Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Agroklimatologi

PENGENALAN ALAT-ALAT STASIUN KLIMATOLOGI

Nama : Ulfa Fitriana


NIM : G011181097
Kelas : Agroklimatologi A
Kelompok : 1 (Satu)
Asisten : 1. Lusiana Faradilla
2. Harsya Wardhana

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTNIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis, dalam usaha
pembangunan sudah selayaknya harus memperhatikan dan memanfaatkan
keuntungan dari iklim tropis. seperti halnya energi matahari yang sangat terbilang
tinggi, beberapa wilayah yang sering terjadi hujan juga sangat dapat
dimanfaatkan, dan tanah yang subur dapat ditumbuhi berbagai jenis tanaman
seperti yang diterapkan di negara tropis lain dalam pembangunan perekonomian
demi kesejahteraan rakyat (Estiningtyas, 2011).
Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh dalam bidang pertanian adalah
faktor iklim. Iklim merupakan kondisi cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
dalam wilayah yang luas. Berbeda halnya dengan definisi cuaca yang diartikan
sebagai kondisi atmosfer dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu yang
pendek. Keduanya saling berkaitan satu sama lain saling melengkapi demi
menunjang kelancaran kegiatan pertanian khususnya. Iklim merupakan salah satu
syarat tumbuh suatu tanaman. Jadi, setiap tanaman memiliki karakteristik iklim
yang berbeda tiap spesies tanamannya. Unsur-unsur iklim yang banyak
memberikan kontribusi terhadap bidang pertanian khususnya antara lain curah
hujan, angin, temperatur, kelembaban serta radiasi matahari. Unsur-unsur tersebut
saling berkaitan satu sama lain sehingga misalnya curah hujan akan selalu
berkaitan dengan kelembaban dan temperatur (Bayong, 2006).
Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena yang terjadi di
atmosfer yang keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Perhatian mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan
cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi. Peramalan adalah
suatu kegiatan memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang
berdasarkan nilai sekarang dan masa lalu dari suatu peubah (Sabaruddin, 2014).
Klimatologi pada dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan
iklim yang menyangkut distribusinya baik dari skala global (dunia), regional
(wilayah), maupun lokal (setempat). Ilmu yang mempelajari iklim disebut
klimatologi, yakni yang mengkaji gejala-gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau
karakteristik dan gejala-gejala cuaca tersebut mempunyai sifat umum dalam
jangka waktu yang relatif lebih luas pada atmosfer bumi (Sabaruddin, 2014).
Pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi iklim setiap saatnya
untuk itu, perlu adanya Stasiun klimatologi pertanian yang bisa memenuhi
kebutuhan informasi iklim dan cuaca. Stasiun klimatologi pertanian merupakan
stasiun meteorologi pertanian yang mampu menyelenggarakan pengamatan cuaca
atau biologi dalam jangka waktu yang panjang dan teratur. Penempatan stasiun
klimatologi harus ada pada titik jaringan pengamatan internasional secara teratur,
minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh dipindahkan. Stasiun
Klimatologi Pertanian hendaknya dapat mengukur hubungan ilmiah antara iklim,
tanah, air, dan tanaman (Bunganaen, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum pengenalan alat alat
klimatologi untuk mengetahui pentingnya keberadaan stasiun badan meteorologi
dan klimatologi geofisika dan prinsip kerja dari masing-masing alat klimatologi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja, cara
penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat
pengukur analisis cuaca yang ada pada stasiun klimatologi serta mengetahui
hubungan klimatologi pada bidang pertanian.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui prinsip kerja,
cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu
alat pengukur analisis cuaca yang ada pada stasiun klimatologi serta mahasiswa
dapat menjelaskan hubungan klimatologi pada bidang pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Ilmu yang mempelajari mengenai cuaca disebut meteorologi yakni cabang
ilmu yang membahas pembentukan dan perubahan cuaca serta proses-proses
fisika yang terjadi diatmosfer. Secara luas menyatakan bahwa meteorologi sebagai
suatu cabang ilmu pengetahuan dari atomosfer mempunyai kaitan secara fisik,
dinamik, dan menyangkut status kimia atmosfer dan interaksi antara atmosfer
bumi dengan permukaan bumi. Nilai total dari perubah fisik atmosfer yang
berlangsung dalam keadaan sesaat yang terjadi pada tempat terntentu. Nilai
tersebut diperoleh melaui pengukuran pada stasium pengamatan terhadap unsur-
unsur cuaca. Meteorologi lebih menekankan proses terjadinya cuaca misalnya
mengapa sampai terjadi suhu ekstrim, hujan lebat, kelembaban rendah, penguapan
tinggi, sedangkan klimatologi penekannya lebih menekan kepada penyebaran
hasil dari proses tersebut misalnya penyebaran suhu udara, kelembaban udara,
curah hujan, frekuensi terjadinya banjir, kekeringan, El Nino, baik skala harian,
bulanan maupun tahunan (Sabaruddin, 2014).
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari masalah atmosfer, misalnya,
suhu, udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainnya
yang digunakan untuk keperluan prakiraan cuaca. Dalam KBBI, meteorologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia atmosfer
untuk meramalkan keadaan cuaca di suatu tempat secara khusus dan di seluruh
dunia secara umum. Pengertian meteorologi yang lain adalah bahwa meteorologi
adalah ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam
atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu troposfer (Katrina, 2014).
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca atau
iklim baik skala global, regional maupun local atau setempat dalam kegiatan
pertanian. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-
rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari
unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim. Iklim mengkaji dan membahas
tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu wilayah yang berulang selama periode
waktu yang panjang (Sabaruddin, 2014).
Klimatologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan mengapa iklim dan cuaca di berbagai tempat di bumi bisa berbeda,
serta bagaimana hubungan antara iklim dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Klimatologi merupakan salah satu dari cabang-cabang ilmu geografi yang sering
disejajarkan dengan meteorologi karena memiliki kemiripan, namun keduanya
memiliki perbedaan mendasar dalam kajiannya, meteorologi fokus mengkaji
proses di atmosfer sedangkan klimatologi lebih mengkaji pada hasil akhir dari
proses-proses atmosfer (Fontain, 2010).
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika dilakukan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi yang melibatkan
pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki
oleh batuan di dalam bumi. Metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu
untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu berfungsi untuk eksplorasi
mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi serta dalam skala kecil yaitu
untuk aplikasi geoteknik (Supangat, 2000).
2.2 Penempatan Stasiun Klimatologi
Sebuah stasiun klimatologi pertanian memerlukan sebidang tanah yang
cukup luas yang terdiri atas taman alat dan daerah terbuka. Ukuran luas yang
diperlukan tergantung pada jumlah alat dan persyaratan karakteristik masing-
masing alat pengukur. Taman alat adalah sebidang tanah dimana tempat alat-alat
pengukur unsur cuaca dipasang. Menurut Ariffin (2010) persyaratan dasar yang
harus dipenuhi untuk pembuatan taman alat yaitu:
1. Berada di permukaan tanah datar, rata, dan sepenuhnya tertutup rumput pendek
yang terpelihara dengan baik,
2. Diletakkan di tengah-tengah daerah terbuka, jauh dari pepohonan dan gedung,
3. Cukup luas dan masing-masing alat tersususn dengan baik, sehingga tidak
saling menghalangi,
4. Diberi pagar kawat setinggi kira-kira 1-2 meter.
Luas taman alat tergantung jumlah dan jenis alat yang ada. Menurut WMO
untuk pemasangan alat yang terdiri dari pengukur suhu udara dan kelembaban
udara saja, hanya memerlukan sebidang tanah berukuran paling sempit yaitu 9 x 6
meter, sementara itu untuk stasiun klimatologi yang memiliki alat-alat yang
lengkap menurut WMO, dibutuhkan daerah yang terbuka dengan ukuran paling
sempit yaitu 10 x 10 meter (Ariffin, 2010).
Daerah terbuka ialah sebidang tanah di sekeliling taman alat, yang di
dalamnya tidak terdapat suatu penghalang yang dapat mengganggu bekerjanya
alat pengukur cuaca, baik yang bersifat temporer maupun permanen. Daerah
terbuka diperlukan agar hasil pengukuran dalam taman alat dapat mewakili
keadaan iklim daerah sekitar dengan jangkauan yang lebih luas (Ariffin, 2010).
2.3 Alat-Alat Klimatologi
Menurut Budiyanto (2016), adapun alat- alat klimatologi adalah sebagai
berikut:
1. Gun Bellani
Gun Bellani memiliki fungsi sama dengan alat aktinograf yaitu untuk
mengukur total radiasi matahari selama satu hari sejak matahari terbit hinga
terbenam. Prinsip alat ini adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola
sensor. Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang
uap zat cair berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul
akan dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air
kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari.
Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan
dengan alat yang pertama hasilnya lebih kasar.
2. Aktinograf Bimetal
Aktinograf Bimetal adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
sinar matahari yang dapat mencatat sendiri. Bagian alat ini meliputi kubah kaca,
kotak penutup alat, logam putih, tangkai penghubung logam hitam, selinder jam,
tempat meletakan kertas pias, penjepit kertas pias, kunci pemutar jam, pena
pencatat dan kertas pias.
3. Campbell-Stokes
Perekam Penyinaran Matahari Campbell-Stokes digunakan untuk mengukur
lamanya penyinaran matahari. Perekam Penyinaran Matahari Campbell-Stokes
digunakan untuk mengukur durasi atau lamanya penyinaran matahari yang cerah
dan terdiri dari sebuah bola pejal yang terbuat dari gelas. Pada prinsipnya piranti
ini terdiri dari sebuah bola kaca bening, dan pada bagian bawah bola kaca ini
terdapat lempengan logam sebagai tempat menaruh kertas pias. Bola kaca
dipegang kuat oleh busur logam yang berfungsi sebagai busur meridian pengatur
kemiringan lensa. Piranti ini juga dilengkapi dengan semacam water pass sebagai
penunjuk kedudukan horisontalnya
4. Psikrometer Sangkar
Psikrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban udarayang diletakkan
dalam sangkar cuaca dan dilengkapi dengan termometer bola basah dan bola
kering.Psikrometer ini terdiri dari dua termometer yang identik dan letaknya
saling berdekatan. Termometer yang satu tidak diapa-apakan, sedangkan
termometer yang satunya dibalut dengan kain tipis yang selalu basah Psikrometer
ini diletakkan di dalam sangkar Stevenson.
5. Termometer Tanah
Termometer Tanah digunakan untuk mengukur suhu tanah. Termometer ini
diletakkan pada tanah gundul dan tanah dengan vegetasi (Prawirowardoyo, 1996
dalam Budiyanto, 2016). Prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa,
hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti
daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah
yang lebih besar daripada udara.
6. Termograf Bimetal
Suatu alat dapat mengukur suhu terus-menerus secara otomatis dinamai
termograf. Termograf dilengkapidengan suatu mekanisme yang memutarkan
tromol yang berbentuk silinder danberpias. Pada termograf bimetal inigerakan
pena perekam pada tromol mengikuti perubahan kelengkungan suatubilah atau
spiral bimetal, yang salah satu ujungnya diikat tetap pada kerangkatermograf.
Ujung bimetal yang lain dihubungkan pada suatu sistem lengan yang
menggerakkan pena perekam. Suhu udara dapat pula diukur secara kontinu
dengan menggunakan termometer yang dapat merekam sendiri, yang dinamakan
termograf.
7. Cup Counter Anemometer
Cup Counter Anemometer adalah sebuah alat yang terdiri atas beberapa
mangkok yang disusun seperti baling-baling. Setiap mangkok ditopang oleh
penampang yang berhubungan dengan pencatat kecepatan mekanis. Cara kerja
dari Cup Counter Anemometer yaitu bila tertiup angin, baling-baling anemometer
akan bergerak sesuai arah angin. Setelah bergerak, alat penghitung pada
anemometer akan bekerja dan menghitung kecepatan angin. Hasilnya kemudian
dicatat dan dicocokkan dengan skala Beaufort. Penempatan anemometer untuk
pengukuran klimatologis ialah diatas lapangan terbuka yang tidak dipengaruhi
penghalang disekitarnya.
8. Ombrometer Tipe Observatorium
Alat penakar hujan ada 2 macam yaitu manual dan otomatis dan yang tidak
mencatat sendiri. Penakar hujan yang tidak dapat mencatat sendiri adalah
ombrometer tipe observatorium. Untuk menakar curah hujannya digunakan gelas
pengukur khusus yang sudah ditera dan dibaca dalam milimeter. Ombrometer tipe
observatorium digunakan untuk mengukur banyaknya curah hujan yang
disalurkan ke bejana kemudian diukur menggunakan gelas dalam satuan
milimeter.
9. Ombrometer Tipe Hellman
Alat penakar hujan ada 2 macam yaitu yang dapat mencatat sendiri dan yang
tidak mencatat sendiri. Penakar hujan yang dapat mencatat sendiri adalah
ombrometer tipe Hellman dan ombrometer tipe Bendix. Ombrometer Tipe
Hellman dipasang dilapangan terbuka dengan jarak biibir corong dengan tanah
setinggi 1,40 meter. Air hujan yang jatuh kedalam corong akan mengalir ke
tabung, dimana pada sumbunya melekat pena bertinta yang turut naik dan
memberi bekas pada pias. Ombrometer tipe hellman selain dapat digunakan untuk
mengukur banyaknya curah hujan, dapat pula diketahui intensitasnya yaitu
banyaknya curah hujan tiap satuan waktu.
10. Automatic Rain Gauge (ARG)
Automatic Rain Gauge (ARG) digunakan untuk menghitung jumlah curah
hujan dalam satuan waktu tertentu secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai
sumber tenaganya. Keistimewaannya adalah dapat menampilkan data jumlah
curah hujan setiap menit, setiap jam dan atau setiap hari serta dapat mendownload
data yang berada di memori logger sesuai kapasitas memori yang disediakan di
logger.
2.4 Agroklimatologi Bagi Pertanian
Agroklimatolgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
unsur-unsur iklim dengan kehidupan tanaman. Radiasi matahari adalah sesuatu
pancaran bersumber dari sinar matahari pada peristiwa fotosintesis yang terjadi
dalam atmosfer yang di anggap penting bagi sumber kehidupan dan sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi (Tjasyono, 2004).
Perubahan iklim mempengaruhi kebiasaan petani untuk masa tanam maupun
masa panen yang biasanya menggunakan sistem pranata mangsa.Perkiraan dengan
sisitempranata mangsa ini sudah berubah seiring dengan perubahan iklim yang
terjadi pada akhir-akhir dekade ini. Contohnya penurunan produktivitas pertanian
di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus pada tahun 2006 produksi padi sebesar
68.836 ton, tetapi pada tahun 2007 turun mejadi 37.695 ton (-50%) yang
diakibatkan oleh banjir (Pasaribu, 2008).
Pertanian untuk memenuhi kebutuhan tentu untuk memperoleh hasil dengan
mutu yang setinggi-tingginya dalam usaha tani seekonomis mungkin.
Keberhasilan pertanian tanaman mulai dari proses hidup, tumbuh, berkembang,
dan bereproduksi tidak lepas dari kondisi fisik dan lingkungan (atmosfer) tempat
tumbuh tanaman. Dengan lingkungan yang sesuai, maka tujuan untuk
memperoleh hasil yang optimal dapat tercapai. Namun, untuk mengetahui
keadaan-keadaan tersebut kita perlu melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik
dan lingkungan (atmosfer). Mulai dari curah hujan, kecepatan angin, suhu tanah,
hingga intensitas penyinaran. Untuk mengetahui itu semua dibutuhkan alat-alat
pengamatan cuaca yang memiliki fungsi dan prinsip-prinsip yang berbeda satu
sama lain dengan ketelitian yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, perlunya
kita mengenal berbagai macam alat pengamatan cuaca agar dapat menentukan
pertanianyang cocok untuk keadaan fisik maupun lingkungan (atmosfer).
Agroklimatologi bagi pertanian sangat berperan penting karena agroklimatologi
berkaitan dengan unsur iklim, dimana Iklim merupakan salah satu faktor pembatas
dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis dan sifat iklim bisa
menentukkan jenis tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh
karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Tidak
teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti
musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk
merencanakan masa tanam dan masa panen (Pasaribu, 2008).
Manfaat dari klimatologi bagi pertanian adalah untuk digunakan dalam
perhitungan kondisi udara dalam suatu kurun waktu tertentu atau digunakan
sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu
mendatang dalam periode lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan
berlebihan atau diatas normal dari harga rata-rata yang baku .Cuaca dan iklim
memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat indonesia khusunya masyarakat
sumatera barat sebagaimana kita ketahui mata  pencaharian masyarakat sumatera
adalah dibidang agraris (pertanian) seperti padi, palawija, hortikultura dan lain-
lainnya yang memberikan hasil panen yang kurang memuaskan hal ini disebabkan
karena para petani sumatera barat hanya mengandalkan pengalaman dalam bertani
padahal keadaan cuaca seperi curah hujan terus berubah dan bersifat dinamis.
Produksi di bidang pertanian sangat tergantung pada faktor utama yaitu keadaan
tanah, keadaan tanaman, iklim dan kecerdasan petani (Muldawati,2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktikum Pengenalan Alat-alat Stasiun Klimatologi ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Februari 2019, Pukul 08.00 WITA sampai
selesai di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop dan
proyektor atau LCD sebagai alat persentasi dan bahan persentasinya adalah alat-
alat klimatologi dalam bentuk materi. 
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan alat tulis yang akan digunakan.
2. Memperhatikan presentasi alat-alat klimatologi yang telah disiapkan oleh
asisten dalam bentuk materi.
3. Mencatat hal-hal yang ditampilkan dislide yang akan dijelaskan oleh asisten
4. Melakukan sesi tanya jawab dengan asisten
5. Melakukan evaluasi hasil dari materi pengenalan alat-alat klimatologi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin,M.S. 2010. Modul Klimatilogi. Jawa Timur: Fakultas Pertanian


Universitas Brawijaya.

Budiyanto. 2016. Panduan Praktikum Klimatologi Pertanian. Laboratorium Ilmu


Tanah dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bayong, Tsuyono. 2006. klimatologi umum. Penerbit :  Bandung.
Bunganaen, Wilhelmus. 2013. Jurnal Tehnik Sipil. Kupang.
Estiningtyas, W. 2011. JurnalMeteorologi Klimatologi dan Geofisika. Tangerang
Selatan.
Fontain. 2010. Analisis Klimatologi Indeks Osilasi Selatan (SOI) untuk
Pendugaan Musim-Tiga Bulan Ke depan Menggunakan Regresi Linier:
Pendugaan SOI Musim JFM Tahun 2002. Jurnal Sains dan Teknologi
Modifikasi Cuaca, Vol.3, No.1.
Katrina, Tuminar. 2014. Klimatologi Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartikasari, Dany. 2014 Prediksi Cuaca Pada Data Time Series Menggunakan
Adaptive Neuro Fuzzy Interference System (ANFIS). Malang: Jurnal
Teknologi Informasi dan Komputer. Vol. 1, No. 1
Muldawati. 2013. Jurnal Laporan Prediksi Curah Hujan Daerah Sicicin Dengan
Menggunakan Metode Arima. Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Pasaribu SM, dkk. 2008. Peningkatan adaptasi petani di daerah marginal
terhadap perubahan iklim. Laporan Penelitian Pusat Analisi Sosial Ekonomi
Dan Kebijaksanaan Pertanian Dapartmen Pertanian.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi.Alfabeta. Bandung.
Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi, ITB : Bandung.
Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.
Tohari. 2009. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap
Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Yogyakarta:
Jurnal Pertanian. Vol 11, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai