MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Budidaya Hewan
yang Dibimbing Oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si. dan
Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes.
Oleh :
Kelompok 2 / Off-HP
Desi Yulia Safitri (160342606202)
Imroatun Nafi’ah (160342606231)
Indah Khoirun Nisa (160342606268)
Pratiwi Kartika Sari (160342606267)
Randa Ersapta (160342606304)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial,
permintaan yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal
ini mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya
adalah ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan
menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Ikan cupang jantan memiliki ekor yang menarik, dengan warna-warni
yang indah oleh karena itu jenis ikan cupang digolongkan ke dalam ikan hias.
Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai
komersial ikan hias Betta splendens (Yustina et al., 2002). Ikan cupang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Harga seekor ikan cupang hias
berumur 3 bulan berkisar antara Rp 5.000,00 – Rp 50.000,00, bahkan ikan
cupang hias yang berkualitas dapt dihargai ratusan hingga jutaan rupiah.
Penggemar cupang tergolong banyak hingga sudah mendunia. Hal tersebut
merupakan peluang usaha yang menggiurkan bagi siapapun yang ingin
membudidayakan ikan cupang ini.
Ikan cupang terkenal sebagai ikan petarung, namun sebenarnya ikan
cupang dibagi menjadi menjadi dua jenis yaitu ikan cupang petarung dan
cupang hias. Kedua jenis ini memang suka bertarung jika keduanya disatukan
di dalam satu wadah. Ikan ini berasal dari wilayah Asia, terutama Thailand,
Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Indonesia. Ukurannya kecil namun
memiliki nilai eksotis yang tinggi, terutama ketika cupang melebarkan
seluruh ekor dan siripnya.
Ikan cupang hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai
Afrika. Habitat asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti
daerah pesawahan hingga sungai yang bertemperatur 24 – 27 derajat Celcius,
dengan pH berkisar 6,2 – 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam
air atau kesadahan (hardness) berkisar 5 – 12 dH. Pada umumnya cupang
sanggup hidup dan berkembang dengan baik pada kisaran pH 6,5 – 7,2 dan
hardness berkisar 8,5 – 10 dH (Effendie, 1975).
Menurut Sugandy (2002), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens)
dapat dilihat dari beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang
dan warna yang beraneka ragam yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning,
abu-abu, putih dan sebagainya, sirip punggung lebar dan terentang hingga ke
belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-garis
berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna seperti
badannya serta dihiasi strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai
dihiasi aneka warna dan lehernya berdasi dengan warna yang indah, ujung
siripnya sering kali dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna hijau
kebiru-biruan dan memanjang. Lebih lanjut dikemukakannya adalah ikan
cupang betina memiliki bentuk tubuh rata-rata lebih kecil daripada ikan
cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5
– 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran tersebut.
Salah satu kendala budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan
cenderung lebih sukar, karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap
pemijahan sangat rendah dan kualitasnya tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Dalam satu periode pemijahan biasanya anak cupang hias yang
hidup mencapai 60% betina dan 40% jantan. Padahal cupang hias yang laku
dipasaran hanya yang berjenis kelamin jantan, kecuali untuk tujuan sebagai
induk betina. Oleh karenanya telah dilakukan upaya pembentukan organisme
monoseks yang dapat dihasilkan melalui metode manipulasi kelamin (seks
reversal) dengan pendekatan hormonal sebelum terjadi diferensiasi kelamin
(Yustina et al., 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut, kami ingin
melakukan budidaya ikan cupang untuk mendapatkan prospek yang jelas dan
keuntungan yang menjanjikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi, klasifikasi dan habitat ikan cupang (Betta sp.)?
2. Bagimana teknik budidaya ikan cupang (Betta sp.)?
3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari budidaya ikan cupang (Betta sp.)?
4. Bagaimana rancangan dana untuk budidaya ikan cupang (Betta sp.)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi, klasifikasi dan habitat ikan cupang (Betta
sp.)?
2. Untuk mengetahui teknik budidaya ikan cupang (Betta sp.)?
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari budidaya ikan cupang
(Betta sp.)?
4. Untuk mengetahui rancangan dana untuk budidaya ikan cupang (Betta sp.)
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk membedakan cupang jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran
tubuh, warna dan sirip. Umumnya ikan jantan mempunyai sirip punggung dan
sirip ekor dengan ukuran lebih panjang dibandingkan betina, ukuran tubuh
jantan lebih kecil namun lebih memanjang dibandingkan betinanya. Dalam
hal warna, jantan lebih menarik dan indah. Pada ikan betina umummya perut
lebih gemuk, dan seringkali telah dapat terlihat bayangan telur-telur. Warna
pada jenis ikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi (Kottelat, 1993).
Warna tubuh cupang sangat beragam, mulai dari warna gelap, terang,
dengan corak yang menarik. Kepintaran para pembudidaya ikan dalam hal
mengkawinsilangkan cupang, telah membuat ikan hias ini semakin populer
dan tentu saja digemari masyarakat. Begitupun untuk aduan, dimana
ketangkasan, kemampuan, dan daya tahan dalam hal bertarung membuat
banyak orang tidak bosan untuk mengkoleksinya cupang aduan.
1.1.3 Habitat
Ikan cupang merupakan penghuni perairan tawar seperti danau, sungai
dengan arus lambat, rawa dan selokan. Namun sekarang cupang sudah
dikembangbiakkan, baik sebagai ikan hias atapun aduan di tempat-tempat
budidaya. Kemampuan adaptasi cupang sangat tinggi, diantaranya mampu
menyesuaikan diri pada tempat-tempat yang sempit dan tidak memungkinkan
jenis ikan lain untuk berkembang biak (Susanto, 1992). Ikan cupang sangat
menyukai tempat-tempat yang banyak ditumbuhi tumbuhan air, hal ini
berguna untuk melindungi dirinya dari burung - burung pemangsa ikan.
Di habitat aslinya, seringkali terlihat cupang menyembulkan ujung
moncongnya muncul di permukaan, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dari udara bebas, yang kemudian oksigen tersebut akan
disimpan di dalam labirin. Labirin adalah suatu organ atau alat pernafasan
tambahan yang berfungsi untuk menyimpan udara yang diambil dari
permukaan air. Letak labirin di daerah kepala tepatnya di bagian insang.
Adanya labirin menyebabkan ikan cupang dapat hidup di perairan yang
kurang kadar oksigennya dalam air (Moyle & Chech, 2004).
j) Bila burayak telah dapat berenang bebas indukan jantan dapat segera
diangkat
2.4.3 Perjalanan
Justifikasi Jumlah Biaya
Material Volume Harga Satuan
perjalanan (Rp)
Perjalanan Perjalanan 3 kali 10.000,- 30.000,-
promosi ke pasar promosi
dan pameran
produk
SUB TOTAL 30.000,-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budidaya ikan cupang dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan mulai dari
pemilihan indukan, pemilihan dan pemberian pakan, pemijahan, perawatan
benih cupang. Budidaya memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang telah
disebutkan pada pembahasan.
Daftar Rujukan
Agus, M., Y. Yusuf & B, Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami
Daphnia, Jentik Nyamuk Dan Cacing Sutera Terhadap Pertumbuhan Ikan
Cupang Hias (Betta splendens). PENA Akuatika, Volume 2 (1) :21-29.
Dewantoro, G.W. 2001. Fekunditas dan Produksi Larva pada Ikan Cupang (Betta
Splendens Regan) yang Berbeda Umur dan Pakan Alaminya. Jurnal
Iktiologi Indonesia, Vol. l (2): 49-52.
Effendie, M.l. 1975. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor. h. 92.
Eka fery wahyu. 2013. Buku Panduan Lengkap Budidaya Cupang(Betta Sp.).
(Online). https://kupdf.net/download/panduan-lengkap-budidaya-ikan
cupang_5906a769dc0d60ff43959eb5_pdf. Diakses pada tanggal 30 Januari 2019.
Gumilang, B.I., I.K. Artawan & N.L.P. Widayanti. 2016. Variasi Intensitas Cahaya
Mengakibatkan Perbedaan Kecepatan Regenerasi Sirip Kaudal Ikan
Cupang (Betta splendens) Dipelihara Di Rumah Kos. Jurnal Jurusan
Pendidikan Biologi, Volume 4 (2): 15-21.
Izna Faruq. 2016. Bisnis Ikan Hias: Budidaya Ikan Cupang Memiliki Prospek Yang
Menjanjikan. (Online) https://centrausaha.com/bisnis-budidaya-ikan-cupang/.
Diakses pada tanggal 30 Januari 2019.
Jutegate, T., T. Lamkom, K. Satapornwanit., W. Naiwinit & C. Petchuay. 2001.
Species Diversity and Itchyomass in Pak Mun Reservoir, Five Years after
Impoundment. Asian Fisheries Science 14: 417-424.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater
fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong.
Lingga, P. dan Susanto, H. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
h. 45.
Moyle, P.B. dan J.J. Chech. 2005. Fishes : An Introduction to Icthyology, 5th
Edition. Prentice Hall. Inc. New Jersey. h. 114.
Ostrow, M.E. 1989. Betta's.T. F.. H Pub. Inc. Canada. Ii. 91.
Rachmawati, D., F. Basuki & T. Yuniarti. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung
Testis Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Keberhasilan
Jantanisasi Pada Ikan Cupang (Betta Sp.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, Volume 5 (1): 130-136.
Sudradjad. 2003. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Cupang. Penerbit kanisius.
Yogyakarta.
Sudradjat. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Cupang Hias. Yogyakarta. Kanisius
Sugandy, I. 2002. Budidaya Cupang Hias. Jakarta: Argo Media Pustaka.
Sunarni. 2007. Budidaya Ikan Cupang.Ganeca Exact. Bekasi
Susanto, H. 1992. Memelihara Cupang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. h. 23.
Wijaya, A. 2017. Wow, Ikan Cupang Palembang Laku Rp 35 Juta, Pembelinya
Orang Thailand. http://www.tribunnews.com/regional/2017/02/21/wow-
ikan-cupang-palembang-laku-rp-35-juta-pembelinya-orang-thailand.
Yustina, Arnentis & Darmawati. 2003. Daya Tetas dan Laju Pertumbuhan Larva
Ikan Hias Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Natur Indonesia 5
(2): 129-132.
Yustina, Arnentis dan Darmawati. 2002. Daya Tetas dan Laju Pertumbuhan
Larva Ikan Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Bionatur.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Yustina, Arnetis, dan D. Ariani. 2012. Efektivitas Tepung Teripang Pasir
(Holothuria scabra) Terhadap Maskulinisasi Ikan Cupang (Betta
splendens). Pekanbaru: Universitas Riau.
Yusuf, A., Y. Koniyo & A. Muharram. 2015. Pengaruh Perbedaan Tingkat
Pemberian Pakan Jentik Nyamuk terhadap Pertumbuhan Benih Ikan
Cupang. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Volume 3 (3): 106 –
110.