Nova Annisa1), Ahmad Kurnain2), Eko Rini Indrayatie3), Setia Budi Peran4)
1)
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat
aiyuvasha@gmail.com
2)
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
akurnain@yahoo.com
3)
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
aya_drir@yahoo.co.id
4)
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
budiperan@yahoo.co.id
Abstract
Land conversion is the result of the growth for the urban population. Conversion of green open
space (RTH) for development can lead to change in environmental quality. One of the impact
to change in environmental quality due to conversion of green space is the increase in local
temperature of the city. The existence of RTH have considerable benefits to improve the
environmental quality of the city, such as amelioration of microclimate. The aim of this research
is to analyze the microclimate and discomfort index of park city for the Komet Village of
Banjarbaru City. Microclimate condition as categorized "discomfort expressed by > 50% of the
population" to "discomfort expressed by the majority of the population". This condition is
affected by the average daily air temperature and the average daily humidity which high at the
study site, resulting cause the high of discomfort index felt by the population especially in the
daytime.
dengan daerah terbuka yang didominasi oleh berbeda sebanyak 3 kali, dengan asumsi
semen dan aspal (1,5 m dari permukaan). tidak ada perbedaan iklim yang ekstrim
Pengukuran juga dilakukan pada hari yang (Gambar 1).
T3
T2
1,5 m
T1
Gambar 1. Titik Pengukuran Parameter Iklim Mikro (suhu udara, kelembaban udara, dan
kecepatan angin)
RH13.00 = Kelembaban relatif yang di ukur RH17.00 = Kelembaban relatif yang di ukur
pada siang hari (%) pada sore hari (%)
Berdasarkan data hasil pengamatan di angin juga akan membawa uap dingin dari
lokasi penelitian menunjukkan bahwa rerata bawah teduhan ke lingkungan sekitar.
kecepatan angin harian di bawah teduhan Sehingga suhu udara dan kelembaban udara
berkisar antara 0,4 ± 1,0 Mph. Sedangkan di bawah teduhan cenderung stabil.
rerata kecepatan angin harian di ruang Pernyataan ini sesuai dengan Akbari (2002),
terbuka berkisar antara 1,5 ± 3,1 Mph (Tabel bahwa pohon dapat bertindak sebagai
8). Kecepatan angin di bawah teduhan lebih penahan angin yang menurunkan kecepatan
lambat jika dibandingkan dengan kecepatan angin ambien. Selain itu, pada iklim tertentu
angin di ruang terbuka. Hal ini dikarenakan pohon digunakan untuk memblokir angin
tajuk pohon dan bentuk daun yang beragam panas yang penuh debu.
dapat memperlambat kecepatan angin, dan
Pengamatan rerata
kecepatan angin harian
No Lokasi Penelitian (Mph)
bawah ruang
teduhan terbuka
1 Taman Jl. Mawar 1 0,7 1,8
2 Taman Jl. Mawar 2 0,7 2,0
3 Taman Bermain Idaman 0,4 1,5
4 Taman Van Der Viljt 1,0 2,3
5 Taman Air Mancur Minggu Raya 0,7 3,1
6 Taman Bugenvil 0,6 2,1
Standar De viasi 0,2 0,5
Berdasarkan data hasil pengamatan di pohon yang kurang bagus, meskipun pohon
lokasi penelitian menunjukkan bahwa rerata yang terdapat di taman- taman tersebut
indeks ketidaknyamanan harian di bawah PHPLOLNL WLQJJL SRKRQ • P dan bertajuk
teduhan berkisar antara 26,8 ± 27,3°C, pohon lebar berkisar antara 4,00 ± 20,37 m
kategori lebih dari 50% populasi merasa (Tabel 4). Hal ini juga diduga bahwa luasan
tidak nyaman hingga mayoritas populasi RTH yang ada kurang mencapai 30% luas
merasa tidak nyaman. Sedangkan rerata kota Banjarbaru sesuai yang ditetapkan oleh
indeks ketidaknyamanan harian di ruang Kemendagri RI No.1 Tahun 2007. Sehingga
terbuka berkisar antara 27,3 ± 28,2°C, rerata suhu udara harian dan rerata
kategori mayoritas populasi merasa tidak kelembaban udara harian di lokasi penelitian
nyaman (Tebel 9). Perasaan tidak nyaman tergolong tinggi, akibatnya indeks
seseorang untuk beraktivitas dipengaruhi ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
suhu dan kelembaban secara langsung. populasi juga tinggi khususnya pada siang
Kondisi ini dipengaruhi oleh stratifikasi hari.
power plants. Environmental Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Pollution.116: 119±126. Tumbuhan. ITB, Bandung.
Bappeda Kota Banjarbaru. 2008. Setyowati, D. L. 2008. Iklim mikro dan
Penyusunan RTRW Kota Banjarbaru kebutuhan ruang terbuka hijau di
Tahun 2008- 2028. Kota Semarang. Jurnal Manusia dan
BPS. 2012. Kecamatan Banjarbaru Utara Lingkungan. Vol. 15 (3) : 125-140.
dalam Angka 2012. Katalog BPS: Treebenefits. 2013. National Tree Benefit
1102001.6372031. Calculator.
Dahlan. 2011. Potensi hutan kota sebagai http://www.treebenefits.com/calcula
alternatif substitusi fungsi alat tor/treeinfor.cfm?zip=dancity=danst
pendingin ruangan (air conditioner) ate=danclimatezone=Tropical
(Studi kasus di Kampus IPB Di akses Tanggal 23 Juni 2013.
Darmaga). Skripsi. Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
IPB, Bogor.
Dahlan, T. Rahmi, & A. Arismaya. 2011.
Potensi pohon sebagai alternatif
substitusi fungsi alat pendingin
ruangan (air conditioner). PKM-GT.
IPB, Bogor.