Anda di halaman 1dari 7

PEMETAAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN

SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO


Reza pradipta/ E34070028
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berpotensi mengalami perkembangan pesat terutama
di bidang industri, perdagangan, dan jasa. Hal ini disebabkan oleh letak Kabupaten Sidoarjo yang memungkinkan
mendapat luberan pengembangan ekonomi akibat hubungan kegiatan perekonomian antara Kabupaten Mojokerto,
Malang, dan Pasuruan dengan Kota Surabaya. Kegiatan pembangunan dilakukan seiring perekonomian yang meningkat
sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu.
Kebutuhan ruang di Kabupaten Sidoarjo turut meningkat seiring meningkatnya pertambahan penduduk.
Pemenuhan kebutuhan ruang bagi penduduk Kabupaten Sidoarjo kemungkinan besar dapat merubah Ruang Terbuka
Hijau (RTH) menjadi permukiman-permukiman penduduk. Dengan berkurangnya RTH akan dapat mengakibatkan
semakin meningkatnya suhu udara kota.
Keberadaan RTH yang penting ini kurang mendapat perhatian, terutama dalam tata letak penempatannya. Dengan
diketahuinya hubungan antara suhu permukaan dengan jarak ke RTH di Kabupaten Sidoarjo, diharapkan dapat
memberikan rekomendasi mengenai tata letak RTH yang akan direncanakan sehingga RTH di Kabupaten Sidoarjo
mampu berperan maksimal dalam memodifikasi suhu udara kota.
1.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membangun model hubungan jarak antara RTH terhadap suhu
permukaan serta memberikan alternatif pengembangan RTH di Kabupaten Sidoarjo.
II METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis
(perangkat keras dan lunak) dengan software Erdas 9.1, ArcGIS 9.3, Minitab 14, Global Positioning System (GPS)
receiver, kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah peta Landsat 7 ETM path/row 118/065 Kabupaten
Sidoarjo dengan waktu penyiaman 28 Mei 2011, peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta administrasi Kabupaten
Sidoarjo.
3.2 Pengolahan Citra Satelit Landsat
Pengolahan citra diawali dengan perbaikan citra satelit, yang dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahankesalahan radiometrik dan geometrik yang terdapat pada data citra satelit tersebut. Selanjutnya dilanjutkan dengan
pemotongan citra, dengan memotong wilayah yang menjadi obyek penelitian, dimana peta administrasi Kabupaten
Sidoarjo hasil digitasi dijadikan acuan pemotongan citra. Selanjutnya dilakukan proses klasifikasi citra menggunakan
proses klasifikasi terbimbing (supervised classification) yang prosesnya melalui pemilihan kategori informasi atau kelas
yang diinginkan dan kemudian memilih daerah latihan (training area) yang mewakili tiap kategori.
Untuk estimasi nilai suhu permukaan digunakan software Erdas Imagine 9.1 kemudian dibangun sebuah model
pada model maker yang sudah tersedia untuk mengkonversi nilai-nilai pixel pada Landsat 7 ETM dan band 6. Tahapan
pengolahan adalah mencari nilai nilai spektral raadiansi, yang dilanjutkan mencari nilai koreksi atmosfer untuk radiansi.
Kemudian dilakukan konversi pada nilai radiansi yang telah terkoreksi untuk mengetahui suhu permukaan.
3.1 Penentuan Jarak dengan Metode Euclidean Distance
Euclidean distance merupakan teknik penghitungan jarak antara dua objek dengan menggunakan teorema
Phytagoras. Dalam penelitian ini, kelas penutupan lahan yang meliputi rumput dan semak, sawah, ladang, vegetasi
rapat dan vegetasi jarang akan dihubungkan dengan penutupan lahan yang serupa. Dengan demikian, akan dihasilkan
fungsi jarak antar vegetasi rapat yang satu dengan vegetasi rapat yang lainnya dalam lokasi penelitian, begitupun
dengan rumput dan semak, sawah, ladang serta vegetasi jarang. Jarak-jarak tersebut digunakan sebagai peubah penjelas
yang selanjutnya akan digunakan sebagai penduga suhu permukaan di suatu titik amatan.
3.1 Pembuatan Model
Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra, selanjutnya dijadikan sebagai peubah untuk menentukan atau
menduga pengaruh jarak RTH terhadap suhu permukaan. Pada penelitian kali ini, peubah yang menjadi kajian
penelitian yaitu suhu permukaan, rumput dan semak, sawah, ladang, vegetasi rapat dan vegetasi jarang. Titik yang
digunakan adalah titik pada penutupan lahan berupa lahan terbangun dan lahan terbuka pada wilayah kajian.
Analisis regresi yang digunakan adalah dengan menghubungkan suhu permukaan (fluks pemanasan udara), rumput
dan semak, sawah, ladang, vegetasi rapat dan vegetasi jarang yang diperoleh dari data yang telah diolah.
3.1 Survey Lapangan
Survey lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan dan perubahan penutupan lahan. Pengambilan titik
kontrol dilakukan tidak secara menyeluruh, melainkan hanya beberapa tempat saja yang dianggap dapat mewakili
masing-masing kelas klasifikasi penutupan lahan.

III HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Penutupan Lahan
Berdasarkan pengolahan citra satelit Landsat 7 ETM path/ row 118/ 065 pada 28 Mei 2011, didapatkan hasil
interpretasi citra landsat wilayah Kabupaten Sidoarjo. Luas penutupan lahan berdasarkan pengolahan citra sebesar
71.931,040 ha, yaitu dengan klasifikasi penutupan lahan sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Tutupan Lahan Kabupaten Sidoarjo
Luas

No

Tutupan Lahan

Hektar ( ha)

Persen (%)

Lahan Terbuka

2.208,895

3,071

Lahan Terbangun

11.623,196

16,159

Rumput / Semak

5.730,092

7,966

Sawah

10.915,421

15,175

Ladang

8.910,542

12,388

Vegetasi Rapat

1.330,839

1,850

Vegetasi Jarang

2.219,802

3,086

Badan Air

16.939,880

23,550

Tidak Ada Data

12.052,373

16,755

71.931,040

100

TOTAL

Penutupan lahan dengan luasan terbesar di Kabupaten Sidoarjo adalah tipe badan air (Tabel 1). Badan air sebagian
besar merupakan tambak-tambak di wilayah timur Kabupaten Sidoarjo. Badan air memiliki luas wilayah mencapai
16.939,880 ha yang menempati 23,550% dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo. Tipe penutupan berupa lahan terbangun
menempati urutan kedua sebagai tipe penutupan lahan dengan luasan terbesar di Kabupaten Sidoarjo. Lahan terbangun
memiliki luas sebesar 11.623,196 atau mencapai 16,159% dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo. Lahan terbangun di
Kabupaten Sidoarjo berupa permukiman, kawasan industri, perkantoran, pasar dan lain-lain
Vegetasi rapat merupakan tipe penutupan lahan dengan luasan terkecil di Kabupaten Sidoarjo. Vegetasi rapat
memiliki luas sebesar 1.330,839 ha. Luasan ini mencakup 1,850% dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo. Vegetasi rapat
terdiri dari hutan kota yang kompak dan rapat serta arboretum

Gambar 1 Peta Klasifikasi Tutupan Lahan Kabupaten Sidoarjo tahun 2011.

Gambar 2 Peta Distribusi Suhu Permukaan Kabupaten Sidoarjo tahun 2011.

5.1 Distribusi Suhu Permukaan


Hasil interpretasi dan analisis citra ladsat 7 ETM menunjukkan suhu permukaan Kabupaten Sidoarjo pada bulan
Mei 2011 berkisar di antara < 26 oC hingga mencapai >= 40 oC. Nilai suhu terendah tercatat pada selang < 26 oC. Suhu
dengan selang ini mencapai 0,015% luas wilayah Kabupaten Sidoarjo atau sebesar 10,640 ha. Nilai suhu tertinggi
tercatat pada selang >= 40 oC. Suhu dengan selang ini hanya mencapai luas 7,863 ha atau sebesar 0,011 % dari luas
wilayah Kabupaten Sidoarjo dan merupakan suhu dengan luasan wilayah terkecil di Kabupaten Sidoarjo (Tabel 2).
Tabel 2 Suhu permukaan Kabupaten Sidoarjo tahun 2011
No

Selang (oC)

1
2

Luas
Hektar (ha)

Persen (%)

< 26

10,640

0,015

26 - <27

12,392

0,017

27 - <28

126,634

0,176

28 - <29

7.676,731

10,672

29 - <30

15.587,839

21,671

6
7

30 - <31
31 - <32

6.086,183
11.822,144

8,461
16,435

32 - <33

6.574,012

9,139

33 - <34

4.777,285

6,641

10

34 - <35

3.448,719

4,794

11

35 - <36

1.863,571

2,591

12

36 - <37

334,143

0,465

13

37 - <38

105,347

0,146

14

38 - <39

38,018

0,053

15

39 - <40

8,415

0,012

16

>= 40

7,863

0,011

17

Tidak ada data

13.451,105

18,700

71.931,040

100

TOTAL

Luasan wilayah terbesar nilai distribusi spasial suhu permukaan di Kabupaten Sidoarjo yaitu suhu dengan selang 29
- <30 oC. Suhu dengan selang ini mencapai luas 15.587,839 ha atau 21,671% dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan perhitungan, rata-rata suhu permukaan Kabupaten Sidoarjo berkisar pada selang nilai 30 - <31 oC.

Gambar 3 Grafik hubungan tutupan lahan dan suhu permukaan Kabupaten Sidoarjo
Tipe penutupan berupa lahan terbuka memiliki kisaran suhu permukaan pada selang <26 oC sampai dengan >= 40
C. Luasan terbesar tipe penutupan lahan ini berada pada selang 33 - <34 oC, yakni sebesar 453,323 ha. Fajri (2011)
menyatakan bahwa karakteristik penutupan pada lahan terbuka, sebagian besar energi yang diterimanya digunakan
untuk memanaskan udara sehingga banyak dari radiasinya digunakan untuk memanaskan atmosfer.
Lahan terbangun memiliki kisaran suhu permukaan pada selang < 26 oC sampai dengan >= 40 oC. Luasan terbesar
suhu permukaan pada lahan terbangun terdapat pada selang 33 - <34 oC dengan luasan mencapai 2.651,028 ha.
Adiningsih et al. (2001) menyebutkan penutup lahan berupa industri dan permukiman dengan bahan beton,
permukaannya akan cepat menjadi panas dan suhunya cepat meningkat. Hal ini disebabkan oleh beton memiliki
kapasitas panas kecil dengan konduktivitas termal yang sangat besar.
Penutupan lahan berupa rumput dan semak, suhu permukaan berada pada selang < 26 oC sampai dengan >= 40 oC.
Luasan terbesar tipe penutupan lahan ini berada pada selang 31 - <32 oC, yakni sebesar 1.760,192 ha. Sawah memiliki
kisaran suhu permukaan pada < 26 oC sampai dengan 39 - <40 oC. Luasan terbesar suhu permukaan sawah terdapat
pada selang 31 - <32 oC dengan luasan mencapai 4.909,983 ha. Tipe penutupan lahan berupa ladang, suhu permukaan
berada pada selang < 26 oC sampai dengan >= 40 oC. Luasan terbesar tipe penutupan lahan ini berada pada selang 29 <30 oC, yakni seluas 3.496,693 ha. Penutupan lahan berupa vegetasi rapat berada pada suhu permukaan antara selang 26
- <27 oC sampai dengan 38 - <39 oC. Luasan terbesar suhu permukaan vegetasi rapat terdapat pada selang 29 - <30 oC
dengan luasan mencapai 371,371 ha. Suhu permukaan pada tipe penutupan lahan berupa vegetasi jarang berada pada
selang 26 - <27 oC sampai dengan 38 - <39 oC. Luasan terbesar suhu permukaan tipe penutupan lahan ini berada pada
selang 31 - <32 oC sebesar 606,780 ha.
Pada lahan bervegetasi baik berupa rumput dan semak, ladang maupun vegetasi dan sawah, memiliki radiasi
pantul yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan terbangun. Hal ini disebabkan energi yang diterima oleh tumbuhan
sebagian besar digunakan untuk metabolisme tumbuhan dan hanya beberapa bagian yang dipantulkan kembali ke
atmosfer (Fajri, 2011). Suhu permukaan pada vegetasi rapat dapat bernilai lebih rendah karena karakteristik vegetasi
rapat dengan ketinggian tanaman yang lebih besar dibandingkan vegetasi lainnya menyebabkan penggunaan energi
untuk proses fisiologis tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan rumput dan semak, sawah, maupun ladang yang
memiliki tinggi tanaman lebih terbatas.
Badan air memiliki kisaran suhu permukaan pada selang < 26 oC sampai dengan >= 40 oC dengan luasan
distribusi suhu terbesar terdapat pada selang 29 - <30 oC yakni seluas 7.717,147 ha. Air dengan kapasitas panas yang
besar memungkinkan penyerapan kalor secara besar-besaran dan melepaskan secara lambat melalui evaporasi. Dengan
adanya uap air yang ditambahkan ke udara melalui evaporasi dalam jumlah besar menjadikan udara lebih sejuk
(Adiningsih et al. 2001).
5.1 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau di Kabupaten Sidoarjo dengan penutupan lahan berupa rumput dan semak, sawah, ladang,
vegetasi rapat dan vegetasi jarang. Berdasarkan hasil klasifikasi citra landsat diperoleh luas penutupan lahan RTH di
Kabupaten Sidoarjo sebesar 29.106,696 ha. Kebutuhan RTH minimum Kabupaten Sidoarjo berdasarkan kriteria UU
no.6 tahun 2007 sebesar 30% dari luas wilayah kabupaten, yakni 21.579,313 ha. Kebutuhan lahan RTH di Kabupaten
Sidoarjo telah terpenuhi, karena sebesar 40,465% luas wilayah kabupaten merupakan RTH. Namun, RTH publik di
o

Kabupaten Sidoarjo masih belum memenuhi kriteria UU no. 26 tahun 2007, karena sebagian besar lahan RTH di
Kabupaten Sidoarjo merupakan RTH privat dengan kepemilikan perorangan.
Luas RTH eksisting di Kabupaten Sidoarjo seluas 224,42 ha. Kebutuhan RTH publik di Kabupaten Sidoarjo
sebesar 14.386,208 ha, luasan ini mencakup 20% luas wilayah kabupaten. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo masih harus
menyediakan 14.161,788 ha lahan untuk dijadikan RTH publik.
Pada tahun 2011, terdapat tiga belas kecamatan dengan RTH yang memenuhi kriteria UU no.26 tahun 2007.
Kecamatan yang tidak memenuhi kriteria UU no.26 tahun 2007 sebanyak lima kecamatan yakni Kecamatan Waru,
Sidoarjo, Sedati, Jabon dan Buduran. Kecamatan yang memiliki RTH dengan luasan paling besar adalah Kecamatan
Jabon, yakni sebesar 2.298,514 ha (27,966%). Kecamatan Krembung merupakan kecamatan dengan persentase luasan
RTH terbesar, yakni 65,476% (1.886,631 ha) luas wilayahnya merupakan RTH. Kecamatan yang memiliki RTH dengan
luasan paling kecil adalah Kecamatan Waru, yakni sebesar 684,635 ha (22,222%). Kecamatan Sedati merupakan
kecamatan dengan persentase luasan RTH paling kecil, hanya 21,365% (1.692,601 ha) luas wilayah Kecamatan Sedati
merupakan RTH.
Hasil interpretasi citra landsat menunjukkan rata-rata nilai suhu permukaan pada lahan RTH (rumput dan semak,
sawah, ladang, vegetasi rapat, vegetasi jarang) di Kabupaten Sidoarjo lebih rendah dibandingkan dengan tipe penutupan
berupa lahan terbuka dan lahan terbangun. Suhu permukaan rata-rata pada tipe penutupan berupa lahan terbuka dan
lahan terbangun masing-masing berada pada selang 33 - <34 oC. Pada lahan RTH, suhu permukaan rata-rata berada
diantara selang 30 - <32 oC (Tabel 5). Data ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keberadaan lahan bervegetasi
yakni RTH, sehingga pengembangan RTH lebih ke arah mempertahankan dan menambah yang sudah ada.
Tabel 3 Suhu permukaan rata-rata pada penutupan lahan di
Kabupaten Sidoarjo
No
Tutupan Lahan
Rata-rata Suhu Permukaan (oC)
33 - <34
1
Lahan Terbuka
33 - <34
2
Lahan Terbangun
3
RTH
31 - <32
a. Rumput / Semak
31 - <32
b. Sawah
30 - <31
c. Ladang
30 - <31
d. Vegetasi rapat
31 - <32
e. Vegetasi jarang

Penentuan pengaruh jarak jangkau RTH dilakukan dengan menentukan pengaruh dari jarak titik amatan pada
penutupan lahan berupa rumput dan semak, sawah, ladang, vegetasi rapat, vegetasi jarang terhadap suhu permukaan di
Kabupaten Sidoarjo. Titik amatan adalah titik-titik yang tersebar di lahan terbangun dan lahan terbuka yang akan
diekstraksi sebagai pembangkit model. Dari hasil regresi tersebut, dihasilkan model:
y = 28,7 + 0,00348 x1 + 0,593 Ln x2 + 0,565 Ln x3.(1)
keterangan:

y
x1
x2
x3

: Suhu Permukaan
: Jarak titik amatan terhadap rumput dan semak
: Jarak titik amatan terhadap ladang
: Jarak titik amatan terhadap vegetasi jarang

99,9

99
95

Persen

90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1

0,1

-3

-2

-1

Nilai Residu

Gambar 4 Uji kenormalan residual model terhadap suhu permukaan.

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov, diperoleh bahwa residual dari persamaan tersebut menyebar normal
dengan nilai kemungkinan lebih dari 0,150 (Gambar 1). Pada uji autokorelasi dengan menggunakan metode DurbinWatson, diperoleh nilai uji D-W sebesar 1,844. Nilai tersebut mendekati 2, sehingga dapat dikatakan bahwa galat model
tersebut tidak saling beratutokorelasi.
Persamaan 1 memiliki koefisien determinasi sebesar 41,8%. Model ini belum dapat dikatakan cukup menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan di Kabupaten Sidoarjo. Angka ini menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh variabel jarak rata-rata rumput dan semak, ladang dan vegetasi jarang terhadap suhu permukaan sebesar

41,8% dan sisanya (58,2%) dipengaruhi faktor-faktor lain di luar model ini, yakni dapat berupa albedo, radiasi netto,
kelembaban air, kelembaban udara dan lain-lain.
Pengaruh vegetasi rapat di kabupaten sidoarjo tidak nyata pada daerah perkotaan diduga karena jarak yang
berjauhan antara masing-masing vegetasi rapat dari titik amatan serta tersebarnya secara merata vegetasi lainnya dalam
bentuk persawahan dan perladangan di kabupaten sidoarjo yang mengakibatkan dampak eksistensi vegetasi rapat tidak
terlihat nyata. Namun, vegetasi jarang memiliki pengaruh yang cukup nyata terhadap suhu permukaan di kabupaten
sidoarjo diduga disebabkan oleh cukup dekatnya jarak antar vegetasi jarang dari titik amatan. Keberadaan vegetasi
jarang terutama jalur hijau jalan harus dipertahankan dan perlu ditambah karena pengaruh yang terlihat nyata dalam
mempengaruhi suhu permukaan di kabupaten sidoarjo.
5.1 Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
Suhu permukaan dengan selang tinggi terdapat secara mengelompok di utara kabupaten yang berbatasan dengan
Kotamadya Surabaya, di sepanjang kanan kiri jalan yang terletak di pusat kabupaten, di sekitar pusat semburan lumpur
Lapindo-Porong serta di barat Kabupaten Sidoarjo. Kisaran suhu permukaan ini digunakan sebagai acuan alternatif
dalam pengembangan RTH di Kabupaten Sidoarjo.
Tabel 4 Rencana Pengembangan RTH
Daerah Pengembangan
Kawasan
I
Kecamatan Tarik
Industri
(sekitar PT Tjiwi Kimia)
II
Kecamatan Waru, Sidoarjo
Permukiman, Industri, Perdagangan,
Perkantoran dan Industri
III
Kecamatan Krian, Taman,
Jalur by-pass kendaraan
Balongbendo, Tarik
IV Kecamatan Porong
Lahan terbuka

Alternatif
Penghijauan kawasan industri, Taman vertikal,
Taman atap, RTH sempadan sungai
Jalur hijau, Taman vertikal, Taman pekarangan ,
Taman atap
Jalur hijau jalan
Jalur hijau jalan

Sebagai zona industri, Kawasan PT Tjiwi Kimia menjadi prioritas pengembangan RTH, bentuk penghijauan yang
dapat dilakukan yakni dengan penanaman tumbuhan di sekitar kawasan industri. Bentuk penghijauan lainnya yang
dapat dilakukan adalah pembuatan taman vertikal, yakni penanaman tumbuhan yang dilakukan pada bidang vertikal,
dapat dilakukan pada dinding-dinding bangunan industri yang cukup kuat dan kokoh. Pembuatan taman atap juga dapat
dilakukan di kawasan industri ini. Tanaman yang ditanam pada taman atap dapat berupa jenis rumput-rumputan,
tanaman merambat serta bunga-bungaan dengan karakteristik perakaran yang tidak terlalu dalam. Wilayah Kecamatan
Tarik yang akan dikembangkan menjadi Kawasan Water Front City (Kab.Sidoarjo 2009), akan berpotensi
menggunakan Sungai Porong yang melewati kecamatan tersebut menjadi pusat pengembangannya. Pengembangan
RTH dapat dilakukan pada sempadan sungai, yakni dengan penanaman dan pengkayaan jenis pada sempadan sungai.
Kecamatan Waru dan Kecamatan Sidoarjo menjadi prioritas pengembangan RTH dikarenakan memiliki nilai suhu
permukaan yang tinggi. Dengan didominasi penutupan berupa lahan terbangun, yakni kawasan permukiman, industri,
maupun kawasan perdagangan dan perkantoran, bentuk penghijauan yang dapat dilakukan adalah penanaman pada jalur
kendaraan, pembuatan taman vertikal dan taman pekarangan pada rumah-rumah warga, serta pembuatan taman atap di
lokasi-lokasi perkantoran.
Jalur by pass kendaraan yang melewati Kecamatan Tarik, Balongbendo Taman dan Krian dapat dikembangkan
menjadi jalur hijau jalan. Pada sepanjang jalan ini, pengembangan tata ruang diarahkan menuju zona industri
(Kab.Sidoarjo 2009). Di sepanjang jalur dapat dilakukan penanaman pohon yang dikombinasikan perdu dan semak
yang pemilihan jenis tanamannya dapat meredusir partikel.
Kecamatan Porong, menjadi prioritas karena merupakan daerah dengan nilai suhu permukaan tertinggi. Hasil
penelitian mencatat suhu permukaan bernilai hampir 43 oC terekam pada pusat semburan lumpur Lapindo. Pada pusat
semburan lumpur dan kawasan sekitarnya direncanakan sebagai Kawasan Lindung Geologi yang pengembangan dan
pemanfaatannya didasarkan pada kondisi geologi lingkungan setempat dan dilakukan secara hati-hati (Kab.Sidoarjo
2009). Pengembangan RTH dapat dilakukan dengan penanaman pohon pada sepanjang jalur jalan di sebelah tanggul
bagian barat.
Penghijauan pada sekitar kawasan industri dapat memilih tanaman dari jenis Sengon (Paraserienthes falcataria),
Akasia (Acacia mangium), Lamtoro-gung (Leucaena leucocephala). Selain itu dapat juga ditanam Kersen (Muntingia
calabara) yang mampu menahan dan menyerap partikel padat dari udara.
Jenis jenis tanaman yang dapat ditanam dengan media vertikal diantaranya Sirih belanda (Scindaptus aureus),
Dolar-dolaran (Ficus repens), Thunbergia (Thunbergia sp.), Kadaka (Asplenium nidus), Tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum), Lili paris (Chlorophytum conosum) dan Kuping gajah (Anthurium srystalinum). Selain itu jenis Anggur
balon (Cardiospernum helicacabum), Ivy (Hedera helix). Tanaman Congea tomentosa, Dolar-dolaran (Ficus repens),
Passiflora sp cocok ditanam pada media berupa rangka besi. Dengan media keranjang kotak yang disusun tegak dapat
dipilih jenis Althernantera sp., Chlorophytum sp., Lantana camara, Ophiopogon sp., dan Pandan varigata (Pandanus
pygmaeus).
Tanaman yang ditanam pada taman atap dapat berupa jenis rumput-rumputan, tanaman merambat serta bungabungaan dengan karakteristik perakaran yang tidak terlalu dalam seperti Pacing (Costus sp), Kuping gajah (Alocasia
macrorrhiza), dan Hanjuang (Cordyline terminalis). Penelitian Liu (2002) mengenai perbandingan kemampuan
efisiensi energi pada taman atap menyebutkan bahwa, membran pada atap biasa menyerap radiasi matahari dan
mencapai suhu sekitar 70 oC (158 oF) sedangkan membran pada taman atap tetap sekitar 25 oC (77 oF).

Penanaman pada jalur kendaraan dapat memilih jenis Krey payung (Felicium decipiens), Mahoni (Swietenia
macrophylla), Tanjung (Mimusops elengi), Bungur (Lagerstommia speciosa) Angsana (Pterocarpus indicus) dan
Akasia (Acacia mangium). Tanaman jenis Trembesi dapat dipilih karena kemampuannya yang baik dalam
menghasilkan oksigen. Krey payung dan Mahoni berfungsi baik menyerap dan menjerap debu semen. Angsana dan
Akasia dapat dipilih karena mempunyai kemampuan dalam menyerap polusi udara dengan baik. Selain itu dapat dipilih
tanaman Oleander (Nerium oleander), Bogenvil (Bougenvillea sp.) dan Teh-tehan pangkas (Acalypha sp.).
Beberapa alternatif vegetasi yang dapat dikembangkan pada RTH sempadan sungai adalah jenis Flamboyan
(Delonix regia), Puspa (Schima wallichii), Kenanga (Canagium odoratum), Bungur (Lagerstomia speciosa), Trembesi
(Samanea saman) dan Tanjung (Mimusops elengi) (Kemen.PU 2008).
IV KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bentuk hubungan RTH dan suhu permukaan menghasilkan persamaan y = 28,7 + 0,00348 x1 + 0,593 Ln x2 + 0,565 Ln
x3. Model persamaan RTH dan suhu permukaan memiliki pola sebanding di mana semakin dekat jarak lahan terbangun
maupun lahan terbuka terhadap RTH, maka suhu permukaan pada lahan terbangun maupun lahan terbuka akan semakin
rendah. RTH yang berpengaruh nyata di Kabupaten Sidoarjo adalah rumput/semak, ladang dan vegetasi jarang.
Pengaruh vegetasi rapat di Kabupaten Sidoarjo tidak nyata pada daerah perkotaan diduga karena tersebarnya secara
dominan vegetasi lainnya dan jarak yang berjauhan antara masing-masing vegetasi rapat serta luasan vegetasi rapat
yang cukup kecil.
Pengembangan RTH di Kabupaten Sidoarjo dilakukan dengan penanaman pohon, pembuatan taman vertikal serta
pembuatan taman atap pada pekarangan rumah, penanaman dan pengkayaan jenis RTH sempadan sungai, penanaman
dan pengkayaan jenis pada RTH jalur kendaraan serta pembuatan taman vertikal dan taman atap di lokasi perkantoran
ataupun industri. Alternatif pengembangan dilakukan pada beberapa lokasi yakni kawasan sekitar PT Tjiwi Kimia,
Kecamatan Sidoarjo dan Waru, jalur by pass kendaraan Krian-Mojokerto, serta jalan sekitar kawasan semburan lumpur
Porong.
6.2 Saran
Kegiatan penyuluhan mengenai pembuatan taman di pekarangan baik taman kecil maupun taman vertikal. Pemberian
penghargaan bagi Desa atau RT/RW yang mampu menyediakan RTH dengan maksimal, dapat dilakukan dengan
kerjasama dengan pihak terkait untuk mengadakan perlombaan mengenai penghijauan antar RT sehingga lebih
meningkatkan minat warga dalam melakukan penghijauan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih ES, Soenarmo SH. Mujiasih S. 2001. Kajian Perubahan Distribusi Spasial Suhu Udara Akibat Perubahan
Penutup Lahan (Studi Kasus Cekungan Bandung). Warta LAPAN Vol.3 (1): 29-44
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Fajri PYN. 2011. Pemodelan Pengaruh Jarak Jangkau Ruang Terbuka Hijau Terhadap Suhu Permukaan di Perkotaan
(Studi Kasus: Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor: Departemen Geofisika Dan Meteorologi Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
[Kab.Sidoarjo] Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo dan Bupati Sidoarjo. 2009. Peraturan Daerah
Kabupaten Sidoarjo nomor 6 tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 20092029. Sidoarjo: Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Liu KKY. 2002. Energy efficiency and environmental benefits of rooftop gardens. Construction Canada vol 44 (2): 2023.

Anda mungkin juga menyukai