Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN TROPIKA (BW-2203)

MODUL I
PENGUKURAN DAN TEKNIK PENCUPLIKAN DATA

Tanggal praktikum : 3 Februari 2022


Tanggal pengumpulan tugas : 9 Februari 2022

Disusun oleh :

Fardan Muhammad Rizqin Januar Fadhilah 11520026


Kelompok B4

Asisten :

Ariyani Nurulita Ikhlas 11519028

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2022
I. Hasil Interpretasi Data Praktikum
1.1 Analisis Dua Data Parameter yang Sama pada Tapak Berbeda
Menurutu Shafie (2000) standar deviasi merupakan salah satu hasil
perhitungan statistika yang berfungsi menggambarkan jarak terkait
seberapa jauh atau dekat suatu parameter perseberan data dengan
parameter lainnya atau parameter yang sama dengan kondisi atau jenis
yang berbeda dengan mempertimbangkan nilai rata-rata dari data yang
disajikan. Kegiatan ini menjadi fokus utama praktikum kali ini yaitu
menganalisis hubungan parameter yang sama namun data yang didapat
dari kondisi yang berbeda. kondisi yang berbeda dalam hal ini adalah
kondisi tapak. Standar deviasi dan rata-rata dari setiap parameter menjadi
kunci mendasar untuk memperoleh gambaran dan hasil analisis tersebut.

1.1.1 Faktor Mikroklimat


1.1.1.1 Intensitas Cahaya

Perbandingan (Error Bar) Cahaya


12000,0 (Lux) di Tapak Ternaung dan
10000,0
Terbukka

8000,0

6000,0

4000,0

2000,0

0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 1 Diagram Perbandingan Cahaya di Tapak Ternaung dan Terbuka

Gambar 1 menggambarkan perbandingan intensitas cahaya di tapak


terbuka dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak
terbuka bernilai lebih besar daripada tapak ternaung. Hal ini menunjukkan
bahwa data yang diperoleh di tapak terbuka beragam. Nilai dari data yang
beragam tersebut berjarak jauh dari nilai mean dan hal ini dapat diperhatikan
melalui error bar pada diagram batang. Dikarenakan pada tapak ternaung
nilai standar deviasinya lebih kecil maka nilainya berjarak lebih dekat dengan
nilai meannya. Selain standar deviasi, dapat diketahui milai rata-rata
intensitas cahaya di tapak terbuka lebih besar dibanding di tapak ternaung.
Hasil penggambaran ini memberi kesimpulan bahwa kondisi tapak yang
tertutup atau terbuka akan mempengaruhi intensitas cahaya yang diterima.
Pertumbuhan suatu tanaman terutama keadaan morfologi dan proses
fisiologi dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima. Secara umum cahaya
berpengaruh pada proses pembentukan energi yaitu fotosintesis, pergerakan
dan pembentukan tanaman. Cahaya menjadi bahan yang sangat mendasar
untuk melakukan aktivitas tersebut oleh karena itu ketersediaan cahaya sangat
penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jumlah cahaya
yang diterima akan berpengaruh pada efektivitas proses tersebut.
Pertumbuhan morfologi tanaman seperti panjang/tinggi, diameter, lebar daun,
pertumbuhan cabang dan lain-lain terjadi lebih cepat pada area yang lebih
banyak mendapat cahaya. Sebaliknya, pertumbuhan morfologi tanaman akan
lebih lambat pada area yang sedikit mendapat cahaya. Secara fisiologis,
fungsi organ pada tanaman yang terkena cahaya lebih banyak akan lebih
maksimal dibanding dengan tanaman yang sedikit terkena cahaya karena
dipengaruhi oleh jumlah kebutuhan energi untuk tumbuh dan berkembang
(Karyati, 2019).

1.1.1.2 Suhu Udara

Perbandingan (Error Bar) Suhu T (°C)


di Tapak Ternaung dan Terbukka
35,0

30,0

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 2 Diagram Perbandingan Suhu udara di Tapak Ternaung dan Terbuka

Gambar 2 menggambarkan perbandingan suhu udara di tapak


terbuka dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak
terbuka bernilai lebih kecil daripada tapak ternaung. Hal ini menunjukkan
bahwa data yang diperoleh di tapak terbuka tidak terlalu beragam atau relatif
konsisten. Nilai dari data yang relative konsisten tersebut berjarak dekat dari
nilai mean dan hal ini dapat diperhatikan melalui error bar pada diagram
batang. Dikarenakan pada tapak ternaung nilai standar deviasinya lebih besar
maka nilainya berjarak lebih jauh dengan nilai meannya. Selain standar
deviasi, dapat diketahui nilai rata-rata suhu udara di tapak terbuka lebih besar
dibanding di tapak ternaung. Hasil penggambaran ini memberi kesimpulan
bahwa kondisi tapak yang tertutup atau terbuka akan mempengaruhi suhu
udara disekitar lingkungan baik tapak terbuka ataupun ternaung.
Tanaman memiliki prasyarat khusus yang harus dipenuhi agar dapat
tumbuh dengan baik. Suhu menjadi salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman memiliki kriteria suhu
yang berbeda-beda agar dapat tumbuh. Terdapat suhu minimum, optimum,
dan maksimum bagi suatu tanaman dapat tumbuh dan bertahan. Pada
tanaman, suhu sangat berpengaruh pada proses metabolisme. Metabolisme
tanaman yang berada pada area dengan suhu lebih tinggi akan berlangsung
lebih cepat begitupun sebaliknya. Hal ini tentu akan berpengaruh pada
efektifitas proses pertumbuhan tanaman. Perlu diketahui bahwa proses
metabolisme yang maksimum dan paling efektif terjadi pada suhu optimum.
Tapak terbuka lebih banyak menerima paparan cahaya dibanding tapak
ternaung, karena tapak terbuka minim tajuk dan kanopi yang terbentuk sedikit
sehingga cahaya mudah menyentuh lantai hutan. Paparan cahaya yang lebih
banyak menyebabkan suhu semakin tinggi. (Karyati, 2019).

1.1.1.3 Kelembapan Relatif Udara

Perbandingan (Error Bar)


Kelembaban Udara
RH (%)di Tapak Ternaung dan
Terbukka
120,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 3 Diagram Perbandingan Kelembaban Udara di Tapak Ternaung dan Terbuka

Gambar 3 menggambarkan perbandingan kelembaban udara di tapak


terbuka dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak
ternaung bernilai lebih kecil daripada tapak terbuka. Hal ini menunjukkan
bahwa data yang diperoleh di tapak ternaung tidak terlalu beragam atau relatif
konsisten. Nilai dari data yang relatif konsisten tersebut berjarak dekat dari
nilai mean dan hal ini dapat diperhatikan melalui error bar pada diagram
batang. Dikarenakan pada tapak terbuka nilai standar deviasinya lebih besar
maka nilainya berjarak lebih jauh dengan nilai meannya. Selain standar
deviasi, dapat diketahui nilai rata-rata kelembaban udara di tapak ternaung
lebih besar dibanding di tapak terbuka. Hasil penggambaran ini memberi
kesimpulan bahwa kondisi tapak yang tertutup atau terbuka akan
mempengaruhi suhu udara disekitar lingkungan baik tapak terbuka ataupun
ternaung.
Besar kecilnya kelembapan pada suatu area tempat tumbuh tanaman
mempengaruhi besar kecilnya curah hujan. Lebih spesifiknya, kelembapan
udara merepresentasikan besar uap air yang terkandung pada udara disekitar
area tempat tanaman tumbuh. Hal ini menandakan ketersediaan air pada area
tersebut nantinya dan tentunya berpengaruh pada proses pertumbuhan
tanaman. Kelembapan udara juga berpengaruh pada tumbuh dan kembang
organisme yang dapat menyebabkan tanaman terkena penyakit. Tingkat
kelembapan yang lebih tinggi akan lebih berpotensi memunculkan organisme
yang dapat memberikan penyakit tersebut. Kelembaban udara pada tapak
ternaung lebih besar dibandingkan dengan kelembaban udara pada tapak
terbukan, hal tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit
menerima paparan cahaya dibanding tapak terbuka. Paparan cahaya yang
lebih sedikit menyebabkan kelembaban semakin tinggi sehingga dapat
diketahui ketersediaan air pada area tanaman di tapak ternaung lebih banyak
dibanding tanaman pada tapak terbuka, namun perlu diketahui tanaman pada
tapak ternaung lebih berpotensi terkena penyakit dari organisme lain karena
lebih lembab.(Karyati, 2019).

1.1.2 Faktor Edafik


1.1.2.1 Suhu Tanah

Perbandingan (Error Bar) Suhu T (°C)


di Tapak Ternaung dan Terbukka
300,0

250,0

200,0

150,0

100,0

50,0

0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 4 Diagram Perbandingan Suhu Tanah di Tapak Ternaung dan Terbuka


Gambar 4 menggambarkan perbandingan suhu tanah di tapak terbuka
dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak ternaung
bernilai lebih kecil daripada tapak terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa data
yang diperoleh di tapak ternaung tidak terlalu beragam atau relatif konsisten.
Nilai dari data yang relatif konsisten tersebut berjarak dekat dari nilai mean
dan hal ini dapat diperhatikan melalui error bar pada diagram batang.
Dikarenakan pada tapak terbuka nilai standar deviasinya jauh lebih besar
maka nilainya berjarak lebih jauh dengan nilai meannya. Selain standar
deviasi, dapat diketahui nilai rata-rata suhu tanah di tapak ternaung lebih kecil
dibanding di tapak terbuka. Hasil penggambaran ini memberi kesimpulan
bahwa kondisi tapak yang tertutup atau terbuka akan mempengaruhi suhu
tanah disekitarnya.
. Fluktuasi suhu udara mengakibatkan suhu tanah berbeda-beda pada
tiap kedalaman. Persebaran besar suhu tanah dipengaruhi oleh konduktivitas
dan kapasitas panas yang dapat diterima tanah. Lapisan tanah yang semakin
dalam akan mengakibatkan suhu tanah mencapai titik maksimal pada tiap
kedalaman yang berbeda. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan
tanaman menyerap bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan
(Karyati, 2019). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa suhu mempengaruhi
cepat lambat proses metabolisme tanaman. Semakin tinggi suhu makan
proses metabolisme tanaman akan semakin cepat namun metabolisme
maksimum terjadi pada kondisi suhu optimum (tidak terlalu rendah atau
tinggi bagi tanaman) sehingga pertumbuhan tanaman efektif. Selain proses
metabolisme, suhu juga berpengaruh pada proses asimilasi dan pernafasan
tanaman yang tentunya menentukan pertumbuhan tanaman (Dewi, 2020).
Suhu tanah pada tapak terbuka lebih besar dibandingkan dengan suhu udara
pada tapak ternaung, hal tersebut dipengaruhi karena tapak terbuka lebih
banyak menerima paparan cahaya dibanding tapak ternaung sehingga dapat
diketahui aktivitas metabolisme tanaman di tapak terbuka lebih cepat
dibanding tanaman pada tapak ternaung, namun belum dapat diketahui
apakah suhu tersebut merupakan suhu optimum yang membuat metabolisme
tanaman maksimal.
1.1.2.2 pH Tanah

Perbandingan (Error Bar) pH di Tapak


Ternaung dan Terbukka
60,0

50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 5 Diagram Perbandingan pH Tanah di Tapak Ternaung dan Terbuka

Gambar 5 menggambarkan perbandingan pH tanah di tapak terbuka


dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak ternaung
bernilai lebih kecil daripada tapak terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa data
yang diperoleh di tapak ternaung tidak terlalu beragam atau relatif konsisten.
Nilai dari data yang relatif konsisten tersebut berjarak dekat dari nilai mean dan
hal ini dapat diperhatikan melalui error bar pada diagram batang. Dikarenakan
pada tapak terbuka nilai standar deviasinya jauh lebih besar maka nilainya
berjarak lebih jauh dengan nilai meannya. Selain standar deviasi, dapat diketahui
nilai rata-rata pH tanah di tapak ternaung lebih kecil dibanding di tapak terbuka.
Hasil penggambaran ini memberi kesimpulan bahwa kondisi tapak yang tertutup
atau terbuka akan mempengaruhi suhu tanah disekitarnya.
pH sebagai salah satu faktor edafik tanah dapat mempengaruhi cepat
lambat proses tumbuh dan kembang tanaman. Sama seperti suhu, setiap jenis
tanaman memiliki syarat kebutuhan pH yang berbeda-beda oleh karena itu perlu
dilakukan penyesuaian agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. pH
memiliki pengaruh pada tanaman berupa penentuan seberapa mudah ion-ion dan
zat hara diserap oleh tanaman. Ion-ion dan zat hara merupakan bahan dasar
pembentuk energi yang akan digunakan oleh tanaman dalam proses
pertumbuhan. Pada umumnya, tanaman mudah menyerap bahan-bahan tersebut
pada kondisi pH 6-7. Pada kondisi tersebut, sebagian besar ion dan zat hara
mudah larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman. Selain itu, pH dapat
berperan sebagai indikator tingkat kesuburan tanaman dan zat-zat beracun atau
merusak yang ada di dalam tanah. pH tanah juga berpengaruh pada tinggi
rendahnya suhu tanah sehingga berpengaruh pada efektifitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. (Karamina, Fikrinda and Murti, 2018).
1.1.2.3 Kadar Air Tanah

Perbandingan (Error Bar) Kadar Air


(%) di Tapak Ternaung dan Terbukka
400,0
350,0
300,0
250,0
200,0
150,0
100,0
50,0
0,0
Ternaung Terbuka

Gambar 6 Diagram Perbandingan Kadar Air di Tapak Ternaung dan Terbuka

Gambar 6 menggambarkan perbandingan kadar air tanah di tapak


terbuka dan ternaung dimana dapat diketahui standar deviasi pada tapak terbuka
bernilai lebih kecil daripada tapak ternaung. Hal ini menunjukkan bahwa data
yang diperoleh di tapak terbuka tidak terlalu beragam atau relatif konsisten. Nilai
dari data yang relatif konsisten tersebut berjarak dekat dari nilai mean dan hal
ini dapat diperhatikan melalui error bar pada diagram batang. Dikarenakan pada
tapak ternaung nilai standar deviasinya jauh lebih besar maka nilainya berjarak
lebih jauh dengan nilai meannya. Selain standar deviasi, dapat diketahui nilai
rata-rata kadar air tanah di tapak ternaung lebih besar dibanding di tapak terbuka.
Hasil penggambaran ini memberi kesimpulan bahwa kondisi tapak yang tertutup
atau terbuka akan mempengaruhi suhu tanah disekitarnya.
Air menjadi salah satu bahan mendasar yang tidak bisa dipisahkan dari
pertumbuhan tanaman. Air berperan penting sebagai bahan dasar proses
fotosintesis dan aktivitas transpirasi. Ketersediaan air akan menentukan proses
fotosintesis yang efektif atau tidak sehingga menentukan pula pertumbuhan
tanaman. Kadar air yang rendah akan diserap oleh akar tanaman dalam jumlah
sedikit sehingga energi yang dihasilkan pun sedikit dan transpirasi dapat
menurun. Kadar air yang tinggi pada suatu tanah akan memudahkan akar
tanaman menyerap lebih banyak air sehingga proses fotosintesis lebih banyak
menghasilkan energi untuk digunakan dalam proses pertumbuhan sehingga
pertumbuhan dapat berjalan lebih optimal. Kadar air yang tinggi juga akan
meningkatkan tekanan turgor sehingga stomata dapat terbuka dengan optimal
dan proses transpirasi berjalan lancar (Mugniesya, 2010). %. Kadar air pada
tapak ternaung lebih besar dibandingkan dengan kadar air pada tapak terbuka,
hal tersebut dipengaruhi karena tapak ternaung lebih sedikit melakukan
penguapan air dibanding tapak ternaung sehingga dapat diketahui aktivitas
fotosintesis dan transpirasi tanaman di tapak ternaung berpotensi lebih cepat dan
dibanding tanaman pada tapak terbuka.

1.2 Analisis dengan T-Test.


Menurut Neni (2015), T-Test atau lengkapnya Independent Sample T-Test
merupakan suatu metode pengujian untuk melihat perbedaan secara
signifikan dari perbandingan rata-rata dua kelompok data dan bagaimana
pengaruh tiap variabelnya.

1.2.1 Faktor Mikroklimat


1.2.1.1 Intensitas Cahaya
Tabel 1. t-Test: Intensitas Cahaya with Two-
Sample Assuming Equal Variances

Cahaya Cahaya
(Lux) (Lux)
Mean 1356,643077 9533
Variance 190729,8306 323532,2988
Observations 65 65
Pooled Variance 257131,0647
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
-
t Stat 91,92301236
P(T<=t) one-tail 4,7306E-119
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 9,4613E-119
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 1 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan intensitas cahaya di tapak ternaung dan terbuka.
Kesimpulan yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara intensitas cahaya di tapak ternaung dengang di tapak terbuka.
Berdasarkan tabel di atas, hal ini dikarenakan dan direpresentasikan
dengan nilai/value dari T-Test kurang dari 0,01

1.2.1.2 Suhu Udara


Tabel 2. t-Test: Suhu Udara with Two-Sample
Assuming Equal Variances
T (°C) T (°C)
Mean 24,14523077 29,54307692
Variance 4,020340962 3,30581226
Observations 65 65
Pooled Variance 3,663076611
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
-
t Stat 16,07826499
P(T<=t) one-tail 8,22748E-33
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 1,6455E-32
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 2 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan suhu udara di tapak ternaung dan terbuka. Kesimpulan
yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu
udara di tapak ternaung dengang di tapak terbuka. Berdasarkan tabel
di atas, hal ini dikarenakan dan direpresentasikan dengan nilai/value
dari T-Test kurang dari 0,01

1.2.1.3 Kelembapan Udara


Tabel 3.t-Test: Kelembaban Udara with Two-
Sample Assuming Equal Variances

RH (%) RH (%)
Mean 90,61846154 78,65723077
Variance 22,76590385 25,72864846
Observations 65 65
Pooled Variance 24,24727615
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
t Stat 13,84796861
P(T<=t) one-tail 1,61226E-27
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 3,22453E-27
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 3 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan kelembaban udara di tapak ternaung dan terbuka.
Kesimpulan yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelembaban udara di tapak ternaung dengang di tapak
terbuka. Berdasarkan tabel di atas, hal ini dikarenakan dan
direpresentasikan dengan nilai/value dari T-Test kurang dari 0,01

1.2.2 Faktor Edafik


1.2.2.1 pH Tanah
Tabel 4. t-Test: pH Tanah with Two-Sample
Assuming Equal Variances

pH pH
Mean 6,200649575 6,975811968
Variance 0,387007167 0,604698698
Observations 65 65
Pooled Variance 0,495852933
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
t Stat -6,2756387
P(T<=t) one-tail 2,47857E-09
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 4,95714E-09
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 4 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan pH tanah di tapak ternaung dan terbuka. Kesimpulan
yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara pH
tanah di tapak ternaung dengang di tapak terbuka. Berdasarkan tabel
di atas, hal ini dikarenakan dan direpresentasikan dengan nilai/value
dari T-Test kurang dari 0,01

1.2.2.2 Suhu Tanah


Tabel 5. t-Test: Suhu Tanah with Two-Sample
Assuming Equal Variances

T (°C) T (°C)
Mean 23,24626667 26,10600684
Variance 1,471594753 0,929784719
Observations 65 65
Pooled Variance 1,200689736
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
-
t Stat 14,87828444
P(T<=t) one-tail 5,43651E-30
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 1,0873E-29
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 5 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan suhu tanah di tapak ternaung dan terbuka. Kesimpulan
yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu
tanah di tapak ternaung dengang di tapak terbuka. Berdasarkan tabel
di atas, hal ini dikarenakan dan direpresentasikan dengan nilai/value
dari T-Test kurang dari 0,01

1.2.2.3 Kadar Air Tanah


Tabel 6. t-Test: Kadar Air Tanah with Two-
Sample Assuming Equal Variances

Kadar Air Kadar Air


(%) (%)
Mean 43,77631998 26,71112924
Variance 30,3082808 179,3954824
Observations 65 65
Pooled Variance 104,8518816
Hypothesized Mean Difference 0
df 128
t Stat 9,500899253
P(T<=t) one-tail 7,93889E-17
t Critical one-tail 1,656845226
P(T<=t) two-tail 1,58778E-16
t Critical two-tail 1,97867085

Tabel 6 di atas merupakan hasil uji T-Test terkait


perbandingan kadar air tanah di tapak ternaung dan terbuka.
Kesimpulan yang didapat adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kadar air tanah di tapak ternaung dengang di tapak terbuka.
Berdasarkan tabel di atas, hal ini dikarenakan dan direpresentasikan
dengan nilai/value dari T-Test kurang dari 0,01
Daftar Pustaka
Dewi, A. R. (2020) ‘Kata Pengantar’, Tunas Agraria, 3(3), pp. 1–10. doi:
10.31292/jta.v3i3.129.
Karamina, H., Fikrinda, W. and Murti, A. T. (2018) ‘Kompleksitas pengaruh temperatur
dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan jambu biji varietas kristal
(Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu’, Kultivasi, 16(3), pp. 430–434. doi:
10.24198/kultivasi.v16i3.13225.
Karyati (2019) ‘Mikroklimatologi Hutan’, Mulawarman University Press, p. 104.
Mugniesya, S. S. M. (2010) ‘Pengaruh kandungan air tanah terhadap pertumbuhan dan
transpirasi semai’.
Neni, T. (2015) ‘Metode Penelitian’, pp. 62–81.
Shafie, I. (2000) ‘Pengantar statistik’, Pengantar statistik. doi: 10.32890/9839559699.

Anda mungkin juga menyukai