Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PENGEMBANGAN OBAT BARU

GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

Oleh:
RIATUL LAILI IRIANINGRUM
4020027

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021

i
PROPOSAL
PENGEMBANGAN OBAT BARU

GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

Oleh:
RIATUL LAILI IRIANINGRUM
4020027

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(apt.Munifatul Lailiyah,M.Farm)

Mengetahui Ketua Program Studi Profesi


Apoteker Fakultas Farmasi
IIK Bhakti WiyataKediri

(apt. Yogi Bhakti Marhenta., M.Farm)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Proposal Pengembangan Sediaan Produk Formulasi Pembuatan
Handsanitazer Ektrak Etanol Daun Sirsak yang telah dilaksanakan pada bulan
Februari 2021.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di industri di Industri Farmasi
sebelum calon apoteker melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi
Apoteker di Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof.Dr. apt. Muhamad Zainuddin., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan pendidikan.
3. apt. Dewy Resty B, M.Farm., selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, M.Farm., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Fenita Shoviantari, M.Farm., selaku Sekretaris Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
6. apt.Munifatul Lailiyah,M.Farm selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan praktek kerja profesi apoteker di industri.Kedua orang tua yang
sangat saya cintai dan selalu membeikan semangat, kasih sayang dan doa
7. Teman-teman PSPA angkatan 2020, terimakasih atas semua senyum, canda,
dan tawa kalian.

iii
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan
praktik kerja profesi apoteker ini. Kami sadari bahwa laporan praktik kerja profesi
apoteker ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.

Kediri,16 Maret 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II STUDI PRAFORMULASI ...................................................................3


A. Tinjauan Tentang Bahan Aktif .....................................................................3
1. Klasifikasi Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn) ...........................3
2. Morfologi Tumbuhan Daun Sirsak ........................................................3
3. Kandungan dalam Daun Sirsak (Annona muricata Linn) ......................4
B. Tinjuan Tentang Eksipien ............................................................................4
1. Carbopol 940 ..........................................................................................4
2. Trietanolamin (TEA) ..............................................................................6
3. Metil Paraben .........................................................................................7
4. Gliserin ...................................................................................................9
5. Aquadest .................................................................................................10
C. Tinjauan Tentang bakteri atau kuman di telapak tangan .............................10
D. Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi Maserasi .............................................11
E. Tinjauan Tentang Sediaan Gel .....................................................................12
F. Tinjauan Tentang Pengujian Cemaran Mikroba ..........................................14

BAB III TARGET PROFIL PRODUK ...............................................................15

BAB IV RENCANA PRODUKSI .....................................................................16


A. Formulasi ......................................................................................................16
B. Prosedur Kerja ...........................................................................................16
C. Uji Kestabilan Fisik .......................................................................................... 19

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................23

BAB VII PENUTUP .........................................................................................27


A. Kesimpulan ..................................................................................................27
B. Saran ...........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................28


LAMPIRAN .......................................................................................................31

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Target Profil Produk ...........................................................................15


Tabel 4.1 Formulasi Gel Handsanitazer Ektrak Etanol Daun Sirsak .................16

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Sirsak ...................................................................................3


Gambar 2.2 Struktur molekul carbopol ............................................................4
Gambar 2.3 Struktur Trietanolamin ..................................................................6
Gambar 2.4 Struktur Metil Paraben ..................................................................7
Gambar 4.1 Alur pembuatan serbuk daun sirsak ..............................................16
Gambar 4.2 Alur pembuatan Ektrak Daun Sirsak menggunakan Metode
Maserasi ........................................................................................17
Gambar 4.2 Alur pembuatan Ektrak Daun Sirsak menggunakan Metode
Maserasi ........................................................................................18

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kemasan Primer Hand Sanitizer .....................................................31

viii
BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Saat ini dunia termasuk indonesia sedang di gemparkan dengan
adanya virus corona atau dikenal sebagai pandemi COVID-19. Covid-19
(Corona virus disease 2019 ) adalah penyakit menular yang disebakan oleh
SARS-CoV-2, salah satu jenis korona virus. Dapat dari penyakit saai ini
menggembarkan dunia karena penularanya yang sangat cepat baik melalui
udara, mulut, dan benda-benda yang dipegang oleh penderita. Penderita
Covid-19 dapat mengalami demam,batuk kering, dan kesulitan bernapas
(Pradanti, 2020). Selain itu lingkungan yang kurang bersih dan pola hidup
yang kurang sehat dapat membantu penyebaran penyakit lebih pesat,
sehingga masyarakat diharapkan menjaga pola hidup yang sehat.
Seiring dengan adanya Covid-19 masyarakat Indonesia memiliki
kesehatan yang lebih tinggi akan kebersihan serta pola hidup yang sehat,
seperti mencuci tangan dengan menggunakan sabun menjadi suatu kebutuhan,
namun saat ini masih banyak masyarakat yang malas untuk melakukanyan
selain itu juga banyak aktivitas yang dilakukan diluar rumah sehingga lebih
praktis jika menggunakan gel antiseptik.
Penggunaan gel antiseptik tangan yang mudah dan praktis semakin
diminati masyarakat. Kebanyakan produk gel antiseptik tangan menggunakan
alkohol sebagai antibakteri. Penggunaan bahan kimia dalam sediaan topikal
memiliki efek samping yang membahayakan serta dapat mengiritasi kulit
(Wibawati, 2012). Pada saat ini telah umum digunakan sediaan gel
handsanitizer yang mengandung antiseptik oleh masyarakat yang peduli
kesehatan, sebagai jalan keluar untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
tangan yang praktis dan mudah dibawa (Shu, 2013). Sediaan gel digunakan
oleh masyarakat karena memiliki nilai estetika yang baik, yaitu transparan,
mudah merata jika dioleskan pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi
dingin, tidak menimbulkan bekas dikulit dan mudah digunakan (Ansiah,
2014).

1
2

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Melisa et al.,(2015) daun


sirsak merupakan jenis bahan alam yang memiliki kandungan tanin, alkaloid,
saponin. Penelitian ini bertujuan untuk buah belimbing flavonoid yang
berfungsi sebagai antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan adanya daya
hambat dari ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus setelah proses inkubasi pada suhu 37ºC pada
inkubator selama 24 jam. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan
penelitian pengembangan obat baru dengan membuat formulasi gel hand
sanitizer dari ekstrak etanol daun sirsak sebagai pengganti zat aktif alkohol
untuk mengurangi efek yang terjadi pada pemakaian berulang. Adapun
tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk memanfaatkan daun sirsak
sebagai antibakteri dalam bentuk sediaan gel hand senitizer serta melihat
pengaruhnya terhadap karakteristik sediaan gel hand sanitizer ekstrak etanol
daun sirsak.

D. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran apoteker di
industri farmasi
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di bidang Pengembangan Obat Baru di Industri Farmasi
BAB II
STUDI PRAFORMULASI

G. Tinjauan Tentang Bahan Aktif


Daun sirsak (Annona Muricata Linn)

Gambar 2.1 Daun Sirsak ( Faiha,2015)

1. Klasifikasi Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn)


Klasifikasi adalah proses pengaturan atau pengolahan makhluk
dalam kategori golongan yang bertingkat. Dalam sistematika tumbuhan
(taksonomi), tanaman sirsak diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : Annonaceae
Genus : Anonna
Spesies : Anonna muricata L
Sumber : (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sirsak)
2. Morfologi Tumbuhan Daun Sirsak
Morfologi Daun Sirsak Tanaman sirsak termasuk dalam tumbuhan
menahun (perennial) ,berakar tunggang, berkayu keras, dengan
pertumbuhan tegak lurus ke atas (erectus) hingga mencapai ketinggian

3
4

lebih kurang 15 m,Sirsak berbentuk perdu atau pohon kecil, tingginya 3-


10 meter, bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun sirsak
berbentuk bulat seperti telur terbalik berukuran (8-16) cm x (3-7) cm,
berwarna hijau muda hingga hijau tua, ujung daunnya meruncing
pendek,panjang tangkai daunnya 3-7 mm, pinggiran rata dan permukaan
daun mengkilap (Faiha, 2015).
3. Kandungan dalam Daun Sirsak (Annona muricata Linn)
Hasil skrining fitokimia pada ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) ditemukan mengandung beberapa senyawa metabolit
sekunder antara lain : alkaloid, flavonoid, terpenoid, kumarin dan lakton,
antrakuinon, tanin, glikosida, fenol, pitosterol, dan saponin
(Tando,2018). Menurut hasil penelitian ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid yang
dapat berfungsi sebagai antibakteri (Sambou, 2017).
Senyawa Flavonoid dan Polifenol yang merupakan turunan fenol
yang bekerja sebagai antiseptic dan disenfektan sedangkan senyawa
alkaloid yang terkandung dalamnya merupakan senyawa basa yang
memiliki efek bakterisida. Flavonoid merupakan salah satu metabolit
sekunder dan keberadaanya pada daun tanaman dipengaruhi oleh proses
fotosintesis sehingga daun muda belum tentu terlalu banyak mengandung
flavonoid.Flavonoid merupakan senyawa bahan alam dari golongan
fenolik.Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang menganggu
intergritas membrane sel bakteri (Sjahid, 2008).

H. Tinjuan Tentang Eksipien


1. Carbopol 940

Gambar 2.2 Struktur molekul carbopol (Draganoiu, 2009)


5

Nama lain : Acritamer; acrylic acid polymer;


carboxy polymethylene, polyacrylic acid;
Pemulen; Ultrez.
Pemerian : Carbopol berwarna putih, halus, bersifat asam
dan berupa serbuk yang higroskopis dengan bau
yang khas.
Kelarutan : Larut dalam air.
Ph : pH = 2.7–3.5 untuk 0.5% b/v dispersi berair; pH
= 2.5–3.0 untuk 1% b/v dispersi berair.
Rentang : Sebagai gelling agent 0,5% - 2%, emulsifying
penggunaan agent 0.1% – 0.5%, suspending agent 0.5% –
1.0%, tablet binder 5.0% – 10.0%.
Titik lebur : Dekomposisi terjadi dalam waktu 30 menit
pada suhu 2600 C.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan fenol, polimer
kationik, asam kuat dan elektrolit level tinggi.
Gelling agent merupakan suatu agen biasanya berupa polimer yang
berperan menjaga konsistensi bentuk gel. Gelling agent dapat terbuat dari
polimer alami yang berasal dari polisakarida anionik seperti gummi
arabicum, polimer semi sintetik seperti turunan selulosa, ataupun polimer
sintetik seperti carbopol. Karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu
gelling agent antara lain inert, aman dan tidak bersifat reaktif terhadap
komponen formulasi lainnya (Gibson, 2009), serta ekonomis, mudah
didapatkan, mampu membentuk massa gel yang jernih, dan memiliki
organoleptis yang bisa diterima oleh konsumen (Gad, 2008)
Carbopol merupakan salah satu gelling agentyang sering digunakan
sebagai penambah viskositas dalam sediaan farmasi. Carbopol 940
memiliki karakteristik non-toksik dan non-iritan dalam penggunaan, serta
tidak menimbulkan efek hipersensitivitas atau alergi terhadap
penggunaan secara topikal pada manusia (Gibson, 2009). Polimer
carbopol terdiri atas monomer berupa asam akrilik yang dihubungkan
oleh alil sukrosa atau alil eter dari pentaeritritol dan/atau sukrosa.
6

Carbopol 940 memiliki range berat molekul beragam yang


menggambarkan viskositas serta rigiditas polimer yang bisa dibentuk.
Sebagai suatu gelling agent,carbopol biasanya digunakan sebesar 0,5
hingga 2% dari sediaan (Allen dan Howard, 2014). Carbopol merupakan
polimer bersifat anionik dan viskositas dari carbopol bergantung dari pH
atau jumlah agen penetralisir yang ditambahkan serta dengan pengaruh
adanya penambahan elektrolit.
2. Trietanolamin (TEA) (Rowe et al, 2009)

Gambar 2.3 Struktur Trietanolamin


Nama lain : TEA; Tealan; Trihydroxytriethylamine.
Rumus molekul : C6H15NO3
Berat molekul : 149,19 g/ml.
Pemerian : Berbentuk cairan jernih, sedikit kental dan
sedikit berbau amoniak.

