GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK
Oleh:
RIATUL LAILI IRIANINGRUM
4020027
i
PROPOSAL
PENGEMBANGAN OBAT BARU
GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK
Oleh:
RIATUL LAILI IRIANINGRUM
4020027
i
LEMBAR PENGESAHAN
GEL HANDSANITIZER
EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
(apt.Munifatul Lailiyah,M.Farm)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Proposal Pengembangan Sediaan Produk Formulasi Pembuatan
Handsanitazer Ektrak Etanol Daun Sirsak yang telah dilaksanakan pada bulan
Februari 2021.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di industri di Industri Farmasi
sebelum calon apoteker melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi
Apoteker di Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof.Dr. apt. Muhamad Zainuddin., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan pendidikan.
3. apt. Dewy Resty B, M.Farm., selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, M.Farm., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Fenita Shoviantari, M.Farm., selaku Sekretaris Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
6. apt.Munifatul Lailiyah,M.Farm selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan praktek kerja profesi apoteker di industri.Kedua orang tua yang
sangat saya cintai dan selalu membeikan semangat, kasih sayang dan doa
7. Teman-teman PSPA angkatan 2020, terimakasih atas semua senyum, canda,
dan tawa kalian.
iii
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan
praktik kerja profesi apoteker ini. Kami sadari bahwa laporan praktik kerja profesi
apoteker ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami berharap laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Latar Belakang
Saat ini dunia termasuk indonesia sedang di gemparkan dengan
adanya virus corona atau dikenal sebagai pandemi COVID-19. Covid-19
(Corona virus disease 2019 ) adalah penyakit menular yang disebakan oleh
SARS-CoV-2, salah satu jenis korona virus. Dapat dari penyakit saai ini
menggembarkan dunia karena penularanya yang sangat cepat baik melalui
udara, mulut, dan benda-benda yang dipegang oleh penderita. Penderita
Covid-19 dapat mengalami demam,batuk kering, dan kesulitan bernapas
(Pradanti, 2020). Selain itu lingkungan yang kurang bersih dan pola hidup
yang kurang sehat dapat membantu penyebaran penyakit lebih pesat,
sehingga masyarakat diharapkan menjaga pola hidup yang sehat.
Seiring dengan adanya Covid-19 masyarakat Indonesia memiliki
kesehatan yang lebih tinggi akan kebersihan serta pola hidup yang sehat,
seperti mencuci tangan dengan menggunakan sabun menjadi suatu kebutuhan,
namun saat ini masih banyak masyarakat yang malas untuk melakukanyan
selain itu juga banyak aktivitas yang dilakukan diluar rumah sehingga lebih
praktis jika menggunakan gel antiseptik.
Penggunaan gel antiseptik tangan yang mudah dan praktis semakin
diminati masyarakat. Kebanyakan produk gel antiseptik tangan menggunakan
alkohol sebagai antibakteri. Penggunaan bahan kimia dalam sediaan topikal
memiliki efek samping yang membahayakan serta dapat mengiritasi kulit
(Wibawati, 2012). Pada saat ini telah umum digunakan sediaan gel
handsanitizer yang mengandung antiseptik oleh masyarakat yang peduli
kesehatan, sebagai jalan keluar untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
tangan yang praktis dan mudah dibawa (Shu, 2013). Sediaan gel digunakan
oleh masyarakat karena memiliki nilai estetika yang baik, yaitu transparan,
mudah merata jika dioleskan pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi
dingin, tidak menimbulkan bekas dikulit dan mudah digunakan (Ansiah,
2014).
1
2
D. Tujuan
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran apoteker di
industri farmasi
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di bidang Pengembangan Obat Baru di Industri Farmasi
BAB II
STUDI PRAFORMULASI
3
4
5. Aquadest
Sinonim : Aqua, hydrogen oxide
Rumus kimia : H2O
Titik didih : 100 0C
Titik lebur : 00C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar
Stabilitas : Stabil dalam kondisi fisika (es, cairan dan uap).Air
murni secara spesifik disimpan dalam kemasan
tertutup dan dilindungi dari cemaran
mikroorganisme dan kontaminan lain
3. Rasa -
5 Rute Topikal
8. Homogenitas Homogen
9. Ph 4–6
15
BAB IV
RENCANA PRODUKSI
D. Formulasi
E. Prosedur Kerja
Daun sirsak
Dikeringkan dan di
angin- anginkan
Dipotong Kecil-Kecil
Kemudian Diblender
16
17
3
Ektrak Daun Sirsak
Diaduk ad membentuk gel
Gambar 4.3 Alur pembuatan sediaan gel hand sanitizer ekstrak daun
sirsak
19
23
24
sanitizer memiliki harga jual yang lebih murah dan dapat bersaing di pasaran
dengan produk lain yang telah lama beredar.
Salah satu bahan yang paling penting dalam gel adalah bahan pembentuk
gel (gelling agent) yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti CMC Na,
HPMC. Basis ini dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan
tidak berasa, stabil pada pH 3 hingga 11 dan punya resistensi yang baik terhadap
serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada
kulit.
Carbomer juga dapat digunakan sebagai bahan pengental dalam beberapa
sediaan farmasi dan kosmetik, digunakan secara luas dalam sediaan topikal. Salah
satu nama dagang carbomer adalah carbopol. Keuntungan pemakaian carbopol
dibanding bahan lain adalah sifatnya yang mudah didispersikan oleh air dan
dengan konsentrasi kecil yaitu 0,05-2% mempunyai kekentalan yang cukup
sebagai basis gel (Agoes, 1993). Carbopol merupakan material koloid hidrofilik
yang mengental lebih baik daripada natural gums (bahan alam) ataupun selulosa
yang lain (bahan semisintetik).
Carbopol dapat dikembangkan dengan cara merubah pH-nya yaitu dengan
cara ditambah asam lemah/kuat, misalnya TEA (basa lemah), NaOH (basa kuat),
KOH , dll. Carbopol 940 mempunyai viskositas antara 40.000 – 60.000 (cP)
digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viscositasnya tinggi, dan
menghasilkan gel yang bening (Lachman et al., 1989), sedangkan pada formulasi
digunakan 2% karena mempunyai daya hambat paling baik sehingga mempunyai
efektivitas paling baik serta alasan efektifitas dan tampilan sediaan yang lebih
jernih carbopol kemudian dipilih sebagai gelling agent.
Bahan lain yang ditambahkan adalah TEA. TEA digunakan sebagai
alkaliazing agent. Penambahan TEA dilakukan karena karbopol yang
didispersikan dalam air membentuk dispersi koloid yang bersifat asam dengan
viskositas rendah sehingga harus dinetralisasi dengan basa untuk menghasilkan
gel dengan viskositas tinggi. Carbopol merupakan polimer asam akrilat dengan
sucrose dan mempunyai BM tinggi, larutannya bersifat asam dan mempunyai
viskositas yang rendah, namun apabila dinetralisasi dengan basa maka akan
menghasilkan gel yang viskositasnya lebih tinggi. Basa lain yang dapat digunakan
25
adalah NaOH dan KOH. Tetapi, baik NaOH maupun KOH merupakan basa kuat
sedangkan TEA adalah basa lemah. TEA dipilih agar tidak terjadi lonjakan pH
yang terlalu drastis pada sediaan dan pH gel yang dibuat masih dalam rentang pH
pada kulit.
Sebagian besar sediaan gel terdiri dari air yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi mikroba. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
pengawet. Selain pengawet, perlu juga ditambahkan suatu humektan untuk
mengurangi terjadinya penguapan air pada sediaan gel. Gliserin adalah suatu
bahan yang dapat digunakan sebagai humektan pada konsentrasi 30% - 50% dan
methyl paraben digunakan sebagai pengawet pada konsentrasi 0,12-0,18% (Rowe
et al., 2006).
Evaluasi sediaan gel diantaranya uji organoleptis, PH, viskositas, daya
sebar, daya lekat, homogenitas, iritatif terhadap kulit, uji batas mikroba .
Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah seseuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji ini
merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Setelah diamati warna dari sediaan
gel ini bewarna hijau yang berasal dari ekstrak daun sirsak, berbau khas sirsak,
dan bentuknya gel. Hal ini sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Uji PH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai dengan
kondisi pH kulit. Uji ini menggunakan kertas PH universal dengan mengamati
perubahan warna yang terjadi yang kemudian dicocokkan dengan standar warna
pada kertas ini. Hasil uji ini, didapatkan PH sediaan gel ini adalah 6. pH sediaan
ini masih memenuhi persyaratan pH sediaan gel ideal, yakni berada pada rentang
4-6 (British Pharmacopoeia, 2009).
Evaluasi berikutnya adalah uji daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan
untuk mengetahui luas permukaan daya sebar sediaan pada kulit. Dalam uji ini
kami menggunakan sediaan gel sebanyak 1 gram, dengan beban 5 gram, 10 gram,
dan 15 gram dengan waktu uji 1 menit. Dan didapat diameter 5,5 cm. Hasil ini
masih sesuai dengan syarat daya sebar gel yang baik yaitu berada pada rentang 5-
7 cm (Garg , 2002).
Uji Daya Lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
26
gel untuk melekat pada kulit. Semakin lama gel yang melekat pada kulit maka
semakin banyak zat aktif yang berdifusi kedalam kulit, sehingga semakin efektif
dalam penggunaanya (Voigh, 1984). Adapun syarat waktu daya lekat sediaan
topikal yang baik adalah lebih dari 4 detik ( Kurnyaningtyas, 2010).
Kemudian dilakukan uji homogenitas, uji ini bertujuan untuk mengetahui
homogenitas bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dalam sediaan. Uji ini
dilakukan dengan mengamati secara visual sediaan gel yang dioleskan secara
merata dilempeng kaca. Dan hasilnya, sediaan gel ini homogen yang ditunjukkan
dengan tidak adanya gumpalan-gumpalan bahan yang tidak tercampur pada gel
ini.
Uji viskositas, uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan
suatu cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas, maka semakin besar
tahanannya. Selain itu pengujian sifat alir juga penting untuk dilakukan karena
sifat alir berguna untuk mempertahankan mutu atau kualitas produk farmasetik.
Sebagian besar sediaan farmasetik memiliki sifat alir pesudoplastis. Pseudoplastis
adalah suatu aliran yang bergantung pada kecepatan pengadukan, semakin cepat
diaduk maka akan semakin encer.
Dan uji terakhir adalah Uji Batas Mikroba ini dilakukan untuk
memperkirakan jumlah mikroba aerob serta mendeteksi mikroba yang terdapat
dalam sediaan farmasi (dari bahan baku sampai bahan jadi).
BAB VII
PENUTUP
C. Kesimpulan
Sebelum produk diedarkan, perlu dilakukan serangkaian pengujian dan
analisis serta melalui proses registrasi sesuai peraturan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab dalam menjaga kualitas, efikasi dan keamanan
dari produk yang dibuat.
D. Saran
Perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil pengembangan produk dengan
melakukan pengujian atau analisis di laboratorium lebih lanjut, sehingga
produk dapat diterima di pasaran.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2. Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
CDC, Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Prevention and control
of seasonal influenza with vaccines. Recommendations of the Advisory
Committee on Immunization Practices--United States, 2013-2014.
MMWR. Recommendations and Reports: Morbidity and Mortality Weekly
Report. Recommendations and Reports, 62(RR-07), 1.
Das, S.C, Sultana, S, Roy, S., Hasan, S. 2013. Antibacterial and Cytotoxic of
methanolic extract of leaf and fruits parts of the plant Avverohoa Bilimbi
(Oxalidaceae). American Journal of Scientific and Industrial Research Vol
2 (4).
Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., (2002), Spreading of
Semisolid Formulations: An Update, Pharmaceutical Technology
29
Gold NA., Avva U. (2020). Alcohol Sanitizer. In: StatPearls. Treasure Island (FL).
Hadawiyah, R. 2012. Formulasi Sediaan Gel dari Ekstrak Etanol Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan uji Aktivitasnya Terhadap
beberapa
Lachman L & Lieberman H.A. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri (Edisi
Kedua, ed.). Jakarta: UI Press.
Mappa, T., Edy H.J., Kojong, N. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan
(Piperomia pellucida L) (H.B.K) dan uji efektifitasnya terhadap luka
Bakar pada Kelinci (Oryctolagus curniculus). Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farrmasi.
Marlina, D., dan Rosalini, N. 2017. Formulasi Pasta Gigi Gel Ekstrak Sukun
(Artocarpus altilis) dengan Natrium CMC sebagai Gelling agent dan Uji
Kestabilan Fisiknya. Jurnal Kesehatan Vol. 12 (1).
Melisa, dkk. (2015). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata
L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Secara In Vitro . Jurnal
Ilmiah Farmasi, UNSRAT. Vol. 4 No .4.
Rai, Herleen, Knighton, Shanina, Zabarsky, Trina F., & Donskey, Curtis J.
(2017). Comparison of ethanol hand sanitizer versus moist towelette
packets for mealtime patient hand hygiene. American Journal of Infection
Control, 45(9), 1033–1034.
Santosa, Santi Puspa Ariyani dan. (2020). Analisis Pengaruh Social Distancing
Dalam Pencegahan Penyebaran Virus Corona Dengan Pelaksanaan Sholat
Fardhu Berjamaah Di Masjid Al Ikhlas Desa Sukoharjo Kecamatan
Margorejo KabupatenPati Jawa Tengah. Jurnal Syntax Idea, 2(5).
Sari, Retno, & Isadiartuti, Dewi. (2006). Studi efektivitas sediaan gel antiseptik
tangan ekstrak daun sirih (Piper betle Linn). Majalah Farmasi Indonesia,
17(4), 163–169.
Su’aida, N., Sari, D. I dan Fitriana, M. 2017. OptimasiSediaan Gel Fraksi Etil
Asetat buah Kasturi (Mangifera casturi Kosterm) dengan Kombinasi Basis
CMC – Na dan Carbopol menggunakan Metode Simplex Lattice Design.
Journal of Current Pharmaceutical Sciences Vol. 1 (1).
Shu, M. (2013), Formukasi Sediaan Gei Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif
Triklosan 0,5% dan 1%, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,Universitas Surabaya,
Vol.2 No.1.
Sjahid, M.R., Dirayah R.H., Gemini A. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Daun Tua
Sirsak Annona muricata L . Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus
Aureus dan Propionibacterium Acnes. 2008;1–8.
Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergi pada Pasien Rawat jalan di
RSUP Haji Adam Malik Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara
Voight, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soewandi N. S.,
Edisi 5, 202-211, 564-570, Yogjakarta, Gadjah Mada University Press.
Wibawati, P.A. (2012). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper BetleVar.
Rubrum) Terhadap Waktu Kesembuhan Luka Insisi yang Diinfeksi
Staphylococcus Aureus pada Tikus Putih, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan ,Universitas Airlangga,Surabaya
LAMPIRAN
Komposisi :
Mengandung : Ektrak daun sirsak 12%, Carbopol, TEA,
gliserin,
Ekstrak Daun sirsak
Cara Pakai ;
Efektif Membersihkan Bakteri
secara cepat
PERHATIAN !!
Netto : 100 ml