Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan survey-pemetaan dan pemodelan untuk pngelolaan lingkungan, sumberdaya, dan
wilayah, dewasa ini sudah tidak dapat dilepaskan dari dua macam teknologi, yaitu penginderaan
jauh dan system informasi geografis. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni dalam memperoleh
suatu informasi mengenai suatu objek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan alat tanpa suatu kontak langsung (Lillisand et al., 2008). System Informasi Geografi
adalah suatu system berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola,
menganalisis, dan mengaktifkan atau memanggil kembali data yang memiliki referensi
keruangan, untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemeetaan dan perencanaan wilayah.
Kedua macam teknologi tersebut sangat bermanfaat dalam pengelolaan informasi keruangan
mengenai kondisi permukaan (dan dekat permukaan) bumi. Oleh karena itu, pada perkembangan
selanjutnya, teknologi tersebut cenderung diintegrasikan demi peningkatan efisiensi perolehan
serta akurasi pemetaannya, sebagai masukkan dalam proses perencanaan dan pengelolaan
wilayah.
Dalam penginderaan jauh maka dibutuhkan alat untuk mengidentifikasi, salah satunya
adalah citra satelit. Citra satelit berkembang pesat sejak awal tahun 60an sampai sekarang,
hingga lahirlah satelit Landsat, Quickbird, Ikonos, SPOT, NOAA, ALOS, da sebagainya yang
mana memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Perkembangan
ini berimbas pada citra yang dihasilkan. Berawal dari foto pankromatik ke multispectral sampai
ke hiperspektral, bahkan dalam sensor yang digunakan tidak hanya citra satelit pasif melainkan
aktif yang mana tenaganya dibuat oleh manusia berupa pulsa yang digunakan dalam satelit radar.
2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari citra satelit multispektral?
2. Apa perbedaan citra satelit multispectral dari satelit Landsat, Quickbird, dan Ikonos?
3. Apa definisi citra radar?
4. Apa definisi citra hiperspektal?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud citra satelit multispektral.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara satelit Landsat, Quikbird, dan Ikonos.
3. Untuk mengetahui pengertian dari satelit radar.
4. Untuk mengetahui definisi dan maksud dari satelit hiperspektral.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Citra Satelit Multispektral
Citra multispectral adalah citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra
tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar, citra multispectral umumnya dibuat dengan
saluran sempit. Dengan menggunakan sensor multispectral, maka kenampakan yang diindera
akan menghasilkan citra dengan berbagai saluran. Citra dengan saluran yang berbeda tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kenampakan-kenampakan tertentu, karena saluran-
saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu kenampakan.
Sebuah gambar multispektral adalah salah satu yang menangkap data gambar pada frekuensi
tertentu di seluruh spektrum elektromagnetik . Panjang gelombang dapat dipisahkan oleh filter
atau dengan penggunaan instrumen yang sensitif terhadap panjang gelombang tertentu, termasuk
cahaya dari frekuensi di luar jangkauan cahaya tampak , seperti inframerah . pencitraan spektral
dapat memungkinkan ekstraksi informasi tambahan mata manusia gagal untuk menangkap
dengan yang reseptor untuk merah, hijau dan biru . Ini pada awalnya dikembangkan untuk ruang
berbasis pencitraan.
Citra multispektral adalah tipe utama dari gambar yang diperoleh oleh penginderaan jauh
(RS) radiometers . Membagi spektrum dalam banyak band, multispektral adalah kebalikan dari
pankromatik , yang mencatat hanya intensitas total radiasi yang jatuh pada setiap pixel .
Biasanya, satelit memiliki tiga atau lebih radiometers ( Landsat memiliki tujuh). Masing-masing
memperoleh satu gambar digital (dalam penginderaan jauh, disebut adegan) di sebuah band
kecil dari spektrum yang terlihat, mulai dari 0,7 pM sampai 0,4 pM, disebut merah-hijau-biru
(RGB) daerah, dan pergi ke panjang gelombang inframerah 0,7 pM sampai 10 pM atau lebih,
diklasifikasikan sebagai dekat inframerah (NIR), tengah inframerah (MIR) dan far infrared (FIR
atau termal). Dalam kasus Landsat, tujuh adegan terdiri dari tujuh gambar-band multispektral.
pencitraan spektral dengan band-band yang lebih banyak, lebih halus resolusi spektral atau
cakupan spektral yang lebih luas dapat disebut itt atau ultraspectral.
Teknologi ini juga membantu dalam interpretasi papirus kuno , seperti yang ditemukan di
Herculaneum , oleh pencitraan fragmen dalam kisaran inframerah (1000 nm). Seringkali, teks
pada dokumen tampaknya sebagai tinta hitam pada kertas hitam dengan mata telanjang. Pada
1000 nm, perbedaan reflektifitas cahaya membuat teks jelas dibaca. Ini juga telah digunakan
untuk gambar palimpsest Archimedes oleh pencitraan perkamen daun dalam bandwidth 365-870
nm, dan kemudian menggunakan teknik pengolahan citra digital canggih untuk mengungkapkan
undertext karya Archimedes.
Ketersediaan panjang gelombang untuk penginderaan jauh dan pencitraan dibatasi oleh
jendela inframerah dan jendela optik. Panjang gelombang adalah perkiraan, nilai-nilai yang tepat
bergantung pada instrumen satelit tertentu:
Biru, 450-515 .. 520 nm, yang digunakan untuk pencitraan atmosfer dan air yang dalam,
dan dapat mencapai hingga 150 kaki (50 m) jauh di air yang jernih.
Hijau, 515 .. 520-590 .. 600 nm, yang digunakan untuk pencitraan vegetasi dan struktur
air yang dalam, hingga 90 kaki (30 m) di air jernih.
Merah, 600 .. 630-680 .. 690 nm, yang digunakan untuk pencitraan benda buatan
manusia, dalam air hingga 30 kaki (9 m) dalam, tanah, dan vegetasi.
Dekat inframerah, 750-900 nm, digunakan terutama untuk pencitraan vegetasi.
Mid-inframerah, 1550-1750 nm, digunakan untuk vegetasi pencitraan, kadar air tanah,
dan beberapa kebakaran hutan .
Mid-inframerah, 2080-2350 nm, digunakan untuk pencitraan tanah, kelembaban, fitur
geologi, silikat, tanah liat, dan kebakaran.
Inframerah termal , 10.400-12.500 nm, menggunakan radiasi yang dipancarkan bukan
tercermin, untuk pencitraan struktur geologi, perbedaan termal dalam arus air, kebakaran,
dan untuk studi malam.
Radar dan teknologi yang terkait berguna untuk pemetaan medan dan untuk mendeteksi
berbagai objek.
Untuk tujuan yang berbeda, kombinasi yang berbeda dari band spektral dapat digunakan.
Mereka biasanya diwakili dengan warna merah, hijau, dan saluran biru. Pemetaan band untuk
warna tergantung pada tujuan dari gambar dan preferensi pribadi para analis. Inframerah termal
sering dihilangkan dari pertimbangan karena resolusi spasial miskin, kecuali untuk tujuan
khusus.
Warna dasar, menggunakan saluran hanya merah, hijau, dan biru, dipetakan ke warna
masing-masing. Sebagai sebuah foto warna polos, itu baik untuk menganalisis obyek
buatan manusia, dan mudah dipahami bagi pemula analis.
Hijau-merah-inframerah, di mana saluran biru diganti dengan dekat inframerah,
digunakan untuk vegetasi, yang sangat reflektif di IR dekat, kemudian menunjukkan
sebagai biru. Kombinasi ini sering digunakan untuk mendeteksi vegetasi dan kamuflase.
Blue-NIR-MIR, di mana saluran biru menggunakan biru terlihat, hijau
menggunakan NIR (sehingga vegetasi tetap hijau), dan MIR ditampilkan sebagai merah.
Gambar tersebut memungkinkan melihat kedalaman air, cakupan vegetasi, kadar air
tanah, dan adanya kebakaran, semua dalam satu gambar.
Banyak kombinasi lain sedang digunakan. NIR sering ditampilkan sebagai merah, membuat
vegetasi yang tertutup daerah tampak merah.
2.2. Perbedaan Multispektral pada Landsat, Quickbird, dan IKONOS
Landsat
Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan
diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources
Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini
membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral Scanner) yang
mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah
diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri berikutnya,
yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 yang diorbitkan bulan Maret 1998,
merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal mengorbit.
Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang dikembangkan oleh
NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi
yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai
Landsat 3, generasi ini merupakan satelit percobaan (eksperimental) sedangkan satelit generasi
kedua (Landsat 4 dan Landsat 5) merupakan satelit operasional (Lindgren, 1985), sedangkan
Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian dan pengembangan (Sutanto, 1994). Satelit
generasi pertama memiliki dua jenis sensor, yaitu penyiam multi spektral (MSS) dengan empat
saluran dan tiga kamera RBV (Return Beam Vidicon).
Satelit generasi kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MSS dan sensor
Thematic Mapper (TM). Perubahan tinggi orbit menjadi 705 km dari permukaan bumi berakibat
pada peningkatan resolusi spasial menjadi 30 x30 meter untuk TM1 - TM5 dan TM7 , TM 6
menjadi 120 x 120 meter. Resolusi temporal menjadi 16 hari dan perubahan data dari 6 bits (64
tingkatan warna) menjadi 8 bits (256 tingkatan warna). Kelebihan sensor TM adalah
menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu
saluran untuk studi geologi tabel (2.1) Terakhir kalinya akhir era 2000- an NASA menambahkan
penajaman sensor band pankromatik yang ditingkatkan resolusi spasialnya menjadi 15m x 15m
sehingga dengan kombinasi didapatkan citra komposit dengan resolusi 15m x 15 m.
Tabel 2.1 Saluran Citra Landsat TM
Saluran
Kisaran
Gelombang (m)
Kegunaan Utama
1 0,45 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah,
dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.
2 0,52 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran
hijau yang terletak diantara dua saluran penyerapan.
Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis
vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat
terhadap tanaman yang tidak sehat
3 0,63 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi.
Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan
klorofil
4 0,76 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga
untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan
pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
5 1,55 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman,
kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan
tanah.
6 2,08 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk
pemetaan hidrotermal.
7 10,40 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi.
Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain yang
berhubungan dengan gejala termal.
8 Pankromatik Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang
Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1979 dengan modifikasi) .
Karakteristik Data Landsat TM.
Data Landsat TM (Thematic Mapper) diperoleh pada tujuh saluran spektral yaitu tiga
saluran tampak, satu saluran inframerah dekat, dua saluran inframerah tengah, dan satu saluran
inframerah thermal. Lokasi dan lebar dari ketujuh saluran ini ditentukan dengan
mempertimbangkan kepekaannya terhadap fenomena alami tertentu dan untuk menekan sekecil
mungkin pelemahan energi permukaan bumi oleh kondisi atmosfer bumi.


Citra Landsat 7 ETM+ 15 m di London, England, 15m Data Courtesy USGS (infoterra-
global.com, 2004)
Jensen (1986) mengemumakan bahwa kebanyakan saluran TM dipilih setelah analisis nilai
lebihnya dalam pemisahan vegetasi, pengukuran kelembaban tumbuhan dan tanah, pembedaan
awan dan salju, dan identifikasi perubahan hidrothermal pada tipe-tipe batuan tertentu.
Data TM mempunyai proyeksi tanah IFOV (instantaneous field of view) atau ukuran daerah
yang diliput dari setiap piksel atau sering disebut resolusi spasial. Resolusi spasial untuk keenam
saluran spektral sebesar 30 meter, sedangkan resolusi spasial untuk saluran inframerah thermal
adalah 120 m (Jensen,1986).