Titik didih : 3350 C


Titik beku : 21,60 C
Titik leleh : 200 C - 210 C
pH : 10,5
Moisture content : 0,09%
Kelarutan : Larut dalam aseton, karbon tetraklorid,
metanol dan air.

Kegunaan : Alkalizing agent dan emulgator.


Stabilitas : Stabil dalam etanol 96%, gliserin dan air.
Higroskopis : Sangat higroskopis.
7

Inkompatibilitas : Bereaksi dengan amina, alkohol, asam


mineral, kristal garam dan ester. Dengan
asam lemak yang tinggi TEA bentuk garam
dapat larut dalam air dan memiliki sifat
seperti sabun.
Triethanolamin (TEA) merupakan amin tersier yang mengandung
gugus hidroksi. Dalam formula ini TEA digunakan sebagai agen pembasa
atau alkalizing agent. Konsentrasi TEA khususnya pada sediaan emulsi
adalah 2-4% v/v. TEA bersifat basa digunakan untuk menetralisasi
carbopol. Penambahan TEA pada carbopol akan membentuk garam yang
larut. Sebelum netralisasi, carbopol di dalam air akan ada dalam bentuk
tak terion pada pH sekitar 3. Pada pH ini, polimer akan menggeser
kesetimbangan ionik membentuk garam yang larut. Hasilnya adalah ion
yang tolak menolak dari gugus karboksilat dan polimer menjadi kaku dan
rigid, sehingga meningkatkan viskositas. TEA biasanya digunakan untuk
formulasi secara topikal
3. Metil Paraben

Gambar 2.4 Struktur Metil Paraben

Nama lain : Nipagin; Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-


hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin; Methyl
Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl
p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept;SolbrolM;
Tegosept M; Uniphen P-23.
Rumus molekul : C8H18O3
Berat molekul : 152.15 g/ml.
8

Pemerian : Berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk


kristal berwarna putih. Metil paraben juga tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Titik leleh : 1250C –1280C
PH : 4-8
Kelarutan : Sangat larut dalam etanol, eter, propilen glikol dan
air panas.
Kegunaan : Pengawet dengan rentang 0,12-0,18%. Untuk
sediaan topikal biasanya digunakan 0,02-0,3%
Inkompatibilitas : Metil paraben dan paraben lainnya sangat
berkurang aktifitasnya dengan adanya surfaktan
seperti polisorbat 80 sebagai akibat dari proses
misel. Namun, propilen glikol telah terbukti
mempotensiasi aktivitas antibakteri dari paraben
lainnya di hadapan surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metil paraben dan
polisorbat 80.

Metil paraben dalam formula ini digunakan sebagai pengawet atau


antimikroba dalam sediaan farmasi, kosmetik dan produk makanan. Metil
paraben diperbolehkan berada pada sediaan topikal sebanyak 0,02% -
0,3% (Haley, 2009).
Metil paraben efektif dalam rentang pH yang luas yaitu 4-8 dan
sangat efektif terhadap jamur. Aktifitas antimikroba dari metilparaben
terpengaruh oleh bahan-bahan yang dicampurkan. Akifitas antimikroba
akan meningkat seiring dengan meningkatnya panjang rantai alkil, tetapi
kelarutan metil paraben dalam air akan menurun dengan keberadaan
surfaktan non ionik, maka aktifitas antimikrobanya akan menurun. Tetapi
keberadaan propilen glikol kadar 10% akan memperbesar potensi
antibakterinya dan mencegah interaksi antara metilparaben dan surfaktan
non ionik tersebut (Haley, 2009).
9

4. Gliserin (Rowe et al, 2009)


Nama lain : Glycerin; Glycerol; Glycerine; Glycerine
anhydrous; Glyceritol; Glycyl alkohol;
1,2,3Propanetriol; Propanetriol; 1,2,3-
Trihydroxypropane; Bulbold; Citifluor AF 2;
Cristal; Emergy 916: Glyrol; Glysanin;
Trihydroxypropane; Glycerol opthalgan;
Osmoglyn; STC Tensioning Fluid; Pricerine 9091;
Wasserfrei; Grocolene; Moon; Star; Glycerin mist;
Clyzerin; Glyceritol; Glycerol USP..
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa
manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.
Titik didih : 2900C
PH : 5,5-7,5
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,
tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Konsentrasi : 30 – 50 % (sebagai solvent parentral)
Kegunaan : Antimikroba, emolient, humektan, plastizer,
solvent, pemanis, tonisitas
Inkompatibilitas : Kromium trioksida, potasium klorat, potassium
permanganat

Stabilitas : Bersifat higroskopis, dekomposis oleh pemanasan.


Gliserin akan mengkristal pada suhu rendah.
10

5. Aquadest
Sinonim : Aqua, hydrogen oxide
Rumus kimia : H2O
Titik didih : 100 0C
Titik lebur : 00C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar
Stabilitas : Stabil dalam kondisi fisika (es, cairan dan uap).Air
murni secara spesifik disimpan dalam kemasan
tertutup dan dilindungi dari cemaran
mikroorganisme dan kontaminan lain

I. Tinjauan Tentang bakteri atau kuman di telapak tangan


Kuman adalah suatu mahkluk hidup yang terdiri dari satu sel dan dapat
memperbanyak diri dengan cepat,terutama bila terdapat pada suasana yang
baik dan sesuai di dalam media dimana makanan tersedia untuk kuman. Satu
kuman akan berkembangbiak menjadi sangat banyak dalam waktu yang
singkat. Sebagai mahkluk hidup, kuman dapat mengeluarkan bahan – bahan
sisa dari hidupnya, berupa racun yang dapat membhayakan kelangsungan
hidup manusia yang dihinggapi oleh kuman tersebut (Hapsari, 2015)
Mikroba yang terdapat pada tangan biasanya berupa bakteri kapang,
khamir, dan virus. Setiap orang memiliki rata – rata 150 bakteri atau kuman
di telapak tangannya. Jenis kuman dalam jumlah besar yang terdapat di
tangan adalah Helobacter pylori yang dapat menyebabkan maag, Escherichia
coli yang dapat menyebabkan diare, Salmonella sp. Yang dapat
menyebabkan tipus dan diare (Khaeri, 2009). Kuman yang lain seperti
Stapylococcus aureus, Staphylococcus haemoliticus, Clostridium welchii,
Pseudomonas spp., Staphylococcus aerugonisa, bakteri Coliform,
Staphylococcus epidermis, Proteus spp, Klebsiella spp. dan Entamoeba coli
(Rachmawati dan Yumna 2008).
Bakteri Staphylococcus aureus memiliki potensi untuk menyebabkan
penyakit saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan infeksi melalui kulit.
Bahan makanan yang kontak tangan langsung tanpa proses mencuci tangan,
sangat berpotensi terkontaminasi Staphylococcus aureus (Hapsari, 2015).
11

Bakteri Esherichia coli dapat menyebabkan infeksi pada saluran


pencernaan manusia, diantaranya enteroagregatif. Bakteri Shigella dapat
menyebabkan infeksi saluran pencernaan. Bakteri mempunyai spektrum yang
sangat luas. Makan disaat kondisi tangan kotor juga memicu hadirnya infeksi
bakteri (Hapsari, 2015).

J. Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi Maserasi


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada monografi, tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat
(Farmakope Indonesia Edisi IV,1995).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengadukan yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama dan seterusnya (Ditjen Pom, 2000).
12

K. Tinjauan Tentang Sediaan Gel


Dipilih bentuk sediaan gel karena bentuk sediaan gel mudah
digunakan dan mudah dicuci dengan air. Gel juga memberikan sensasi dingi
sehingga acceptabilitasnya tinggi. Kadar air yang tinggi pada gel dapat
mengjidrasi stratum corneum sehingga dapat mengurangi resiko peradangan
lebih lanjut. Kemudian karena tujuan terapi sistemik pada sendi-sendi dan rute
penetrasinya adalah transdermal melalui epidermis melalui kulit maka dipilih
sediaan bentuk topikal yaitu gel.
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat
dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk baik pada
kulit- efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan sediaan oral dan sebagai
basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-
obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada
kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan
pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).
Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai
tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel
terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini
dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel
farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam
alginat,serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil
selulosa,hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang
merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel
dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus
berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik.
13

1. Dasar gel hidrofobik


Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel
anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit
sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan
hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan
prosedur yang khusus (Ansel, 1989).
2. Dasar gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik
yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya
tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak
adanya daya tarik menarikdari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih
besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen
bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Keuntungan sediaan gel : Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt,
1994) adalah sebagai berikut:
a. kemampuan penyebarannya lambat dari kulit
b. tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
c. kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
d. pelepasan obatnya baik
Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari
dengan penambahan bahan pengawet. Untuk upaya stabilisasi dari segi
mikrobial di samping penggu naan bahan-bahan pengawet seperti dalam
balsam, khususnya untuk basis ini sangat cocok pemakaian metil dan
propil paraben yang umumnya disatukan dalam bentuk larutan pengawet.
Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan terhadap penguapan yaitu
untuk menghindari masalah pengeringan. Oleh karena itu untuk
menyimpannya lebih baik menggunakan tube. Pengisian ke dalam botol,
meskipun telah tertutup baik tetap tidak menjamin perlindungan yang
memuaskan (Voigt, 1994 ).
14

L. Tinjauan Tentang Pengujian Cemaran Mikroba


Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba
aerob variabel didalam semua jenis sediaan farmasi, mulai dari bahan baku
hingga sediaan jadi, dan untuk menyatakan sediaan farmasi tersebut bebas dari
cemaran mikroba tertentu. Selama menyiapkan dan melaksanakan pengujian,
sampel harus ditangani secara aseptic. Pada umumnya inkubasi dilakukan
dengan menempatkan wadah di dalam ruangan yang termostatik pada suhu
antara 350C selama 24-48 jam (Anonim, 1995).
Selain itu pengujian cemaran microba bertujuan untuk melihat
keamanan suatu sediaan obat sehingga dapat diketahui apakah suatu obat
layak untuk dikonsumsi atau tidak.
BAB III
TARGET PROFIL PRODUK

No. QTPP Element Target


1. Bentuk sediaan Setengah padat kental

2. Warna Sediaan Bening Kecoklatan

3. Rasa -

4. Aroma Khas daun sirsak

5 Rute Topikal

6. Kekuatan Sediaan 12% dalam 100 ml

7. Jenis Sediaan Gel

8. Homogenitas Homogen

9. Ph 4–6

10. Viskositas 50-1000 dPa.s

Stabil pada suhu ruang 20 –


11. Stabilitas obat 25 °C dan masa ED 1 tahun
12. Batas cemaran mikroba Tidak boleh mengandung Staphylococcus
aureus ,Eschericia coli,Pseudomonas
aeruginosa, Salmonella
13. Kemasan Botol

Tabel 3.1 Target Profil Produk

15
BAB IV
RENCANA PRODUKSI

D. Formulasi

Tabel 4.1 Formulasi Gel Handsanitazer Ektrak Etanol Daun Sirsak


Bahan Fungsi Rentang Komposis Jumlah Jumlah
Konsetrasi i yang tiap tiap batch
Dibuat kemasan (gr)
(%) (gr)
Ekstrak
Daun Sirsak Bahan 12 2,4 2.400
aktif
Carbopol Gelling 3-6 2 0,4 400
940 agent
TEA Alkalizing 2-4 2,5 0,5 500
Metil Pengawet 0,02-0,3 0.2 0,04 40
Paraben
Gliserin Emmolient < 30% 10.25 2,05 2.050
Aquadest Pelarut ad 100 ml Ad 20 Ad 2000
Keterangan:
Produksi 1 batch: 1.000 tube
Jumlah tiap Kemasan: 20 gram

E. Prosedur Kerja

1. Pembuataan Serbuk Daun Sirsak

Daun sirsak

Dicuci bersih di bawah


air mengalir

Dikeringkan dan di
angin- anginkan

Dipotong Kecil-Kecil
Kemudian Diblender

Serbuk Daun Sirsak


Gambar 4.1 Alur pembuatan serbuk daun sirsak

16
17

2. Pembuataan Ektrak Daun Sirsak menggunakan Metode Maserasi

Ditimbang Serbuk Daun


Sirsak sebanyak 500 gr

Dimasukkan ke dalam bejana dan dituangi penyari


etanol 96 % sebanyak 5000 ml

Perendaman selama 3 hari, sambil sesekali diaduk

Setelah 3 hari, dilakukan penyaringan, dan


diperoleh filtrat

Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator


dengan suhu tidak lebih dari 60°C

Ektrak Cair agak Kental

Ekstrak yg dihasilkan kemudian dituangkan ke dalam


cawan penguap, diapkan dengan water bath pada suhu
60°C

Ektrak Kental Daun Sirsak

Gambar 4.2 Alur pembuatan Ektrak Daun Sirsak menggunakan Metode


Maserasi
18

3. Proses Pembuatan sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun sirsak

Ditimbang Masing-masing bahan

Dipanaskan Aquabides sebanyak 20 ml


Pada Suhu700C

Dimasukkan ke dalam Mortin, Ditaburkan


Carbomer

Diaduk Cepat dengan stamper ad


membentuk massa gel

Ditambahkan TEA aduk ad homogen Methyl Paraben 1


Dilarutkan dalam
Aquabides sebanyak 5 ml

Campurankan satu per satu , Aduk Ad 2


Ditambah Gliserin
Homogen

3
Ektrak Daun Sirsak
Diaduk ad membentuk gel

Gambar 4.3 Alur pembuatan sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun
sirsak
19

F. Uji Kestabilan Fisik


1. Uji Organoleptik
Uji organoleptis dilakukan secara visual terhadap sediaan gel,
meliputi warna, bau dan bentuk gel, mudah dioleskan, dan tidak
mengandung butiran-butiran kasar.
2. Uji PH
Uji pH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan
dan untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang
sesuai dengan kondisi pH kulit.
Alat: kertas indikator pH
Prosedur:
a. Timbang 1 gram sediaan, larutkan dalam 10 ml akuades
b. Celupkan kertas indikator pH kedalam larutan
c. Keluarkan kertas, cocokkan perubahan warna kertas dengan standar
ukuran beberapa pH pada kemasan indikator pH (Muharni.2008).
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara gel dioleskan pada kaca
objek glass. Kemudian sampel diamati secara visual, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran
kasar (DitjenPOM, 2000).
4. Uji Viskositas
Pengujian terhadap viskositas produk dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield. Viskositas dicatat berdasarkan
angka yang ditunjukkan oleh viskometer. Dilakukan replikasi sebanyak
tiga kali
5. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan dengan cara gel sebanyak 0,5 gram
diletakkan hati-hati diatas kaca transparan yang beralaskan kertas grafik,
biarkan sediaan menyebar pada diameter tertentu. Kemudian ditutup
dengan plastik transparan dan diberi beban (1gram, 2gram, 5gram) lalu
diukur pertambahan luas setelah diberi beban (Mappa et al, 2013).
20

6. Uji Daya Lekat


Uji ini dilakukan dengan alat yang digunakan untuk uji daya
melekat gel, yaitu dua obyek glass, stopwatch, anak timbang (gram). Uji
dilakukan dengan cara meletakkan gel 2ml di tengah obyek glass dan
ditutup dengan obyek glass yang lain diatasnya, kemudian ditekan
dengan beban 1 kg selama 4 detik. Setelah itu obyek glass dipasang pada
alat daya melekat dengan beban seberat 80gram dan dicatat waktunya
hingga kedua obyek glass tersebut terlepas, kemudian ulangi setiap
masing-masing pengujian (Anggi R P, 2012).
7. Uji Pemeriksaan Iritasi Kulit
Pengujian iritasi kulit dengan cara uji tempel tertutup pada kulit
manusia dimana 0,1 gram sedian dioleskan pada pangkal lengan bagian
dalam dengan diameter pengolesan 2 cm kemudian ditutup dengan
perban dan plester, biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi,
lakukan selama 3 hari. Setelah itu amati gejala yang ditimbulkan.
Apabila tidak menimbulkan iritasi pada kulit, massa sediaan dinyatakan
memenuhi syarat pengujian (Trihapsoro, 2003).
8. Uji Cemaran Mikroba
Syarat Uji Cemaran Mikroba: Tidak boleh mengandung
Eschericia coli, Salmonella sp ,Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus.
a. Pengujian Eschericia coli
1) Diambil 1 ml sampel
2) Dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi media Tryptone
Soya Broth 9 ml
3) Dicampur hingga homogen
4) Diinkubasi pada suhu 30 - 35ºC, selama 18–24 jam.
5) Diinokulasikan 1 ml suspensi kedalam10 ml media Mac Conkey
Broth .
6) Diinkubasi pada suhu 42 - 44ºC, selama 24 – 48 jam.
7) Jika ada pertumbuhan, diinokulasikan 1 mata ose ke media
selektif Mac Conkey Agar secara aseptis.
21

8) Diinkubasi pada suhu 30 - 35ºC , selama 18 – 72 jam.


9) Adanya koloni berwarna merah hingga merah muda pada media
selektif Mac Conkey Agar menunjukan positif Escherichia coli
b. Pengujiaan Salmonella sp
1) Ditambahkan 1 ml sampel
2) Dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi media Tryptone
Soya Broth 9 ml
3) Dicampur hingga homogen
4) Diinkubasi pada suhu 30 - 35ºC selama 18 – 24 jam.
5) Diperiksa apakah ada pertumbuhan mikroba. Jika ada
pertumbuhan
6) Diinokulasikan 1 mata ose ke media Salmonella Shigella Agar
(SSA) secara aseptis
7) Diinkubasi pada suhu 30 - 35ºC, selama 18 – 48 jam. Adanya
koloni kuning hingga coklat muda dengan bintik hitam di
tengahnya pada media Salmonella Shigella Agar menunjukan
positif Salmonella sp
c. Pengujian Pseudomonas aeruginosa
1) Diambil 1 ml sampel gel betamethasone valerat
2) Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi media Tryptone
Soya Broth 9 ml
3) Dicampur hingga homogen
4) Diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 18-24 jam
5) Diinokulasi 1 mata ose ke media Cetrimide Agar secara Aseptis
6) Diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 18-72 jam
7) Adanya koloni kehujauan pada media Cetrimide Agar
menunjukkan positif Pseudomonas aeruginosa
d. Pengujian Staphylococcus aureus
1) Diambil 1 ml sampel
2) Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi media Tryptone
Soya Broth 9 ml
3) Dicampur hingga homogen
22

4) Diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 18-24 jam


5) Diinokulasi 1 mata ose ke media Manitol Salt Agar (MSA)
secara Aseptis
6) Diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 18-72 jam
7) Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA)
akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan
memfermentasi mannitol
BAB VI
PEMBAHASAN

Daun sirsak (Annona Muricata Linn) tanaman yang umum bagi


masyarakat yang sangat mudah dijumpai dan dapat tumbuh dimana saja. Tanaman
ini merupakan salah satu bahan obat tradisional yang terkenal memiliki banyak
manfaat. mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin yang dapat
dimanfaatkan sebagai antibakteri. Berdasarkan senyawa yang dimiliki daun sirsak
dapat di manfatkan sebagai Hand sanitazer. Hand sanitizer merupakan suatu
pembersih tangan yang mengandung antiseptik yang dapat membunuh bakteri dan
virus (Sari & Isadiartuti, 2006). Hand sanitizer ini ada yang berbentuk sediaan
spray dan ada yang berupa sediaan gel.
Dipilih sediaan gel selain dapat memberikan rasa dingin dan
meningkatkan acceptabilitasnya tetapi juga dapat membantu proses masuknya
bahan aktif kedalam sasaran pengobatan yaitu dermis karena kandungan air dalam
gel cukup tinggi. Pertimbangan lain dalam pemilihan bentuk sediaan adalah
afinitas bahan aktif terhadap basisnya, semakin tinggi tingkat afinitasnya maka
semakin sulit bahan aktif terlepas dari basis yang berakibat pada waktu untuk
menimbulkan efek farmakologi menjadi lebih panjang. Pelepasan bahan aktif dari
sediaan gel lebih mudah daripada sediaan semisolid lainnya karena gel memiliki
kemampuan menghidrasi kulit terutama stratum corneum yang bagus, struktur
stratum corneum yang sudah terhidrasi akan mengembang dan berubah dari
susunan awalnya yang padat sehingga bahan aktif dapat dengan mudah menembus
lapisan tersebut untuk menuju ke dermis
Beberapa produk gel hand sanitizer yang beredar di pasaran, sebagian
besar dapat menyebabkan iritasi kulit dan membuat kulit menjadi kering dengan
kandungan bahan alkohol yang lebih dari 60%. Pada pengembangan produk ini,
direncanakan untuk membuat gel hand sanitizer dengan bahan aktif dari ekstrak
belimbing wuluh yang dapat berfungsi sebagai anti bakteri. Dibandingkan dengan
produk gel hand sanitizer yang lain, diharapkan produk ini dapat memberikan efek
yang sesuai, tidak terjadi iritasi pada kulit, dan memberikan sensasi dingin pada
kulit saat digunakan. Selain itu, dari segi ekonomis diharapkan produk gel hand

23
24

sanitizer memiliki harga jual yang lebih murah dan dapat bersaing di pasaran
dengan produk lain yang telah lama beredar.
Salah satu bahan yang paling penting dalam gel adalah bahan pembentuk
gel (gelling agent) yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti CMC Na,
HPMC. Basis ini dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan
tidak berasa, stabil pada pH 3 hingga 11 dan punya resistensi yang baik terhadap
serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada
kulit.
Carbomer juga dapat digunakan sebagai bahan pengental dalam beberapa
sediaan farmasi dan kosmetik, digunakan secara luas dalam sediaan topikal. Salah
satu nama dagang carbomer adalah carbopol. Keuntungan pemakaian carbopol
dibanding bahan lain adalah sifatnya yang mudah didispersikan oleh air dan
dengan konsentrasi kecil yaitu 0,05-2% mempunyai kekentalan yang cukup
sebagai basis gel (Agoes, 1993). Carbopol merupakan material koloid hidrofilik
yang mengental lebih baik daripada natural gums (bahan alam) ataupun selulosa
yang lain (bahan semisintetik).
Carbopol dapat dikembangkan dengan cara merubah pH-nya yaitu dengan
cara ditambah asam lemah/kuat, misalnya TEA (basa lemah), NaOH (basa kuat),
KOH , dll. Carbopol 940 mempunyai viskositas antara 40.000 – 60.000 (cP)
digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viscositasnya tinggi, dan
menghasilkan gel yang bening (Lachman et al., 1989), sedangkan pada formulasi
digunakan 2% karena mempunyai daya hambat paling baik sehingga mempunyai
efektivitas paling baik serta alasan efektifitas dan tampilan sediaan yang lebih
jernih carbopol kemudian dipilih sebagai gelling agent.
Bahan lain yang ditambahkan adalah TEA. TEA digunakan sebagai
alkaliazing agent. Penambahan TEA dilakukan karena karbopol yang
didispersikan dalam air membentuk dispersi koloid yang bersifat asam dengan
viskositas rendah sehingga harus dinetralisasi dengan basa untuk menghasilkan
gel dengan viskositas tinggi. Carbopol merupakan polimer asam akrilat dengan
sucrose dan mempunyai BM tinggi, larutannya bersifat asam dan mempunyai
viskositas yang rendah, namun apabila dinetralisasi dengan basa maka akan
menghasilkan gel yang viskositasnya lebih tinggi. Basa lain yang dapat digunakan
25

adalah NaOH dan KOH. Tetapi, baik NaOH maupun KOH merupakan basa kuat
sedangkan TEA adalah basa lemah. TEA dipilih agar tidak terjadi lonjakan pH
yang terlalu drastis pada sediaan dan pH gel yang dibuat masih dalam rentang pH
pada kulit.
Sebagian besar sediaan gel terdiri dari air yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi mikroba. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
pengawet. Selain pengawet, perlu juga ditambahkan suatu humektan untuk
mengurangi terjadinya penguapan air pada sediaan gel. Gliserin adalah suatu
bahan yang dapat digunakan sebagai humektan pada konsentrasi 30% - 50% dan
methyl paraben digunakan sebagai pengawet pada konsentrasi 0,12-0,18% (Rowe
et al., 2006).
Evaluasi sediaan gel diantaranya uji organoleptis, PH, viskositas, daya
sebar, daya lekat, homogenitas, iritatif terhadap kulit, uji batas mikroba .
Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah seseuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji ini
merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Setelah diamati warna dari sediaan
gel ini bewarna hijau yang berasal dari ekstrak daun sirsak, berbau khas sirsak,
dan bentuknya gel. Hal ini sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Uji PH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai dengan
kondisi pH kulit. Uji ini menggunakan kertas PH universal dengan mengamati
perubahan warna yang terjadi yang kemudian dicocokkan dengan standar warna
pada kertas ini. Hasil uji ini, didapatkan PH sediaan gel ini adalah 6. pH sediaan
ini masih memenuhi persyaratan pH sediaan gel ideal, yakni berada pada rentang
4-6 (British Pharmacopoeia, 2009).
Evaluasi berikutnya adalah uji daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan
untuk mengetahui luas permukaan daya sebar sediaan pada kulit. Dalam uji ini
kami menggunakan sediaan gel sebanyak 1 gram, dengan beban 5 gram, 10 gram,
dan 15 gram dengan waktu uji 1 menit. Dan didapat diameter 5,5 cm. Hasil ini
masih sesuai dengan syarat daya sebar gel yang baik yaitu berada pada rentang 5-
7 cm (Garg , 2002).
Uji Daya Lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
26

gel untuk melekat pada kulit. Semakin lama gel yang melekat pada kulit maka
semakin banyak zat aktif yang berdifusi kedalam kulit, sehingga semakin efektif
dalam penggunaanya (Voigh, 1984). Adapun syarat waktu daya lekat sediaan
topikal yang baik adalah lebih dari 4 detik ( Kurnyaningtyas, 2010).
Kemudian dilakukan uji homogenitas, uji ini bertujuan untuk mengetahui
homogenitas bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dalam sediaan. Uji ini
dilakukan dengan mengamati secara visual sediaan gel yang dioleskan secara
merata dilempeng kaca. Dan hasilnya, sediaan gel ini homogen yang ditunjukkan
dengan tidak adanya gumpalan-gumpalan bahan yang tidak tercampur pada gel
ini.
Uji viskositas, uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan
suatu cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas, maka semakin besar
tahanannya. Selain itu pengujian sifat alir juga penting untuk dilakukan karena
sifat alir berguna untuk mempertahankan mutu atau kualitas produk farmasetik.
Sebagian besar sediaan farmasetik memiliki sifat alir pesudoplastis. Pseudoplastis
adalah suatu aliran yang bergantung pada kecepatan pengadukan, semakin cepat
diaduk maka akan semakin encer.
Dan uji terakhir adalah Uji Batas Mikroba ini dilakukan untuk
memperkirakan jumlah mikroba aerob serta mendeteksi mikroba yang terdapat
dalam sediaan farmasi (dari bahan baku sampai bahan jadi).
BAB VII
PENUTUP

C. Kesimpulan
Sebelum produk diedarkan, perlu dilakukan serangkaian pengujian dan
analisis serta melalui proses registrasi sesuai peraturan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab dalam menjaga kualitas, efikasi dan keamanan
dari produk yang dibuat.

D. Saran
Perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil pengembangan produk dengan
melakukan pengujian atau analisis di laboratorium lebih lanjut, sehingga
produk dapat diterima di pasaran.

27
28

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., (1997). The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical


Compounding. Washington DC: American Pharmaceutical Association, p.
201 – 210.

Ansiah S.W. (2014). Naskah Publikasi Skripsi: Formulasi Sediaan Gel


Antiseptik Fraksi Polar Daun Kesum (polygonum minus Huds ).Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjung Pontianak.

Andriana, T. 2019. Formulasi dan Karakterisasi Gel Handsanitizer Ekstrak


Etanol Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) menggunakan Variasi
Konsentrasi CMC – Na dan Carbopol 940. Skripsi. Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

Anonim. 2002. Britis Pharmacopeia Volume II Book 2. London : The Stationery


Office.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608,
700, Jakarta, UI Press.

