Anda di halaman 1dari 12

1

MAKALAH
FISIOLOGI REPRODUKSI

SISTEM REPRODUKSI IKAN SARDIN ( Sardinella sp )

DISUSUN OLEH

NAMA : MIFTAHUL SALSABILA


NIM : 2104110047

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan hidayahnya,sehingga


makalah tentang sistem reproduksi ikan Sardin ( Sardinella sp ) dapat diselesaikan
pada waktunya.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari


berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih
kepada Dosen pengampun mata kuliah Fisiologi reproduksi yang telah memberikan
pengarahan – pengarahan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik, kemudian
kepada teman teman yang telah memberi semangat dan dukungan hingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya, dan masih banyak lagi pihak – pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan


masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan Makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru 16 Maret 2023

Miftahul salsabila
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Ikan Selar Kuning


Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik  (berdarah dingin) yang hidup di air
dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesieslebih dari 27,000 di seluruh dunia. Untuk
meneruskan keturunan tentu saja ikan perlu bereproduksi.
Ikan Sarden merupakan jenis ikan yang paling popular di kalangan masyarakat
Indonesia. Berbagai macam olahan ikan sarden banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Ikan sarden merupakan ikan yang berminyak dan berukuran relatif kecil. Istilah nama
sarden diambil dari nama pulau di Mediterania, yaitu Pulau Sardania yang merupakan
tempat ditemukannya komoditas ikan sarden dalam jumlah yang besar. Jenis ikan
sarden yang banyak ditemukan di Indonesia adalah ikan dengan jenis lemuru yang
hampir sama dengan ikan sarden. Namun jenis ikan lemuru kurang dikenal di
kalangan masyarakat, oleh karena itu ikan lemuru biasa disebut dengan ikan sarden di
Indonesia. Ikan lemuru (Sardinella sp.) merupakan jenis ikan pelagik kecil yang
banyak dijumpai di perairan Indonesia. Ada dua jenis ikan lemuru yang memiliki
nilai ekonomis penting adalah jenis ikan lemuru S. sirm dan S. longiceps. Jenis ikan
lemuru S. sirm banyak ditemukan di laut Jawa. Tegal dan Pekalongan merupakan
tempat pendaratan terbesar jenis lemuru ini. Sedangkan S. longiceps didapatkan
dalam jumlah besar di Selat Bali (Rasyid, 2003).
Ikan sarden sering ditemukan berenang dalam kelompok besar, dekat permukaan
laut tidak jauh dari pantai (pesisir). Ikan-ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill
rakers, sisir insang) untuk menyaring makanannya. Panjang badannya dapat mencapai
4

17 cm, Warna badan biru kehijauan di bagian atas, sedangkan bagian bawah putih
keperakan. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris
totol-totol hitam atau bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Siripnya berwarna abu-
abu kekuning-kuningan, sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982).
Rasyid (2003) menyatakan bahwa ikan lemuru (Sardinella sp.) merupakan jenis
ikan pelagik kecil yang banyak dijumpai di perairan Indonesia. Ada dua jenis ikan
lemuru yang memiliki nilai ekonomis penting adalah S. sirm dan S. longiceps. S. sirm
banyak ditemukan di laut Jawa.
Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur
sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan  jumlah
telur yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang memiliki ukuran telur  besar
contohnya ikan Nila dan Arwana, akan memiliki jumlah telur yang lebih sedikit
disbanding dengan ikan yang ukuran telurnya kecil seperti ikan Cupang dan Mas. Hal
ini disebabkan oleh kapasitas yang dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran
telur ikan banyak ditentukan oleh ukuran kuning telurnya. Makin  besar kuning telur
makin besar pula peluang embrio untuk bertahan hidup.
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di
bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan,
serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis
pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi  perkawinan, dan sperma
jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital. Testis
berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh
mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar
1.3 Rumusan masalah
1.Bagaimana sistem reproduksi ikan sardin (Sardinella sp)
2. Apa saja bagian bagian reproduksi yang ada pada ikan sardin (Sardinella sp)
3. Apa kegunaan dari setiap organ reproduksi ikan Sardin (Sardinella sp)
1.4 .Manfaat
1. Mengetahui sistem reproduksi ikan Sardin (Sardinella sp)
5

2. Mengetahui bagian bagian reproduksi ikan Sardin (Sardinella sp)


3. Mengetahui kegunaan dari setiap organ reproduksi ikan Sardin (Sardinella sp)
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ikan Sarden (Sardinella sp)

Klasifikasi ikan Sarden

 Kingdom : Animalia
 Filum : Chordata
 Kelas : Actinopterygii
 Ordo : Clupeiformes
 Famili : Clupeidae
 Genus : Sardinella
 Spesies : Sardinella albella

Sardinella sp. tergolong ikan pelagis. Ruaya ikan ini dipengaruhi oleh makanan,
suhu dan salinitas. Pada siang hari, ikan sarden umumnya berada di dekat dasar
perairan dan membentuk gerombolan yang kompak, sedangkan pada malam hari
bergerak ke dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang menyebar dan akan
muncul ke permukaan apabila cuaca mendung disertai hujan gerimis. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya temperatur permukaan (Adianto 1993 dalamAprilia
2011)
Ikan sarden ini menghuni perairan tropis yang ada di daerah Indo Pasifik, dari
teluk Aden sampai dengan perairan Filipina (Sujastani dan Nurhakim 1982
7

dalamAprilia 2011). Ikan ini tersebar di Lautan India bagian timur yaitu Phuket,
Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali, Australia sebelah
barat dan Lautan Pasifik sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong
Kong, Taiwan sampai selatan Jepang). Di Indonesia, selain di perairan Selat Bali dan
sekitarnya, ikan ini terdapat juga di sebelah selatan Ternate dan Teluk Jakarta
(Whitehead 1985 dalam Nababan 2009).

2.2. Sistem reproduksi ikan Sardin ( Sardinella sp )


Reproduksi adalah kemampuan individu unutk menghasilkan keturunannya
sebagai upaya dalam melestarikan kolompok atau jenisnya. Tidak setiap organisme
atau individu dapat menghasilkan keturunan, tetapi reproduksi dapat berlangsung
pada sebagian besar individu yang berada di permukaan bumi. Proses reproduksi
pada setiap organisme akuatik berbeda-beda dan bergantung pada kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Organisme akuatik yang melakukan reproduksi biasanya memiliki
gonad. Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur
pada ikan betina serta sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya memiliki sepasang gonad
dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan mempunyai jumlah dan ukuran telur yang
beragam, tergantung kondisi lingkungan

2.1.1. Ovarium
Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan
kompak. Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka
tergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah
atau di samping gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada
rongga tubuh bervariasi dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang
ovarium bisa mencapai 70 % dari berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih
muda warna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada saat matang. Pada
chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium tubes
abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh.
Telur melewati oviduct menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital. Pada
chondrichtyes yang ovipar, bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi
8

kelenjar cangkang (shellgland); sedangkan pada ovivipar dan vivipar,  bagian


belakang oviduct mmbesar menjadi suatu uterus temapt penyimpanan anak ikan
selama perkembangan embrioniknya. Keadaan yang demikian ditemukan  pada ikan
dipnoi, cipenceriformes dan bowfin.Pada ovarium terdapat oosit pada  berbagai stadia
tergantung pada tipe reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983).
Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi
total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya terdapat
pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun; b) tipe sinkronisasi
kelompok
dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, disamping itu ada oosit yang sangat
kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari
berbagai tingkat stadia oosit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi
reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan
adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada
awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi
suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan
untuk berpijah Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi
(Redding & Reynaldo, 1993).Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid
dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan
Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup.
Tingkat kematangan gonad ikan ditentukan berdasarkan bentuk, warna, berat
gonad dan perkembangan telur berdasarkan tabel Effendie (1979) Tingkat
kematangan gonad satu (TKG I) pada sardin jantan testes terlihat lebih pendek
dengan warna yang jernih. Pada tingkat kematangan gonad satu (TKG I) pada sardin
betina, ovari terlihat seperti benang dengan warna terlihat lebih jernih dan permukaan
licin. Tingkat kematangan gonad dua (TKG II) pada sardin jantan memiliki ukuran
yang lebih besar dibandingkan pada TKG I, bentuk testes terlihat lebih jelas dengan
pewarnaan putih susu. Tingkat kematangan gonad dua (TKGII) pada sardin betina
9

ovari memiliki ukuran yang lebih besar berwarna merah dan perkembangan ovari
belum terlihat.
2.1.2. Testes
Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada
umumnya berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes,
seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung
pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di
samping gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat
spermatozoa berkembang.
Ukuran dan warna gonad  bervariasi tergantung pada tingkat kematangannya
dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testes
berwarna putih kekuningan dan halus. Sebelum sampai pada lubang pelepasan
(urogenital pore), spermatozoa yang berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa
efferentia, epididymis, vasa defferentia, seminal vesicle, urogenital sinus, dan
urogenital  papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi seminal vesicle dan atau kantung
sperma hanya terdapat pada beberapa ikan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid
di dalam testes disebut spermatogenesis.
  Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang
berulang dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui
pembelahan reduksi (meiosis) membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte
sekunder membelah menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi
gamet yang ``motile`` (dapat bergerak) dan punya potensi fungsional yang dinamakan
spermatozoa. Proses metamorfose spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``.
(Hoar, 1969). Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan
banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes
mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang
dihasilkan.
Seksualitas Ikan sardin ( Sardinella sp )
Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu
jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,
10

sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu
populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut
disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan  betina
saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu  perairan
harus berhatihati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas
ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang
berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi.
1).Hermaproditisme
 Ikan hermaprodit mempunyai jaringan ovarium maupun jaringan testis yang sering
dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu
organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Pada
umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat,
meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan
perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat
menentukan jenis hermaproditismenya.
2. Gonokhorisme
Selain hermaproditisme, pada ikan terdapat juga gonokhorime, yaitu kondisi
seksual berganda yaitu pada ikan bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai
jaringan yang jelas status jantan atau betinanya. Gonad tersebut kemudian
berkembang menjadi semacam ovarium, setelah itu setengah dari individu ikan-ikan
itu gonadnya menjadi ovarium (menjadi ikan betina) dan setengahnya lagi menjadi
testis (menjadi ikan jantan). Gonokhoris yang demikian dinamakan gonokhoris yang
“tidak berdiferensiasi:, yaitu keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks yang
spontan. Misalnya Anguilla anguilla danSalmo gairdneri irideus adalah gonokhoris
yang tidak berdiferensiasi. Ikan gonokhorisme yang “berdiferensiasi” sejak dari
mudanya sudah ada perbedaan antara jantan dan betina yang sifatnya tetap sejak dari
kecil sampai dewasa, sehingga tidak terdapat spesies yang interseks.
11

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Ikan Sarden merupakan jenis ikan yang paling popular di kalangan masyarakat
Indonesia. Berbagai macam olahan ikan sarden banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Ikan sarden merupakan ikan yang berminyak dan berukuran relatif kecil. Istilah nama
sarden diambil dari nama pulau di Mediterania, yaitu Pulau Sardania yang merupakan
tempat ditemukannya komoditas ikan sarden dalam jumlah yang besar. Jenis ikan
sarden yang banyak ditemukan di Indonesia adalah ikan dengan jenis lemuru yang
hampir sama dengan ikan sarden.

Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur
sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan  jumlah
telur yang dimiliki oleh seekor induk. Testis adalah organ reproduksi jantan yang
terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk
seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel
spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai
membesar pada saat terjadi  perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas
deferens menuju celah/ lubang urogenital.

3.2 .Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
12

yang bersifat mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan Makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Mahrus, Sumitro SB, Widodo N, Sartimbul A. 2012. The association between genetic
variations and omega-3 production on Sardinella lemuru in Lombok Strait.
IOSR
Journal of Agriculture and Veterinary Science 1(6): 12-16.
Ditjen Tangkap-DKP. (2018). Statistik Perikanan Tahun 2009-2018 Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pengambengan. Jembrana, Indonesia: PPN
Pengambengan.
Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Bogor, Indonesia: Yayasan Pustaka
Nusatama.

Effendie, M. I. (1979). Metode Biologi Perikaan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Himelda., Eko, S., Wiyono., Ari, P., & Mustaruddin. (2011). Analisis Sumberdaya
Perikanan Lemuru (Sardinella Lemuru) di Selat Bali. Jurnal Marine Fisheries,
2(2), 165-176.
Kartini, N., Boer, M., & Affandi, R. (2017). Pertumbuhan Faktor Kondisi, dan
Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Lemuru di perairan Selat Sunda. Jurnal
Bawal, 9(1), 43-56.
Kudale, R. G., & Rathod, J. L. (2016). Sex composition of the fringe scale sardine,
Sardinella fimbriata (Cuvier and Valenciennes, 1847) from Karwar waters,
Karnataka. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 4(2), 19–
21.

Anda mungkin juga menyukai