Quickbird
Pada tahun 1994 pemerintah Amerika Serikat mengambil keputusan untuk mengizinkan
perusaan sipil komersial untuk memasarkan data penginderaan jauh resolusi tinggi., yaitu antara
1-4 meter (Jensen, 1996). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan berakhirnya perang dingin.
Segera setelah itu, Earth Watch Inc., suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang
sumberdaya merencanakan pengembangan dua satelit sistem resolusi tinggi, yaitu EarlyBird
dan QuickBird. earlyBird diluncurkan pada tahun 1997, dengan citra pankromatik beresolusi 3
meter dan citra multispektral beresolusi 15 meter, serta lebar sapuan 15 km. QuickBird-1, yang
diluncurkan pada 1999, mampu memberikan citra dari dua sensor dengan dua macam resolusi
dari ketinggian orbit 600 km, yaitu 4 meter untuk citra multi spektral dan 1 meter untuk citra
pankromatik. Sensor multispektral terdiri atas saluran biru (0,45 0,52 m), hijau (0,52 0,60
m), merah (0,63 0.69 m), dan inframerah dekat (0,76 0,89 m), sedangkan sensor
pankromatik beroprasi pada jalur yang relative lebar, yaitu 0,45 0,90 m.

Citra Quickbird Resolusi di atas Tampa, Florida USA digitalglobe.com
Kondisi vegetasi tampak jelas pada komposisi warna semu (false color), yang tersusun
atas saluran-saluran B, H, IMD ataupun H, M, IMD yang masingmasing ditandai dengan urutan
warna biru, hijau, dan merah. Pada citra komposit warna ini, vegetasi dengan berbagai tingkat
kerapatan tampak bergradasi kemerahan. Teknik pengolahan citra digital dengan indeks vegetasi
seringkali memilih formula NDVI (normalised diference vegetation index= IMD-M/IMD+M).
Indeks atau nilai piksel yang dihasilkan kemudian sering dijadikan ukuran kuantitatif tingkat
kehijauan vegetasi. Apabila diterapkan di wilayah kota, maka tingkat kehijauan lingkungan
urban dapat digunakan sebagai salah satu parameter kualitas lingkungan.
Kehadiran Quickbird dan Ikonos telah melahirkan .eforia baru. Pada praktisi inderaja
yang jenuh dengan penggunaan metode baku analisis citra berbasis Landsat dan SPOT.
Klasifikasi multispektral standar berdasarkan resolusi spasial sekitar 20-30 meter seringkali
dianggap kurang halus untuk kajian wilayah pertanian dan urban di Jawa. Model-model dengan
knowledgebased techniques (KBT) yang berbasis Landsat dan SPOT umumnya tidak tersedia
dalam menu baku di perangkat lunak komersial, dan lebih sulit dioperasikan.
Quickbird menjawab kebutuhan itu. Resolusi 60 cm bila dipadukan dengan saluran
multispektralnya akan menghasilkan pan-sharped image, yang mampu menonjolkan variasi
obyek hingga marka jalan dan tembok penjara. Citra ini mudah sekali diinterpretasi secara
visual.
Meski demikian, para pakar inderaja saat ini masih bergulat dengan pengembangan
metode ekstraksi informasi otomatis berbasis citra resolusi tinggi seperti Quickbird. Resolusi
spasial yang sangat tinggi pada Quickbird telah melahirkan masalah baru dalam inderaja digital,
di mana respons spektral obyek tidak berhubungan langsung dengan karakter obyek secara utuh,
melainkan bagian-bagiannya.
Bayangkan citra multispektral SPOT-5 beresolusi 10 meter, maka dengan relatif mudah
jaringan jalan dapat kita klasifikasi secara otomatis ke dalam kategori-kategori .jalan aspal.,
.jalan beton., dan .jalan tanah., karena jalan-jalan elebar sekitar 5 hingga 12 meter akan dikenali
sebagai piksel-piksel dengan nilai tertentu. Namun, pada resolusi 60 cm, jalan selebar 15 meter
akan terisi dengan pedagang kakilima, marka jalan, pengendara motor, dan bahkan Koran yang
tergeletak di tengah jalan. (Danoedoro, 2004)
Karakteristik sistem satelit Quickbird
Saluran Resolusi spektral Resolusi spasial pada nadir
1 0,45 0,52 m 2,44 meter
2 0,52 0,60 m, 2,44 meter
3 0,63 0.69 m 2,44 meter
4 0,76 0,89 m 2,44 meter
pankromatik 0,45 0,90 m. 0,61 meter
Sensor Linear array, pushbroom
Swath 16 km
Rate 50 mb/detik
Revisit 1-5 hari, tergantung lintang
Bit coding 11 bit (0-2047)
Orbit
600 km, tidak sinkron dengan matahari. Melintasi ekuator pada waktu
yang tidak tentu
Peluncuran 18 oktober 2001
IKONOS
Ketika perang Irak berlangsung, fasilitas Irak yang menjadi target militer Amerika
Serikat sering muncul di media massa melalui rekaman satelit Ikonos. Ikonos memang punya
resolusi spasial sangat tinggi, 1 meter untuk pankromatik dan 4 meter untuk multispektral,
sehingga hasilnya amat jelas. Tahun 1992 Kongres AS meloloskan Undang-Undang
Penginderaan Jauh Daratan (US Land Remote Sensing Act). Undang-undang ini menyebutkan
industri inderaja satelit komersial sangat penting bagi kesejahteraan rakyat AS serta mengizinkan
perusahaan-perusahaan swasta mengembangkan, memiliki, mengoperasikan serta menjual data
yang dihasilkan (Danoedoro, 2004).
Diluncurkan pada September 1999, IKONOS dimiliki dan dioperasikan oleh Space
Imaging. Disamping mempunyai kemampuan merekam citra multispetral pada resolusi 4 meter,
IKONOS dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan
kombinasi sifat-sifat multispektral pada citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1-meter,
Citra IKONOS diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.
IKONOS adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan di ruang
angkasa. IKONOS dimiliki oleh Sapce Imaging, sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika
Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3 (OrbImage),
Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian Space). IKONOS diluncurkan pada
September 1999 dan pengumpulan data secara regular dilakukan sejak Maret 2000.
Sensor OSA pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara simultan
mengambil citra pankromatik dan multispektral. IKONOS mengrimkan resolusi sapatial tertinggi
sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga
mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space Imaging, 2004).

Citra Ikonos Frankfurt Airport, Germany - 1-meter True Color (Spaceimaging.com, 2004)
Pada moda multispectral, satelit Ikonos mampu menghasilkan citra dengan kombinasi
saluran menyerupai apa yang dapat dilakukan oleh sensor Landsat TM saluran 1-4 karena
memang wilayah panjang gelombangnya hampir sama. Keunggulan citra satelit Ikonos terletak
pada resolusi spasialnya yang sangat tinggi sehingga jaringan jalan dan gedung tampak jelas.
Melalui fusi data antara pankromatik (1 meter) dengan multispectral (4 meter) dapat dihasilkan
citra berwarna dengan resolusi spasial 1 meter. Citra pankromatik diperoleh melalui perekaman
pada julat panjang gelombang 0,45-0,90 m, sedangkan citra multispectral diperoleh melalui
empat saluran, masing-masing ialah saluran biru(0,45-0,53 m), hijau (0,52-0,61 m), merah
(0,64-0,71 m),dan inframerah dekat (0,77-0,88 m). ikonos mengorbit pada ketinggia 681 km,
denganlebar sapuan sebesar 11 km.
Karakteristik sistem satelit IKONOS
Saluran Resolusi spektral Resolusi spasial pada nadir
1 0,45 0,52 m 4 meter
2 0,52 0,60 m, 4 meter
3 0,63 0.69 m 4 meter
4 0,76 0,90 m 4 meter
pankromatik 0,45 0,90 m. 1 meter
Sensor Linear array, pushbroom
Swath 1I km
Rate 25 mb/detik
Revisit <3 hari
Bit coding 11 bit (0-2047)
Orbit 681 km, sinkron dengan matahari. Melintasi ekuator pukul 10-11 pagi
Peluncuran
27 April 1999 (gagal)
24 September 1999
2.3. Satelit Radar
Penginderaan jauh system radar yaitu penginderaan jauh yang menggunakan
spectrum gelombang mikro, sedangkan tenaga yang diperoleh dibangkitkan oleh sensor
(buatan). Tenaga ini merupakan tenaga pulsa berkekuatan tinggi yang dipancarkan dalam
waktu yag relatif pendek yaitu sekitra 10-6/detik (Sutanto, 1986). Tenaga yang dipancarkan
pada objek dipantulkan kembali, sehingga mencatat waktu-waktu dipancarkan sampai
kembali ke sensor. Intensitas pulsa radar menentukan karakteristik spectral objek dari radar.
Hasil dari radar dapat berupa data citra dan non-citra. Oleh karena tenaga dibangkitkan oleh
sensor, maka tenaga yang dipancarkan pada objek yang tegak dengan sensor akan
memantulkan dengan tenaga yang sama, sehingga objek akan gelap dan tidak dapat
diinterpretasi. Oleh karena itu, radar dalam perekamannya dilakukan kearah samping yang
disebut dengan Side Looking Airbone Radar (SLAR).
Intensitas tenaga pantulan ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua sifat utama, yaitu
sifat objek yang direkam dan sifat radarnya (Sutanto, 1986). Kedua sifat tersebut dipengaruhi
oleh sifat objek lereng, kekerasan permukaan, complex dielectric constant, dan arh objek.
Sedangkan sifat radar dipengaruhi oleh panjang gelombang yang digunakan, sudut depresi
antenna, polarisasi, dan arah pengamatan antenna (Avery dan Berlin, 1985).
1. Lereng
Lereng yeng dimaksud ialah lereng permukaan secara makro atau lereng topografi
daerah
Lereng yang menghadap kea rah sensor lazim disebut lereng depan, maka pantulan
tenaganya lebih besar dari lereng belakangnya
Pantulan maksimum terjadi bila arah pulsa radar tegak lurus terhadap lereng depan
2. Kekasaran permukaan
Yang mempengaruhi intensitas pantukan pulsa radar ialah kekasaran permukaan
obyekyang diindera.
Kekerasan permukaan ini bersifat relatif, yaitu merupakan fungsi panjang gelombang
dan sudut depresi antenanya.
Kekasaran permukaan obyek ditentukan berdasarkan kriteria Reyleigh :
Untuk objek yang permukaannya kasar dengan rumus :

h = Beda tinggi rata2 permukaan obyek ( relief obyek )
= panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan
= sudut depresi antena, yaitu sudut yang dibentuk oleh garis oleh arah pulsa radar
ke obyek dan garis horisontal yang melalui antena radar dan tegak lurus jalur
terbang
Kekerasan permukaan diukur dengan sentimeter
Semakin kecil sudut datang pulsa radar, semakin besar hambuean baliknya
Sudut datang pulsa radar dapat diabaikan bagi permukaan obyek yang sangat kasar
3. Complex dielektric constant
Complex dielektrik constant : ukuran kemampuan sebuah benda untuk memantulkan
atau meneruskan tenaga radar
Bila complex dielektrik constant-nya lebih besar maka nilai pantulannya juga lebih
besar, sedang konduktivitas dan daya tembusnya menurun
Complex dielektrik constant bagi benda kering pada umumnya berkisar antara 3
hingga 8 pada gelombang radar
Nilainya bagi air mendekati 80
4. Polarisasi
Polarisasi : pengarahan vektor elektrik pada gelombang elektromagnetik menurut satu
bidang datar
Gelombang elektromagnetik yang tidak dipolarisasi maka vektor elektriknya
mengarah secara acak
Gelombang elektrik dan gelombang magnetik itu saling tegak lurus dan masing-
masing bergerak maju dengan arah sumbu Z
5. Panjang gelombang dan daya tembus pulsa radar
Dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Daya tembus terhadap atmosfer
b. Daya tembus terhadap permukaan tanah
Hambatan atmosfer terbesar dialami oleh pulsa radar yang bergelombang pendek
Pulsa radar saluran X dapat menembus kabut, debu, awan, dan semua hambatan
atmosfer kecuali hujan lebat
Pulsa radar saluran Ka dapat menembus beberapa jenis awan, akan tetapi hujan dan
awan tebal memantulkannya
Pulsa radar saluran L sering disebut berkemampuan pada segala cuaca karena ia dapat
menembus pada segala hambatan atmosfer termasuk hujan lebat
Citar radar saluran X, C, dan L banyak digunakan di daerah tropik yang selalu
tertutup awan dan sering merupakan data tunggal bagi beberapa daerah semacam itu
Daya tembus semakin besar bagi panjang gelombang yang semakin besar
6. Arah pengamatan antena dan arah obyek
Arah atau sudut pengamatan antena (antenna look angle) dalam hubungannya dengan
arah obyek besar sekali pengaruhnya terhadap pantulan gelombang radar
Sudut yang terbentuk oleh 2 arah ini berkisar dari 0 hingga 90
Citra radar yang arah pengamatannya beraneka dapat meningkatkan kemampuannya
untuk menyajikan data.


Gambar . Contoh SpotLight area pertambangan mineral
2.4. Satelit Hiperspektral
Sebuah citra hiperspektral adalah sebuah citra yang memiliki informasi dari beragam
spektrum elektromagnetik. Spektrum-spektrum tersebut disimpan dalam bentuk tumpukan citra
yang masing-masing mewakili rentang spektrum elektromagnetis tertentu yang biasa disebut
sebagai spectral band. Kumpulan citra tersebut dikombinasikan sehingga membentuk kubus
hiperspektral untuk kemudian dapat diproses dan dianalisis. Visualisasi dari penjelasan ini dapat
dilihat di gambar .

Gambar 1. Kubus Spektrum Citra Hiperspektral
Sensor Hyperion merupakan salah satu sistem sensor hiperspektral yang paling awal
dipasang pada satelit, bahkan lebih dahulu daripada MERIS pada Envisat1. Sebenarnya Satelit
EO-1 (Earth Observer-1) yang diluncurkan pada 21 November 2000 dan mengorbit pada
ketinggian 706 km di atas bumi serta mengorbit sinkron matahari mengusung sensor Hyperion
ALI (Advanced Land Imager) dan LEISA (Linier Imaging Spectrometer Array).
Hyperion menarik untuk dibahas karena katalog perekamannya sangat mirip dengan
Landsat -7. Satelit EO-1 dirancang sedemikian rupa sehingga dengan tinggi orbit 705 km dan
inklinasi 98.7
0
, merekam dengan formasi menit lebih lambat daripada Landsat-7,namun pada
jalur yang sama persis. Hanya saja, lebar sapuannya lebih se,mpit, yaitu hanya 7,5 km melalui
perekaman melintang arah jalur orbit( across-track scanning). Dengan selisih waktu yang hanya
1 menit ini, perbandingan antara citra yang dihasilkan oleh Lansat-7 dan EO-1 tentu saja mudah
dilakukan karena selisih waktu tersebut cukup kecil untuk mempertimbangkan adanya perbedaan
kondisi atmosfer. Table 4 menyajikan spesifikasi saluran spectral pada satelit EO-1.
Saluran hyperion memiliki 220 saluran spectral berkisar antara 0-4 hingga 2,35 m,
sementara ALI mempunyai 10 saluran berkisar 0,4 hingga 2,4 m. keduanya memberikan data
citra pada resolusi spasial 30 meter,sama seperti Landsat ETM+.LEISA merupakan suatu
subsistem pengkoreksi atmosfer (atmospheric corrector) yang merupakan instrument
hiperspektral dengan jumlah saluran sebanyak 256 bau pada kisaran antara 0,9 hingga 1,6 m
pada resolusi spasial 250 m. LEISA dirancang untuk mengkoreksi kandungan uap air di
atmosfer.
Spesifikasi saluran pada satelit eo-1
Saluran Resolusi spektral Resolusi spasial pada nadir
Advanced Lang Imager (ALI)
MS-1 0,433 0,453 m 30 x 30 meter
MS-1 0,450 0,510 m, 30 x 30 meter
MS-2 0,525 0.605 m 30 x 30 meter
MS-3 0,630 0,690 m 30 x 30 meter
MS-4 0,775 0,805 m. 30 x 30 meter
MS-4 0,845 0,890 m. 30 x 30 meter
MS-5 1,20 1,30 m. 30 x 30 meter
MS-5 1,55 1,75 m. 30 x 30 meter
MS-7 2,08 2,35 m. 30 x 30 meter
Pankromatik 0,480 0,690 m. 10 x 10 meter
Hyperion Hyperspectral Sensor
220 saluran, 0,4 2,4 m, pada 30 x 30 m
LEISA Atmospheric Corrector (LAC)
256 saluran, 0,9 1,6 m, pada 250 x 250 m
Lebar sapuan ALI 37 km, Hyperion 7,5 km, LEISA 185 km
Revisit 16 hari sekali, sama dengan Landsat-7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Citra multispectral adalah citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra
tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar, citra multispectral umumnya dibuat dengan
saluran sempit. Dengan menggunakan sensor multispectral, maka kenampakan yang diindera
akan menghasilkan citra dengan berbagai saluran. Citra dengan saluran yang berbeda tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kenampakan-kenampakan tertentu, karena saluran-
saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu kenampakan.
Penginderaan jauh system radar yaitu penginderaan jauh yang menggunakan spectrum
gelombang mikro, sedangkan tenaga yang diperoleh dibangkitkan oleh sensor (buatan). Tenaga
ini merupakan tenaga pulsa berkekuatan tinggi yang dipancarkan dalam waktu yag relatif pendek
yaitu sekitra 10-6/detik (Sutanto, 1986). Tenaga yang dipancarkan pada objek dipantulkan
kembali, sehingga mencatat waktu-waktu dipancarkan sampai kembali ke sensor. Intensitas pulsa
radar menentukan karakteristik spectral objek dari radar. Hasil dari radar dapat berupa data citra
dan non-citra. Oleh karena tenaga dibangkitkan oleh sensor, maka tenaga yang dipancarkan pada
objek yang tegak dengan sensor akan memantulkan dengan tenaga yang sama, sehingga objek
akan gelap dan tidak dapat diinterpretasi. Oleh karena itu, radar dalam perekamannya dilakukan
kearah samping yang disebut dengan Side Looking Airbone Radar (SLAR).
Sebuah citra hiperspektral adalah sebuah citra yang memiliki informasi dari beragam
spektrum elektromagnetik. Spektrum-spektrum tersebut disimpan dalam bentuk tumpukan citra
yang masing-masing mewakili rentang spektrum elektromagnetis tertentu yang biasa disebut
sebagai spectral band. Kumpulan citra tersebut dikombinasikan sehingga membentuk kubus
hiperspektral untuk kemudian dapat diproses dan dianalisis.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Siddik Thoha. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Peninderaan Jauh Digital. Andi : Yogyakarta
Lalu Muhamad Jaelani. 2006. Hiperspektral, Masa Depan Teknologi Inderaja. Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh, Jilid I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai