Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PRAKTIKUM ENVI
(Studi Kasus Praktikum Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur)

DISUSUN OLEH:
SHIDDIQ MAULANA (NIM: 17.24.010)
FLORENSIUS SAFIANDY NABI (NIM: 17.24.058)
LALU GDE M. N. M. P. T. N. (NIM: 17.24.048)
MAFTUH ZAMRONI DF (NIM: 17.24.067)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2018
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Suhu Udara Permukaan Kota Blitar

Dalam kehidupan di bumi ini suhu dan kelembaban merupakan unsur penting bagi
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Suhu dan kelembaban udara juga menentukan bagaimana
makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Di Indonesia, perhatian dan kerjasama
antara para ahli klimatologi dengan ahli pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka
menunjang produksi tanaman pangan. Daya hasil beberapa tanaman pangan di Indonesia masih
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian teknologi tinggi dan pengelolan yang baik. Penigkatan
produksi tanaman pangan selain dengan panca usaha tani juga dilakukan pemanfaatan iklim.
Dalam bidang pertanian kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan
produktifitas dan perkembangan tumbuhan budidaya. Dengan mengetahui suhu dan kelembaban
udara yang ada di lingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan
pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau yang ditanam pada daerah yang
berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal,
sebaliknya jika bakau tersebut di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah
maka bakau tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Suhu menyatakan tingkat energi bahan rata-rata suatu benda. Ia dinyatakan dalam satuan
derajat. Ada tiga macam satuan penggolongan suhu yang umum, yaitu sistim Reamur, system
Fahreinheit, dan Celcius. Namun yang paling populer adalah yang disebut dua terakhir. Dalam
biosfer, suhu benda alami, beragam menurut tempat dan waktu yang disebabkan oleh perbedaan
benda dalam menerima energi radiasi surya dan hasil pengaruh energi ini terhadap sekelilingnya.
Menurut tempat ia ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan menurut lintang di bumi. Menurut
waktu ia ditentukan oleh sudut inklinasi surya.
Lama penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai kepermukaan bumi
dalam periode sate hari, diukur dalam jam. Halangan terhadap sinar matahari kepermukaan bumi
terutama awan,aerosols dan kabut. Kecerahan dapat juga terganggu oleh benda-benda penyusun
atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam satuan jam sampai nilai-nilai persepuluhan atau
sering ditulis dalam nilai persen perhari. Suhu dinyatakan sebagai derajat panas atau dingin yang
diukur berdasarkan Skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan Suhu yang biasa
digunakan adalah derajat celcius, sedangkan di Inggris dan dibeberapa negara lainnya dinyatakan
dengan derajat fahrenheit.
Peta LST
Dari hasil analisis land surface temperature menggunakan teknologi penginderaan jarak
jauh yaitu ENVI, dapat di lihat pada peta di atas bahwa suhu terendah kota BLITAR sebesar
23,4399 C dan suhu tertinggi Kota BLITAR adalah sebesar 28,8405 C.. Adapun parameter suhu
permukaan udara Kota Blitar berdasarkan hasil analisis dapat di lihat pada tabel berikut ini :
No Value Land Surface Parameter Suhu
Temperature (Celcius) oC

1 28,8405 Tinggi
2 23,4399 Sedang

3.2 Kerapatan Vegetasi Kota Blitar

Vegetasi menurut Maarel (2005) merupakan didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari sekelompok be-sar tumbuhan yang tumbuh dan mengenai komposisi spe-sies dan struktur
komunitasnya (Indriyan-to, 2008). Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh
hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme.

Indeks vegetasi adalah pengukuran secara kuantitatif dalam mengukur biomassa maupun
kesehatan vegetasi, dilakukan dengan membentuk beberapa spektral kanal dengan menggunakan
operasi penambahan, pembagian, perkalian antar kanal yang satu dengan yang lain untuk
mendapatkan suatu nilai yang bisa mencerminkan kelimpahan atau kesehatan vegetasi.

Nilai indeks vegetasi yang tinggi memberikan gambaran bahwa di areal yang diamati
terdapat tingkat kehijauan yang tinggi seperti areal hutan rapat dan lebat. Sebaliknya nilai indeks
vegetasi yang rendah merupakan indikator bahwa lahan yang dipantau mempunyai tingkat
kehijauan yang rendah, lahan dengan vegetasi jarang atau bukan objek vegetasi (Arhatin, 2007)
Peta NDVI
Pada peta di atas dapat di ketahui bahwa tingkat kerapatan vegetasi di Kota Blitar
khususnya di daerah perkotaannya mempunyai tingkat vegetasi yang cukup rendah. Hal ini di
tunjukkan dengan tanda yang menandakan tingkat vegetasi rendah berpusat pada daerah perkotaan
Kota Blitar.
Sedangkan untuk daerah lainnya di luar pusat perkotaannya mempunyai tingkat kerapatan
vegetasi yang cukup tinggi atau dikatakan baik.Dan pada rata-rata kerapatan vegetasi di Kota
Blitar menunjukan angka sebesar -0,265211, yang mengindikasikan bahwa di Kota Blitar untuk
kerapatan vegetasi nya adalah Rendah.
Adapun tabel parameter kerapatan vegetasi di Kota Blitar dapat di lihat pada tabel berikut
ini:
No Value Normalized Parameter Kerapatan
Difference Vegetasi
Vegetation Index
1 0,785844 Tinggi
2 -0,265211 Sangat Rendah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis menggunakan teknologi ENVI dapat disimpulkan bahwa suhu terendah
kota Blitar sebesar 23,4399 C dan suhu tertinggi Kota Blitar adalah sebesar 28,8405 C. Dan suhu
tertinggi di dominasi pada daerah perkotaan Kota Blitar. Dan untuk tingkat kerapatan vegetasi,
Kota Blitar dapat dikatakan memiliki tingkat vegetasi yang cukup rendah hal ini di tandai dengan
hasil analisis peta menggunakan teknologi ENVI yang menunjukkan pusat perkotaan Kota Blitar
yang menandakan bahwa vegetasi di daerah tersebut termasuk kedalam tingkat kerapatan vegetasi
yang sangat rendah.

4.2 Saran

Terkait dengan hasil analisis kerapatan vegetasi NDVI dan tingkat suhu permukaan udara
LST di Kota Blitar yang menggunakan teknologi ENVI maka salah satu upaya yang dapat di
lakukan adalah sebagai berikut:

1. Membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang


menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa ruang terbuka hijau baik public
maupun privat. Hal ini perlu di lakukan terkait dengan kondisi dimana daerah Kota
Blitar terutama daerah perkotaannya yang semakin hari semakin padat karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan hampir sebagian besar wilayah
digunakan sebagai daerah permukiman masyarakat. Oleh sebab itu dengan adanya
kebijakan tentang pembangunan RTH sebesar 30% dari luas wilayah kota tersebut maka
mengurangi dampak dari kenaikan suhu permukaan udara dan dapat mengoptimalkan
tingkat kerapatan vegetasi terutama pada daerah yang mempunyai tingkat kerapatan
vegetasi yang jarang/ rendah.
2. Pengendalian Pembangunan

Pengendalian pembangunan penting dalam sebuah wilayah dan kota demi


menciptkan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satunya upayanya adalah dengan
menaati aturan tentang tidak boleh ada aktifitas bermukim di daerah yang di tetapkan
sebagai Kawasan lindung dimana hal tersebut sudah masuk dalam RTRW mengenai pola
ruang.

Anda mungkin juga menyukai