Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

MANAJEMEN TAMBAK UDANG BERKELANJUTAN


DI DESA MUARA PAGATAN KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU

Oleh :

SALIHIN
1610712110009

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perikanan berkelanjutan adalah upaya memadukan tujuan sosial,


ekonomi dan ekologi. Konsep perikanan berkelanjutan muncul dari kesadaran
lingkungan. Perikanan berkelanjutan dikembangkan karena kecemasan akan
makin merosotnya kemampuan lingkungan perairan untuk menyangga
ketersediaan sumber daya ikan. Ide awal perikanan berkelanjutan adalah dapat
menangkap atau memanen sumber daya ikan pada tingkat yang berkelanjutan,
sehingga populasi dan produksi ikan tidak menurun atau tersedia dari waktu ke
waktu. Sumber daya ikan termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,
walaupun demikian bukan berarti sumber daya ikan dapat dimanfaatkan tanpa
batas. Apabila sumber daya ikan dimanfaatkan tanpa batas atau tidak rasional
serta melebihi batas maksimum daya dukung ekosistemnya, maka dapat
mengakibat kerusakan dan berkurangnya sumber daya ikan itu sendiri, bahkan
bila tidak segera diatasi juga dapat mengakibatkan kepunahan sumber daya ikan
tersebut.
Menyadari pentingnya arti keberlanjutan tersebut, maka pada tahun
1995 badan dunia FAO merumuskan konsep pembangunan perikanan
berkelanjutan dengan menyusun dokumen Kode Etik Perikanan yang
Bertanggung Jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)
(FAO, 1995). Aktivitas perikanan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui
pengelolaan perikanan yang tepat dan efektif, yang umumnya ditandai dengan
meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan manusianya serta juga
terjaganya kelestarian sumber daya ikan dan kesehatan ekosistemnya.
Menurut Charles (2001) dalam paradigmanya tentang Sustainable
Fisheries System, mengemukakan bahwa pembangunan perikanan yang
berkelanjutan harus dapat mengakomodasi 4 aspek utama yang mencakup dari
hulu hingga hilir, yakni :
1) Keberlanjutan ekologi (ecological sustainability): memelihara keberlanjutan
stok/biomass sumber daya ikan sehingga pemanfaatannya tidak melewati
daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistemnya.
2) Keberlanjutan sosio-ekonomi (socioeconomic sustainability): memperhatikan
keberlanjutan kesejahteraan para pelaku usaha perikanan dengan
mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak.
3) Keberlanjutan komunitas (community sustainability): menjaga keberlanjutan
lingkungan komunitas atau masyarakat perikanan yang kondusif dan sinergis
dengan menegakkan aturan atau kesepakatan bersama yang tegas dan efektif.
4) Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability): menjaga
keberlanjutan tata kelola yang baik, adil, dan bersih melalui
kelembagaan yang efisien dan efektif guna mengintegrasikan atau
memadukan tiga aspek utama lainnya (keberlanjutan ekologi, keberlanjutan
sosio-ekonomi, dan keberlanjutan masyarakat).
Secara umum, aktivitas perikanan di Indonesia belum menunjukkan
kinerja yang berkelanjutan. Hal ini, dapat dilihat dengan masih belum
banyaknya jumlah usaha perikanan di Indonesia yang berjalan langgeng
(bertahan dalam jangka panjang). Selain itu, sektor perikanan nasional juga
masih cukup banyak menghadapi kendala atau permasalahan yang cukup
kompleks. Permasalahan paling utama yang menjadi penyebab perikanan di
Indonesia belum berjalan secara berkelanjutan adalah masih lemahnya sistem
pengelolaan perikanan (fisheries management system), baik untuk perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan yang lemah, baik
secara langsung maupun tidak langsung, tentunya akan menimbulkan
Pada awalnya perikanan budidaya, tidak sulit mendapat indukan bermutu
dan tahan dari penyakit. Namun, dengan berjalannya waktu muncullah berbagai
penyakit viral yang menyebabkan indukan ikan dan udang rentan terhadap
penyakit. Hal ini terjadi karena Pemerintah Indonesia dalam hal ini kementerian
kelautan dan Perikanan tidak pernah serius dalam menghasilkan induk ikan dan
udang yang SPF (Specific Pathogen Free).
BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil

Hasil praktik lapangan Desa Muara Pagatan Kecamatan Kusan Hilir


Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 20-21
November 2019. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Asdad
dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan 2.2.
Tabel 2.1. Indikator Dan Wawancara di Tambak Bandeng dan Udang
Indikator Keterangan
Luas lahan 12 hektar
Jenis perairan tambak Payau
Luas tambak 2500 m2
Jumlah tambak 8 buah (1 gelondongan dan 7 pembesaran)
- Ukuran tambak pembesaran 100 x 25 m
- Ukuran tambak gelondongan 30 x 25 m
Sarana dan prasarana tambak, tempat beristirahat, mesin pompa
air, saluran pemasukan dan pengeluaran
air, pematang, wadah (kotak) kepiting
cangkang lunak untuk molting, listrik
Tenaga kerja 3 orang
Sistem Budidaya Tradisional
Kelebihan Resiko gagal produksi kecil
Kekurangan Rentan terhadap penyakit
Komoditas Ikan Bandeng, udang tiger dan kepiting
soka
Jenis pakan Pakan alami
Kondisi masyrakat Sebagian besar masyarakat di sekitar
lokasi tambak berprofesi sebagai peternak
sapi dan kambing. Beberapa ada yang
membuka usaha kecil (warung) di depan
rumah.

Teknis Budidaya :
Persiapan Kolam :
- Pengeringan dilakukan selama 3-4 hari
- Pemupukan menggunakan pupuk urea sebanyak 1-2 sak
- Pengganti kapur digunakan saponen
- Pengisian air setinggi 1 meter
Pengelolaan Air
- Sumber Air : Air Laut
- Sistem pengairannya :
- Pada tambak terdapat pipa pemasukan dan pipa pengeluaraan
- Pengukuran kualitas air pada tambak bandeng, udang maupun kepiting jarang
dilakukan, karena dianggap memiliki kualitas air yang baik oleh pemiliknya.
- Hasil pengkuran kualitas air
Di sekitar tambak terdapat vegetasi berupa mangrove dan pohon kelapa
Kendala
- Pakan hanya bergantung pada pakan alami, hal ini diakibatkan distributor
pakan di daerah Muara Pagatan belum ada sehingga kesulitan dalam hal
penyediaan pakan.
- Tahun 2013, tambak pernah tenggelam akibat luapan air laut
- Udang yang memiliki resiko besar terkena penyakit
- Keamanan karena sering terjadi pencurian ikan di tambak
- Tenaga kerja yang sangat sedikit
Solusi untuk Pemilik
- Pakan hanya bergantung pada pakan alami
- Bantuan dari pemerintah apabila mengalami permasalahan atau kerugian
budidaya akibat penyakit yang menyerang komoditas berupa Kartu
Asuransi Pembudidaya
Tabel 2.2. Teknis Pemanenan
Teknik Panen (Ikan Bandeng)
- Teknik Panen Penjaringan dan total
- Ukuran 2 ekor/kg
- Umur 3 bulan
Teknik Panen (Udang Tiger)
- Teknik Panen Penjaringan dan total
- Ukuran 10 ekor/kg
- Umur -
Teknik Panen (Kepiting Soka)
- Teknik Panen Pengangkatan
- Ukuran 4 ekor/kg
- Umur -
Hama dan Penyakit
Perlakuan Pemberian saponin
Tabel 2.3. Tingkat Potensi Lahan
No. Faktor Pembatas Tingkat Potensi Lahan
1. Pencemaran Sedikit tercemar
2. Do (ppm) 3,6
3. Suhu (oC) 36,5
4. Salinitas 22
5. pH 7,5
6. Kecerahan (%) 90
7. Pasang surut (m) 0,7

Analisa Usaha
Tambak : Warisan turun menurun
Pengeluaran : Rp. 1.000.000
- Saponen : Rp. 300.000
- Pupuk Urea : Rp. 100.000
- Bibit : Rp. 600.000
Pendapatan : Rp. 6.000.000
Keuntungan : Rp. 5.000.000

2.2. Pembahasan

Dari hasil praktik lapang ini di ketahui bahwa tempat praktik lapang ini
dilaksanakan di Desa Muara Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Perairan tambak ini merupakan jenis
perairan payau yang dimanfaatkan dari pasang surut. Secara keseluruhan tambak
dari ikan bandeng dan udang ini memiliki 12 hektar. Penggunaan lahan yang
masih kecil ini dikarenakan tambak ini merupakan warisan turun temurun.
Keterbatasan terhadap kemampuan untuk mengelola lahan maka dilakukan secara
tradisional.
Pada pemeliharaan ikan ataupun udang di tambak ini meggunakan pakan
alami tanpa memberi pakan tambahan ataupun pakan buatan. Untuk memproduksi
pakan alami ditambak maka perlu dilakukan pengolahan tambak. Pengolahan ini
bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami pada tambak tersebut. Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan pupuk urea dengan dosis 1-2 sak/tambak.
Kemudian di air dengan ketinggian15-20 cm dan dijemur dibawah terik matahari
untuk mempercepat proses berkembangnya pakan alami. Pengelolaan air
dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air kemudian dimasukkan kedalam
tambak menggunakan pintu pemasukan air.
Komuditas yang ada pada tambak tersebut adalah ikan bandeng, udang
tiger dan kepiting soka. Pemeliharaan ikan bandeng dilakukan selama 3 bulan
pemeliharaan tanpa pemberian pakan tambahan ataupun pakan buatan melainkan
memanfaatkan pakan alami yang ditambak tersebut. Ukuran yang dipanen
berkisar 2 ekor/kg. Pemanenan dilakukan dengan memanen penjaringan total
kemudian didistribusikan ke pasar-pasar setempat. Pemeliharaan udang tiger
dilakukan selama 3 bulan pemeliharaan tanpa pemberian pakan tambahan ataupun
pakan buatan melainkan memanfaatkan pakan alami yang ditambak tersebut.
Ukuran yang dipanen berkisar 2 ekor/kg. Pemanenan dilakukan dengan memanen
penjaringan total kemudian didistribusikan ke pasar-pasar setempat.
Berdasarkan observasi tempat lokasi tambak ini kurang bagus untuk
budidaya ikan bandeng dan udang tiger karena lokasi ini bagus untuk budidaya
ikan nila salin hal ini dapat disimpulkan karena ikan mujair yang terdapat
ditambak sangat bagus perkembangannya.
Berdasarkan hasil khlayak analisa usaha kegiatan produksi ini sangat
menguntungkan dengan memanfaatkan tambak dari warisan dan dengan modal
Rp.1.000.000,00 dapat menghasilkan pendapatan Rp.6.000.000,00. Jadi
keuntungan yang didapat adalah Rp.5.000.000,00.
BAB 3. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah manajemen tambak udang


berkelanjutan di Desa Muara Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan adalah dengan memanfaatkan tambak
warisan untuk melakukan kegiatan budidaya. Manejemen yang dilakukan berupa
manejemen pengelolaan kolam dan manajemen pemeliharaan dan pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA

Food and Agriculture Organization (FAO). 1995. Code of Conduct For


Responsible Fisheries. Rome: FAO-United Nation. 41 p.
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd. Oxford.
370 p.
LAMPIRAN

Gambar 1. Wawancara dengan Pemiik Gambar 2. Tambak Ikan Bandeng


Tambak

Gambar 3. Tambak Udang Tiger Gambar 4. Tambak Kepiting Soka

Gambar 5. Sumber air dan pintu Pemasukan air ke tambak

Anda mungkin juga menyukai