Anda di halaman 1dari 42

Judul bab : font 14, jarak dgn sub bab spasi 3

Sub bab : font 13, jarak dgn isi spasi 2


Tulisan bhs. Inggris dimiringkan (italic)
Perbaiki bagian HASIL
LAPORAN PRAKTIKUM
Geologi Ilmu Tanah Hutan

PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

NAMA : MUHAMMAD FADLY NURALIM


NIM : M021201021
KELAS : REKAYASA KEHUTANAN
ASISTEN : 1. LISDAWATI ASRI, S.Hut
2. NUR ATHIQA ZHAFIRAH, S.Hut

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN FISIOLOGI POHON


PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Tekstur tanah.............................................................................................3
2.2 Warna Tanah.............................................................................................4
2.3 Sampel Tanah............................................................................................5
2.4 BD (Bulk Density) dan PD (Particle Density)..........................................6
2.5 Porositas....................................................................................................7
2.6 pH Tanah...................................................................................................8
2.7 Kadar Air...................................................................................................9
2.8 Profil Tanah.............................................................................................10
2.9 Organisme Tanah....................................................................................14
2.10 Derajat Kerut Tanah................................................................................16
2.11 Pengamatan Tanah Dengan Indra............................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................19
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................19
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................19
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................21
4.1 Hasil........................................................................................................21
4.2 Pembahasan.............................................................................................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................25
5.1 Kesimpulan..............................................................................................25

ii
5.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Contoh Tanah…………………………………………………….…21

Gambar 4.2 Kedalaman Pengambiln Tanah……………………………………..21

Gambar 4.3 Contoh Tanah Utuh………………………………………………....22

Gambar 4.4 Contoh Tanah Agregat Utuh………………………………………..22

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Pengambilan Contoh Tanah Utuh ……………………………………………… 29

Pengambilan Contoh Agregat Tanah Utuh …………………………………….. 30

iv
BAB I
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup
di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri
bermacam-macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang
dimaksud tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan
bingung untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan
tanah. Misalnya seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan
seorang ahli fisika, dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain
dengan seorang pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap
tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan
bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang
tetap maupun sementara (Pairunan, 2007).
Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas
permukaan tanah atau horizon, sedangakan pengambilan contoh tanah utuh
(undisturbed soil) sangat penting karena diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah.
Pengambilan tanah utuh harus benar-benar diperhatikan dalam proses dilapang
(Khamdaandayu, 2009).
Tanah pada setiap lingkungan memiliki struktur dan pola yang berbeda-beda
pada setiap lingkungan dengan keadaan kandungan pH dan kandungan airnya
yang tidak sama. Kandungan kesuburan tanah itu berbeda-beda serta warna yang
berbeda antara tanah yang satu dengan yang lainnya, untuk itu perlu diperhatikan
dalam pengambilan sampel tanah utuh dan tidak utuh supaya hasil yang di peroleh
bisa terkontrol dengan baik untuk di uji di laboratorium (Kartasapoetra, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka kita perlu melakukan praktikum


pengamatan pengambilan contoh tanah untuk mengetahui dan mengenal tanah
lebih lanjut mengenai sifat fisik dan biologi tanah, sehingga lebih dapat
memahami keadaan tanah pada suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai lahan
yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

1
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui alasan mengapa tanah dibersihkan terlebih dahulu
dari tanaman dan perakaran
2. Untuk mengetahui cara mengurangi tekanan mendatar
3. Untuk mengetahui alasan mengapa pemisahan kedua tabung harus
secara hati-hati
4. Untuk mengetahui alasan mengapa pengambilan contoh tanah harus
dilakukan pada tempat atau kedalaman yang berbeda
5. Untuk mengetahui syarat lokasi pengambilan contoh tanah
1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita mengetahui cara
pengambilan contoh tanah dengan metode yang disesuaikan dengan sifat-sifat
tanah yang kita amati

2
BAB II
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur tanah


Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-
bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu,
yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010).
Bahan induk tanah yang membentuk tanah ukurannya dapat berlainan.
Bahan induk ini yang disebut sebagai fraksi tanah dapat kasar hingga halus.
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer
berupa fraksi liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel tanah
tersebut mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda (Rismunandar, 1993).

Tekstur tanah menunjukkan proporsi berat dari partikel-partikel ¿ 2 mm


yang ditetapkan di laboratorium. Estimasi di lapangan harus selalu dibandingkan
dengan hasil analisis mekanik di laboratorium. Di lapangan, pasir terasa kasar
pada jari tangan (ibu jari dan telunjuk) dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Kelas-kelas tekstur yang ditetapkan adalah pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat,
lempung liat berdebu, liat berpasir dan liat (Rismunandar, 1993)

Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas


tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah geogtrafis (Pairunan, 1997).

Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil,


sehingga sulit menahan air dan unsur hara, sedangkan tanah-tanah yang
berstruktur liat mempunya luas permukaan yang luas, sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Terdapat hubungan yang erat

3
antara tekstur tanah dengan sifat-sifat tanah lain, seperti kapasitas tukar
kation, porositas, kecepatan
infiltrasi dan permeabilitas (Rismunandar, 1993).

2.2 Warna Tanah


Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan
menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran
komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau
persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu,
kuning dan putih (Syarief, 1986).
Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan
organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan
di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,
belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya
disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi. Warna yang berbeda terjadi
karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan
suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau
warna yang terkonsentrasi (Madjid, 2009).
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat,
putih, dan hitam. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas warna tanah adalah
1. Kadar lengas dan tingkat hidratasi
2. Kadar bahan organik
3. Kadar dan mutu mineral (Mulyani, Mul.2002).
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna baku yang terdapat
dalam buku Munsoll Soil Colour Chart. Dalam warna baku ini, warna disusun
oleh tiga variabe yaitu Hue, Value, dan Chroma. Hue adalah spektrum yang
dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Warna tanah
sangat ditetukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi
terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan
menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah yang memiliki luas

4
permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah
(Hakim, 1986).

2.3 Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah yang dilakukan menggunakan motode ring
sample. Sampel tanah yang diambil berupa sampel tanah utuh tidak terusik.
Sampel tanah utuh yang diambil harus mencerminkan kondisi lapang sepenuhnya,
pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan sampling pada setiap titik yang
sebelumnya telah ditentukan agar data yang dihasilkan tidak menimbulkan bias.
Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan untuk pengujian berat kering tanah,
apabila kondisi ring sampel setelah pengujian ring sampel tidak terjadi kerusakan
maka pengujian dapat dilanjutkan untuk pengujian sifat fisika tanah lainnya
seperti permeabilitas tanah retensi air serta agregasi tanah (Djunaedi, 2008).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk
mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai
petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara yang benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahap
penting di dalam program uji tanah (Harjdowigeno, 1993).
Contoh tanah utuh adalah contoh tanah yang diambil menggunakan ring
atau tabung, untuk penetapan sifat fisika tanah seperti bobot isi, permeabilitas, dan
daya hantar hidrolik. Pengambilan contoh tanah utuh ini biasanya dilakukan pada
lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian dengan lereng <25% dan
merupakan satuan tanah utama. Contoh tanah ini umumnya diambil pada dua
kedalaman, yaitu pada setiap horizon atau lapisan, bukan kedalaman tertentu.
Ring untuk pengambilan contoh tanah utuh memiliki ukuran tertentu. Bagian
bawah ring harus tajam untuk memudahkan masuknya ring ke dalam tanah
sehingga ring selalu dalam posisi vertikal untuk menghindari terjadinya
perubahan volume tanah atau pemadatan.Pada kegiatan survei dan pemetaan
tanah, contoh tanah terganggu diambil dari tiap – tiap horizon yang ada dalam
satu pedon. Namun demikian apabila horizon terlalu tipis (< 10 cm) maka tidak

5
perlu diambil contohnya. Sebaliknya apabila suatu horizon terlalu tebal ( misalnya
lebih dari 50 cm ), maka pengambilan contoh tanah harus dibagi dua atau tiga sub
horizon. Sebelum contoh tanah diambil, maka bidang profil tanah yang akan
diambil contohnya harus dibersihkan terlebih dahulu dari bahan – bahan yang
berasal dari horizon lain. Semua peralatan yang akan digunakan untuk mengambil
contoh tanah harus bersih, demikian pula dengan kantong plastik yang akan
digunakan untuk mengangkut contoh tanah harus berasal dari kantong yang baru
yang belum pernah digunakan
untuk keperluan lain (Rayes, 2006).

2.4 BD (Bulk Density) dan PD (Particle Density)


Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah
maka semakin tinggi bulk density, yang berarti semakin luas meneruskan air atau
ditembus akar tanaman. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral
umumnya mempunyai nilai bulk density yang rendah dibandingkan dengan tanah
dibawahnya. Bulk density berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan.
Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap–tiap
hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar (Bale, 2001).
Nilai bulk density menggambarkan adanya lapisan pada tanah, pengolahan
tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air,
sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Bulk density dipengaruhi oleh
tekstur, struktur dan kandungan bahan organik (Bale, 2001).
Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pada
tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-
tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm 3. Tanah organik memiliki
nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm 3–
0,9 gr/cm3  pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan
(Hardjowigeno, 2010).

6
Particel density merupakan berat satuan–satuan volume fase tanah
didefinisikan sebagai berat jenis butiran. Volume yang dimaksud adalah volume
tanah sendiri tanpa memperhitungkan pori–pori tanah. Kandungan bahan mineral
sangatlah mempengaruhi berat jenis butiran dari tanah (Bale, 2001).
Particle density tiap jenis tanah yaitu konstan dan tidak bervariasi dengan
jumlah ruang antara partikel–partikel porositas. Perbedaan kerapatan tanah atau
partikel di antara jenis-jenis tanah tidak terlalu besar, kecuali terdapat variasi yang
besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi dari mineral tanah. Berat
jenis tanah atau particle density dapat menggambarkan partikel-partikel tanah. Hal
tersebut bergantung berat partikel tanah dan perhitungan volumenya (Bale, 2001).
Pada umumnya kisaran particle density tanah-tanah mineral kecil saja,
yaitu antara 2,60-2,75 gr/cm3. Hal ini disebabkan kwarsa dan silikat kolod yang
merupakan komponen tanah mineral utama dan berat jenis mineral-mineral seperti
magnetik, granit, epidot, turnaline, dan homblade memiliki particle density yang
dapat melebihi 2,75 gr/cm 3 . berat ukuran dan cara-cara tersusun partikel-partikel
tanah tidak berpengaruh pada particle density tetapi kandungan bahan
organik
memberi pengaruh besar pada particle density tanah (Hakim, 1986).

2.5 Porositas
Porositas atau ruang pori adalah volume seluruh pori dalam suatu volume
tanah yang utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas total merupakan
indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu tanah
mempunyai struktur baik atau jelek. Pengukuran porositas total dilakukan pada
kedalaman 0–25 cm, dengan menggunakan persamaan (Yunus, 2004):

Bobot Isi( BD)


(
Porositas = 1 −
Bobot jenis butiran )
×10 %

Dengan bobot jenis butiran = 2,65

Data porositas total perlu dilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang
perhitungannya didasarkan pada kurva karakteristik air tanah (Yunus, 2004).

7
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan
air. Persentase ruang pori total isebut porositas. Untuk menentukan porositas,
tanah di tempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian
ditimbang. Perbedaan berat antara volume ruang pori persatuan volume dimana
ruang pori untuk tanah (Hanafiah, 2005).
Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena
perakaran tanaman mudah untuk menembus tanah dalam mencari bahan organik.
Selain itu tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu
kekurangan air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi juga tidak baik, karena air
yang diterima tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini jika
musim kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah
(Pairunan, 1997).

Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya


perkembangan struktur granuler pada lapisan horizon tanah yang akan
memberikan hasil porositas yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori
mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah
dengan struktur remah atau kwarsa sangat berpengaruh dalam satuan
porositas karena dengan
struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar (Hanafiah,

2005).

2.6 pH Tanah
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup
berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada
pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan
kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan, 1997).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa
ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari

8
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Hardjowigeno, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-,  mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH
tanah. Selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar
kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka
semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur
tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat melakukan kapasitas tukar kation
yang tinggi, tanah yang banyak mengandung kation dapat terdisiosiasi
menimbulkan reaksi
masam (Hanafiah, 2005).

2.7 Kadar Air


Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan
proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial. Kadar air tanah
adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering.
Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu tertentu
(Hakim, 1986). Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume. Persen
volume yang dimaksud yaitu persentasevolume air terhadap volume tanah. Cara
ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran mengenai
ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tanah tertentu (Hardjowigeno, 1992).
Air terdapat di dalam tanah alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik.

9
Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta
keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap
faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar
air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis
untuk penerapan suatu sifat (Hakim, dkk. 1986).

Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat kering dari
suatu bahan. Faktor-faktor yang menmpengaruhi pengukuran kadar air salah
satunya yaitu tanah kering angin mash mengandung air dan apabila dipanaskan
pada suhu 105oC, maka air akan menguap dan mengakibatkan keadaan air tersebut
tidak stabil serta mengakibatkan penyimpangan sebagai dasar penghitungan. 
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengukuran kadar air yaitu kesalahan
metode atau prosedur yang sering kali dilakukan, hal ini akan berpengaruh
langsung terhadap hasil pengitungan (Rosmarkam dan Yuwono, 2009).

Metode umum yang biasa dipakai untuk menentukan jumlah air yang
dikandung oleh tanah adalah persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah yang
lembab dalam hal ini dipakai karena keadaaan lembab sering bergejolak dengan
keadaan air (Hakim, dkk. 1986).

Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor
iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor
iklim juga berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada
prinsipnya terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang
berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap
kekeringan serta tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait
dengan kebutuhan air tanaman (Hanafiah, 2005).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau

10
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam - garam, dan
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Sarwono H, 1998).

2.8 Profil Tanah


Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah di lapangan yang
memperlihatkan lapisan-lapisan tanah. Pada pengamatan penyandraan profil
tanah, tanah yang diamati merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Tanah
entisol sendiri adalah tanah muda (tanah yang baru berkembang), yaitu tanah yang
baru terbentuk sehingga hara yang terkandung sangat ditentukan oleh bahan induk
13 pembentuknya. Pada umumnya tanah entisol memiliki unsur hara yang rendah
karena unsur hara masih terikat dalam mineral (Arifin, 2011).

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang


dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00-0,20 mm), debu (silt) (berdiameter 0,2-0,002 mm), dan liat
(clay). Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan kontinyu, berarti tanah bertekstur pasiran.
Jika partikel tanah terasa halus, lengket, dan dapat dibuat gulungan atau
lempengan kontinyu, berarti tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur debu akan
mempunyai partike-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket,
serta gulungan atau lempengan yang terbentuk rapuh. Tanah bertekstur lempung
akan mempunyai partikel yang mempunyai rasa ketiganya secara proporsional
(Ali, Kemas.2005).

Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila


kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,
bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).

11
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,
organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan
fraksi tanah yaitu:
1.     Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya
menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih
banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif
lebih baik.
2.   Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan
sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis
dan kohesi yang baik.
3.      Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat
lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar.
Bila kering menciut banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi
pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas
pembasahan (Hardjowigeno, 1987).
Lokasi pengamatan pencandraan profil tanah yaitu di Agroteknopark
Universitas Jember tepatnya di Desa Tegalboto Kecamatan Sumber Sari
Kabupaten Jember. Daerah tersebut memiliki ketinggian 110 mdpl, arah hadap
timur dan curah hujan 1870,97 mm/th. Memiliki kemiringan / slope datar yaitu 0-
3 % dan pada sekitar tanah yang diamati tidak berbatu. Pada hari pengamatan,
lokasi memiliki cuaca berawan sebagian, sehingga memudahkan jalannya
praktikum karena tidak hujan. Fisiografi lahan merupakan tanah vulkanik karena
daerah lokasi dekat dengan pegunungan sehingga tanah cukup subur terlihat
dengan tumbuhnya rerumputan disekitar lahan yang diamati. Tidak terjadi banjir,
atau dapat dikatakan sangat jarang terjadinya banjir sehingga tidak terjadi erosi.
Lahan pada lokasi pengamatan merupakan lahan yang kering. Laha kering ini
mempunyai ciri berupa terdapatnya granula yang berbentuk bulat sampai halus
yang dapat dilihat pada lapisan satu samapi tiga. Lahan kering mencirikan
tinggkat perkembanagan lahan cukup rendah (Rahayu, dkk. 2009).

Tanah yang dilakukan pencandraan profil terdapat empat lapisan, Antara


lapisan satu dengan lapisan kedua kejelasannya baur, antara lapisan kedua dan
ketiga dan antara lapisan ketiga dan ke empat kejelasannya tegas. Lapisan 1

12
merupakan horizon A, memiliki kedalaman 0-18 cm. Horizon A merupakan
horizon yang terbentuk dibawah horizon O atau berada dipermukaan, dan
kehilangan sebagian atau seluruh dari struktur asli batuan (Sutanto, 2005).

Lapisan memiliki tekstur tanah silty loam, termasuk tipe sub angular blocky,
berukurzy5an medium, dan tingkat kekerasannya lemah. Konsistensi tanah basah
yaitu agak lekat, tanah lembab teguh, dan tanah kering yaitu lunak. Lapisan satu
memiliki warna very dark brown dengan kemasaman yang diukur menggunakan
H2O diketahui pH nya yaitu 6 atau sedikit asam. Kandungan bahan organiknya
sedang, diketahui dengan menggunakan larutan H2O2. Kandungan bahan organik
dapat juga menandakan tingkat kedalaman suatu lapisan. Semakin dalam lapisan
tanah semakin sedikit pula kandungan organiknya. Lapisan paling banyak
kandungan 14 organiknya adalah pada 15cm pertama (15-20%). Kondisi ini
terjadi karena kandungan organik terakumulasi dibagian atas (Tarigan, dkk. 2008).

Horizon pada lapisan kedua sama dengan lapisan pertama yaitu horizon A.
Memiliki kedalaman 18-39 cm dan bertekstur sandy loam. Tipe struktur pada
lapisan kedua yaitu sub angular blocky, berukuran sedang dan tingkat
kekerasannya sedang. Lapisan kedua memiliki warna yang hampir sama dengan
lapisan pertama yaitu very dark brown 10 YR 2/2 sehingga antara lapisan pertama
dan lapisan kedua sulit untuk dibedakan jika hanya menggunakan warna. Tingkat
kemasaman, konsistensi tanah, serta kandungan bahan organik pada lapisan kedua
juga sama dengan yang ada pada lapisan pertama, untuk membedakan antara
kedua lapisan tersebut yaitu dengan mendengarkan suaranya ketika diketuk
(Tarigan, dkk. 2008).

Pada lapisan ketiga termasuk horison C, horison yang berada dibawah


horison B. Lapisan ketiga memiliki kedalaman efektif 39-51 cm, dan bertektur
loamy sand. Termasuk tipe struktur sub angular blocky, berukuran 5-10 mm, dan
tingkat kekerasannya sedang. Konsistensi tanah basahnya tidak lekat, tanah
lembab yaitu teguh dan tanah keringnya yaitu lunak. Antara lapisan kedua dan
ketiga lebih mudah dibedakan karena memiliki warna yang sedikit berbeda,
lapisan tiga berwarna hitam, dan memiliki tingkat memiliki pH 7 atau netral
(Tarigan, dkk. 2008).

