Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK ESTIMASI PRODUKSI POHON

DI DAERAH WADUK SERMO, KABUPATEN KULON PROGO MENGGUNAKAN


CITRA LANDSAT 7TM+

Angga Setiawan1) dan Ade Intan Pitaloka1)


1)
Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Jurusan Sains Informasi Geografi

Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

Email: angga.setyawan@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Penginderaan jauh merupakan salah satu sumber data yang bisa digunakan untuk melakukan
penelitian ini karena sifaatnya yang murah dan efisien untuk melakukan estimasi produksi pohon di suatu
daerah seperti Wduk Sermo, Kabupaten Kulon Progo. Data penelitian diperoleh dari citra Landsat
7ETM+ dengan resolusi 30m. Estimasi produksi pohon dilakukan menggunakan analisis korelasi regresi
dari beberapa parameter pohon-pohon yang dijadikan sampel yang didapatkan dari hasil transformasi
citra. Parameter yang digunakan pada penelitian ini ialah keliling pbatang pohon, tinggi pohon pada
cabang pertama. Besarnya angka dari parameter yang digunakan didapatkan dari hasil pengukuran di
lapangan berdasarkan sampel yang sudah ditentukan. Transformasi indeks vegetasi yang digunakan
merupakan transformasi NDVI yaitu transformasi untuk mengetahui kerapatan vegetasi dengan
menggunakan band 4 (Pantulan vegetasi paling tinggi) dan band 3 (Pantulan vegetasi paling rendah).
Pengukuran lapangan pada penelitian ini dengan mencari keliling pohon dan tinggi cabang pertama, nilai-
nilai tersebut digunakan untuk menentukan volume pohon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan metode analisis regeresi yaitu dengan mencari korelasi terbaik antara nilai NDVI citra dengan
volume rata-rata pohon per pixel. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai korelasi
terbesar adalah indeks vegetasi NDVI dengan nilai R2 0,6328, dan persamaannya adalah y = 1,2988 log x
+ 1,5337. Dengan nilai hasil regresi tersebut, maka persamaan algoritma tersebut dapat digunakan
persamaan pemrosesan citra, karena dilihat dari nilai korelasinya yaitu 0,6 yang menunjukkan bahwa
variable-variabel yang digunakan mempunyai korelasi yang searah sehingga persamaan tersebut dapat
digunakan untuk pemrosesan citra untuk menentukan estimasi volume pohon di Daerah Waduk Sermo.

