Anda di halaman 1dari 16

EKOLOGI & BIOGEOGRAFI

MACAN TUTUL JAWA


(Panthera pardus melas)

ALPREDO DIAS AGAPE L TORUAN


(2021051024008)
PENDAHULUAN

Latar Belakang

• Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah


subspesies macan tutul yang dapat ditemukan di Pulau
Jawa, Indonesia.
• Macan Tutul Jawa termasuk kedalam salah satu satwa
yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5
tahun 1990 tentang konsevasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistem.
• Dikategorikan terancam dalam daftar Redlist dengan
kategori Critically Endangered. Juga terdaftar dalam
Appendix I CITES adalah jenis yang jumlahnya di alam
sudah sangat sedikit (akan punah).
Tujuan Manfaat

1. Untuk mengetahui jalur distribusi 1. Menjadi dasar informasi mengenai


Macan tutul Jawa Karakteristik Habitat, satwa mangsa, dan
2. Untuk mengetahui gangguan potensi ancaman terhadap habitat dan
terhadap habitat dan keberadaan keberadaan Macan Tutul Jawa.
Macan Tutul Jawa di kawasan 2. Memberikan kontribusi khususnya dalam
cagar alam. bidang ekologi dan biogeografi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

• Macan Tutul Jawa merupakan satwa predator endemik yang klasifikasi Panthera pardus melas
ditemukan di sepanjang hutan di Pulau Jawa, mulai dari (Gunawan, 1988)
Taman Nasional Ujung Kulon hingga Taman Nasional Alas Kingdom : Animalia
Purwo, juga di pulau Kangean, dan Pulau Nusakambangan Phylum : Chordata
• Macan Tutul Jawa juga menempati habitat di luar kawasan
Sub-phylum : Vertebrata
konservasi seperti di hutan produksi yang berkisar dari hutan
dataran rendah hingga hutan pegunungan pada ketinggian di Class : Mamalia
atas 2.500 mdpl. Satwa ini ditetapkan sebagai salah satu Ordo : Karnivora
satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah no 7 Family : Felidae
tahun 1999.
Genus : Panthera
• Macan Tutul Jawa ini juga masuk ke dalam 25 jenis satwa
prioritas terancam punah yang dilindungi untuk ditingkatkan Species : Panthera pardus Linnaeus, 1758
populasinya. Sub-species : Panthera pardus melas
Cuvier, 1809
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi

• Memiliki tubuh yang memanjang dan berotot.


• Warna dasar sangat bervariasi dari kekuningan sampai ke abu-abuan, dada, perut dan
bagian dalam kaki berwarna dasar putih. Selebihnya di bagian kepala, tenggorokan, dada
dan bagian luar kaki memiliki tutul-tutul berwarna hitam .
• Warna dasar kulit juga sangat bervarasi tergantung pada lokasi, mulai dari kuning keemasan
di padang rumput terbuka, kuning-krem di daerah padang pasir sampai kuning gelap di
pegunungan dan daerah berhutan (Guggisberg, 1975; Nowak, 1997)
• Selain memiliki ciri khas bertutul di sekujur tubuhnya, macan tutul jawa juga memiliki variasi
warna lain yaitu hitam
• Macan tutul yang pernah diukur memiliki panjang 0,910 - 2,920 m tetapi yang lebih umum
berkisar 1,37 – 1,67 m dengan berat 28 – 90 kg
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Habitat Makanan

• Macan tutul merupakan spesies yang • Karnivora


sangat mudah beradaptasi. Mereka • Macan Tutul Jawa merupakan predator
ditemukan di setiap tipe hutan, savana, utama di alam liar dan memiliki fungsi
padang rumput, semak, setengah sebagai pengendali populasi Ungulata
gurun, hutan hujan tropis berawan, seperti kijang, kancil, babi hutan dll.
pegunungan yang terjal, hutan gugur
yang kering, hutan konifer sampai
sekitar pemukiman .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi

• Macan tutul betina akan mencapai kematangan seksual pada umur rata-rata 33
bulan (30 – 36 bulan). Seekor betina pertama melahirkan pada umur 2,5 tahun
sampai 3 tahun. Masa kehamilan rata-rata 96 hari (90 – 112 hari).
• Induk yang bunting mencari gua, celah batu besar, lubang pohon atau semak
belukar untuk melahirkan dan membuat sarang (Nowak, 1997, Guggisberg,
1975).
• Macan tutul umumnya melahirkan dua anak per kelahiran, tetapi kadang-kadang
3 atau 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi

• Macan tutul betina akan mencapai kematangan seksual pada umur rata-rata 33
bulan (30 – 36 bulan). Seekor betina pertama melahirkan pada umur 2,5 tahun
sampai 3 tahun. Masa kehamilan rata-rata 96 hari (90 – 112 hari).
• Induk yang bunting mencari gua, celah batu besar, lubang pohon atau semak
belukar untuk melahirkan dan membuat sarang (Nowak, 1997, Guggisberg,
1975).
• Macan tutul umumnya melahirkan dua anak per kelahiran, tetapi kadang-kadang
3 atau 4
BAB III. PEMBAHASAN

• Macan tutul jawa merupakan spesies yang sangat mudah beradaptasi (Cat
Specialist Group, 2002), bahkan sangat tangguh menghadapi perkembangan
pemukiman manusia. Dengan meningkatnya kepadatan populasi manusia di
sekitar hampir seluruh habitatnya, macan tutul masih ditemukan di seluruh
kawasan di Jawa meskipun pulau ini termasuk pulau terpadat penduduknya di
dunia.
• Habitat asli mereka mencakup berbagai tipe lingkungan, meskipun sebagian
besar populasinya berada di hutan-hutan tropis dan subtropis. beberapa tipe
habitat yang biasanya dihuni seperti ; hutan hujan tropis, hutan pegunungan,
hutan bambu, lereng gunung, dan kawasan taman nasional dan konservasi.
SubSpesies Famili
BAB III. PEMBAHASAN

• Berdasarkan pohon phylogenetik sub-spesies terlihat bahwa Macan Tutul Jawa


( Panthera pardus melas ) merupakan subspesies yang berbeda secara morfologi
dengan wilayah sebaran yang sangat terbatas (Meijaard, 2004; Santiapillai dan
Ramono, 1992). Penelitian terbaru mengenai variasi DNA mitokondria
menegaskan bahwa subspesies Macan tutul jawa cukup berbeda dari macan tutul
(Panthera pardus) lainnya.
• Berdasarkan famili Panthera pardus melas, Panthera onca dan Panthera leo
memiliki persamaan pada taksonomi nya. Tetapi secara Panthera pardus
dibedakan dari morfologinya yang bulu nya berbeda dan ukurannya lebih kecil
Kesimpulan

• Macan tutul Jawa adalah subspesies langka dan endemik yang hanya ditemukan
di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Mereka memiliki penyebaran geografis
yang sangat terbatas.
• Populasi macan tutul Jawa terancam punah, dan mereka masuk dalam kategori
"Kritis" dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of
Nature). Perlindungan dan pelestarian habitat alami mereka, serta upaya untuk
mengurangi konflik dengan manusia, sangat penting untuk kelangsungan hidup
mereka.
Daftar Pustaka

Ario, A., Mercusiana, S., Rustiadi, A., Gumilang, R., Wirawan, I. G. G. D. P., & Slamet, T. A. (2022). The Javan Leopard
Panthera pardus melas (Cuvier, 1809)(Mammalia: Carnivora: Felidae) in West Java, Indonesia: estimating
population density and occupancy. Journal of Threatened Taxa, 14(7), 21331-21346.
As’ ary, M., Setiawan, Y., & Rinaldi, D. (2023). Analysis of Changes in Habitat Suitability of the Javan Leopard (Panthera
pardus melas, Cuvier 1809) on Java Island, 2000–2020. Diversity, 15(4), 529.

Kementrian Lingkungan dan Kehutanan, K. L. H. (2016). Strategi dan Rencana aksi Konservasi Macan
Tutul Jawa (Panthera pardus melas) 2016-2026. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Gippoliti, S., & Meijaard, E. (2007). Taxonomic uniqueness of the Javan Leopard; an opportunity for zoos to save
it. Contributions to Zoology, 76(1), 55-57.
SEKIAN DAN TERIMAS KASIH

WHOA

Anda mungkin juga menyukai