13
Lapisan ke empat tanah yang diamati termasuk horison C. Kedalaman
efektifnya yaitu 51-80 cm. Tekstur tanahnya tidak berbeda dengan lapisan ketiga
yaitu loamy sand. Tipe strukturnya berbeda dengan lapisan pertama sampai
dengan lapisan ketiga yaitu angular blocky. Memiliki ukuran yang sama dengan
lapisan ketiga yaitu 5-10 mm dengan tingkat kekerasannya kuat. Konsistensi
basah dan lembab sama dengan lapisan ketiga yaitu tidak lekat dan teguh, namun
konsistensi keringnya berbeda yaitu agak keras. Warna lapisan keempat yaitu very
dark brown 4,5 YR 2,5/2 dan memiliki pH yang netral yaitu 7. Dari ke empat
lapisan yang paling sulit dibedakan yaitu lapisan pertama dengan lapisan kedua
memiliki kejelasan lapisan baur, sedangkan antara lapisan kedua dengan lapisan
ketiga dan lapisan ketiga dan keempat tingkat kejelasan lapisannya tegas yang
berarti lebih
mudah untuk dibedakan (Tarigan, dkk. 2008).

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah tidak utuh.
Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3
macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan
untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan
ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas
jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil
aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan
derajad kemantapan agregat (aggregate stability).
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR),
konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface),

14
erodibilitas (sifat keterosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall
simulator). Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara
(N,P,K dll), kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll
digunakan
pengambilan contoh tanah terusik (Agus, Cahyono, 2009).

2.9 Organisme Tanah


Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu
tanah pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup
terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat
digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
macam makanan dan keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta
macam-macam tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran
lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri.
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,
tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan
tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur
hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan.
Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman (Poerwowidodo, 1991).
Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang
mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan
berbagai proses vital bagi kehidupan terestrial. Mikroba bersama-sama fauna
tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum disebut aktivitas
biologi tanah. Perannya yang penting dalam perombakan bahan organik dan siklus
hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor sentral dalam memelihara
kesuburan dan produktivitas tanah (Saraswati. 2007).

15
Cacing tanah sering membentuk bagian utama biomassa hewan tanah dan
dapat mempresentasikan hampir 50% biomassa hewan tanah di tanah padang
rumput, dan hingga 60% tanah hutan. Cacing tanah dapat memperbaiki penyatuan
bahan organik di bawah permukaan tanah, meningkatkan jumlah air tersimpan
dalam agregat tanah, memperbaiki infiltrasi air, aerasi dan penetrasi akar dan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme. Partikel tanah yang digerakkan ke
berbagai posis oleh akar, cacing tanah, baik melalui siklus kering atau basah dan
melalui kekuatan lain sehingga membentuk struktur tanah. Produksi kotoran
mesofauna juga menyumbang pembentukan struktur tanah partikel dan
ruangruang yang terbentuk di antara partikel (Yuliprianto, 2010).

Contoh tanah adaah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti.
Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis meaui dua aspek, yaitu disperse dan
fraksinasi. Untuk mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat
menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu : pengambilan
dalam keadaan agregat tidak terusik, pengambilan tanah tidak terusik dan
pengambilan tanah terusik (Agus, 1998).

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat


kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan,
menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme
memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus
mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada
interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat
yang tinggi pula. Akan tetapi, karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada
tempat untuk menyimpan enzim- enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian
enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.
Enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan
diproduksi bila makanan tersebut sudah ada (Kusnadi dkk, 2003).

2.10 Derajat Kerut Tanah

16
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah
disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya
pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient
Of Linear Extensibility) (Hardjowigeno,2010).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki
sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang
(bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena
tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan
mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang
tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai
COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change
= Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam
bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering
(pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno, 1993).

Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak


penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung,
drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudian kemudahan
ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat
berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena tiu, erat kaitannya bahwa jika
seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan
dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu
akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan
struktural dalam pembangunan (Buckman & Brady, 1982).

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan


mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)dan mengerut (bila
kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tektur yang
kasar,mudah diolah,mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air,aerasi
jelek, lengket dan sukar pengeolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,1986).

17
2.11 Pengamatan Tanah Dengan Indra
Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam
bentuk penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral
dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan
makanan, air udara bagi tumbuhan.Tanah mempunyai sifat yang mudah
dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam jangka waktu tertentu.Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai
media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan,
cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun
anorganik.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan pengetahuan dalam
mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi tanah dan lain-lain (Dariah dan Nurida, 2010).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang banyak digunakan untuk
mendeskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap
tanaman, tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan
kelembapan tanah. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni seperti,
campuran kelabu,coklat, dan bercak, kerapkali terdapat 2-3 warna dalam bentuk
spot-spot yang disebut karatan (Tan,1995).
Struktur tanah merupakan satuan yang tersusun dari butiran primer. Kohesi
diantara satuan-satuan tersebut lebih besar dari adhesi antar satuan. Akibatnya
dibawah tekanan, massa tanah cenderung pecah sepanjang bidang atau zona
tertentu. Bidang-bidang atau zona tersebut membentuk batas (Rayes,2006).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik
dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium
elatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk
agregatnya (Hardjowigeno, 1993).
Tekstur tanah ialah perbandingan relatif fraksi-fraksi pasir, debu dan
liat.Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.Tanah-

18
tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi
liat.Sedangkan tnah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang
air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-
mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya
dibandingkan pasir dan debu ( Lubis, A.M., 1998).

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pada lokasi pertama, pengambilan contoh tanah dilakukan pada siang hari
pukul 13.00 WITA bertempatkan di Sport Center Kab. Polewali Mandar. Dan
pada lokasi kedua, pengambilan contoh tanah dilakukan menjelang sore pada
pukul 15.30 WITA bertempatkan dikompleks BTN Koppe Pole Indah Mas, Kab.
Polewali
Mandar, Sulawesi Barat.

3.2 Alat dan Bahan


a. Cooper ring berbentuk tabung dapat digantikan dengan kaleng bekas
(kaleng susu, kaleng ikan sarden atau sejenisnya yang sudah dilubangi atas
dan bawahnya)
b. Sekop dan cangkul
c. Pisau tajam yang tipis
d. Alat penekan (papan)
e. Kotak penyimpan (dus kecil)
f. Kantong plastic/plastic bening
g. Karet gelang h. Label/spidol permanen

3.3 Prosedur Kerja


A. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
1. Bersihkan kemudian ratakan permukaan tanah. Gali tanah disekitar
tabung dengan pisau/cangkul sampai hamper mendekati tabung.
2. Letakkan tabung tegak lurus pada lapisan tanah, sebaiknya tabung yang
agak tajam yang menghadap kebawah
3. Ambil papan yang permukaannya rata, letakkan diatas tabung dengan
seimbang, pegang ujung kiri kanan papan.
4. Kemudian bagian tengah papan yang bertepatan dengan tabung di
bawahnya, dipukul perlahan-lahan hingga tiga per empat bagian masuk
ke dalam tanah

20
5. Letakkan tabung lain yang berukuran sama di atas tabung pertama,
lakukan seperti tahap ke 4 hingga tabung ke dua masuk ke dalam tanah
kurang lebih 2 cm
6. Gali kedua tabung dan tanah, bersihkan tanah di sekeliling tabung dan
balikkan hingga tabung 1 ada di atasnya
7. Potong bagian tanah di bagian ujung tabung pertama sampai rata dengan
permukaan tabung menggunakan pisau tipis dan tutup dengan penutup
plastic atau plastic bening kemudian diikat karet agar tidak goyah
8. Pisahkan tabung pertama dan kedua dengan hati-hati dengan memotong
tanah diantara tabung pertama dan kedua menggunakan pisau tipis
hingga rata dengan permukaan tabung dan tutup dengan penutup plastic
atau plastic bening kemudian diikat karet agar tidak goyah
9. Beri label dan nama contoh tanah dengan kertas label/spidol permanen
pada tabung kemudian simpan di kotak penyimpanan.
10. Jangan lupa mendokumentasikan tahapan kegiatan (foto dan video)

B. Pengambilan Contoh Tanah Agregat Utuh


1. Bersihkan permukaan tanah yang akan diambil contohnya.
2. Cangkul atau sekop tanah hingga diperoleh bongkahan tanah dengan
diameter ± 15-20 cm
3. Masukkan bongkahan tanah tersebut kedalam plastic
4. Beri label dan nama agregat utuh dengan kertas label/spidol permanen.
5. Simpan contoh tanah dalam kotak penyimpanan
6. Jangan lupa mendokumentasikan tahapan kegiatan (foto dan video)

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Contoh Tanah (Jenis/Asal/Kedalaman Tanah) :

Gambar 4.1 Contoh Tanah Gambar 4.2 Kedalaman Pengambilan


Tanah

Berdasarkan gambar pada 4.1 dari gambar tersebut dapat kita simpulkan
bahwa jenis tanah pada gambar diatas merupakan jenis tanah humus dengan
memiliki ciri-ciri:
 Warnanya gelap, coklat kehitam-hitaman karena adanya konsentrasi
tinggi dari pembusukan bahan organik dan mikroorganisme.
 Teksturnya gembur (tdak keras).
 Berada pada tingkat lapisan paling atas permukaan bumi
 Daya serap terhadap air tinggi
 Mengandung bebatuan kecil
 Agak berpasir

Tanah pada gambar 4.1 berasal dari wilayah tropis diIndonesia, yang
bertempatkan diprovinsi Sulawesi Barat, Kab. Polewali Mandar, Kec. Polewali,
Kel. Darma. Dalam melakukan pengambilan contoh tanah tersebut, terlebih
dahulu dilakukannya penggalian dengan kedalaman sekitar 24cm. Penggalian
dilakukan karena pada bagian atas tanah terdapat lapisan pasir yang menutupi

22
tanah dan juga agar didapatkannya contoh tanah yang murni tanpa campuran
apapun.

B. Gambar
Contoh
Tanah
Utuh

Gambar 4.3 Contoh Tanah Utuh


Kegunaan: Pada
pengambilan contoh tanah utuh tersebut dilakukan
pengambilan agar tanah yang diambil dari lapisan tertentu
dalam
keadaan
tidak
terganggu
dan juga
berguna
untuk

menganalisis bulk densiy, permeabilitas tanah, serta


porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan
ring sampel.

C. Gambar Contoh Tanah Agregat Utuh

23
Gambar 4.4 Contoh Tanah Agregat Utuh

Kegunaan: Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis indeks


kestabilitas agregat (IKA) untuk mengetahui bagaimana
kondisi ataupun sifat-sifat tanah yang telah terganggu
sejak pengambilan contoh tanah.

4.2 Pembahasan
Sebelum pengambilan sampel, tanah harus dibersihkan terlebih dahulu dari
tanaman dan perakaran karena tanaman dan perakaran akan mempengaruhi
porositas tanah (kemampuan tanah untuk meloloskan air berlebih) dan volume
tanah. Hal ini didukung pendapat Nugroho, (2017) yang mengatakan bahwa akar
tunggang (akar utama yang tumbuh dari biji) dan akar lateral (cabang-
cabang akar) berhubungan dengan sifat fisik tanah yang meliputi kedalaman
solum tanah, porositas tanah, dan berat volume tanah. Jika tidak dibersihkan
terlebih dahulu maka akan sangat berpengaruh dengan hasil analisis dan penelitian
dari tanah yang diambil sampelnya.
Tekanan datar terjadi pada saat ring atau tabung yang digunakan diletakkan
diatas tanah lalu kemudian ditekan kebawah menggunakan papan, hal ini
berhubungan dengan tingkat ketebalan dari ring atau tabung yang digunakan.
Semakin tebal ujung ring atau tabung yang kita gunakan, maka tanah akan
semakin besar menerima tekanan mendatar sebaliknya, jika kita menggunakan
ring atau tabung yang ujungnya lebih tipis atau lebih tajam, maka akan dapat
mengurangi tingkat tekanan mendatar yang diterima oleh tanah serta ring atau

24
tabung yang kita gunakan akan semakin cepat untuk masuk kedalam tanah sebab
akan lebih mudah untuk menembus agregat dalam tanah.
Dalam memisahkan ring atau tabung pertama dan kedua harus dilakukan
secara hati-hati agar didapatkan tanah utuh tanpa adanya bagian yang hilang.
Karena jika ada bagian yang hilang dapat mempengaruhi berat jenis tanah. Jadi
dalam melakukan ini lebih disarankan untuk menggunakan pisau yang tipis seperti
pisau cutter karena dengan pisau yang lebih tipis maka pisau akan lebih mudah
untuk memotong agregat tanah tanpa merusak atau menghilangkan beberapa
bagian tanah yang ada pada ring atau tabung.
Pengambilan tanah ditempat dan kedalaman yang berbeda karena pada
tempat dan kedalaman berbeda memiliki sifat fisik tanah yang berbeda juga.
Sebab seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa tanah memiliki beberapa
lapisan hinggai sampai ke inti bumi, setiap lapisan memiliki ciri yang berbeda dari
segi unsur, komponen dan tekstur. Dan juga dilakukannya pengambilan tanah di
dua tempat yang berbeda agar dalam dianalisis nantinya kita dapat menemukan
perbedaan dari kedua tanah yang telah diambil di dua tempat yang berbeda dan
kita dapat menentukan vegetasi apa yang cocok untuk ditanami pada jenis tanah
tersebut setalah dilakukannya analisis dilaboratorium.
Dalam pengambilan contoh tanah ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu sebelum kita mengambil contoh tanah, yaitu:
1. Jauh dari daerah pemukiman ataupun gedung-gedung. Sebisa mungkin
berada pada lahan kosong seperti tanah lapang.
2. Tidak dapat mengambil sampel tanah dari galengan sawah, selokan
tanah, bekas pembakaran sampah / sisa tanaman / jerami, bekas
timbunan pupuk, kapur, pinggir jalan, bekas penggembalaan ternak,
dibawah tajuk pohon.
3. Jauh dari aliran air.
4. Tanah harus dibersihkan dahulu dari perakaran dan tanaman sebelum
pengambilan sampel.
5. Sampel tanah diambil dalam keadaan lembab.
6. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tempat yang berbeda.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didua lokasi berbeda dengan
contoh tanah yang diambil terbagi menjadi tiga, yaitu tanah utuh, tanah agregat
utuh, dan tanah biasa. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua lokasi
memiliki kualitas tanah yang sama hal ini dipengaruhi oleh vegetasi yang ada
pada tanah masing-masing serta dapat kita ketahui bahwa dalam melakukan
pengambilan
contoh tanah ada syarat-syarat yang perlu diperhatikan terlebih dahulu.

5.2 Saran
A. Saran Untuk Laboratorium
Saya berharap semoga praktikum yang dilakukan dilaboratorium ini
dilakukan secara luring, karena jika dilakukan secara daring praktikan susah
memahami praktikum.

B. Saran Untuk Asisten


Menurut saya lebih baik jika asisten lebih banyak lagi menjelaskan
mengenai praktikum pada saat asistensi umum, agar tidak menyusahkan asisten
nantinya jika ada yang tidak diketahui oleh praktikan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Cahyono. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas


Kehutanan UGM: Yogyakarta
Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada Penggunaan
Lahan yang Berbeda. Agroteksos, 21(1) : 47-54.
Bale A. 2001. Ilmu Tanah I. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada.
Buckman, 1982. The Nature and Properties of Soils. The Micigan University.
Dariah, A., Sutono, dan N.L. Nurida. 2010. Penggunaan pembenah tanah organik
dan mineral untuk perbaikan kualitas tanah Typic Kanhapludults, Taman
Bogo, Lampung. Jurnal dan Iklim Tanah No. 3.
Djunaedi, M.S. 2008. Teknik Penetapan Berat Isi Tanah di Laboratorium Fisika
Tanah Balai Penelitian Tanah. Buletin Teknik Pertanian, 13(2): 65-68.
Hakim N, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Penerbit Universitas
Lampung.
Hanafiah K. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta
Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress: Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo: Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akamedia
Pressindo: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo: Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran. Bandung.
Khamandayu. 2009. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. Krasindo: Jakarta

27
Kusnadi dan Aditiwati, P., 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan
Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi Tea-Cider, PROC. ITB
Sains dan Teknologi, 35 (2): 147-162.
Lubis, A. M. 1998. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung.
Madjid A. 2009. Bahan Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Mulyani, Mul. 2002. Pengantar Ilmu Tanah (Terbentuknya Tanah dan Tanah
Pertanian). Rineka Cipta: Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen pendidikan Tinggi
Departemen Republik Indonesia: Jakarta.
Nugroho, Y. (2017). Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap Persebaran
Perakaran Tanaman Sergon Laut (Praserianthes falcataria (L)) Nielson
di Hutan Rakyat Kabupaten Tanah Laut. Fakultas Kehutanan Universitas
Lambung Mangkurat. Hal 1-7.
Pairunan A, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur: Makassar
Pairunan. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Bagian Timur. Makassar
Poerwowidodo. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur: Makassar
Rahayu, A., S.R. Utami dan M.L. Rayes. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi
Tanah pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang. Tanah dan Sumberdaya Lahan, 1(2): 79-87.
Rayes, M.L. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Rayes, M.L. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Rismunandar. 1993. Tanah Seluk Beluknya bagi Pertanian. Sinar Baru
Algensindo: Bandung
Riyadi Agus,1998. Studi Tanah-Tanah Yang Dikuasai Perumka di Kabupaten
Daerah Tingkat II. Skripsi STPN: Yogyakarta
Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:
Yogyakarta
Saraswati, R. 2007. Pengembangan Teknologi Mikroflora Tanah Multiguna
Untuk Efisiensi Pemupukan Dan Keberlanjutan Produktivitas Lahan

28
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana: Bandung.
Sarwono. 1998. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta :
Kanisius.
Syarief E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana: Bandung

Tan, Kim. 1995. Dasar-Dasar Kimia Tanah.Balai Penelitian Teh dan Kina:
Bandung.
Tarigan, E.S.B., H. Guchi dan P. Marbun. 2015. Evaluasi Status Bahan Organik
dan Sifat Fisik Tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah) pada Lahan
Tanaman Kopi (Coffea Sp.) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Dairi.
Agroteknologi, 3(1): 246-256.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Graha ilmu:
Yogyakarta
Yunus Y. 2004. Tanah dan Pengolahan. CV. Alfabeta: Bandung

29
LAMPIRAN

Setelah dilakukan penggalian disekitar tabung

Setelah dilakukan tekanan pada tabung

Lampiran 1. Pengambilan Contoh


Tanah Utuh Setelah pemberian tekanan pada tabung kedua

30
Proses penggalian disekitar tabung

Proses penggalian Tabung


kedua tabung
pertama dan kedua setelah digali
Proses pemberian tekanan pada tabung

Proses pemberian
Proses penutup
pemisahan plastic
tabung satu pada tabung
dan dua
satu

Proses pemberian tekanan pada tabung kedua


Hasil setelah diberikan penutup plastik

Lampiran 2.
Pengambilan Agregat
Tanah Utuh

Proses pengambilan agregat tanah

31
Lampiran 3. Gambar Sampul Referensi Laporan

32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai