Anda di halaman 1dari 14

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas perairan lebih luas dari daratan.
Perairan Indonesia sangat beragam karakteristiknya. Berdasarkan kadar garam
(salinitas), perairan dikelompokan menjadi tiga yakni perairan asin, payau, dan tawar.
Perairan tawar sangat beragam yang meliputi sungai, danau, dan rawa. Sungai terbagi
lagi berdasarkan arusnya yaitu sungai berair deras, dan sungai berair tenang, Ikan
tergolong hewan bertulang belakang (termasuk vertebrata) yang berhabitat di dalam
perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan tubuhnya
menggunakan sirip-sirip. Ikan bersifat poikilotermal.
Ikan mempunyai system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang
disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal
dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada umumnya terletak
antara columna vertebralis dan gas bladder. Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu caput
renalis anterior yang tersusun atas jaringan hemapoeitik, limfoid dan endokrin serta
trunkus renalis posterior yang tersusun atas nefron-nefron dikelilingi jaringan limfoid
interstitial.
Ikan tambakan (Helostoma temminkii) merupakan salah satu ikan air tawar
ekonomis di Indonesia. Ikan ini cukup digemari masyarakat di beberapa wilayah Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan sebagai ikan konsumsi dalam bentuk kering (ikan asin)
maupun dalam keadaan segar. Oleh karena itu, prospek pengembangan budidaya ikan
tambakan sebagai salah satu sumber protein merupakan hal yang penting. Ikan
tambakan merupakan salah satu komoditas potensial untuk dibudidayakan karena
toleransinya terhadap lingkungan dan fekunditasnya tinggi (Nirmala 2018).
Otolit adalah bagian keras dari ikan yang terbentuk dari kalsium dan arogonit, yang
dapat berguna dalam perhitungan pertumbuhan dan umur ikan. Studi bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan ikan terbang (Cypselurus poecilopterus), hubungan
antara peningkatan ukuran otolit dengan panjang panjang dan berat spesies. Dengan
metode eksplorasi, data pertumbuhan diperoleh dari otolit yang diamati dengan
2

menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkaran gelap


(opaque) dan garis terang (hyaline) dibentuk di otolit. Perkembangan otolit
menunjukkan hubungan reproduksi dan otolit menunjukkan perkembangan spesies ikan
ini lambat. Pola pertumbuhan ikan terbang bersifat allometrik.
1.2 Tujuan dan manfaat pratikum
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk menentukan umur dari satu spesies ikan yaitu
ikan tambakan (Helestoma temminkii) dan mengetahui bagaimana lingkungan perairan
ikan itu tinggal semasa hidupnya,apakah diperairan yang sehat ataupun lingkungan yang
tercemar.
Sedangkan Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui bentuk
dari otolith ikan tambakan (Helestoma temminkii) dan dapat mempelajari cara
penentuan umur ikan tambakan (Helestoma temminkii).
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Tambakan (Helestoma temminkii)

Gambar 1 : Ikan Tambakan (Helestoma temminkii)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Anabantoidei
Family : Helostomatidae
Genus : Helestoma
Species : Helestoma temminckii
Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di
antara permukaan dan wilayah dalam perairan).Wilayah asli tempatnya tinggal
umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak
terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air
tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim
hangat sebagai binatang introduksi(Cahya 2019).
4

Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip
analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri
berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga
berbentuk nyaris bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis
yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih
ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa
tumbuh hingga ukuran 30 cm. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya
yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya
mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh
semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain
seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga
memiliki tapis insang (gill rakers) yang membantunya menyaring partikel-partikel
makanan yang masuk bersama dengan air.
2.2.Otolith
Otolith atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang
berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolith digunakan untuk
mengestimasi umur ikan serta struktur. Otolith dimiliki oleh semua ikan teleost dengan
tiga (3) organ otolith antara lain sagitta, utrikulus dan lagena. Hingga kini jenis
Decapterus akaadsi family Carangidae, belum pernah diungkapkan karakteristik
morfometrik otolithnya, demikian halnya dengan struktur mikro dari morfologi Panjang,
lebar, area, keliling otolith dan elemen biomineralnya.
Otolith ikan awalnya dipakai untuk mengestimasi umur ikan yang merupakan
parameter penting untuk mengungkapkan populasi dan pengelolaan stok ikan secara
berkelanjutan (Nur Sarah 2020). Perkembangan selanjutnya menunjukkan otolith ikan
dimanfaatkan menjadi sumber informasi pendukung untuk karakter spesies dan
perbedaan stok ikan termasuk lingkungan pemijahan dan distribusinya.
Salah satu cara untuk menentukan umur ikan bertulang sejati melalui analisis
bagian terkeras ikan, misalnya otolit, sisik, duri keras, atau tulang vertebra (Campana &
Neilson 2017). Analisis otolit untuk menentukan umur ikan dapat di terapkan terhadap
ikan bertulang sejati pada berbagai umur.
5

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 07 September 2022 yang dimulai
dari pukul 13.30 - WIB. Praktikum ini diadakan di laboratorium Biologi perairan
Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan adalah otolioth ikan tambakan yang digunakan sebagai
penentuan umur ikan dan Crystal bond,alat alat yang digunakan ada pinset bedah,objek
glass untuk meletakkan otolith ikan, buku penuntun pratikum,nampan,batu asah dan
setrikaan untuk melelehkan Crystal bond diatas Objek glass.

3.3 Metode Praktikum


Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan metode
pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu praktikum
ini berpedoman pada buku modul penuntun praktikum Biologi Perairan yang
berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum berlangsung.Adapun objek
yang dipraktikumkan adalah untuk menentukan umur ikan Tambakan (Helestoma
temminkii)
3.4 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yaitu praktikan masuk ke laboraturim sudah memakai
jas lab dan duduk sesuai dengan kelompok yang sudah dibagikan oleh asisten.Sebelum
praktikum dimulai asisten memberikan kuis terlebih dahulu. Lalu asisten menjelaskan
bagaimana prosedur praktikum. Setelah itu asisten memanggil beberapa orang untuk
perwakilan kelompok agar bisa mengambil alat yang digunakan untuk praktikum.
setelah alat-alat laboratorium sudah di ambil, praktikum sudah bisa dimulai. Setiap
kelompok membagi tugas masing-masing agar menghemat waktu. Pertama kali yaitu
6

mengeluarkan otolith dari plastik sample,kemudian siapkan dua objek glass,objekglass


pertama untuk mencairkan Crystal bond,kemudian letakkan otolith di atas lelehan
Crystal bond tunggu hingga mengeras.bagian otolith yang tidak melekat pada
objekglass diasah menggunakan batu asahan hingga sejajar dengan objekglass,setelah
itu objekglass kedua crystal bond diletakkan ditengah dan dilelehkan kembali dan
letakkan otolith yang telah diasah diatas objekglass kedua dan amati dimikroskip.
7

IV.HASIl DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Setelah dilakukan pratikum telah di dapatkan hasilnya sebagai berikut.

Gambar 2.Otolith Ikan Tambakan (Helestoma temminkii)

Gambar 3. Otolith ikan Tambakan dibawah mikroskop


8

Gambar 4. Metode pemotongan / pengamatan otolith ukuran besar


4.2 Pembahasan

4.2.1. Otolith Ikan Tambakan (Helestoma temminkii)


Otolith ikan awalnya dipakai untuk mengestimasi umur ikan yang merupakan
parameter penting untuk mengungkapkan populasi dan pengelolaan stok ikan secara
berkelanjutan (Nur Sarah 2020). Perkembangan selanjutnya menunjukkan otolith ikan
dimanfaatkan menjadi sumber informasi pendukung untuk karakter spesies dan
perbedaan stok ikan termasuk lingkungan pemijahan dan distribusinya.
Salah satu cara untuk menentukan umur ikan bertulang sejati melalui analisis
bagian terkeras ikan, misalnya otolit, sisik, duri keras, atau tulang vertebra (Campana &
Neilson 2017). Analisis otolit untuk menentukan umur ikan dapat di terapkan terhadap
ikan bertulang sejati pada berbagai umur.
Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur ikan
terdiri dari lapisan-lapisan kristal kalsium karbonat yang mengendap secara periodik
pada matriks organik. Lapisan-lapisan kristal yang mengendap tersebut merupakan
struktur yang tendiri dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai zona inkremental.
Zona tersebut terdiri dari zona inkremen dan zona diskontinus yang umumnya terbentuk
dalam 24 jam.
9

Pada pratikum ini kami mendapatkan hasil yaitu Bentuk dari otolith ikan tambakan
berbentuk bulat seperti sisik ikan yang memiliki gars garis di bagian dalam nya
berwarna hitam dengan bentuk garis memanjang dan juga dengan bentuk melingkar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur ikan
terdiri dari lapisan-lapisan kristal kalsium karbonat yang mengendap secara periodik
pada matriks organik. Lapisan-lapisan kristal yang mengendap tersebut merupakan
struktur yang tendiri dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai zona inkremental.
Salah satu cara untuk menentukan umur ikan bertulang sejati melalui analisis
bagian terkeras ikan, misalnya otolit, sisik, duri keras, atau tulang vertebra .Analisis
otolit untuk menentukan umur ikan dapat di terapkan terhadap ikan bertulang sejati pada
berbagai umur.

5.2 Saran
Diharapkan praktikum kedepannya dapat lebih baik lagi dalam meniliti dan
menganalisis dan juga fokus dalam pengerjaannya agar praktikum dapat selesai tepat
waktu. Serta dalam membuat laporan yang baik dan benar. Menurut saya sebaiknya
pada saat sebelum melakukan praktikum, semua praktikan harus sudah menguasai
materi yang sedang dipraktikumkan agar praktikan mengetahui prosedur praktikum
dengan baik dan praktikum dapat berjalan dengan lancar.

.
10

DAFTAR PUSTAKA

BROTHERS, E. B. 1990. Methodological approaches to the examination of otoliths in


aging studies. In: Age and Growth of Fish. Eds: R.C. Summerfelt & G.E. Hall.
Iowa State Univ. Press/AMES: p.319-330. BROTHERS, E. B. 1984. Otolith
studies. In: Ontogny and Systematics of Fishes (H.G. Moser, ed).
Allen, Lawrence, Kansas: p. 50-57. BROTHERS, E. B., and W.N. McFARLAND. 1981.
Correlations between otolith microstructure, growth and life history transitions in
newly recruited French grunts [Haemulon flavolineatum (Desmarest),
Haemulidae]./topp. P. V Reun., Cons. Int. Explor. Mer. 178: 369-374
CAMPANA, S.E.,. J.A. GAGNE., and J. MUNRO. 1987. Otolith microstructure of larval
herring (Clupea harengus): Image or reality? Can. J. Fish. Aquat. Sci. 44: 1922-
1929
CAMPANA, S.E., and J.D. NEILSON. 1985. Microstructure offish otoliths. Can. J. Fish.
Aquat. Sci. 42: 1014-1032
CARLSTROM, D. 1963. A crystallographic study of vertebrate otoliths. Biol. Bull. 124:
441-463
Green, B.S., B.D. Mapstone, G. Carlos, and G.A. Begg (eds). 2009. Tropical fish Otoliths:
Information For Assessment, Management and Ecology. Springer. Dordrecht.
Holden, M. J. and Raitt, D. F. S. 1974. Manual of fisheries science. Part 2: Methods of
Resource Investigation and their Application. FAO, Rome
Leguá, J., G. Plaza., D. Pérez and A. Arkhipkin. 2013. Otoith Shape Analysis as a Tool
For Stock Identification of the Southern Blue Whiting, Micromesistius australis.
Lat. Am. J. Aquat. Res., 41(3): 479-489
11

Mamuaya, G.E., F.B. Manginsela, dan C.F.T. Mandey. 2017. Otolit sagita ikan Selar
crumenophthalmus (Bloch, 1793) dari perairan pantai Kema, Sulawesi Utara.
Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Ikan dan Perikanan Pantai, 12-13
September 2017 di Bogor.

LAMPIRAN
12

Lampiran 1. alat

Serbet Pinset

Tissu Buku Penuntun


13

Alat tulis

Objek glass Mikroskop

Lampiran 2. Bahan

Otolith ikan sebelum dikikis Otolith


14

Otolith dibawah mikroskop

Anda mungkin juga menyukai