Kata kunci: Penginderaan jauh, produksi pohon, NDVI regresi, citra Landsat 7ETM+
1. Pendahuluan sebagai penyimpan CO2 juga makin
Pemanasan global merupakan salah memperparah keadaan ini karena pohon-
satu isu di dunia saat ini. Masalah pohon yang mati akan melepaskan CO2
pemanasan global telah banyak yang tersimpan di dalam jaringannya ke
diperbincangkan oleh berbagai kalangan atmosfer.
dari berbagai instasi, selain itu,
Penelitian ini dilakukan untuk
permasalahan tersebut sampai saat ini
mengestimasi produksi pohon dalam
masih terus dikaji untuk menemukan
suatu luasan area tertentu. Estimasi
solusinya. Salah satu sumberdaya aam
produksi pohon dilakukan dengan
yang dapat digunakan untuk mengurangi
memanfaatkan informasi citra penginderan
pemanasan global. Hutan sebagai sumber
jauh. Citra penginderaan jauh dianggap
daya alam yang dapat diperbaharui
sebagai salah satu cara untuk melakukan
walaupun membutuhkan waktu yang
etimasi secara cepat, efisien dan biaya
sangat panjang untuk mengembalikan
murah. Dengan adanya pengestimasian
hutan pada keadaan semula. Oleh karena
produksi pohon dalam suatu luasan, dta
itu perlu dijaga dan dikelola dengan arif
yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk
dan bijaksana. Awalnya, pemanfaatan
berbagai kegiatan analisis lainnya.
sumberdaya hutan hanya dilihat dari segi
hasil kayunya saja. Seiring dengan Produksi pohon saat ini semakin
perkembangan zaman, saat ini hutan menurun akibatnya pemanasan global
bukan hanya sebagai penghasil kayu semakin meningkat. Estimasi produksi
namun juga sebagai penghasil jasa pohon ini merupakan salah satu cara yang
lingkungan. Fungsi hutan sebagai cepat dan efisien digunakan untuk
penghasil jasa lingkungan sangatlah melakukan kebijakan-kebijakan yang
berpotensi dalam mengurangi karbon- perlu dilakukan seperti penghijauan
dioksida di atmosfer yang menyebabkan kembli, atau untuk membuat ruang terbua
efek rumah kaca sehingga pemanasan hijau agar keseimbangan lingkungan tetap
global dapat berkurang. terjaga. Selain itu, data-data hasil
Hutan yang notabene terdiri dari pengukuran dapat dikembangkan lagi
berbagai tutupan vegetasi yang berupa untuk melakukan estimasi stok karbon,
pohon sangat dibutuhkan keberadaannya. biomassa, volume getah dan lain
Kontributor terbesar pemanasan global sebagainya. Maka penelitian ini dirasa
saat ini adalah karbon dioksida (CO2) dan penting untuk dilakukan guna membantu
metana (CH4) yang dihasilkan pertanian dalam mengumpulkan data ataupun
dan peternakan (terutama dari sistem membuat kebijakan berkelanjutan.
pencernaan hewan hewan ternak),
Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan 1. Tinjauan Pustaka
gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan Penginderaan Jauh adalah ilmu
pendingin ruangan (CFC). Rusaknya pengetahuan dan seni yang berupa
hutan-hutan yang seharusnya berfungsi pengambilan informasi tentang suatu
objek, area atau fenomena melalui analisis
data yang didapat dengan perangkat dengan beberapa saluran. Saluran 4
dengan tidak melakukan kontak langsung gelombang hijau (0,5–0,6µm), saluran 5
pada objek, area atau fenomena yang gelombang merah (0,6–0,7µm), Saluran 6
diamati. Mata kita berperan sebagai sensor gelombang inframerah dekat (0,7–0,8µm),
yang merespon cahaya yang dipantulkan. saluran 7 gelombang inframerah dekat
”data” yang ditangkap oleh mata tangkap (0,8–1,1µm). Sedangkan pada saluran 1
merupakan impuls yang sesuai dengan sampai 3 digunakan oleh sesnsor RBV.
jumlah cahaya yang terpantulkan dari Sensor TM (Thematic Mapper),
terang dan gelapnya suatu objek. Dalam merupakan sensor yang dapat
berbagai hal, penginderaan jauh bisa menghasilkan citra yang mempunyai
dianggap sebagai proses membaca. kemampuan untuk menghasilkan citra
Dengan mengguanakan berbagai sensor, multispektral dengan resolusi spasial,
kita sedikit-sedikit mengumpulkan data spektral dan radiometrik yang lebih tinggi
yang bisa teranalisis untuk memperoleh daripada sensor MSS. Julat panjang
informasi tentang objek, area atau gelombang yang digunakan dalam sensor
fenomena yang diamati. (Lilesand & ini antara 0,45 sampai 2,35µm. Band biru
Kiefer,1999). Citra yang digunakan sampai merah 0,45 sampai 0,69µm, band
merupakan Landsat 7 ETM+. Pada inframerah dekat (0,76– 0,90µm), band
dasarnya citra Landsat dari semua generasi inframerah tengah (1,55–1,75µm), band
mempunyai 4 sensor, yaitu RBV (Return inframerah thermal (10,40 – 12,50µm),
Beam Vidicon), MSS (Multispectral dan inframerah tengah (2,08 – 2,35µm).
Scanner), TM (Thematic Mapper), dan Sensor ETM (Enhanced Thematic
ETM (Enhanced Thematic Mapper). Mapper), merupakan sensor yang dibuat
Sensor RBV, dari beberapa generasi untuk menggantikan sensor TM. Sensor
Landsat, pada Landsat-1 dan 2, ini didesain untuk merekam permukaan
multispektral RBV mempunyai resolusi 80 bumi menggunakan 8 saluran, yaitu 7
m, sementara pada Landsat-3, RBV saluran (band 1-5,7-8) merekam pantulan
menggunakan band Pankromatik dan dan satu saluran (band 6) merekam
resolusi 40m. Dilihat pada julat pancaran (emisi/ suhu) obyek permukaan
gelombangnya, sensor pada saluran 1 peka bumi. Julat panjang gelombang yang
terhadap gelombang hijau (0,475– diguanakan dalam sensor ini antara lain
0,575µm), saluran 2 peka terhadap Band biru sampai merah 0,45 sampai
gelombang merah (0,580–0,680µm), dan 0,69µm, band inframerah dekat (0,78 –
saluran 3 peka terhadap gelombang 0,90µm), band inframerah tengah (1,55 –
inframerah (0,690–0,890µm). Sensor MSS 1,75µm), band inframerah thermal (10,40
merupakan sensor yang berupa alat – 12,50µm), inframerah tengah (2,08 –
scanning yang merekam kenampakan 2,35µm) dan band pankromatik 0,52 –
bumi dengan cara menyiami permukaan 0,90µm. Resolusi spasial yang dihasilkan
bumi dalam jalur-jalur (baris). Pada pada sensor ini yaitu 30 m (band 1-5 dan 7
saluran ini menggunakan julat gelombang multispektral); 15 m (band 8 :
Pankromatik); dan 60 m (band 6:Termal). sehingga nilai radian dapat juga dikatakan
Sedangkan resolusi temporalnya 16 hari. sebagai nilai brightness temperatur.
2. Metodologi Penelitian Sedangkan nilai radian ke nilai reflektan
2.1 Alat digunakan untuk mengetahui nilai pixel
1. Laptop/komputer untuk pemroesan yang telah dihilangkan dari pengaruh-
data. pengaruh atmosfer terkait perekaman
2. Softwaere ENVI 4.5, ArcGIS 10.1, kenampakan objek. Koreksi radiometrik
Microsoft Office untuk proses yang terakhir merupakan koreksi untuk
analisis data. mengubah nilai reflektan ke nilai dark
3. Alat untuk lapangan substrat. Pada dasarnya koreksi digunakan
 GPS untuk meng-nolkan nilai kenampakan gelap
 Meteran citra yang sudah terkoreksi sampai
 Kompas reflektan, nilai reflektan kenampakan
 Abney level gelapnya mempunyai nilai pixel minus(-),
 Penggaris sehingga digunakan dark-substrat untuk
 Ceklist pengukuran memperbaiki nilai-nilai tersebut. Setelah
 Kamera koreksi radiometrik selesasi lalu dilakukan
koreksi geometrik yaitu koreksi dimana
3.2 Bahan
Citra Landsat 7 ETM+ daerah kenampakan di citra mempunyai koordinat
yang sama seperti di permukaan bumi.
Waduk Sermo, Kabupaten Kulon
Progo tahun 2002.
2. Pemotongan Citra
3.1 Pemrosesan Data Pemotongan citra dilakukan
berdasarkan daerah kajian agar pemrosesan
1. Koreksi Radiometrik dan
data dan analisisnya lebih efektif karena
Koreki Geometrik
terfokusan pada daerah kajian.
Sebelum melakukan klasifikasi
3. Transformasi Indeks Vegetasi
multipektral dilakukan koreksi radiometrik
Transfommasi indeks vegetasi yang
dan geometrik. Koreksi radiometrik
digunakan adalah Normalized Difference
dilakukan terlebih dahulu karena jika
Vegetation Index (NDVI). Indeks vegetasi
dilakukan koreksi geometrik dterlebih
NDVI merupakan algoritma perban-dingan
dahulu dimungkinkan akan terjdi pergeseran
antara (Band 4 - Band 3) dengan (Band 4 +
lokasi tiap pixel yang akan mempengaruhi
Band 3) (Rouse et.al, 1974 dalam Budi,
nilai pixel asli tiap kenampakan pada citra.
2000).
Tahapan koreksi radiometrik yang
4. Pengambilan Sampel
dilakukan yaitu dari digital number ke
radian, radian ke reflektan, reflektan ke dark
substrat. Pada koreksi radiometric yang
pertama (radian) dilakukan untuk
mengetahui nilai emisivitas/ energi
pancaran dari suatu kenampakan citra,
rata data ketinggian cabang pertama pohon
dan data diameter pohon. Sehingga dapat
diketahui nilai volume berat pohon dari
tiap-tiap sampel tersebut. Dari volume berat
pohon tiap piksel tersebut dihubungkan
dengan nilai NDVI pada setiap sampel
dengan metode regresei. Metode ini intinya,
jika kedua variable dihubungkan maka akan
Gambar 3.a. Peta sebaran sampel. menghasilkan nilai yang mendekati angka 1,
Lokasi sampel ditentukan berdasarkan jika dihasilkan angka >0,5 maka kedua
metode clustered sampling. Total sampel variable regresi mempunyai hubungan, dan
yang diambil adalah 15 sampel dimana ke dapat diproses selanjutnya tanpa
semua sampel merupakan sampel yang mengulangi proses pengambilan sampel.
merepresentasikan populasi pohon di Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat
dalamnya. ditentukan nilai produksi kayu pada seluruh
5. Kegiatan di Lapangan pixel dengan saran 15 sampel tesebut.
Kegiatan di lapangan merupakan kegiatan Sehingga dapat terklasifikasi-kan volume
pengukuran diameter pohon dan tinggi breast kayu/m3. Dari hasil klasifikasi produksi
of height (ketinggian pohon pada cabang volume kayu tersebut dengan transformasi
pertama). Pengukuran ini dilakukan pada indeks vegetasi NDVI digunakan sebagai
lokasi koordinat yang telah ditentukan pada hasil output peta peneltian ini.
saat pra lapangan, sehingga terdapat 15 lokasi 4. Hasil dan Pembahasan
yang menyebar di sekitar Waduk Sermo yang Pengukuran produki pohon pada
harus didatangi untuk diukur diameter dan daerah Waduk Sermo dapat dilakukan
tinggi cabang pertamanya pohon-pohon yang dengan metode regresi, yaitu metode
terdapat pada satu pixel citra.. Resolusi menghubungkan dua varibel untuk
spasial citra Landsat merupakan 30 x 30 mengetahui kuat rendahnya hubungan
meter, sehingga untuk meghindari distorsi antar variabel teresebut. Dua variabe
maka pengukuran dilakukan dengan jarak 45 tersebut yaitu nilai pixel dari transformasi
meter x 45 meter di lapangan. Satu sampel NDVI dengan berat volume rata-rata
pixel dilakukan pengukuran diameter dan pohon. Volume pohon dibuat dengan
tinggi pohon secara diagonal, untuk menggunakan pengukuran lapangan yaitu
menghemat waktu karena banyaknya pohon diagonal dari piksel yang digunakan
yang diambil secara diagonal sudah dapat sebagai titik sampel dengan ukuran
merepresentasikan data-data diameter dan 45mx45m untuk menghindari pergeseran
ketinggian cabang pada seluruh pohon yang karena akurasi pada plotting GPS yang
terdapat pada satu sampel. sebelumnya sudah ditentukan sampelnya
6. Analisis Data pada pra-lapangan . Transformasi indeks
Kegiatan ini dengan dilakukan vegetasi yang digunakan merupakan
mengukur berat volume tiap pixel dari rata- NDVI berfungsi untuk merepresentasikan
fenomena vegetasi berdasarkan Perolehan data lapangan dilakukan untuk
kerapatannya. Transformasi ini mendapatkan data volume pohon dengan
menggunakan band 4 dan band 3, band 4 cara mengukur keliling dan ketinggian
merupakan band yang mempunyai pohon. Dalam melakukan pengukuran
pantulan yang paling tinggi terhadap menggunakan busur yang telah dilengkapi
vegetasi, sedangkan band 3 mempunyai dengan unting unting. Untuk mengukur
pantulan spectral paling rendah, sehingga keliling pohon digunaka metode
transformasi ini baik digunakan untuk pengukuran setinggi dada, yaitu sekitar
mempresentasikan kerapatan vegetasi 1,33 m diatas tanah. Untuk pengukuran
pada suatu citra. tinggi pohon, Pengukuran dilakukan
mengukur sudut dan membidik pada
Citra yang digunakan adalah citra cabang pertama dari sebuah pohon. Dari
Landsat 7 ETM+ tahun 2002, alasan sudut tersebut dapat diketahui ketinggian
mengapa menggunakan citra tersebut dari suatu pohon. Ketinggian dan keliling
karena sensor Landsat 7 sejak tahun 2003 dari pohon tersebut dapat dijadikan
sensornya mengalami kerusakan, sehingga sumber dalam mancari volume pohon.
jika menggunakan citra tersebut Data tersebut diukur pada pohon yang
kenampakannya akan banyak kenampakan terkena garis transek. Nilai korelasi yang
yang kosong karena watu perekaman dihasilkan hampir kurang dari 0.5
sensor tidak semua kenampakan bisa sehingga korelasi antar variabel tidak kuat.
direkam. Sedangkan jika menggunakan Hasil ini dipengaruhi oleh penggunaan
Landsat 8, banyak algoritma yang berbeda citra yang sudah lama. Daerah kajian yang
secara umum. Algoritma tersebut belum diamati. Pada kenampakan citra berupa
tentu benar untuk pemrosesan citra, tanah dan sedikit vegetasi namun dalam
sehingga untuk berjaga-jaga, kami tidak kondisi yang sebenarnya sudah merupakan
menggunakan citra Landsat 8. Koreksi hutan. Ditambah lagi dengan kondisi
dalam citra meliputi radiometrik (termasuk pengambilan sampel yang tidak ideal dari
atmosferik) dan geometrik. Koreksi kondisi yang seharusnya membuat data
radiometric ini diperlukan untuk korelasi menjadi tidak valid.
memperbaiki kualtitas visual citra dan
juga memperbaiki nilai piksel yang drop
out. Sedangkan untuk koreksi geomtrik
dibutuhkan karena untuk uji akurasi dan
menyamakan posisi sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Dari nilai
regresi NDVI dan volume berat pohon
dihasilkan nilai 0,6328. Sehingga nilai
tersebut dapat digunakan untuk
pemrosesan lebih lnjut, minimsl ysng
Gambar 4.a. Grafik hasil analisis regresi
digunkan 0,5 semakin mendekati 1 akan
lebih baik dlam metode regresi ini.
Grafik yang dihasilkan menunjukkan rentang -1 sampai 1, nilai mendekati -1
hasil korelasi antara nilai pixel NDVI merupakan obyek air dan nilai mendekati
dengan volume rata-rata pohon per pixel. 1 merupakan obyek vegetasi yang semakin
tinggi kerapatannya. Dengan demikian
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa jika ditransformasikan persamaan
rata-rata korelasi antar setiap variable algoritma regresi antara nilai NDVI
mempunyai korelasi yang searah, tetapi dengan volume rata-rata pohon pada satu
terdapat beberapa titik variable korelasi pixel, maka semua pixel lainnya akan
yang tidak searah dengan titik-titik lainnya terklasifikasi dengan dasar persamaan
atau biasa disebut anomaly dalam regresi. tersebut.
Hal ini dapat terjadi, karena terlampau
jauhnya citra yang digunakan untuk Kenampakan sekitar waduk
prosesing citra dan dengan waktu memperlihatkan klaisifikasi kelas yang
pengambilan sampel lapangan pasti ada sama. Hal ini berarti produksi pohon
pengaruhnya karena adanya perubahan mempunyai tingakatan produksi yang
penggunaan lahan, sehingga akan seimbang, dan termasuk dalam kelas yang
mempengaruhi korelasi dari data lapangan tinggi. Selain itu kenampakan produksi
dan nilai sampel di citra. yang sama disekitar waduk sermo dapat
terjadi karena metode cara pengambilan
sampel, yaitu pengambilan sampel saat
lapangan yang cenderung homogen dan
tidak tersebar merata pada hal citra yang
digunakan untuk proses yaitu wilayah
Jawa Tengah sehingga akan
mempengaruhi hasil dari transformasi
hasil produksi yang dibuat.

5. Kesimpulan
1. Citra Landsat 7ETM+ dapat digunakan
untuk mengestimasi volume pohon
yang terdapat pada Waduk Sermo
Gambar 4.b. Peta Estimasi Produksi dengan menggunakan pendekatan
Pohon. indeks vegetasi dengan hasil yang
baik. Hal ini disebabkan oleh
Peta produksi pohon yang dihasilkan,
hubungan korelasi indeks vegetasi
memperlihatkan waduk terklasifikasi
dengan volume rata-rata pohon cukup
dalam volume produksi kayu rendah. Hal
kuat.
ini dikatakan bahwa algoritma persamaan
2. Sampel yang kurang merata dapat
regresi yang dilakukan mengakibatkan
menyebabkan hasil output menjadi
semua pixel dalam citra terklasifikasi.
kurang akurat.
Citra yang sudah ditransformasikan ke
dalam indeks vegetasi NDVI memupunyai
3. Penggunaan data citra yang M. McCoy, Roger. 2005. Field Methods in
digunakan harus up to date dengan Remote Sensing. New York: The
jangka waktu yang sempit, karena Guilford Press
semakin lama data yang digunakan
akan bebanding lurus dengan Purnobasuki, Herry; Muryono, Muhmmad dan
perubahan penggunaan lahan. Imiliyana,Aufa. 2012. Estimasi Karbon
4. Perbedaan nilai indeks vegetasi pada
pada Tegakan Pohon Rhizophora stylosa
transformasi NDVI di daerah sekitar di Pantai Camplong, Sampang-Madura.
Waduk Sermo, akan mempengruhi ITS paper 22853-1508100020.
hasil transformasi estimasi volume
pohon sehingga kenampakan hasil
output peta mempunyai klasifikasi
kelas yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Forest Watch Indonesia. 2011. Potret Keadaan


Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-
2009 (1 st Ed)

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1.


Yogykart: Gadjah Mada University
Press.

Sutaryo, Dandun. 2009. Perhitungan Biomassa


Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon. Bogor:
Wethlands International Indonesia
Programme.

Pambudi, Anissa; Herumurti,Sigit dan


Zuharnen. 2009. Estimasi Stok Karbon
Hutan dengan Menggunakan Citra
ALOS AVNIR-2 di sebagian Kecamatan
Long Panghai, Kabupaten Kutai Barat.
(jurnal)Yogyakarta: Fakultas Geografi.

Sunarto, Kris. 1997. Interpretasi Citra


Inderaja. Bogor: Badan Koordinasi
Survy dan Pemetaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai