yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin
dalam larutan yang sangat encer dapat sebagai racun ikan, selain itu
saponin juga berpotensi sebagai antimikroba, dapat digunakan sebagai
bahan baku sintesis hormon steroid. Dua jenis saponin yang dikenal yaitu
glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid. Aglikonya
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam asam atau
menggunakan enzim (Botahala, Sukarti, & Arifuddin, 2020).
2.1.3 Simplisia
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 oC. Istilah simplisia
dipakai untuk menyebut bahan-bahan alam yang masi berada dalam wujud aslinya
atau belum mengalami perubahan bentuk. Jadi simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belun mengalami pengolahn apapun juga
dan keculi dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal
itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan/mineral (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017 ; Mukhriani, 2014).
Karakterisasi simplisia meliputi susut pengeringan, penetapan kadar abu
total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol
dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keseragaman mutu simplisia agar
memenuhi persyaratan standar simplisia dan ekstrak (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017).
Uji Skrining fitokimia meliputi uji reaksi warna dan uji reaksi
pengendapan yang dilakukan terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya:
a. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewangolongan untuk mendeteksi senyawa alkaloid (+) dapat
dengan menggunakan pereaksi Dragendorff, Meyer, dan Wagner
(Botahala, dkk., 2020).
b. Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang
terbesar dalam tanaman hijau, kecuali alga. Senyawa flavonoid yang telah
berhasil diisolasi dari berbagai tumbuhan diketahui mempunyai aktivitas
biologi yang menarik, seperti bersifat toksik terhadap sel kanker,
menghambat pelepasan histamin, anti jamur dan anti bakteri. Uji senyawa
flavonoid dalam suatu sampel biasanya menggunakan uji Wilstatter, uji
Bate-Smith, atau biasa dengan menggunakan NaOH 10%. Sedangkan
untuk uji polifenol menggunakan larutan FeCl3 (Botahala, dkk., 2020).
c. Terpenoid
Sebanyak 1 g simplisia dimaserasi denga 20 ml n-heksan selama 2 jam,
disaring, filtrat diuapkan dan sisanya ditambahkan pereaksi asam asetat
anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna ungu atau merah
yang berubah menjadi biru ungu atau biru kehijauan menunjukkan adanya
steroid/ triterpenoid bebas.
Tanin merupakan senyawa umum dari gugus fenol yang memiliki rasa
sepat. Secara kimia, tanin dikelompokkan menjadi dua yakni tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi (flavolan) secara
biosintesis membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer. Tanin
terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika
dididihkan dalam asam klorida encer (Botahala, dkk., 2020).
d. Saponin merupakan glikosida dari triterpen dan sterol yang komponen
umumnya adalah asam glukuronat. Keberadaan saponin dalam tumbuhan
ditandai dengan adanya busa, atau adanya pemekatan terhadap suatu
ekstrak (Botahala, dkk., 2020).
Buah Kepel
Uji Uji
Uji Fitokimia
Makroskopik Mikroskopik
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Terpenoid
Uji Tanin
Uji Saponin
2.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ditemukannya hasil pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik daun kepel serta ditemukannya senyawa metabolit
sekunder hasil dari skrining fitokimia daun kepel (stelechocarpus burahol ).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Ekperiment Laboratorium. Pada penelitian ini
dilakukan pengamatan simplisia daun kepel (stelechocarpus burahol) yang
meliputi uji makroskopik, mikroskopik dan uji skrining fitokimia pada ekstrak
daun kepel (stelechocarpus burahol) yang meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji
saponin, uji tanin, uji steroid/ terpenoid.
14
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Penyiapan Simplisia
Pengolahan dimulai dengan pengambilan sampel buah kepel yang masih.
Kemudian disortasi basah dan dicuci dengan air mengalir, selanjutnya dirajang
dan dikeringkan dengan penjemuran pada matahari langsung setelah itu
dianginanginkan. Simplisia lalu dihaluskan dengan menggunakan blender agar
mendapat serbuk yang lebih halus, dan barulah ditimbang dan dihitung
randemennya
Elfasyari , & Marliza. (2019). Penetapan Kadar Flavonoid Total Pada Beberapa
Bagian Tanaman Kepel (Stelecocharpus burahol Hook F. & Th). Jurnal
Farmasi Udayana, Vol 8, No 2, Hal. 110-115.
18
Yosanto, A. N. (2020). Pengaruh Pemberian “Sikepel” Minuman Sinbiotik Sari
Buah Kepel Terhadap Tekanan Darah Tikus Rattus Norvegicus Yang
Diinduksi Hiperlipidemia. Yogyakarta: UII Press.