Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

SKRINING FITOKIMIA DAN PENENTUAN IDENTITAS


MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK
BUAH KEPEL (STELECHOCARPUS BURAHOL (BL) HOOK F. & TH.)

RAFIATUN HASANAH
4820121108

PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, petunjuk-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan
proposal yang berjudul “Skrining Fitokimia Dan Penentuan Identitas
Makroskopik Dan Mikroskopik Daun Kepel (Stelechocarpus Burahol (Bl)
Hook F. & Th.)”. Proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah fitokimia yang dibimbing olek …. selaku dosen pengampu.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan pembuatan proposal ini, tidak lepas


dari bantuan serta dukungan berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin selaku Ketua Universitas Qamarul


Huda Badaruddin dan sebagai Pembina dan Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Qamarul Huda sekaligus sebagai pendiri Universitas Qamarul
Huda badaruddin Bagu Lombok Tengah. Semoga Allah SWT merahmati
kesehatan.
2. Dr. H. Menap S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Universitas Qamarul Huda
Badaruddin Bagu Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah.
3. Pegawai dan karyawan Fakultas Laboratorium MIPA Laboratorium
Biologi Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan dan
bantuan selama penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini
4. Untuk Bapak, Ibu dan seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan
dukungan moral dan material sehingga saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
5. Untuk sahabat sahabatku yang selalu menberikan semangat dan motivasi.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

ii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam proposal baik dari
segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan
maupun saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan proposal ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca karya tulis ilmiah ini.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bagu, Oktober 2023

Rafiatun Hasanah

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Tanaman Kepel......................................................................................... 4

2.1.1 Analisis Morfologi dan Anatomi ...................................................... 5

2.1.2 Senyawa Metabolit Sekunder ............................................................ 7

2.1.3 Simplisia............................................................................................ 9

2.1.4 Uji makroskopis dan Mikrokopis .................................................... 10

2.1.5 Skrining Fitokimia .......................................................................... 10

2.2 Karangka Teori ....................................................................................... 12

2.3 Hipotesis ................................................................................................. 13

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 14

3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 14

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian............................................................. 14

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian................................................................ 14

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 14

3.4.1 Alat Penelitian ................................................................................. 14

3.4.2 Bahan Penelitian.............................................................................. 14

3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................. 15

iv
3.5.1 Penyiapan Simplisia ........................................................................ 15

3.5.2 Ekstraksi Sampel ............................................................................. 15

3.5.3 Uji Makroskopik ............................................................................. 15

3.5.4 Uji Mikroskopik .............................................................................. 15

3.5.5 Skrining Fitokima............................................................................ 16

3.6 Analisis Data .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon Tanaman Kepel .......................................................................... 5
Gambar 2. Daun Tanaman Kepel ............................................................................ 6
Gambar 3. Bunga Tanaman Kepel Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan) .................... 6
Gambar 4. Buah Tanaman Kepel ............................................................................ 7
Gambar 5. Biji Tanaman Kepel .............................................................................. 7

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya
alam dan memiliki lebih dari 400 etnis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Daerah jawa, sunda, manado, Kalimantan, dan berbagai daerah lainnya masih
memanfaatkan tanaman sebagai obat traditional yang merupakan warisan turun
temurun. Salah satu tanaman berkhasiat obat yang digunakan adalah Kepel
(Stelecocharpus burahol). Kepel termasuk tanaman yang lanka di Indonesia
(Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).

Tanaman kepel merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal
dari Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, namun tersebar hingga
kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia tanaman ini banyak di
temukan di daerah jawa seperti di kawasan Keraton Yogayakarta, Kebun Raya
Bogor, Kebun Raya Purwodadi, Taman Mini Indonesia Indah, dan Taman Kiai
Langgeng Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Jawa merupakan daerah
pusat keragaman dan memungkinkan daerah asal tanaman ini. Pohon Kepel
mempunyai arti filosofis tersendiri bagi keraton, disamping buahnya berguna
untuk memelihara kecantikan puteri-puteri keraton, daunnya juga berkhasiat untuk
menurunkan kolesterol (Elfasyari & Marliza, 2019).

Menurut Alfian (2020) menjelaskan bahwa buah Kepel merupakan buah


yang kaya akan antioksidan berupa flavonoid dan saponin yang berpotensi sebagai
agen antidislipidemia. Akan tetapi, tanaman yang dinobatkan sebagai tanaman
penciri Daerah Istimewa Yogyakarta ini belum banyak dimanfaatkan dan
memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah (Yosanto, 2020). Penelitian terdahulu
yang dilakukan Elfasyari (2019) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun
kepel dapat menurunkan kadar asam urat darah pada tikus dan pada ayam. Fraksi
larut dan tidak larut petroleum eter daun kepel dapat menyebabkan penurunan
kadar asam urat darah ayam hiperurisemia (Elfasyari & Marliza, 2019)

1
Sedangkan menurut Fiani & Yuliah (2018) menjelaskan bahwa
masyarakat secara umum memahami bahwa bagian tanaman kepel yang
dimanfaakan adalah bagian buahnya yang kemudian diyakini dapat membuat
harum nafas dan bau keringat. Selain itu juga dapat mengarumkan air seni.
Dilanjutkan dengan menjelaskan manfaat lain dari jenis buah kepel ini dari
banyak kandungan yang sudah dikaji baik kandungan dalam buah maupun
kandungan dalam daunnya, yaitu dapat menurunkan kadar asam urat, menurunkan
kadar kolesterol, dapat meluruhkan air kencing, mencegah radang ginjal sebagai
sumber antioksidan, maupun sebagai pencegah kanker (anti mutagenesis) dan
(anti carcinogenesis) serta mencegah kehamilan (kontrasepsi). Selain itu, kepel
juga digunakan sebagai tanaman pelindung dan tanaman hias karena bentuk
buahnya yang menarik (Fiani & Yuliah, 2018).

Mengingat banyaknya manfaat buah kepel bagi kehidupan manusia, maka


penelitian mengenai skrining fitokimia dan penentuan identitas makroskopik dan
mikroskopik daun kepel (stelechocarpus burahol) perlu dilakukan. Dengan
demikian, pemanfaatan tanaman kepel lebih optimal dan lebih terarah kepada
bagian tanaman kepel yang paling baik untuk digunakan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai
berikut.

1. Bagaimanakah hasil pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik daun


kepel (stelechocarpus burahol) ?
2. Bagaimanakah hasil skrining fitokimia senyawa metabolit daun kepel
(stelechocarpus burahol ) ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui hasil pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik daun kepel


(stelechocarpus burahol).
2. Mengetahui hasil skrining fitokimia senyawa metabolit daun kepel
(stelechocarpus burahol).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi kepada pembaca tentang khasiat daun kepel


(stelechocarpus burahol.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta memberikan pengalamaan
kepada peneliti dalam hal melakukan penelitian.
3. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kepel
Kepel atau burahol atau kecindul (Jawa) atau turalak (Sunda) memiliki
nama latin Stelechocarpus burahol. Secara taksonomi, tanaman ini
diklasifikasiakan sebagai berikut:

Kindom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Division : Tracheophyta

Subdivision : Spermatophytina

Infradivision : Angiospermae

Class : Magnoliopsida

Superordo : Magnolianae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Stelechocarpus Hook. f. & Thomson

Species : S. burahol (Blume) Hook. f. & Thomson–burahol


(Yosanto, 2020)

Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa


dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah itu memberikan
aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air
seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai
peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan
(sementara) pada wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita bangsawan digunakan

4
sebagai parfum dan alat KB; di Jawa, penggunaannya secara tradisional terbatas
di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah tangga;
batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan
untuk bahan bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel
merupakan tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak
berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi
menjadi hijau cemerlang. Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid
dengan banyak cabang lateral yang tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang
kauliflor menambah keindahannya.

2.1.1 Analisis Morfologi dan Anatomi


a. Pohon

Gambar 1. Pohon Tanaman Kepel

Pohon tegak, tidak merontokkan daun secara serentak, tingginya


mencapai 25 m. Tajuknya teratur berbentuk kubah meruncing ke atas
(seperti cemara) dengan percabangan mendatar atau agak mendatar.
Diameter batang utamanya mencapai 40 cm, berwarna coklat-kelabu tua
sampai hitam, yang secara khas tertutup oleh banyak benjolan yang besar-
besar (Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).

b. Daun
Gambar 2. Daun Tanaman Kepel

Daunnya berbentuk lonjong-jorong sampai bundar-telur/bentuk


lanset, berukuran (12-27)cm × (5-9)cm, berwarna hijau gelap, tidak
berbulu, merontal tipis; tangkai daunnya mencapai 1,5 cm panjangnya.
Warna daun yang gelap, permukaan daun yang licin tidak berbulu, warna
daun dapat berubah menjadi kemerahan (Yuanisyak, Zunaidah, &
Nurmilawati, 2022)

c. Bunga

Gambar 3. Bunga Tanaman Kepel Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan)

Bunganya berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau


kemudian berubah menjadi keputih-putihan, muncul pada tonjolan-
tonjolan di batang; bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di
cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum,
diameternya mencapai 1 cm; bunga betinanya hanya berada di pangkal
batang, diameternya mencapai 3 cm. bunga jantan tanaman kepel terletak
pada bagian batang tanaman sedangkan bunga betina terletak pada bagian
cabang tua (Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022)
d. Buah

Gambar 4. Buah Tanaman Kepel

Buahnya dengan 1-13 lembar daun buah bertipe mirip buah buni
(berrylike ripe carpels), panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; daun
buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan,
diameternya 5–6 cm, perikarpnya berwarna coklat, berisi sari buah, dapat
dimakan (Yuanisyak, Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).
e. Biji

Gambar 5. Biji Tanaman Kepel

Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya


sekitar 3 cm, berat segar 62-105 g, serta bagiann yang dapat dimakan
sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar (Yuanisyak,
Zunaidah, & Nurmilawati, 2022).

2.1.2 Senyawa Metabolit Sekunder


Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara sepesies yang satu dan lainya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin
satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam
satu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi dibutuhkan saja
atau pada fase-fase tertentu. Senyawa metabolit sekunder merupakan snyawa
kimia yang umunya mempunyai kemampua biokatifitas dan digunakan sebagai
pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit dan tumbuhan tersebut atau
lingkungan. Senyawa metabolit sekuder digunakan sebagai zat warna, racun,
aroma makanan, dan obat tradisional pada kehidupan sehari-hari (Botahala,
Sukarti, & Arifuddin, 2020).

a. Alkaloid
Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung dari aton nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid seringkali beracun pada manusia dan bayak yang mempunyai
kegiatan fisiologis yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam
bidang pegobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna,seringkali bersifat
optis akif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk
cairan misalnya nikotina pada suhu kamar. Alkaloid dapat di ketahui
secara langsung dari tanaman karena memberikan rasa yang pahit di lidah.
Senyawa ini dapat beracun bagi makhluk hidup namun dalam kondisi
tertentu bermanfaat dalam pegobatan.
b. Flavonoid
Senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat
warna merah, unggu, biru, dan sebagai zat warna kuning dalam tumbuhan
Senyawa ini terbuat dari gula sederhana memiliki cincin benzena,
hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya. Senyawa golongan fenol
adalah golongan senyawa dengan struktur aromatik dengan mengandung
gugus OH pada rantai aromatik
c. Terpenoid
Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya
mlalui distilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak
atsiri. senyawa organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat banyak
digunakan dalam industri wangi-wangian (perfumery). Terpenoiod
mengandung karbon dan hidrogen serta destilasi melalui jalur metabolisme
asam mevalonat. Contoh dari terpenoid yaitu monoterpena
d. Tannin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang memiliki
beberapa khasiat yaitu sebagai anti diare dan anti oksidan. Tanin
merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari
senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut. Tanin juga memiliki aktivitas sebagai antibiotik, antidiare serta
antihelmitik
e. Saponin
Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang berarti sabun, karena
sifatnya menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yan
kuat, menimbulkan busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi
yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin
dalam larutan yang sangat encer dapat sebagai racun ikan, selain itu
saponin juga berpotensi sebagai antimikroba, dapat digunakan sebagai
bahan baku sintesis hormon steroid. Dua jenis saponin yang dikenal yaitu
glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid. Aglikonya
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam asam atau
menggunakan enzim (Botahala, Sukarti, & Arifuddin, 2020).

2.1.3 Simplisia
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 oC. Istilah simplisia
dipakai untuk menyebut bahan-bahan alam yang masi berada dalam wujud aslinya
atau belum mengalami perubahan bentuk. Jadi simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belun mengalami pengolahn apapun juga
dan keculi dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal
itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan/mineral (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017 ; Mukhriani, 2014).
Karakterisasi simplisia meliputi susut pengeringan, penetapan kadar abu
total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol
dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keseragaman mutu simplisia agar
memenuhi persyaratan standar simplisia dan ekstrak (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017).

2.1.4 Uji makroskopis dan Mikrokopis


Uji makroskopis dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi,
ukuran, warna simplisia yang dilakukan pengujian.

Uji mikroskopis dilakukan dengan mengguankan mikroskop yang derajat


pembesarnya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, parademal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada
uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaring yang khas (Partiwisari, Astuti,
& Ariantari, 2018)

2.1.5 Skrining Fitokimia


Untuk penentuan kandungan jenis metabolit sekunder pada suatu
tumbuhan dilakukan uji fitokimia. Fitokimia merupakan suatu disiplin ilmu yang
bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk oleh
tumbuhan meliputi struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya Berbagai
macam penemuan obat tradisional yang berasal dari tanaman sudah diteliti
kandungan senyawa kimia dan khasiat yang ada di dalam tanaman tersebut (Vifta
& Advistasari, 2018). Tanaman memiliki senyawa kimia, baik senyawa kimia
hasil metabolisme primer maupun senyawa kimia hasil metabolit sekunder. Oleh
karena itu, dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia pada
tanaman. Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu tanaman (Vifta &
Advistasari, 2018). Pada hakikatnya skrining fitokimia merupakan analisis secara
kualitatif pada kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman, terutama
kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid,
flavonoid, kumarin, saponin, tanin, polifenol dan minyak atsiri (Kusumo, Susanti,
Ningrum, & Makayasa, 2022).

Metode uji fitokimia (screening) dilakukan dengan melihat reaksi


pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Ekstraksi dilakukan
dengan menggunakan pelarut etanol. Pemilihan pelarut etanol dikarenakan
metanol merupakan pelarut universal yang memiliki gugus polar (OH) dan gugus
nonpolar (CH3) sehingga dapat menarik analit-analit yang bersifat polar maupun
nonpolar (Khotimah, 2016).

Uji Skrining fitokimia meliputi uji reaksi warna dan uji reaksi
pengendapan yang dilakukan terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya:

a. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewangolongan untuk mendeteksi senyawa alkaloid (+) dapat
dengan menggunakan pereaksi Dragendorff, Meyer, dan Wagner
(Botahala, dkk., 2020).
b. Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang
terbesar dalam tanaman hijau, kecuali alga. Senyawa flavonoid yang telah
berhasil diisolasi dari berbagai tumbuhan diketahui mempunyai aktivitas
biologi yang menarik, seperti bersifat toksik terhadap sel kanker,
menghambat pelepasan histamin, anti jamur dan anti bakteri. Uji senyawa
flavonoid dalam suatu sampel biasanya menggunakan uji Wilstatter, uji
Bate-Smith, atau biasa dengan menggunakan NaOH 10%. Sedangkan
untuk uji polifenol menggunakan larutan FeCl3 (Botahala, dkk., 2020).
c. Terpenoid
Sebanyak 1 g simplisia dimaserasi denga 20 ml n-heksan selama 2 jam,
disaring, filtrat diuapkan dan sisanya ditambahkan pereaksi asam asetat
anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna ungu atau merah
yang berubah menjadi biru ungu atau biru kehijauan menunjukkan adanya
steroid/ triterpenoid bebas.
Tanin merupakan senyawa umum dari gugus fenol yang memiliki rasa
sepat. Secara kimia, tanin dikelompokkan menjadi dua yakni tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi (flavolan) secara
biosintesis membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer. Tanin
terhidrolisis mengandung ikatan ester yang dapat terhidrolisis jika
dididihkan dalam asam klorida encer (Botahala, dkk., 2020).
d. Saponin merupakan glikosida dari triterpen dan sterol yang komponen
umumnya adalah asam glukuronat. Keberadaan saponin dalam tumbuhan
ditandai dengan adanya busa, atau adanya pemekatan terhadap suatu
ekstrak (Botahala, dkk., 2020).

2.2 Karangka Teori

Buah Kepel

Simplisia Ekstrak Buah


Buah Kepel Kepel

Uji Uji
Uji Fitokimia
Makroskopik Mikroskopik

Uji Alkaloid

Uji Flavonoid

Uji Terpenoid

Uji Tanin

Uji Saponin
2.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ditemukannya hasil pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik daun kepel serta ditemukannya senyawa metabolit
sekunder hasil dari skrining fitokimia daun kepel (stelechocarpus burahol ).
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Ekperiment Laboratorium. Pada penelitian ini
dilakukan pengamatan simplisia daun kepel (stelechocarpus burahol) yang
meliputi uji makroskopik, mikroskopik dan uji skrining fitokimia pada ekstrak
daun kepel (stelechocarpus burahol) yang meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji
saponin, uji tanin, uji steroid/ terpenoid.

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian


Populasi adalah sekumpulan obyek penelitian yang memiliki karakteristik
yang sama. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
kepel. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah simplisia dan ekstrak daun kepel (stelechocarpus burahol).

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Laboratorium MIPA
Laboratorium Biologi Universitas Mataram

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
erlenmeyer, beaker glass, batang pengaduk, pipet tetes, mortir, kertas saring,
corong kaca, kater, blender, hot plate, magnetic stirerr, waterbath, tabung reaksi,
cawan petri, jarum ose, pinset, autoclave, inkubator, Laminar Air Flow, cawan
petri, jangka sorong atau penggaris, oven, pembakaran spiritus,mikro pipet, vial,
vortex.

3.4.2 Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Aquadest
(H2O), Etanol 70%, Etil Asetat, n-heksana, Besi (III) Klorida FeCL3 , HCL pekat,
H2SO4 pekat, Pereaksi Dragendorf, Pereaksi Wagner,pereaksi dragendorff, n-
heksana, asam klorida 2 N, asetat anhidrat, asam sulfat pekat, kloroform.

14
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Penyiapan Simplisia
Pengolahan dimulai dengan pengambilan sampel buah kepel yang masih.
Kemudian disortasi basah dan dicuci dengan air mengalir, selanjutnya dirajang
dan dikeringkan dengan penjemuran pada matahari langsung setelah itu
dianginanginkan. Simplisia lalu dihaluskan dengan menggunakan blender agar
mendapat serbuk yang lebih halus, dan barulah ditimbang dan dihitung
randemennya

3.5.2 Ekstraksi Sampel


Serbuk simplisia buah kepel dimasukkan ke dalam toples kaca yang
tertutup rapat dan ditambahkan cairan penyari (etanol 70%) secara perlahan-lahan
sampai 1 cm diatas sampel. Maserasi dilakukan selama 1x24 jam sambil sesekali
diaduk dan dilakukan remaserasi sebanyak 2 kali. Selanjutnya disaring
menggunakan corong yang dilapisi kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan
ampas. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator
pada suhu 50-600°C. Kemudian diuapkan dengan waterbath pada suhu 500C
hingga didapat ekstrak kental dengan bobot tetap dan dihitung randemen ekstrak.

3.5.3 Uji Makroskopik


Pengamatan dilakukan secara visual dengam mengamati karakteristik
simplisia. Simplisia buah kepel yang masih segar untuk melihat bentuk,
kekerasan, ketebalan, kestabilan, tekstur, dan didokumentasikan.

3.5.4 Uji Mikroskopik


Pengamatan mikroskopis penampang melintang buah kepel dibuat dengan
membuat irisan tipis melintang dengan alat mikrotom. Irisan diletakkan di atas
kaca objek, ditambahkan beberapa tetes air kemudian ditutup dengan kaca
penutup. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat 400x.

Pengamatan mikroskopis penampang melintang buah kepel dilakukan


dengan mengambil sejumlah serbuk kemudian diletakkan di atas kaca objek,
ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, difiksasi di atas nyala lampu
spiritus, kemudian dibiarkan dingin dan ditutup dengan kaca penutup. Preparat
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat 400x.

3.5.5 Skrining Fitokima


a. Uji Alkaloid
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml
air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan
dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi
lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes pereaksi, dan diamati
hasilnya.
b. Uji Flavanoid
Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan 10 ml air panas, didihkan selama 5
menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang diperoleh kemudian
diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg dan 1 ml asam klorida
pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah dan
diperhatikan warna yang terbentuk pada lapisan amil alcohol.
c. Uji Terpenoid
Serbuk simplisia secukupnya dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2
jam dan ditutup rapat, disaring, dan diambil filtratnya sebanyak 5 ml.
Filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu
yang kemudian ditambahkan pereaksi Lieberman. Ekstrak etanol sebanyak
1 mg dilarutkan dengan 5 ml kloroform, dan ditambahkan dengan 2 tetes
asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
Adanya triterpenoid ditandai dengan terbentuknya merah atau violet pada
perbatasan larutan, sedangkan adanya steroid ditandai dengan
terbentuknya cincin biru kehijauan.
d. Uji Saponin
Sebanyak 1-2 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan dengan air panas. Kemudian campuran didinginkan dan
dikocok selama 10 menit. Terbentuknya buih yang stabil menunjukkan
adanya saponin.
e. Uji Tanin
Sampel sebanyak 5 gram disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu
filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Dua ml
larutan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida.

3.6 Analisis Data


Peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif dengan metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan
untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak
sebagaimana adanya. yaitu menuturkan atau menafsirkan data yang berkenaan
dengan fakta, keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi saat penelitian
berlangsung dan menyajikan apa adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Botahala, L., Sukarti, & Arifuddin, W. (2020). Deteksi Dini Metabolit Sekunder
pada Tanaman (Early Detection Of Secondary Metabolites in Plants).
Solok, Sumatra Barat: Mitra Cendekia Media.

Elfasyari , & Marliza. (2019). Penetapan Kadar Flavonoid Total Pada Beberapa
Bagian Tanaman Kepel (Stelecocharpus burahol Hook F. & Th). Jurnal
Farmasi Udayana, Vol 8, No 2, Hal. 110-115.

Fiani, A., & Yuliah. (2018). Pertumbuhan Kepel (Stelechocarpus Burahol


(Blume) Hook & Thomson) dari Dua Populasi di Mangunan, Bantul.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek Ke-3.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal


Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Khotimah. (2016). Skrining fitokimia dan identifikasi metabolit sekunder senyawa


karpain pada ekstrak metanol daun Carica pubescens Lenne dan K. Koch
dengan LC/MS. Malang: Uin Maulana Malik Ibrohim Malang.

Kusumo, D. W., Susanti, Ningrum, E. K., & Makayasa, C. H. (2022). Skrining


Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Pada Ekstrak Etanol Bunga
Pepaya (Carica Papaya L.) (Phytochemical Screening Of Secondary
Metabolites In Papaya Flowers / Carica Papaya L.). JCPS (Journal of
Current Pharmaceutical Sciences), Vol. 5 No. 2, hal. 478-483.

Mukhriani. (2014). Farmaknosi Analisis. Makassar: Alauddin University Press.

Partiwisari, Astuti, & Ariantari. (2018). Identifikasi Simplisia Kulit Batang


Cempaka Kuning (Michelia champaca L.) secara Makroskopis dan
Mikroskopis. Jurnal Harian Regional.

Vifta, R. L., & Advistasari, Y. D. (2018). Skrining Fitokimia, Karakterisasi, dan


Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto
(Medinilla speciosa B.). Prosiding Seminar Nasional Unimus, Volume 1.

18
Yosanto, A. N. (2020). Pengaruh Pemberian “Sikepel” Minuman Sinbiotik Sari
Buah Kepel Terhadap Tekanan Darah Tikus Rattus Norvegicus Yang
Diinduksi Hiperlipidemia. Yogyakarta: UII Press.

Yuanisyak, A., Zunaidah, F. N., & Nurmilawati, M. (2022). Karakteristik


Morfologi Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.F &
Th.) di Kabupaten Kediri. Seminar Nasional Sains, Kesehatan, dan
Pembelajaran , 523-529.

Anda mungkin juga menyukai