Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gracia Filia Mulyono

NIM : 180341617552
Kelas : Offering C-C 2018

Tugas 1 Pertemuan 3 : Merumuskan Prinsip Dasar Setiap Teori Evolusi yang


Berkembang dan Membandingkannya dengan Konsep Terkini.

Perkembangan teori evolusi terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu Masa Pre-
Darwin, Masa Darwin, dan Masa Post-Darwin. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan
dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak
perkembangan ilmu di masa Romawi dan Yunani kuno, naming secara ilmiah baru
dikemukakan oleh Charles Robert Darwin yang ditulis dalam bukunya yang berjudul The
Origin of Species by Means of Natural Selection or The Preservation Favoured Races in the
Struggle for Life diterbitkan pada November 1859. Oleh karena itu, Charles Darwin disebut
sebagai ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, berdasarkan konsep teori
evolusi yang dikemukakannya yang dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori
terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi dan terbukti mapan menghadapi pengujian
ilmiah.

A. Masa Pre-Darwin
Teori evolusi pada masa pre-Darwin memiliki pandangan bahwa sejak kehidupan
muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan.
1. Masa Fixisme
Pada masa ini, evolusi seringkali dikaitkan dengan perihal mitos, sehingga
teori-teori yang dikemukakan dikenal bercorak sebagai fiksi ilmiah. Konsep utama
yang berkembang pada masa ini yaitu:
- Organisme adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga disebut sebagai The
Special Creation (Teori Ciptaan Khusus). Kemudian Leewenhoek
melakukan sebuah eksperimen dengan merendam potongan jerami selama
7 hari dan ia berhasil menemukan adanya makhluk hidup dari percobaan
yang dibuatnya (Paraemecium) sehingga dikenal konsep teori baru yaitu
generatio spontanea, yang menyatakan bahwa kehidupan dapat berasal
dari benda tak hidup.
- Adanya kelainan atau cacat tubuh yang terjadi pada suatu organisme pada
masa itu dianggap sebagai sebuah ‘kutukan’, bukan sebagai perubahan
akibat proses seleksi alam maupun perubahan genetik (mutasi) makhluk
hidup. Hal ini karena unsur mitos yang masih melekat pada masa itu.
2. Masa Adapta si dan Transformasi
Salah satu teori evolusi yang berkembang pada masa ini yaitu teori evolusi
oleh John Baptist Lamarck yang meyakini adanya perubahan linear (transformasi)
pada makhluk hidup dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks, baik
secara struktur maupun fungsi, yang terjadi sebagai akibat dari respons terhadap
lingkungan (adaptasi). Organ tubuh yang sering digunakan akan menguat atau
semakin berkembang sementara organ tubuh yang jarang digunakan akan
melemah atau terreduksi, konsep ini dikenal sebagai konsep use and disuse.
Perubahan (transformasi) akibat adaptasi ini kemudian akan diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi dan berlanjut sepanjang masa.
B. Masa Darwin
1. Masa Seleksi Alam
Teori evolusi pada masa ini memiliki pandangan bahwa keragaman organisme
yang ada merupakan hasil dari proses seleksi alam, dimana individu yang mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan alam akan dapat bertahan hidup sedangkan
individu yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan alam akan mati
(terseleksi).
Selain teori seleksi alam, Charles Darwin juga menemukan konsep baru
mengenai variasi sebagai peristiwa spesiasi, yaitu pembentukan spesies baru dari
spesies yang sudah ada. Darwin menemukan fakta bahwa berbagai spesies burung
finch (emprit branjangan), berdasarkan habitat dan jenis makanannya, terdapat
“variasi” pada paruh mereka.
2. Masa Genetika
Masa genetika diawali dengan dikemukakannya hukum pewarisan sifat oleh
Gregor Johan Mendel. Pada masa Darwin, teori genetika dan teori evolusi
merupakan dua disiplin ilmu yang berkembang bersama tetapi terpisah antara satu
dengan lainnya, tidak memiliki keterkaitan antara keduanya. De Vries dan
Tschernov merupakan tokoh yang membawa pandangan baru dengan
menghubungkan kedua teori ini, yang menjelaskan bahwa perubahan sifat yang
terjadi dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen dan kemudian diwariskan kepada
keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi dapat berlangsung berulang kali
sehingga perbedaan atau penyimpangan sifat menjadi semakin besar,
menghasilkan keberagaman makhluk hidup yang semakin besar hingga saat ini.
Hal ini didukung oleh Weismann, yang menyatakan bahwa evolusi terjadi
karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis, dimana variasi yang
diwariskan dari induk kepada keturunanya bukan diperoleh dari lingkungannya
melainkan perubahan yang diatur oleh faktor genetik. Dibuktikan melalui
rancangan percobaan Weismann dengan memotong ekor tikus sampai 20 generasi,
yang apabila variasi yang diwariskan diperoleh dari lingkungan maka akan
dihasilkan keturunan tikus yang terpotong ekornya atau tidak memiliki ekor atau
berekor pendek. Tetapi, hasil percobaannya menunjukkan bahwa keturunan tikus
yang dipotong ekornya tetap saja berekor, menunjukkan bahwa variasi yang
diwariskan dari induk kepada keturunanya bukan diperoleh dari lingkungannya
melainkan diatur oleh faktor genetik. Teori ini sekaligus mematahkan teori yang
dikemukakan oleh Lamarck sebelumnya, mengenai perubahan leher jerapah yang
semula pendek kemudian menjadi panjang karena sering dipakai untuk meraih
dedaunan dari dahan yang tinggi.
C. Masa Post-Darwin
Perkembangan teori evolusi pada masa post-Darwin ditandai dengan kondisi
masyarakat ilmiah yang menjadi lebih komunikatif atau terbuka sehingga dapat
melihat keterkaitan antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya dan
menemukan titik tengah untuk menjelaskan antara keduanya. Salah satunya yaitu,
kontradiksi antara teori evolusi Charles Darwin melalui seleksi alam dengan teori
genetika oleh Gregor Mendel yang berhasil disatukan pada tahun 1920-1930-an oleh
biologiawan evolusi seperti J.B.S Haldane, Sewall Wright, dan Ronald Fisher,
menghasilkan kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan hukun pewarisan sifat
Mendel menjadi “Sintesis Evolusi Modern”.
Selanjutnya, bukan hanya genetika saja, tetapi semua cabang ilmu biologi
dapat menjelaskan fenomena evolusi. Beberapa ahli biologi yang terlibat dalam
pengembangan teori evolusi post-Darwin antara lain, Theodoriuz Dobzhansky yang
berjasa merangkum begitu banyak fenomena evolusi dari berbagai disiplin ilmu,
Morgan yang melakukan pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah
Drosophila melanogaster, Mary dan Darlington yang menemukan fenomena evolusi
baru sebagai ahli taksonomi sistematik dan zoogeografi burung, serta Simpson
sebagai ahli paleontologi.

D. Masa Evolusi Modern


Perkembangan teori evolusi modern ditandai dengan perkembangan teknologi
yang memungkinkan dilakukannya penelitian-penelitian lebih lanjut untuk mengkaji
dan melahirkan konsep-konsep baru berdasarkan penelitian yang dikembangkan. Pada
masa evolusi modern ini terdapat dua kelompok pemikiran yaitu kelompok netralis
dan kelompok seleksionis. Dalam kelompok netralis, salah satu tokoh yang terlibat
yaitu Motoo Kimura, merupakan seorang ahli biologi asal Jepang, yang
mengemukakan teori evolusi molekuler netral. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan evolusioner pada tingkat molekuler disebabkan oleh hanyutan genetik
mutan-mutan yang netral, tidak ada seleksi pada suatu mutasi karena itu suatu spesies
tidak akan dengan mudah mengalami kepunahan; proses hilangnya suatu alel hanya
bergantung kepada arus genetik dan kecepatan mutasi. Sementara itu, kelompok
pemikiran seleksionis memiliki pandangan bahwa seleksi merupakan mekanisme
evolusi yang pasti terjadi, meskipun beberapa alel terlihat tidak terpengaruh oleh
suatu keadaan, bukan berarti pada keadaan yang lain semua alel tetap tidak terkena
seleksi; karena ekspresi suatu gen tidak ditentukan oleh satu gen saja, melainkan oleh
sejumlah gen sekaligus. Namun, dalam hal ini pemikiran netralis maupun seleksionis
keduanya adalah benar, bahwa suatu keanekaragaman dapat bersifat netral pada suatu
keadaan tetapi dapat pula terkena seleksi pada keadaan yang lain. Keduanya
diperlukan untuk kelansungan hidup suatu makhluk hidup.

Referensi :

Henuhili, V., Mariyam, S., Sudjoko, Rahayu, T. 2012. Diktat Kuliah: Evolusi. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta.

Iskandar, Djoko T. 2008. Evolusi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.


Taufik, Leo M. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, dan Nanti. Jurnal Filsafat
Indonesia, 2(3), 98¯ 102.

Anda mungkin juga menyukai