Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI

BALAI BENIH IKAN NGORO, JOMBANG


Gouramy (Osphronemus gouramy) Breeding Techniques at Fish Seed Center Ngoro,
Jombang

Budiana1* and Boedi Setya Rahardja2.


1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya
2
Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Airlangga, Surabaya
*budiana-2015@fpk.unair.ac.id

Abstrak

Abstract
PENDAHULUAN Ketiga, cupang hias yang dapat
Ikan cupang adalah salah satu jenis diadu merupakan tipe yang populer yang
ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis biasa disebut three colour atau pancawarna
tinggi dan banyak terdapat di pasaran. ekor pendek antara lain: Betta Malaysia
Harga ikan cupang jantan berkisar Rp. (Betta imbilis var Malayah). Selama ini
5.000,--Rp.1.000.000,- per ekor. Ikan ini untuk mendapatkan ikan cupang yang
berasal dari Asia Tenggara seperti berkualitas, para penggemar ikan cupang di
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ikan Indonesia masih mengimpor dari Malaysia,
cupang, terutama yang jantan lebih dicari Singapura dan Thailand, sehingga
dan harganya lebih mahal, karena pengembangan usaha pembenihan ikan ini
memiliki warna yang lebih menarik, lebih sangat menjanjikan.
ramping dan lebih panjang sirip anal dan Namun, kendala budidaya yang
sirip punggungnya dibanding betina dialami para peternak atau pembudidaya
(Madsen, 1975). adalah susah untuk mendapatkan benih
Ikan cupang jantan dewasa biasa jantan, karena jumlah benih jantan yang
digunakan sebagai ikan laga (fighting diperoleh setiap pemijahan sangat rendah
fish), Karena memiliki kebiasaan untuk dan kualitasnya tidak sesuai yang
saling menyerang bila ditempatkan diinginkan (Yustina et al., 2003). Dalam
bersama-sama dalam satu wadah, namun sekali memijah ikan cupang hanya
bersifat toleran terhadap jenis ikan lain. menghasilkan 40% jantan dan 60% betina.
Ikan cupang dapat mentolerir kisaran suhu Salah satu upaya yang dapat dilakukan
lingkungan antara 25-290C serta memiliki untuk menghasilkan dan meningkatkan
laju pertumbuhan yang cepat (Madsen, populasi ikan jantan adalah dengan
1975). Di samping itu ikan ini merupakan menggunakan metode sex reversal atau
salah satu ikan hias berlabirin (Migdalski pembelokan kelamin. Metode ini dapat
dan Fitcher, 1983). digunakan untuk meningkatkan profit dalam
Di kalangan penggemar ikan hias budidaya dan dapat memenuhi permintaan
di Indonesia, ikan yang gemar “berlaga“ pembeli (Ostrow, 1989).
lebih populer dengan sebutan ikan cupang. Tujuan
Sebenarnya ikan yang bernama cupang Manfaat
sama sekali tidak gemar berlaga dan nama
latinnya pun lain, yaitu Ctenops vittatus
(Lingga dan Susanto, 1987). Namun, METODOLOGI
tentunya tidak mudah mengubah sebutan Waktu dan Tempat
yang terlanjur populer di kalangan
penggemarnya itu, sehingga kata cupang Metode Penelitian
tetap dipakai untuk menyebut ikan betta
alias laga. Ada tiga jenis cupang yang HASIL DAN PEMBAHASAN
populer di masyarakat. Pertama, cupang Seleksi Induk
untuk hiasan antara lain: kumpai, serit dan Untuk memulai budidaya ikan
slayer pancawarna, semua ini disebut Betta cupang, langkah pertama yang harus
splendens. disiapkan adalah mendapatkan indukan
Kedua, betta aduan antara lain: atau bibit berkualitas. Indukan yang baik
Betta Singapura (Betta imbilis), Adu sebisa mungkin berasal dari keturunan
Kamboja/Singapura Belgi (Betta unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit
smaragdina) dan Bagan (Betta imbilis var dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan
sumatraensis). dan betina di tempat terpisah. Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan ikan cupang jantan dan betina

Jantan Betina
Berumur setidaknya 4-8 bulan Berumur setidaknya 3-4 bulan
Bentuk badan panjang siripnya panjang dan Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit
berwarna atraktif membuncit

Gerakannya agresif dan lincah Gerakannya lamban

Sumber:

Ikan cupang berkelamin betina


mempunya ciri khas sebagai yaitu
bertubuh gempal (padat, tidak panjang),
gerakan lebih lambat (tidak agresif), ekor
(caudal fin) dan sirip (ventral fin/dasi),
warna kurang menarik, dan ada titik
putih di perut :Induk gurame betina
memiliki ciri tubuh tidak memiliki
tonjolan pada dahi, pangkal sirip dada
berwarna gelap kehitaman.
Ikan cupang berkelamin jantan
mempunyai ciri khas yaitu, tubuhnya
langsing, gerakan cupang jantan biasanya
sangat agresif/lincah, ekor (caudal fin)
dan sirip (ventral fin/dasi) lebar dan
panjang, dan warna lebih cerah dan
menarik dari pada betina.
Habitat Reproduksi
Ikan Cupang hidup di perairan Kualitas air memiliki peranan
tawar dan payau. Hidup pada aliran air penting bagi ikan, karena air adalah media
yang tergenang seperti rawa dan sungai. tempat ikan hidup dan berkembang biak
Griffin (1990) mengatakan bahwa ikan (Lesmana, 2001). Ikan Cupang dapat
Cupang membutuhkan tempat bereproduksi pada suhu 28OC, pH 7,8 kadar
persembunyian pada habitatnya, hal ini amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM
ditujukan agar ikan Cupang merasa sedangkan telur ikan cupang akan menetas
aman. Gambar habitat ikan Cupang dapat pada suhu 25-27oC (James and Sampath
dilihat pada Gambar 2. Cupang 2004). Cupang jantan akan membuat
menyukai tempat yang terdapat jentik substrat yaitu berupa gelembung-
nyamuk. Jentik nyamuk ini merupakan gelembung sebagai tempat telur agar tidak
sumber makanan untuk Cupang. Cupang tenggelam ke dasar perairan, biasanya
bersifat soliter setelah tumbuh dewasa. gelembung tersebut diletakkan pada
Cupang jantan akan mencari wilayah dan tanaman aquatik. Setelah proses pembuatan
akan menyerang Cupang lain bila substart, Cupang jantan melakukan
memasuki wilayahnya. Penyerangan ini pemijahan tepat di bawah sarang yang telah
di tandai dengan adanya gelembung diberi substrat. Cupang jantan akan
udara (Suswanto, 2010). Ikan Cupang memijah dengan cara melilit tubuh Cupang
memiliki sifat bubblenester yaitu betina hingga telur keluar semua. Cupang
membuat sarang busa sebelum berpijah jantan akan menjaga telur hingga telur
dan telur telur dimasukkan ke dalamnya menetas. Cupang betina akan di usir oleh
(Linke 1994 ; Sanford, 1995). ikan Cupang jantan untuk keluar dari
substratnya. Telur akan di jaga ikan Cupang
Pakan jantan hingga menetas menjadi burayak.
Cupang memerlukan cukup gizi Setelah burayak berusia 3 hari, burayak
untuk mendapatkan pertumbuhan secara akan menyebar keluar dari substratnya
optimal. Fase Telur hingga larva (Atmajaja, 2008).
memakan Artemia dan Daphnia sp.
selama satu bulan. Ikan dewasa Pemijahan
memakan jentik nyamuk, kutu air Cupang akan mulai memijah setelah
(Daphnia sp.) dan Tubifex sp. dengan matang gonad pada usia tujuh sampai
pemberian sehari dua kali. Calon delapan bulan (Atmajaja, 2008). Pemijahan
indukan di tambahkan lebih banyak akan terjadi dengan perbandingan jantan
pakan yang tersedia untuk perkembangan dan betina adalah 1:1. Pemijahan akan
pematangan gonad (Suswanto, 2010). berlangsung selama dua sampai tiga hari,
Kuantitas pakan meupakan faktor yang setelah itu telur di letakkan di substrat oleh
penting pada tahan reporduksi pada ikan, indukan. Setelah 24 jam telur akan menetas dan
ikan Cupang betina memerlukan menjadi larva. Larva mulai diberi makan setelah
tambahan protein, lemak, vitamin, tiga hari dari penetasan karena kuning telur
sudah mulai habis dan membutuhkan makan
mineral, untuk menambah jumlah telur
untuk tumbuh. Setelah umur tujuh bulan,
pada saat pemijahan. Kuning telur terdiri Cupang akan matang gonad dan dapat memacu
dari protein, mineral, lemak. Protein perkembangan gonad dan mendorong terjadinya
tersebut juga terdapat pada embrio. pemijahan (Monalisa, 2008).
Kekurangan salah satu nutrien di atas
daspat mempengaruhi tingkat pertahanan
dari larva telur tersebut (James and Pemanenan Telur
Sampath, 2002). Pemanenan telur dilakukan dengan
pemeriksaan sarang terlebih dahulu.
Menurut Sulhi (2010), ciri sarang berisi
telur adalah terdapat lapisan minyak di atas jika sarang ditusuk dengan jari telur akan
permukaan air dekat sarang, mulut sarang terlihat keluar terapung di permukaan.
tertutup, tercium bau amis menyengat, Sarang yang telah berisikan telur harus
biasanya induk jantan berada dekat sarang, segera diangkat dengan perlahan-lahan
pada pagi atau sore hari. Telur yang
terbuahi berwarna kuning bening
dipisahkan dari telur yang rusak atau tidak
terbuahi berwarna kuning keputihan atau
kuning pucat. Nilai derajat pembuahan
telur atau FR (fertilization rate) yang
didapatkan adalah 53,54 %. Menurut BSN
(2000b), produksi telur ikan gurame betina
adalah 1.500 – 2.500 butir/kg bobot induk.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan


Larva
Telur gurame ditetaskan di dalam
akuarium berukuran 1,5 m x 0,5 m x 0,5 m
di dalam ruangan tertutup (indoor).
Penempatan akuarium di dalam ruangan
membuat kondisinya terkontrol (Satyani
dan Bambang, 2012). Kepadatan telur
dalam setiap akuarium kurang lebih 1500
butir. Telur gurame menetas rata-rata
setelah 30 jam. Telur yang menetas
menghasilkan larva yang masih memiliki
kuning telur. Menurut Lucas dkk. (2015),
larva yang baru menetas tidak perlu diberi
pakan karena masih memiliki cadangan
makanan berupa kuning telur. Kuning telur
akan habis setelah 10 hari. Kuning telur
akan diserap selama beberapa hari sambil
menunggu proses penyempurnaan alat
pencernaan (Ghofur dkk., 2014). Nilai
derajat penetasan telur atau HR (hatching
rate) dan tingkat kelangsungan hidup atau
SR (survival rate) yang didapatkan secara
berturut-turut adalah 87,73 % dan 86,26
%. Besar kecilnya kelulushidupan
dipengaruhi oleh faktor internal yang
meliputi jenis kelamin, keturunan, umur,
reproduksi, ketahanan terhadap penyakit
dan faktor eksternal meliputi kualitas air,
padat penebaran, jumlah dan komposisi
kelengkapan asam amino dalam pakan
(Nugroho dkk., 2015).
Larva segera diberi pakan alami
cacing sutera setelah kuning telur habis.
Cacing sutera sangat baik bagi
pertumbuhan ikan air tawar termasuk
benih gurame post larva karena kandungan Pakan yang diberikan untuk benih
proteinnya tinggi, selain itu umumnya gurame ditambah ekstrak rempah-rempah
kelas oligochaeta tidak mempunyai yaitu jahe merah dan jahe biasa, kunyit
kerangka skeleton sehingga mudah dan kuning dan putih, temulawak, temulawak
cepat dicerna dalam usus ikan (Subandiyah hitam dan kencur. Rimpang kunyit
dkk., 2003). Cacing sutera mengandung 57 mengandung minyak atsiri sebanyak 6 %,
% protein, 13,30 % lemak dan 2,04 % zat warna kuning yang disebut
karbohidrat (Lucas dkk., 2015). Frekuensi kurkuminoid sebanyak 5 %, protein,
pemberian pakan alami cacing sutera fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Kunyit
adalah sekali sehari dengan dosis satu mampu memberikan efek terbentuknya
wadah pakan penuh yaitu sekitar 47 gram. sistem imun dalam tubuh sehingga lebih
kuat dan tahan terhadap serangan parasit
Pendederan (Ghofur dkk., 2016). Temulawak
Pendederan adalah pemeliharaan mengandung kurkuminoid pada rimpang
benih ikan yang bertujuan untuk yang bersifat antibacteria sehingga sangat
mendapatkan benih ukuran tertentu. bagus untuk dipakai sebagai anti bakteri
Pendederan dilakukan hanya dua kali. pada ikan sehingga ikan tidak rentan
Pendederan I adalah pemeliharaan benih terhadap serangan penyakit serta
ikan dari ukuran 0,75-1,00 cm menuju memberikan kontribusi terhadap
ukuran 1,0-2,0 cm (BSN, 2000b). pertumbuhan benih gurame (Suminto dan
Pendederan I dilakukan di kolam terpal Diana, 2015).
dan kolam fiberglass. Kolam terpal
berbentuk persegi panjang berukuran 11,5 Panen
m x 7,5 m x 0,7 m dengan padat tebar Pemanenan dilakukan pada pagi
benih ikan gurame sekitar 24.000 ekor. atau sore hari karena suhu tidak terlalu
Sementara kolam fiber berbentuk persegi panas sehingga ikan akan merasa nyaman
panjang berukuran 4 m x 1,2 m x 0,8 m dan tidak stress. Benih digrading untuk
dengan padat tebar sekitar 4.000 ekor memisahkan antara benih yang hidup dan
setiap kolam. Benih dalam kolam mati serta untuk mendapatkan ukuran
pendederan I diberi pakan cacing sutera benih yang seragam (Adida dkk., 2014).
dengan frekuensi dua kali sehari yaitu Setelah grading, benih dihitung sesuai
pagi dan sore secara ad-libitum dengan permintaan pembeli.
dosis rata-rata 800 gram untuk kolam
terpal dan 100 gram untuk kolam fiber Pasca Panen
berdasarkan kepadatan benih dalam Packing dilakukan setelah
masing-masing kolam. diperoleh jumlah dan ukuran yang
Pendederan II adalah pemeliharaan diinginkan. Packing dapat dilakukan
benih dari ukuran 1,0-2,0 cm menuju dengan dua cara yaitu menggunakan
ukuran 2,0-4,0 cm (BSN, 2000b). plastik untuk jarak yang agak jauh dan
Pendederan II dilakukan di kolam beton menggunakan jirigen untuk pengangkutan
berbentuk persegi panjang berukuran 19,3 jarak dekat. Benih didistribusikan ke
m x 6,3 m x 1 m dengan padat tebar sekitar pembudidaya ikan gurame lokal di
30.000 ekor. Benih dalam kolam sekitar Balai Benih Ikan Ngoro. Benih
pendederan II masih diberi pakan cacing yang dijual di Balai Benih Ikan Ngoro
sutera sembari dilatih sedikit demi sedikit hanya benih yang berukuran silet dan
untuk pakan pellet dengan frekuensi korek atau 2,5 cm – 3 cm ke atas dengan
pemberian pakan adalah dua kali sehari harga benih berukuran silet adalah Rp 900,
yaitu pagi dan sore secara ad-libitum silet -1 Rp 800, silet +1 Rp 1.000, korek
dengan dosis rata rata satu kilogram pakan Rp 1.250, korek +1 Rp 1.350 dan korek +2
cacing sutera. Rp 1.500.
serangan penyakit dapat dilakukan melalui
Hama dan Penyakit dalam Pembenihan tindakan pencegahan dengan cara
Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) mengontrol kualitas air agar sesuai,
Hama adalah hewan berukuran pemberian pakan yang sesuai baik
lebih besar dan mampu menimbulkan kualitas maupun kuantitasnya, sedangkan
gangguan pada ikan (Kristina dan pengobatan dapat dilakukan dengan
Sulantiwi, 2015). Beberapa jenis hama menggunakan bahan kimia atau antibiotik.
yang sering ditemukan menyerang ikan
gurame di Balai Benih Ikan Ngoro adalah Hambatan dalam Pembenihan Ikan
uncrit atau larva cybister, ular dan biawak. Gurame (Osphronemus gouramy)
Penyakit yang menyerang ikan Hambatan dalam pembenihan ikan
gurame di Balai Benih Ikan Ngoro berasal gurame meliputi faktor internal yang
dari golongan jamur dan bakteri. Jamur berasal dari biologis ikan gurame sendiri
yang biasanya menyerang telur ikan yaitu pertumbuhannya lambat sehingga
gurame adalah Saprolegnia sp. Jamur akan proses budidaya dan pembenihan
menyerang telur ikan pada kondisi memerlukan waktu yang lebih lama.
lingkungan yang tidak baik, telur ikan Hambatan dalam pembenihan ikan gurame
yang terserang ditandai dengan tumbuhnya yang berasal dari faktor eksternal adalah
benang-benang halus. Bila serangannya faktor lingkungan yang menyebabkan
tidak dihentikan jamur akan menyebar ketersediaan pasokan benih menurun pada
pada telur yang lain dan telur akan mati waktu tertentu karena produksi telur yang
(Ghofur dkk., 2014). Jamur yang biasanya kurang maksimal, kualitas air dan penyakit
menyerang larva gurame adalah yang berakibat pada tingginya mortalitas
Aphanomyces sp. Jamur ini menyebabkan larva dan benih ikan gurame.
tubuh larva gurame berwarna lebih hitam
atau gelap dan terdapat seperti kapas putih KESIMPULAN DAN SARAN
pada bagian tubuh dan ekor ikan, Kesimpulan
sedangkan tingkah lakunya yaitu ikan Kesimpulan dari hasil Praktek
terapung di bawah permukaan air dan Kerja Lapang tentang Teknik Pembenihan
sesekali ikan berenang hiperaktif (Efrianti, Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) di
2013). Balai Benih Ikan Ngoro, Jombang yaitu
Bakteri yang menyerang ikan teknik pembenihan ikan gurame
gurame adalah bakteri Pseudomonas sp., (Osphronemus gouramy) meliputi
Aeromonas sp., dan Bacillus sp. yang persiapan kolam pemijahan, seleksi induk,
menyebabkan cacar ikan. Selain itu pemijahan, pemanenan telur, penetasan
penyakit bakterial lain yang menyerang telur dan pemeliharaan larva, pendederan,
ikan gurame adalah Mycobacteriosis yang penanganan hama dan penyakit, panen dan
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium pasca panen. Hambatan yang terdapat
sp. Infeksi bakteri ini menyebabkan mata dalam teknik pembenihan ikan gurame
menonjol keluar (exopthalmia) dan (Osphronemus gouramy) adalah faktor
benjolan pada tubuh (Rahman, 2008). internal yaitu biologis ikan dan faktor
Pencegahan dan pengobatan eksternal yaitu faktor lingkungan, kualitas
penyakit di Balai Benih Ikan Ngoro air dan penyakit.
dilakukan menggunakan obat dengan merk
dagang cat fish keep dan larutan garam Saran
dengan dosis 500-1000 gram/1000 liter Saran yang dapat diberikan untuk
tergantung ukuran benih, tingkat meningkatkan produksi benih ikan gurame
kepadatan serta tingkat keparahan adalah perlu dilakukan kontrol kualitas air
penyakit. Menurut Rosidah dan Wila dan pembangunan laboratorium untuk
(2012) upaya penanggulangan terhadap mempercepat penanganan apabila ikan
gurame mengalami serangan wabah Provinsi Jawa Barat. Skripsi. hal.
penyakit. 72.
Ghofur, M., M. Sugihartono dan R.
DAFTAR PUSTAKA Thomas. 2014. Efektifitas
Adida., K. Nirmala dan S. Harijati. 2014. Pemberian Ekstrak Daun Sirih
Efisiensi Pemasaran Benih Ikan (Piper betle. L) Terhadap
Gurami (Osphronemus gouramy) Penetasan Telur Ikan Gurami
Ukuran ‘Nguku’ ditinjau dari (Osphronemus gouramy Lac.).
Keragaman Pasar di Kelurahan Jurnal Ilmiah Universitas
Duren Mekar dan Duren Seribu, Batanghari Jambi, 14 (1) : 37-44.
Depok Jawa Barat. Jurnal Ghofur, M., M. Sugihartono dan J. Arfah.
Manajemen Perikanan dan 2016. Uji Efektifitas Ekstrak
Kelautan, 1 (1) : 1-9. Kunyit (Curcuma domestica)
Arfah, H., L. Maftucha dan O. Carman. Terhadap Daya Tetas Telur Ikan
2006. Pemijahan Secara Buatan Gurami (Osphronemus gouramy
Pada Ikan Gurame Osphronemus Lac.). Jurnal Ilmiah Universitas
gouramy Lac. By dengan Batanghari Jambi, 16 (1) : 68-76.
Penyuntikan Ovaprim. Jurnal Gunadi, B., Lamanto dan R. Febrianti.
Akuakultur Indonesia, 5 (2) : 103- 2010. Pengaruh Pemberian Pakan
112. Tambahan dengan Kadar Protein
Badan Standar Nasional. 2000b. Produksi yang Berbeda Terhadap Jumlah
Benih Ikan Gurame (Osphronemus dan Fertilitas Telur Induk Gurame.
gouramy, Lac) Kelas Benih Sebar. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Standar Nasional Indonesia. hal. 2- Akuakultur. Loka Riset Pemuliaan
5. dan Teknologi Budidaya Perikanan
Caniago, A., Y. Basri dan Azrita. 2014. Air Tawar. 6 hal.
Pengaruh Perbandingan Induk Irawan, P. B., Zulfanita dan I. A.
Jantan dan Betina dalam Pemijahan Wicaksono. 2012. Analisis Usaha
Ikan Sepat Mutiara (Tricogaster Pembenihan Gurami
leeri Blkr) Terhadap Fekunditas (Osphronemus gouramy Lacepede)
dan Daya Tetas Telur. Prosiding di Desa Kaliurip Kecamatan Bener
Hasil Penelitian Mahasiswa FPIK, Kabupaten Purworejo. Surya
5 (1): 12 hal. Agritama, 1 (2) : 24-33.
Efrianti, R. 2013. Pemberian Ekstrak Khairuman dan K. Amri. 2005.
Batang Pisang Ambon (Musa Pembenihan dan Pembesaran
paradisiaca) Pada Media Gurami Secara Intensif. PT.
Pemeliharaan Untuk Meningkatkan AgroMedia Pustaka. Depok. hal.
Kelangsungan Hidup Larva Ikan 11.
Gurame (Osphronemus gouramy). Kristina, M. dan Sulantiwi. 2015. Sistem
Skripsi. Budidaya Perairan. Pendukung Keputusan Menentukan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kualitas Bibit Ikan Gurame Di
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Pekon Sukosari Menggunakan
Bogor. 26 hal. Aplikasi Visual Basic 6.0. Jurnal
Fais, M. 2008. Analisis Strategi Bisnis Technology Acceptance Model 4 :
Usaha Pembenihan Ikan Gurame 26-33.
Pada Kelompok UPR Gurame Lucas, W. G. F., O. J. Kalesaran dan C.
Mitra Karya Mandiri, Desa Lumenta. 2015. Pertumbuhan dan
Barengkok, Kecamatan Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor Gurami (Osphronemus gouramy)
dengan Pemberian Beberapa Jenis
Pakan. Jurnal Budidaya Perairan, 3 Pangan Sedunia XXVII. Balai
(2) : 19-28. Riset Perikanan Budidaya Air
Nugroho, M. H. 2008. Analisis Pendapatan Tawar. Bogor. 6 hal.
dan Faktor-Faktor yang Sulhi, M., R. Samsudin., J. Subagja dan
Mempengaruhi Hasil Produksi Hendra. 2012. Peningkatan
Pembenihan Ikan Gurami Petani Kualitas dan Kuantitas Produksi
Bersertifikat SNI. Skripsi. Benih Gurame Melalui Penggunaan
Eksistensi Manajemen Agribisnis. Ekstrak Daun Sente (Alocasia
Fakultas Pertanian. Institut macrorrhiza) dalam Pakan Induk.
Pertanian Bogor. Bogor. 90 hal. Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi
Nugroho, I. I., Subandiyono dan V. E. Teknologi Akuakultur. Bogor. 6
Herawati. 2015. Tingkat hal.
Pemanfaatan Artemia sp. Beku, Suminto dan D. Chilmawati. Pengaruh
Artemia sp. Awetan dan Cacing Probiotik Komersial Pada Pakan
Sutera Untuk Pertumbuhan dan Buatan Terhadap Pertumbuhan,
Kelangsungan Hidup Larva Ikan Efisiensi Pemanfaatan Pakan, dan
Gurami (Osphronemus gouramy Kelulushidupan Benih Ikan Gurami
Lac.). Journal of Aquaculture (Osphronemus gouramy) D35-D37.
Management and Technology, 4 2015. Jurnal Saintek Perikanan, 11
(2) : 117-124. (1) : 11-16.
Rahman, M. F. 2008. Potensi Antibakteri
Ekstrak Daun Pepaya Pada Ikan
Gurami yang Diinfeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62
hal.
Rosidah dan W. M. Afizia. 2012. Potensi
Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai
Antibakterial Untuk
Menanggulangi Serangan Bakteri
Aeromonas hydrophila Pada Ikan
Gurame (Osphronemus gouramy
lacepede). Jurnal Akuatika, 3 (1):
19-27.
Satyani, D. dan B. Priono. 2012.
Penggunaan Berbagai Wadah
Untuk Pembudidayaan Ikan Hias
Air Tawar. Media Akuakultur, 7
(1) : 14-19.
Subandiyah, S., D. Satyani dan Aliyah.
2003. Pengaruh Subtitusi Pakan
Alami (Tubifex) dan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Tilan
Lurik Merah (Mastacembelus
erythrotaenia Bleeker, 1850).
Jurnal Iktiologi Indonesia, 3 (2) :
67-72.
Sulhi, M. 2010. Produksi Benih Gurame
Dilahan Sempit. Seminar Nasional

Anda mungkin juga menyukai