Anda di halaman 1dari 16

Usaha Menemukan Sebuah Penyelesaian dalam

Kontroversi Teori Evolusi

Oleh
Achmad Baihaqi Nurarsyah
XII MIPA 6 / 01

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 KOTA MOJOKERTO
Jl. Raya Ijen no 9 Telp. ( 0321 ) 321505
Kota Mojokerto
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori Darwin tentang evolusi dikenal dengan “Natural Selection”.
Teori seleksialam ini dipaparkan dalam bukunya yang berjudul “One The
Origin Species by Means of Natural Selection”. Isi buku ini merupakan
ureaian panjang tentang fakta dan sekumpulan faktor-faktor yang prinsip
dijadikan dasar dalam mengungkapkan teori evolusinya. Inti konsep teori
Darwin terdiri atas dua konsep utama yaitu, konsep spesies yang ada di bumi
berasal dari nenek moyang dan konsep mengenai Seleksai Alam.

Darwin Berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui proses seleksi


alam. Hanya makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri dengan alam
yang dapat bertahan hidup. Berbeda dengan Lamarck yang menganggap
bahwa jerapah pada awalnya hanya berleher pendek, Darwin berpendapat
bahwa leher jerapah pada awalnya bervariasi, ada yang berleher pendek dan
ada yang berleher panjang. Lewat proses seleksi alam, jerapah berleher
pendek akhirnya punah dan hanya jerapah berleher panjanglah yang berhasil
bertahan hidup dan bereproduksi hingga saat ini.

Selain menjelaskan evolusi berdasarkan proses seleksi alam, Darwin


juga berpendapat bahwa semua spesies yang ada di bumi berasal dari nenek
moyang yang sama (common ancestor), yang berkembang dari waktu ke
waktu. Sebenarnya, informasi mengenai manusia yang berevolusi dari kera
muncul karena teori evolusi manusia menurut Charles Darwin. Dalam buku
“The Origin of Species” yang mengemukakan tentang teori evolusi ditulis
oleh Charles Darwin, menyimpulkan semua makhluk hidup berasal dari
nenek moyang yang sama (common ancestor) dan berhubungan antara satu
sama lainnya.

Menurut Darwin dalam buku tersebut, proses mutasi genetik dari


nenek moyang yang sama mengakibatkan terjadinya proses evolusi dan
munculnya berbagai spesies baru. Darwin membayangkan evolusi manusia
seperti pohon. Batang pohon yang tunggal dan akarnya merupakan nenek
moyang makhluk hidup. Sedangkan ranting dan daun pohon menjadi
spesies baru yang lahir karena proses mutasi genetik. Proses mutasi genetik
tersebut dapat terjadi karena seleksi alam dalam waktu yang lama.

Dari seleksi alam itu, Darwin kemudian membagi proses evolusi


menjadi mikroevolusi dan makroevolusi. Mikroevolusi adalah perubahan
yang terjadi pada spesies dengan cara kecil. Misalnya, perubahan warna
atau ukuran pada suatu populasi selama beberapa generasi.

Sementara makroevolusi adalah perubahan karena seleksi alam yang


mampu menciptakan spesies yang baru. Misalnya, perubahan dinosaurus
menjadi burung, mamalia amfibi menjadi ikan paus, dan nenek moyang kera
menjadi manusia.

Pernyataan Darwin tentang apa yang dimaksud dengan teori evolusi


manusia itulah yang kemudian menimbulkan kontroversi. Apakah manusia
berasal dari kera atau tidak? Sebenarnya, teori Darwin tentang manusia
tidak pernah menyimpulkan secara pasti bahwa manusia berevolusi
langsung dari kera. Ia hanya berpendapat bahwa semua makhluk hidup
berasal dari nenek moyang yang sama. Terbukti, dari kemiripan DNA
manusia dengan primata sebesar 97%.

Tapi, teori evolusi manusia tersebut sudah terlanjur menjadi


perdebatan. Kaum esensialisme dan para umat beragama menolak teori
tersebut secara tegas. Mereka percaya bahwa manusia sudah diciptakan
sesuai dengan bentuk dan kodratnya seperti sekarang oleh Tuhan.

Sebagian orang juga menganggap teori Darwin tidak bisa


menjelaskan urutan yang hilang (missing link) pada proses evolusi manusia.
Urutan evolusi manusia yang hilang berupa penghubung antara generasi
berbulu dan berekor seperti kera dengan makhluk hidup berakal dan cerdas
seperti manusia.
Belum ditemukannya fosil manusia yang berbentuk setengah
manusia dan setengah kera lah yang dianggap menjadi missing link untuk
menjelaskan urutan evolusi manusia ini. Fosil tersebut dianggap diperlukan
untuk menjadi bukti sah kalau manusia memang berevolusi dari seekor kera.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan evolusi?
2. Bagaimana penjelasan tentang perkembangan teori evolusi?
3. Bagaimana pandangan baru terhadap teori evolusi?
4. Apa dasar dari pendangan baru yang diberikan?
BAB II

GAGASAN BARU TEORI EVOLUSI

2.1. Pengertian Evolusi


Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk hidup yang terjadi secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama sehingga terbentuk spesies
baru. Sedangkan, berdasarkan ilmu biologi, evolusi merupakan cabang biologi
yang mempelajari sejarah asal-usul makhluk hidup dan keterkaitan genetik
antara makhluk hidup satu dengan yang lain. Evolusi biologi mencakup dua
peristiwa, yaitu:

1. evolusi anorganik merupakan evolusi mengenai asal-usul makhluk hidup


yang ada di muka bumi, berdasarkan fakta dan penalaran teoritis.
2. evolusi organik (evolusi biologis) merupakan evolusi filogenetis, yaitu
mengenai asal-usul spesies dan hubungan kekerabatannya.

2.2. Perkembangan Teori Evolusi


Banyak penjelasan mengenai teori evolusi yang dikemukakan oleh para
ahli biologi, baik pada masa sebelum teori evolusi darwin maupun pada masa
sesudah teori evolusi Darwin. Teori-teori tersebut sebagai berikut :

A. Teori Evolusi Sebelum Darwin

Sejak abad ke-6 sebelum Masehi, banyak ahli yang telah berusaha
mengemukakan pendapatnya tentang asal usul berbagai jenis makhluk hidup
yang ada di dunia dan banyak ahli yang pendapatnya kemudian menjadi fondasi
dalam teori evolusi. Teori mengenai adanya evolusi yang dikemukakan oleh
para ahli sebelum munculnya teori evolusi adalah sebagai berikut.

1) Teori Fixisme
Diyakini oleh para pemikir pada masa-masa terdahulu. Teori
ini meyakini adanya eaneka ragam spesies makhluk yang bersifat
independen, artinya manusia berasal dari manusia dan seluruh
binatang yang lain juga berasal dari spesies mereka masing-masing.
2) Teori Transformisme
Beranggapan bahwa penciptaan spesies-spesies yang ada
sekarang ini berasal dari makhluk dan spesies-spesies yang berbeda.
Para ilmuwan berkeyakinan bahwa teori evolusi alam natural paling
tidak sesuai dengan masa para filosof Yunani. Sebagai contoh,
Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mengalami
proses dan evolusi. Jika manusia memiliki bentuk seperti yang dapat
kita lihat sekarang ini sejak dari permulaan, niscaya ia tidak akan
dapat bertahan hidup.
3) Teori Katastropisme
Merupakan paham tentang keanekaragaman makhluk hidup
dihasilkan oleh nenek moyang yang umum, dan muncul atau
punahnya makhluk hidup disebabkan oleh bencana alam. Teori ini
dikenalkan oleh George Cuvier (1796-1832), seorang ahli
Palentologi (ilmu fosil). Alasan Cuvier adalah karena ia mengamati
stiap sedimen bebatuan kuno yang ia temukan mengandung
beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang berbeda. Karena itu, ia
berpikir bahwa sedimen mewakili tiap masa atau waktu evolusi.
Tiap sedimen yang mengandung jenis-jenis organisme hidup dan
mati karena bencana.Ia berkeyakinan bahwa makhluk hidup muncul
selama masa yang beranekaragam dalam tataran geologis. Teori ini
dalam ilmu geologi dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu
evolusi besar di permukaan bumi. Ia mengingkari jenis hubungan
kefamilian antara makhluk hidup yang hidup pada masa kini dengan
makhluk hidup yang pernah hidup.
4) Teori Kresionisme
Merupakan teori tentang penciptaan yang terjadi dalam
sekali waktu kehidupan sekaligus lengkap, kemudian selesai dan
taka da lagi evolusi atau prubahan. Paham ini dianut berdasar
keyakinan agama juga berdasarkan keterangan Aristoteles (hidup
pada masa 300 SM). Teori Kreasionisme dianggap tidak valid
karena kenyatannya banyak spesies yang hidupnya tidak sekaligus
ada pada satu zaman. Misalnya, masa hidup dinosaurus tidak
bersamaan dengan masa hidup manusia.
5) Teori Gradualisme
Dikemukakan oleh ahli geologi Swedia bernama James
Hutton (1795). Paham tersebut menyatakan bahwa perubahan
geologis berlangsung pelan-pelan tetapi pasti. Teori ini tidak mampu
dijelaskan dengan mekanisme yang meyakinkan.
6) Teori Uiformitarianisme
Dinyatakan oleh Charles Lyell (1797-1875). Paham ini
meyatakan bahwa proses-proses geologis ternyata menuruti pola
yang seragam sehingga kecepata dan pengaruh perubahan selalu
seimbang dalam kurun waktu. Misalnya, terbentuknya gunung
selalu diimbangi dengan erosi gunung. Teori ini tidak dapat
menjelaskan kejadian terbentuknya spesies.
B. Pencetus Teori Evolusi
1) Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles adalah seorang filosof yang berasal dari Yunani, yang
mencetuskan teori evolusi. Ia mengatakan bahwa evolusi yang terjadi
berdasarkan metafisika alam, maksudnya metafisika alam dapat
mengubah organisme dan habitatnya dari bentuk sederhana kebentuk
yang lebih kompleks.
2) Anaximander (500 SM)
Filsuf yunani ini sering disebut sebagai evolusionis pertama.
Anaximander memercayai bahwa manusia berevolusi dari makhluk
akuatik mirip ikan yang pindah ke darat.
3) Empedocles (495-435 SM)
Empedocles adalah seorang filsuf yunani yang menyatakan bahwa
kehidupan muncul dari lumpur dan tumbuhan kemudian berubah
menjadi hewan. Menurut Ia, makhluk-makhluk pertama memiliki
bentuk seperti monster. Bentuk-bentuk ini berubah dan makhluk-
makhluk yang memiliki bentuk paling baik bertahan hidup. Pemikiran
empedocles ini adalah bentuk dari seleksi alam yang merupakan
mekanisme penting dalam evolusi.
4) Georges louis leclarc de Buffon (1707-1788)
Adalah naturalis pertama di era modern yang mengembangkan
konsep mengenai bentuk-bentuk kehidupan berevolusi. Buffon
berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi karena pengaruh alam
sekitar diwariskan sehingga terjadi penimbunan variasi. Berdasarkan
studi fosil, naturalis berkebangsaan Perancis ini mengemukakan bahwa
umur bumi kemungkinan lebih tua dari 6000 tahun. Lebih lanjut, ia
mengatakan bahwa kemungkinan fosil merupakan bentuk purba dari
spesies yang ada sekarang.
5) Erasmus Darwin (1731-1802)
Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Darwin.Ia menulis prosa
berjudul Zoonomia yang menentang teori evolusi versi Lamarck.
Namun, tulisannya ini dianggap kurang ilmiah. Teorinya adalah bahwa
evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah
diwariskan.
6) Sir Charles Lyell (1797-1875)
Lyell adalah seorang ahli geologi skotlandia yang berpendapat
bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka
waktu yang lama. Pendapatnya ini bertentangan dengan pendapat
kebanyakan pada waktu itu yang menganggap bumi masih berusia
muda. Lyell menerbitkan teorinya dalam buku Principles Of Geology.
Hasil karyanya ini memengaruhi pemikiran Charles Darwin dan Lyell
menjadi salah satu pendukung Darwin di kemudian hari.
7) Jean Baptise de Lamarck (1744-1829)
Lamarck ialah seorang ahli biologi prancis yang menjelaskan
evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan pada suatu
individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan disebut
teori Lamarckisme.Dalam bukunya yang berjudul “Philoshopic”
Lamarck mengatakan sebagai berikut :
a. Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang
diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
b. Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.
c. Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh
membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami
pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang.

Contoh yang dapat digunakan oleh Lamarck adalah jerapah.


Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena
makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha
untuk dapat menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka
semakin lama, leher jerapah menjadi semakin panjang dan pada generasi
berikutnya akan lebih panjang lagi.

Hipotesis Lamarck diformulasikan sebelum era biologi modern.


Pada saat itu teori sel belum dikenal, dan diperlukan satu abad lagi
sebelum peran gen-gen dan kromosom diketahui. Jadi tidaklah
mengherankan bahwa suatu teori yang tidak dapat dipertahankan dalam
ilmu pengetahuan modern, diajukan pada waktu itu.

Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek dari


Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah
heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang.
Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan.
Dari persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan
akan tetap hidup, sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya.
Jerapah yang berleher pendek akan mati dan perlahan- lahan mengalami
kepunahan.

8) Charles Robert Darwin (1809-1882)


Darwin adalah seorang peminat ilmu alam dari inggris. Teori
Evolusi Darwin tidak muncul begitu saja, namun berdasarkan hasil
perjalanannya dengan kapal Beagle ke kepulauan Galapagos dan studi
terhadap berbagai disiplin ilmu.
Buku darwin mengandung dua teori utama. Pertama, spesies-
spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup
di masa lalu. Kedua, seleksi alam merupakan penyebab evolusi adaptif.
Dua teori utama darwin tersebut merupakan hasil observasi darwin
sebagai berikut.

 Observasi Ke-1. setiap spesies memunyai kemampuan fertilisasi


yang besar sehingga ukuran populasi akan meningkat secara
eksponensial bila setip individu yang dilahirkan berhasil melakukan
reproduksi
 Observasi Ke-2. ukuran populasi cenderung menjadi stabil kecuali
untuk fluktuasi musiman
 Observasi Ke-3. sumber daya alam terbatas
 Observasi Ke-4. individu-individu suatu populasi sangat berfariasi
dalam hal ciri-ciri tubuh, namun tidak ada dua individu yang benar-
benar sama.
 Observasi Ke-5. kebanyakan variasi diwariskan pada keturunannya.
9) Teori Neo-Darwinisme
Penemuan pewarisan sifat tersebut memberikan banyak perdebatan
tentang teori Darwin karena tidak memperhitungkan genetika. Lalu pada
tahun 1880 dikemukakanlah modifikasi teori Darwin yang diberi nama
teori Neo Darwinisme dan dikemukakan oleh seorang naturalis asal
Jerman bernama August Weismann.
Teori evolusi Neo-Darwinisme mengatakan bahwa kehidupan
berkembang atauberevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi
alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini menekankan bahwa seleksi
alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi.
Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi
dalam struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi
ini kemudian dipilah dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara
inilah makhlukhidup berevolusi.
2.3. Pandangan Baru terhadap Teori Evolusi
Alam dimana makluk hidup perjuangan dan kompetisi. Pada tumbuhan
maupun hewan, seleksi alam hanya berlaku pada tumbuhan dan hewan yang
cacat. Organisme yang kalah oleh seleksi alam hanya sebagian kecil dari total
populasi spesiesnya. Sementara yang berhasil hidup masih lebih dominan dan
dapat mempertahankan diri hingga saat ini. Sejak dikemukakan pertama kali
oleh Charles Darwin, teori evolusi telah mendapat tentangan dari berbagai
pihak.

Pihak yang tidak setuju dengan pendapat Darwin mengemukakan bahwa


makhluk hidup tercipta dengan bentuk yang ada seperti saat ini. Ini disebut teori
penciptaan dan berkembang menjadi teori-teori yang pada intinya mendukung
teori penciptaan (creationism).

Makhluk hidup berserta alam merupakan hasil dari ciptaan Tuhan secara
terencana dan bukannya dengan ketidaksengajaan. Jika tidak maka sudah
seharusnya ada seorang ilmuwan yang dapat menciptakan sel yang merupakan
bagian struktural dan fungsional terkecil penyusun tubuh makhluk hidup.

Teori ilmiah yang menyatakan bahwa penjelasan terbaik terciptanya


alam semesta dan kehidupanadalah dikarenakan adanya suatu kecerdasan
(intellegent cause), bukan karena suatu proses tak langsung seperti seleksi alam.

2.4. Dasar Pandangan Baru Teori Evolusi


Menurut penganut teori penciptaan, terdapat 3 kelemahan teori evolusi
Darwin yang mendasar, yaitu :
1. tidak dapat menjelaskan bagaimana kehidupan di bumi bermula.
2. tidak ada temuan ilmiah yang menunjukkan bahwa “mekanisme evolusi”
yang diajukan oleh teori tersebut memiliki kekuatan untuk berevolusi.
3. terdapat catatan fosil yang menunjukkan adanya hal-hal yang berlawanan
dari apa yang dikemukakan oleh teori evolusi.
Sebuah fakta ilmiah yang seketika meruntuhkan teori ini sepenuhnya.
Mutasi tidak menyebabkan makhluk hidup berkembang. sebaliknya, selalu
merugikan mereka. Alasannya sangat sederhana, DNA memiliki struktur yang
sangat kompleks dan pengaruh acak hanya dapat mengakibatkan kerusakan
kepadanya.
Ahli genetika dari Amerika, B.G. Ranganathan menjelaskan “Mutasi
bersifat kecil, acak, dan merugikan. Mereka jarang sekali terjadi dan
kemungkinan terbaik adalah bahwa mereka tidak berpengaruh. Keempat ciri
dari mutasi ini berimplikasi bahwa mutasi tidak dapat membawa kepada
perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak dalam sebuah organisme
yang sangat terspesialisasi akan tak berpengaruh, atau merugikan”.
Henry M. Morris, seorang ahli evolusi, juga menambahkan, “Tidak ada
cara yang mengontrol mutasi untuk menghasilkan karakteristik yang
dibutuhkan”. Ini salah satu fakta yang membuktikan bahwa mutasi bersifat
acak. Professor Waddington mengatakan “mutasi jarang terjadi, mungkin hanya
satu dari jutaan hewan, atau satu kali dalam kehidupan”. Francisco J. Ayala
menulis dalam Philosophy of Science bahwa “kemungkinan terjadinya mutasi
pada organisme yaitu antara satu dari sepuluh ribu dansatu dari sejuta gen per
generasi”. Para ahli evolusi mengakui pada setiap penelitian biologi diketahui
bahwa: mutasi jarang terjadi, dan ketika benar terjadi, maka mutasi ini bersifat
acak. Oleh sebab itu, para ahli selanjutnya berpusat pada seberapa sering mutasi
“baik” terjadi.
Tidak mengejutkan bahwa sejauh ini tidak ada contoh mutasi yang
bermanfaat. Semua mutasi terbukti merugikan. Telah dipahami bahwa mutasi,
yang ditampilkan sebagai sebuah “mekanisme evolusioner”, sebenarnya
merupakan peristiwa genetik yang merugikan makhluk hidup, dan menjadikan
mereka cacat (efek mutasi paling umum pada manusia adalah kanker). Tak
diragukan, sebuah mekanisme yang merusaktidak mungkin menjadi
“mekanisme evolusioner”.
Para ahli evolusi melakukan penelitian lebih jauh mengenai mutasi.
Hermann J.Muller, Nobel Laureate, dan beberapa ahli genetika lainnya
menyatakan dalam American Scientist bahwa “mutasi bersifat acak, dan 99%
dari mutasi tersebutmembahayakan”. Henry M. Morris meringkas efek buruk
dari mutasi, “mutasi yang bermanfaat memiliki karakteristik yang tersebunyi
pada gen (materigenetiknya) namun tidak terekspresi, sehingga para ahli ragu
bahwa mutasi benar-benar terjadi”.
Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti
yangmendukung pernyataan evolusionis :
a. Efek langsung dari mutasi membahayakan.
Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu
merusak makhlukhidup yang mengalaminya. Logika mengatakan
bahwa intervensi secara tak sengajapada sebuah struktur sempurna
dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi
merusaknya. Dan memang, tidak pernah ditemukan satu pun“mutasi
yang bermanfaat”.
b. Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu
organisme.
Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari
tempatnya, rusakatau terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat
memberi makhluk hidup organ atausifat baru. Mutasi hanya meng-
akibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang munculdi punggung,
atau telinga yang tumbuh dari perut.
c. Agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus
terjadipada sel-sel reproduksi organisme tersebut.
Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh
tidak dapatdiwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh,
mata manusia yangberubah akibat efek radiasi atau sebab lain, tidak
akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Seleksi alam sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada teori
evolusi,sebab mekanisme ini tidak pernah mampu menambah atau memperbaiki
informasi genetis suatu spesies. Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu
spesies menjadi spesies lain seperti bintang laut menjadi ikan, ikan menjadi
katak, katak menjadi buaya, ataubuaya menjadi burung. Seleksi alam, di sisi
lain, “tidak dapat melakukan apa pundengan sendirinya”, sebagaimana juga
diakui oleh Darwin. Fakta ini menunjukkankepada kita bahwa tidak terdapat
“mekanisme evolusioner” di alam. Karena tidak adamekanisme evolusioner,
tidak mungkin pula proses khayalan yang dinamakan evolusipernah terjadi.
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak
pernah ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang
diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk
hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh George Gaylord Simpsondari Universitas Harvard pada awal
tahun 1944, yaitu: “…bentuk-bentuk transisiberkelanjutan tidak dapat dilihat
secara nyata. Oleh karena itu, hal ini tidak dapatmenghubungkan suatu kejadian
dari spesies tertentu, dan dibutuhkan suatu penjelasanyang lebih khusus dari
para ahli paleontologi”.
Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari
evolusibertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya.
Begitu pulaperbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga
telah berevolusi darispesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat
berbeda, sehingga merekatidak mungkin menjadi nenek moyang dan
keturunannya.
BAB III

KESIMPULAN

Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk hidup yang terjadi secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru.
Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum
atau langka dalam suatu populasi.

Banyak penjelasan mengenai teori evolusi yang dikemukakan oleh para ahli
biologi, baik pada masa sebelum teori evolusi darwin maupun pada masa sesudah
teori evolusi Darwin. Teori yang sudah ada tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

Dalam buku yang ditulis oleh Darwin mengandung dua teori utama.
Pertama, spesies-spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang
hidup di masa lalu. Kedua, seleksi alam merupakan penyebab evolusi adaptif. Akan
tetepai teori ini masih dapat terbantahkan antara lain tidak dapat menjelaskan
bagaimana kehidupan di bumi bermula, tidak ada temuan ilmiah yang menunjukkan
bahwa “mekanisme evolusi” yang diajukan oleh teori tersebut memiliki kekuatan
untuk berevolusi serta, terdapat catatan fosil yang menunjukkan adanya hal-hal
yang berlawanan dari apa yang dikemukakan oleh teori evolusi. Bantahan tersebut
juga memiliki dukungan sebuah fakta ilmiah yang semakin membuat banyaknya
pihak yang tidak setuju dengan teori Darwin tersebut.

Pandangan baru mengenai evolusi yaitu dari pihak yang tidak setuju dengan
pendapat Darwin mengemukakan bahwa mahluk hidup tercipta dengan betuk yang
ada seperti saat ini. Ini disebut teori penciptaan dan berkembang menjadi teori-teori
yang pada intinya mendukung teori penciptaan (creationism).

Makhluk hidup berserta alam merupakan hasil dari ciptaan Tuhan secara
terencana dan bukannya dengan ketidaksengajaan. Jika tidak maka sudah
seharusnya ada seorang ilmuwan yang dapat menciptakan sel yang merupakan
bagian struktural dan fungsional terkecil penyusun tubuh makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Maniam, Manickam Bala Subra dan Yusa. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi. Bandung : Grafindo Media Pratama.

https://www.academia.edu/19686919/Teori_Neo_Darwinisme_Sejarah_dan_Perk
embangan. Diakses pada tanggal 16 Januari 2022. Pukul 08.00 WIB.

https://www.scribd.com/embeds/74727392/content?start_page=1&view_mode=sc
roll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf. Diakses pada tanggal 16 Januari
2022. Pukul 08.17 WIB.

https://www.academia.edu/37991674/evolusi_docx. Diakses pada tanggal 16


Januari 2022. Pukul 08.28 WIB.

https://www.scribd.com/document/327331454/Teori-Darwin. Diakses pada


tanggal 16 Januari 2022. Pukul 09.05 WIB.

https://www.academia.edu/39024724/MAKALAH_TEORI_EVOLUSI_DARWI
N. Diakses pada tanggal 16 Januari 2022. Pukul 09.43 WIB.

https://www.scribd.com/document/436102090/Kelemahan-Teori-Evolusi-Darwin-
Menurut-Teori-Penciptaan. Diakses pada tanggal 16 Januari 2022. Pukul 12.50
WIB.

https://pahamify.com/blog/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-evolusi/. Diakses
pada tanggal 16 Januari 2022. Pukul 12.57 WIB.

Anda mungkin juga menyukai