BPOM RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2. Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

CDC, Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Prevention and control
of seasonal influenza with vaccines. Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices--United States, 2013-2014.
MMWR. Recommendations and Reports: Morbidity and Mortality Weekly
Report. Recommendations and Reports, 62(RR-07), 1.

Das, S.C, Sultana, S, Roy, S., Hasan, S. 2013. Antibacterial and Cytotoxic of
methanolic extract of leaf and fruits parts of the plant Avverohoa Bilimbi
(Oxalidaceae). American Journal of Scientific and Industrial Research Vol
2 (4).

Farmakope Indonesia. Farmakope Indonesia IV. 4th ed. Jakarta: Lembaga


Farmasi Nasional Indonesia; 1995. h. 847-54.

Faiha A. Apotek Hidup. Bakteri Penyebab Jerawat. . Fakultas Faramasi


Universitas Sumatera Medan Jakarta: Genius Publisher; 2015

Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., (2002), Spreading of
Semisolid Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology
29

Gold NA., Avva U. (2020). Alcohol Sanitizer. In: StatPearls. Treasure Island (FL).
Hadawiyah, R. 2012. Formulasi Sediaan Gel dari Ekstrak Etanol Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan uji Aktivitasnya Terhadap
beberapa

Lachman L & Lieberman H.A. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Edisi
Kedua, ed.). Jakarta: UI Press.

Mappa, T., Edy H.J., Kojong, N. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan
(Piperomia pellucida L) (H.B.K) dan uji efektifitasnya terhadap luka
Bakar pada Kelinci (Oryctolagus curniculus). Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farrmasi.

Marlina, D., dan Rosalini, N. 2017. Formulasi Pasta Gigi Gel Ekstrak Sukun
(Artocarpus altilis) dengan Natrium CMC sebagai Gelling agent dan Uji
Kestabilan Fisiknya. Jurnal Kesehatan Vol. 12 (1).

Melisa, dkk. (2015). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata
L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Secara In Vitro . Jurnal
Ilmiah Farmasi, UNSRAT. Vol. 4 No .4.

Rai, Herleen, Knighton, Shanina, Zabarsky, Trina F., & Donskey, Curtis J.
(2017). Comparison of ethanol hand sanitizer versus moist towelette
packets for mealtime patient hand hygiene. American Journal of Infection
Control, 45(9), 1033–1034.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., (2009). Handbook of


Pharmaceutical Exipients Sixth edition. London : The Pharmaceutical
Press. p. 376 – 377, 404 – 405.

Pratiwi T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga; 2008.

Santosa, Santi Puspa Ariyani dan. (2020). Analisis Pengaruh Social Distancing
Dalam Pencegahan Penyebaran Virus Corona Dengan Pelaksanaan Sholat
Fardhu Berjamaah Di Masjid Al Ikhlas Desa Sukoharjo Kecamatan
Margorejo KabupatenPati Jawa Tengah. Jurnal Syntax Idea, 2(5).

Sambou, N.C., Agung E.W., Shelly T. Pengembangan Produk Sediaan Gel


Kombinasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L.) dengan Rimpang
Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb.) Sebagai Antibakteri Penyebab
Jerawat (Propionibacterium Acne dan Staphylococcus Epidermidis).
Ejournalunsratacid. 2017;6(4).
30

Sari, Retno, & Isadiartuti, Dewi. (2006). Studi efektivitas sediaan gel antiseptik
tangan ekstrak daun sirih (Piper betle Linn). Majalah Farmasi Indonesia,
17(4), 163–169.

Su’aida, N., Sari, D. I dan Fitriana, M. 2017. OptimasiSediaan Gel Fraksi Etil
Asetat buah Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) dengan Kombinasi Basis
CMC – Na dan Carbopol menggunakan Metode Simplex Lattice Design.
Journal of Current Pharmaceutical Sciences Vol. 1 (1).

Shu, M. (2013), Formukasi Sediaan Gei Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif
Triklosan 0,5% dan 1%, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,Universitas Surabaya,
Vol.2 No.1.

Sjahid, M.R., Dirayah R.H., Gemini A. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Daun Tua
Sirsak Annona muricata L . Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus
Aureus dan Propionibacterium Acnes. 2008;1–8.

Tando E. Potensi Senyawa Metabolit Sekunder Dalam Sirsak ( nnona murricata)


dan Srikaya (Annona Squamosa Sebagai Pestisida Nabati untuk
Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman. J Biotropika.
2018;6(1):21–7.

Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergi pada Pasien Rawat jalan di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara

Voight, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soewandi N. S.,
Edisi 5, 202-211, 564-570, Yogjakarta, Gadjah Mada University Press.

Wibawati, P.A. (2012). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper BetleVar.
Rubrum) Terhadap Waktu Kesembuhan Luka Insisi yang Diinfeksi
Staphylococcus Aureus pada Tikus Putih, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan ,Universitas Airlangga,Surabaya

Wijayakusuma, H, Setiawan, D. 2006. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan


Darah Tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya
31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kemasan Primer Hand Sanitizer

Anonna Gel adalah handsanitizer ekstrak


daun sirsak yang digunakan untuk
Pembersih tangan tanpa bilas
membunuh bakteri dan jamur. Mengandung
KAPANPUN & DIMANAPUN mousterizer sehingga kulit tangan menjadi
halus tidak terasa kering dan kasar

ANONNA Anonna gel dianjurkan digunakan dimanapun


sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
Gel Hand Sanitizer apapun

Komposisi :
Mengandung : Ektrak daun sirsak 12%, Carbopol, TEA,
gliserin,
Ekstrak Daun sirsak
Cara Pakai ;
Efektif Membersihkan Bakteri

secara cepat

PERHATIAN !!
Netto : 100 ml

PT. IIK Bhakti Wiyata Kediri


Kediri, Indonesia

PT. IIK Bhakti Wiyata Kediri


Kediri, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai