Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


betta sp atau biasa masyarakat sekitar mengenal dengan sebutan ikan cupang, adalah
salah satu jenis ikan hias yang sangat di gemari di kalangan pembudidaya maupun
penikmat ikan hias. Namun pada dasarnya ikan yang paling banyak di cari atau di buru
dalam kalangan pembudidaya adalah ikan jantanya, hal ini di karenakan ikan jantan lebih
menarik dari segi corak, ukuran maupun tingkahnya yang gesit di bandingkan betina. Ikan
ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam
mempertahankan wilayahnya.
ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan,
dan cupang liar. Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu
lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan
tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator. Cupang his merupakan jenis cupang yang
keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat mengembang. Walaupun termasuk ikan
yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan daerah teroterialnya, tetapi
keindahannya cupang hias bisa dinikmati tanpa harus menyiksa dan membuatnya
bertarung, seperti yang harus dilakukan terhadap ikan cupang jenis adu.
Begitu banyaknya peminat ikan hias dengan jenis cupang ini membuat beberapa
pembudidaya tertarik untuk membudidayakanya, baik masih dalam skala kecil maupun
besar. Di tambah lagi dalam pembudidayaan ikan cupang yang terbilang lumayan gampang
membuat berbagai kalangan mampu melakukanya. Tahapan dalam Pembenihan ikan
cupang dapat di lakukan dengan persiapan tempat untuk memijah dan calon burayak di
susul dengan perawatan induk kemudian seleksi induk, pemijahan hingga perawatan larva.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pemijahan ikan cupang berlangsung ?
2. Mengapa pada ikan cupang, cupang jantan yang mengerami dan merawat telur dan
calon larva ?
3. Mengapa dalam 1 minggu penetasan larva pemberian pakan di lakukan dengan full
dan teratur ?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui Bagaimana proses pemijahan ikan cupang berlangsung ?
2. Untuk dapat mengetahui Mengapa pada ikan cupang, cupang jantan yang mengerami
dan merawat telur dan calon larva ?
3. Untuk dapat mengetahui Mengapa dalam 1 minggu penetasan larva pemberian pakan
di lakukan dengan full dan teratur ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI IKAN CUPANG


Klasifikasi Ikan Cupang (Betta splendens) Menurut Susanto (1992), adapun identifikasi
dan klasifikasi dari ikan cupang(Betta splendes) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craeniata
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Super Ordo : Teleostei
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Betta
Spesies : Betta splendens
2.2 MORFOLOGI IKAN CUPANG
Menurut Sudrajad (2003), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens) dapat dilihat dari
beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan warna yang beraneka ragam
yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya, sirip punggung lebar
dan terentang hingga ke belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-
garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna seperti badannya serta
dihiasi strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi aneka warna dan lehernya
berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnya sering kali dihiasi warna putih susu, sirip
analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang. Lebih lanjut dikemukakannya adalah
ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata - rata lebih kecil daripada ikan cupang jantan.
Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5 – 9 cm, sedangkan ikan cupang
betina lebih pendek dari ukuran tersebut.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya, terutama
ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga di juluki
“fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap
temperatur berkisar 280C. Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga masa
pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa, 2001)
2.3 PERSIAPAN WADAH/KOLAM
Dalam budidaya ikan air tawar dan laut, ada beberapa jenis wadah yang dapat
digunakan antara lain adalah kolam, bak, akuarium, jaring terapung/ karamba jaring apung.
Akuarium merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk budidaya ikan yang terbuat dari
kaca dan mempunyai ukuran tertentu. Akuarium dengan bahan dari gelas atau kaca sangat
umum digunakan dalam pemeliharan dan budidaya ikanikan hias. Wadah ini sangat bagus
karena selain mudah dibuat juga mudah dalam pengelolaannya, karena ikan mudah dilihat dari
luar, sehingga lebih mudah lagi untuk memonitor ikan di dalamnya (Sakurai et al., 1990)
2.4 PERAWATAN INDUK
Kualitas air memiliki peranan penting bagi ikan, karena air adalah media tempatikan
hidup dan berkembang biak (Lesmana, 2001). Ikan Cupang dapat bereproduksi pada suhu
280C, pH 7,8 kadar amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM sedangkan telur ikan cupang akan
menetas pada suhu 25-27oC (James and Sampath 2004). Cupang jantan akan membuat substrat
yaitu berupa gelembung- gelembung sebagai tempat telur agar tidak tenggelam ke dasar
perairan, biasanya gelembung tersebut diletakkan pada tanaman aquatik.
2.5 SELEKSI INDUK
Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang
terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis vertikal warna
kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang
tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 –
7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit.
Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan Pada
sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu (Huda, 1992).
Untuk induk betina bentuk badan harus terlihat sehat, di tandai dengan bentuk tubuh
bagian perut yang membesar apabila di teliti akan terlihat ada telurnya, bukan membesar karena
di beri makanan dan pergerakannya terlihat lambat. Mempunyai sirip ekor, anal dan panggung
yang biasa tanpa ada penonjolan jari-jari siripnya (Lingga dan Susanto, 1999).
2.6 PEMIJAHAN
Pemijahan di mulai dengan wadah dan air yang sudah siap, lalu kita masukan daun
ketapang. Biarkan daun ini mengapung, tujuannya untuk tempat menempelkan busa dan tempat
telur ikan. Setelah itu masukan induk jantan, waktu pemasukan induk jantan kedalam wadah
pemijahan sebaiknya pagi hari, karena suhu air masih dingin. Biarkan induk jantan selama 1
hari gunanya untuk induk jantan mengenal lingkungannya.Keesokan harinya, masukan toples
induk betina kedalam wadah pemijahan tujuannya untuk saling mengenal dulu dan untuk
memasukan toples induk betina juga sebaiknya pagi hari dan diamkan selama 1 hari. Ini
berguna untuk melihat apakah induk jantan memang benar benar siap untuk memijah
(Sitanggang, 2010).
Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah, maka
esok hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan. Semakin banyak busa
yang di buat menunjukan memang induk jantan sudah siap, ketika itu barulah kita melepas
induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua
induk memang siap dan baik, maka keesokan hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan
kita akan menemukan busa yang di buat induk jantan sudah berisi telur ikan. Apabila telur ikan
sudah banyak sebaiknya induk betina segera di angkat supaya induk betina tidak memakan
telurnya, sedangkan induk jantan masih kita biarkan untuk mengeram dan memelihara telurnya.
2.7 PERAWATAN LARVA
Setelah telur ikan terlihat, maka dalam jangka waktu 24 jam telur akan menetas menjadi
burayak. Selama 1 minggu burayak masih tidak membutuhkan makanan, karena mereka masih
memiliki persedian makanan di tubuhnya dan pada hari ketiga ketika persediaan makanan
sudah habis, maka peranan induk jantan sangat vital karena induk jantan yang memberikan
makanan kepada burayak ini dengan cara di masukan kedalam mulutnya, lalu setelah beberapa
saat induk jantan akan memuntahkan kembali burayak itu keluar. Selama 1 minggu kita harus
teratur memberikan makanan berupa cuk (jentik nyamuk) kepada induk jantan, gunanya agar
induk jantan mempunyai persediaan makanan untuk burayak tersebut, bisa juga di berikan pelet
khusus untuk ikan cupang (Sitanggang, 2010).
Menurut Huda (2011), hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat
perkembangannya, untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan kuning telur yang sudah
matang lalu di keringkan dan setelah kering di berikan kepada burayak dan pada hari ke 6 kita
sudah bisa memberikan kutu air yang di saring kedalam wadah ini, karena beberapa burayak
sudah cukup besar dan dapat memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8 induk jantan sudah
bisa di angkat dan di pisahkan kedalam toples tersendiri.
2.8 PAKAN INDUK DAN LARVA
Meskipun cupang dewasa mau menerima makanan kering dan mati, namun untuk
memperoleh pertumbuhan maksimal dan warna yang cantik sebaiknya ikan-ikan cupang ini
hanya di beri makanan hidup. Makanan hidup seperti cacing sutera, jentik-jentik nyamuk dan
kutu air sangat di sukai oleh ikan-ikan cupang (Iskandar, 2004).
Menurut Perkasa (2001), bahan pakan alami bagi cupang hias di peroleh dari alam.
Bahan pakan tersebut di berikan dalam keadaan hidup tanpa melalui proses terlebih dahulu.
Memperoleh pakan alami tidak sulit dan relatif murah. Sarana untuk mendapatkan pakan alami
hanya dengan alat sederhana
BAB III
METODELOGI

3.1 waktu dan tempat


Praktikum Manajemen produksi pembenihan tentang Tehnik pembenihan ikan cupang
di laksanakan secara berkala pada hari rabu tanggal 18 april 2018 pukul 15.40 WIB sampai
selesai dengan kegiatan persiapan aquarium induk. Pada hari selasa tanggal 24 april 2018 pukul
08.40 WIB sampai selesai di lakukan proses penjodohan di lakukan di laboratorium perikanan
fakultas pertanian peternakan universitas muhamadiyah malang .
3.2 alat dan bahan
1. Alat
1. Aquarium ukuran 10x10x10
2. Beker glass
3. Aerasi
2. Bahan
1. Ikan cupang jantan
2. Ikan cupang betina
3. Pelet
4. Infusuria
3.3 cara kerja
 Persiapan Wadah
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci aquarium yang ukuran 10 cm x 10cm x 15cm menggunakan sabun
3. Membilas aquarium dengan air tawar
4. Mengeringkan aquarium dan mengisi air secukupnya
5. Membersihkan alat dan bahan
 Penjodohan Dan Pemijahan
1. Memilih ikan cupang jantan dan betina
2. Ikan jantan di masukkan dalam aqarium tetapi yang betina dimasukkan dalam
3. beker glass
4. Memasukan substrat untuk untuk bersarangnnya gelembung yang akan di isi telur
5. Apabila ikan jantan telah menghasilkan buih di permukaan air, ikan betina
6. dilepaskan ke aquarium
7. Ditunggu beberapa hari, setelah bertelur ikan betina diangkat dari aquarium dan
8. membiarkan ikan jantan di dalam aquarium tersebut untuk mengerami telur
9. Setelah menetas ikan jantan di angkat agar tidak memakan larva
10. Merapikan alat dan bahan yang telah digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PERSIAPAN WADAH


Praktikum pembenihan tentang persiapan wadah, diketahui pada persiapan wadah kami
menggunakan wadah berupa aquarium dengan ukuran10x10x10. Wadah tersebut di cuci
terlebih dahulu guna menghilangkan bakteri maupun virus yang menempel pada aquarium
dengan menggunakan sabun dan spon, kemudian bilas aquarium dengan menggunakan air dan
dikeringkan,jika tempat cupang tidak higenis maka akan menimbulkan bakteri dan virus.
Alasan menggunakan aquarium dalam proses pemijahan ikan cupang adalah agar lebih mudah
dalam proses pengecekan dan juga tidak membutuhkan biaya yang banyak. Ikan cupang juga
merupakan ikan yang saat pemijahanya membutuhkan keaadan yang tenang jadi di rasa jika
menggunakan aquarium bisa memudahkan dalam proses pemindahan tempat pemijahan.

Hal ini di perkuat oleh


pernyataan Sakurai et al.(1990) Dalam budidaya ikan air tawar dan laut, ada beberapa jenis
wadah yang dapat digunakan antara lain adalah kolam, bak, akuarium, jaring terapung/
karamba jaring apung. Akuarium merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk budidaya
ikan yang terbuat dari kaca dan mempunyai ukuran tertentu. Akuarium dengan bahan dari gelas
atau kaca sangat umum digunakan dalam pemeliharan dan budidaya ika-ikan hias. Wadah ini
sangat bagus karena selain mudah dibuat juga mudah dalam pengelolaannya, karena ikan
mudah dilihat dari luar, sehingga lebih mudah lagi untuk memonitor ikan di dalamnya.
Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan Kordi (2004), penyakit pada ikan cupang secara
fisik banyak di sebabkan oleh microorganisme,cendawan, bakteri dan virus yang di pengaruhi
oleh sani tasi air, dimana tempat ikan cupang itu hidup, kurang higienis dan kurang di
perhatikan, atau di sebabkan oleh faktor alam seperti perubahan iklim yang berpengaruh pada
perubahan suhu air, sehingga mempengaruhi tumbuh kembangnya cendawan, bakteri dan
virus.
4.2 PERAWATAN INDUK
Menurut hasil praktikum, di ketahui bahwa perawatan induk di lakukan dengan
memberi pakan yang baik dan sesuai dengan kesukaan ikan cupang sendiri seperti daphnia,
tubifex ataupun pelet khusus cupang. Selain pakan kualitas air juga sangat menentukan dalam
perawatan induk. kisaran suhu optimum bagi indukan cupang untuk bereproduksi yaitu antara
suhu 28oC dengan PH optimum 7,8. Faktor lainya seperti kebersihan aquarium dan lain-lain.
Hal ini di perkuat pernyataan Lesmana (2001). Kualitas air memiliki peranan penting
bagi ikan, karena air adalah media tempatikan hidup dan berkembang biak Ikan Cupang dapat
bereproduksi pada suhu 28 oC, pH 7,8 kadar amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM sedangkan
telur ikan cupang akan menetas pada suhu 25-27 oC. James and Sampath (2004). Cupang jantan
akan membuat substrat yaitu berupa gelembung- gelembung sebagai tempat telur agar tidak
tenggelam ke dasar perairan, biasanya gelembung tersebut diletakkan pada tanaman aquatik.
Pernyataan di atas juga di dukung oleh Iskandar (2004). Meskipun cupang dewasa mau
menerima makanan kering dan mati, namun untuk memperoleh pertumbuhan maksimal dan
warna yang cantik sebaiknya ikan-ikan cupang ini hanya di beri makanan hidup. Makanan
hidup seperti cacing sutera, jentik-jentik nyamuk dan kutu air sangat di sukai oleh ikan-ikan
cupang
4.3 SELEKSI INDUK
Menurut hasil praktikum di ketahui bahwa seleksi induk di lakukan dengan melihat
kesiapan dari indukan jantan maupun betika dari ikan cupang tersebut. Misal pada ikan betina
di tandai dengan pbagian perut yang agak sedikit membunci, dan jantan di tandai dengan
adanya buih yang di hasilkan oleh jantan tersebut. Selain itu untuk membedakan antarara jantan
dan betina dari ikan betina itu sendri adalah dengan melihat faktor luarnya, seperti pada jantan
bentuk tubuh lebih panjang dan warna dari tubuh jantan lebih menarik di bandingkan betina,
dan dari pergerakan betina cenderung lebih diam di bandingkan jantan yang lebih agresif. Garis
vertikal pada insang jantang juga menandakan ikan tersebut siap untuk melakukan proses
perkawinan
Pernyataan di atas juga di perkuat oleh Huda (1992). Ciri ikan cupang jantan matang
gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup
insangnyapun sudah ada garis vertikal warna kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan
buih – buih dipermukaan sebagai sarang tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk
melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 – 7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat,
tidak cacat dan tidak berpenyakit. Sedangkan pada betina, ciri-ciri kematangan gonad dilihat
dari besarnya perut betina dan Pada sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu
Lingga dan Susanto (1999) juga mengatakan Untuk induk betina bentuk badan harus
terlihat sehat, di tandai dengan bentuk tubuh bagian perut yang membesar apabila di teliti akan
terlihat ada telurnya, bukan membesar karena di beri makanan dan pergerakannya terlihat
lambat. Mempunyai sirip ekor, anal dan panggung yang biasa tanpa ada penonjolan jari-jari
siripnya

4.4 PEMIJAHAN
Pemijahan cupang dapat di lihat dengan adanya kesiapan dari indukan betiana maupun
jantan. Menurut hasil proses pemijahan dapat di lakukan dengan cara mempersapkan tempat
pemijahanya biasanya di beri daun ketapang namun pada praktikum menggunakan plastik,
kemudia letakan jantan pada pagi hari hal ini dikarenakan suhu air masih dingin setelah di
diamkan selama 1 hari guna untuk memberi waktu agar si jantan menyesuaikan dengan
lingkunganya barulah kemudian masukan ikan betina kedalamnya dengan menggunakan
pemisah yaitu ikan betina di masukan menggunakan gelas beker, di tunggu hingga 1 hari apa
bila ikan jantan telah mengeluarkan buih, tandanya ikan siap memijah maka lepaskan ikan
betina dan biarkan mereka memijah dengan sendirinya
Hal ini di perkuat oleh pernyataan Sitanggang ( 2010). Pemijahan di mulai dengan
wadah dan air yang sudah siap, lalu kita masukan daun ketapang. Biarkan daun ini mengapung,
tujuannya untuk tempat menempelkan busa dan tempat telur ikan. Setelah itu masukan induk
jantan, waktu pemasukan induk jantan kedalam wadah pemijahan sebaiknya pagi hari, karena
suhu air masih dingin. Biarkan induk jantan selama 1 hari gunanya untuk induk jantan
mengenal lingkungannya. Keesokan harinya, masukan toples induk betina kedalam wadah
pemijahan tujuannya untuk saling mengenal dulu dan untuk memasukan toples induk betina
juga sebaiknya pagi hari dan diamkan selama 1 hari. Ini berguna untuk melihat apakah induk
jantan memang benar benar siap untuk memijah.
Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah, maka
esok hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan. Semakin banyak busa
yang di buat menunjukan memang induk jantan sudah siap, ketika itu barulah kita melepas
induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua
induk memang siap dan baik, maka keesokan hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan
kita akan menemukan busa yang di buat induk jantan sudah berisi telur ikan. Apabila telur ikan
sudah banyak sebaiknya induk betina segera di angkat supaya induk betina tidak memakan
telurnya, sedangkan induk jantan masih kita biarkan untuk mengeram dan memelihara telurnya.

4.5 PERAWATAN LARVA


Menurut hasil praktikum di ketahui bahwa pada saat penjodohan awal ikan yang di
pasangkan telah terbuahi atau dengan kata lain sudah ada telurnya, namaun ikan tersebut
hilang. Dan di lakukan uji coba ke 2 dengan 2 pasang ikan, ikan yang pertama menghasilkan
telur dan yang ke dua tidak menghasilkan telur. Ikan yang menghasilkan telur di rawat oleh
jantan sementara betina di angkat dari aquarium gunanya agar tidak memakan telur-telur
tersebut. Setelah telur menetas di lakukan Perawatan larva di mana setelah telur menetas dan
berusia 1 minggu barulah di beri makna dengan menggunakan infusuria. Mengapa pada usia 1
minggu baru di beri makanan, hal ini di karenakan pada usia kurang dari 1 mibnggu larva
tersebut masih memiliki yolk yang berfungsi sebagai cadangan makan.
Pernyataan di atas di perkuat oleh pernyataan Sitanggang (2010). Setelah telur ikan
terlihat, maka dalam jangka waktu 24 jam telur akan menetas menjadi burayak. Selama 1
minggu burayak masih tidak membutuhkan makanan, karena mereka masih memiliki persedian
makanan di tubuhnya dan pada hari ketiga ketika persediaan makanan sudah habis, maka
peranan induk jantan sangat vital karena induk jantan yang memberikan makanan kepada
burayak ini dengan cara di masukan kedalam mulutnya, lalu setelah beberapa saat induk jantan
akan memuntahkan kembali burayak itu keluar. Selama 1 minggu kita harus teratur
memberikan makanan berupa cuk (jentik nyamuk) kepada induk jantan, gunanya agar induk
jantan mempunyai persediaan makanan untuk burayak tersebut, bisa juga di berikan pelet
khusus untuk ikan cupang .
Menurut Huda (2011), hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat
perkembangannya, untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan kuning telur yang sudah
matang lalu di keringkan dan setelah kering di berikan kepada burayak dan pada hari ke 6 kita
sudah bisa memberikan kutu air yang di saring kedalam wadah ini, karena beberapa burayak
sudah cukup besar dan dapat memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8 induk jantan sudah
bisa di angkat dan di pisahkan kedalam toples tersendiri
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
1. Proses pemijahan ikan cupang berlangsung ditandai dengan induk jantan yang
melakukan pendekatan dengan cara mengitari induk betina. Bila pasangan ikan cupang
tersebut cocok maka induk jantan segera membuat sarang berupa gelembung-
gelembung busa. Pemijahan bisa terjadi kapan saja, bisa pagi, siang, sore atau malam.
Bila sudah memijah ditandai dengan adanya telur di dalam busa dengan warna yang
putih kontras beda dengan warna buih di permukaan air. Setelah itu induk betina di
pisahkan dan biarkan induk jantan di wadah tersebut
2. Ikan cupang (Betta sp) termasuk jenis ikan yang bersifat parental care yang dimana
induk jantannya memelihara dan merawat telur-telurnya.
3. Selama 1 minggu kita harus teratur memberikan makanan berupa cuk (jentik nyamuk)
kepada induk jantan, gunanya agar induk jantan mempunyai persediaan makanan untuk
burayak tersebut, bisa juga di berikan pelet khusus untuk ikan cupang .

5.2 Saran
1. Lebih sabar lagi dalam membina praktikanya, di perjelas lagi dalam menerangkan
materinya agar praktikan dapat lebih memahami secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, H. 2011. Memelihara cupang. Yogyakarta. Penerbit kanisiLrs. H. 80 waetherlay, A.H.


Huda, H. 2007. Memelihara cupang. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press.
London. H .293
Iskandar, 2004. Budidaya cupang hias dan adu. Jakarta: penebar swadaya
James and Sampath 2004
Kordi, K. M.Gufran.2004. penanggulangan hama dan penyakit ikan. Cetakan pertama.
Jakarta:PT rineka cipta
Lemana, D. S. 2001. Budidaya ikan hias air tawar. Cetakan pertama.jakarta: penebar swadaya
H. Susanto & Lingga,P. 1999. Ikan hias air tawar.jakarta: penebar swadaya
Parkasa, B.E. 2001. Merawat cupang untuk kontes. Jakarta: penebar swadaya
Sakurai,S., A. Budiharjo & N. Prabandani.1990. pengaruh perbedaan jenis pakan alami
daphnia,jentik nyamuk dan cacing sutra terhadap pertumbuhan ikan cupang hias (betta
splendes). Jurnal PENA aquatika. Universitas pekalongan. Pekalongan
Sitanggang maloedyn. 2010. Panduan lengkap budidaya dan perawatan ikan cupang hias.
PTAgromedia pustaka. Jakarta
Sudrajat. 2003. Pembenihan dan pembesaran cupang hias. Yogyakarta. Kanisius
Susant,H. 2003. Ikan hias air tawar. Jakarta: penebar swadaya
Susanto, H. 1992. Memelihara Cupang. Penerbit KanisiLrs. Yogyakarta. h. 80. Weatherlay,
A.H. 1902. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press. London. h. 293.

Anda mungkin juga menyukai