Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGINDERAAN JAUH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Penginderaan Jauh Dasar

Disusun oleh :

ARIL PRASETYO
R1B1 20 015

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI
KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penginderaan jauh dapat didefinisikan sebagai suatu metoda untuk mengenal
dan menentukan obyek dipermukaan bumi tanpa melalui kontak langsung dengan
obyek, daerah atau fenomena yang dikaji tersebut. Teknologi penginderaan jauh
merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai
diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara ini dipakai dalam
eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote
sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan.

Adapun salah satu pokok bahasan penginderaan jauh yaitu membahas


mengenai interpretasi citra. Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto
udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai
arti pentingnya objek tersebut (Estes, 1974). Interpretasi citra penginderaan jauh
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi
secara digital. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan
jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri atau karakteristik objek secara
keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi
yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan
konvergensi bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang
informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital
berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan
dengan cara statistik.

Setiap aplikasi penginderaan jauh dalam penginterpretasian citra mempunyai


kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dan tipe
energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu
memberikan resolusi spasial, spektral, temporal, dan radiometrik yang sesuai
dengan kebutuhan aplikasi. Makin tinggi resolusinya berarti makin tinggi dari
kualitas fotonya, karena foto tersebut dapat menggambarkan obyek yang lebih
kecil yang masih dapat dikenal atau dibedakan terhadap obyek lainnya, karena
itulah resolusi dapat pula diartikan sebagai ”daya pisah” obyek pada citra.

1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secara umum kualitas
foto hasil dari rekaman citra satelit.
BAB II
ISI MATERI

2.1 Citra Satelit


Citra Satelit merupakan suatu gambaran citra non-fotografik secara
digital yang direkam oleh satelit pengideraan jauh dalam bentuk gambar
(element pixel). Element gambar tersebut menyatakan tingkat keabuan atau
tingkat warna sedangkan informasi di dalamnya dengan ukuran presisi tertentu.
2.2 Unsur-unsur Interpretasi Citra
Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi
citra. Foto udara sebagai citra dalam penginderaan jauh yang memiliki unsur
interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretasi pada citra
lainnya. Unsur interpretasi citra terdiri :

(1) Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
(2) Bentuk ialah variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek.
(3) Ukuran yaitu atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng, dan volume.
(4) Tekstur yaitu frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan
rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual.
(5) Pola merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek alamiah.
(6) Bayangan sering menjadi kunci pengenalan yang penting bagi
beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap,
menara, tangki minyak, dan lain-lain
(7) Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.
(8) Asosiasi yaitu keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang
lain.
(9) Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu
kesimpulan tertentu.

2.3 Resolusi Citra


2.3.1 Resolusi spasial
Resolusi spasial merupakan kemampuan sistem perekaman dalam
membedakan obyek yang berdekatan. Obyek yang lebih besar cenderung
lebih menarik daripada obyek yang lebih kecil. Sensor sebuah satelit memiliki
kemampuan merekam obyek terkecilnya berbeda-beda. Satelit Landsat TM
mampu merekam obyek terkecil dilapangan sebesar 30 x 30 meter. Satelit
Ikonos merekam dengan obyek terkecilnya 1 x 1 meter. QuickBird dengan
ukuran obyek terkecilnya 0,6 x 0,6 meter. Jika sebuah sensor memiliki
resolusi spasial 20 meter dan citra dari sensor tersebut menampilkannya
secara penuh, maka masing-masing piksel akan mewakili area seluas 20 x 20
meter.
Gambar. Satelit Landsat dan contoh datanya

2.3.2 Resolusi spectral


Resulosi Spectral merupakan perekaman gambaran yang sama pada
interval spektral yang berbeda. Daya pisah objek berdasarkan besarnya
spectrum elektromagnetik yang digunakan untuk merekam data. Interval
spektral yang lebih halus atau sempit memiliki resolusi spektral yang lebih
baik. Atau dengan kata lain resolusi spektral merupakan interval dari panjang
gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh
sensor. Semakin halus resolusi spektral sensor, semakin pendek panjang
gelombang dapat dipisahkan menjadi saluran-saluran (band) yang terpisah.
Sebagai contoh, citra satelit Landsat TM memiliki 7 saluran. Satelit Landsat
TM memiliki sensor dengan kepekaan pada masing-masing rentang interval
panjang gelombang hingga sebanyak 7 saluran.

2.3.3 Resolusi temporal


Resolusi yang menunjukkan waktu antar pengukuran, atau dalam kata
lain kemampuan suatu sistem untuk merekam ulang daerah yang sama.
Satuan resolusi temporal adalah jam atau hari. Contoh satelit yang memiliki
resolusi temporal sangat tinggi dengan kemampuan mengitari bumi 14 kali
dalam satu hari dengan resolusi 1 x 1 kmyaitu NOAA AVHRR untuk
pengamatan cuaca.

(www.scribd.com)
Gambar Satelit NOAA dan contoh datanya

2.3.4 Resolusi radiometrik


Resolusi yang memiliki kemampuan sensor dalam mencatat respons
spektral objek atau kemampuan sensor untuk mendeteksi perbedaan pantulan
terkecil. Semakin tinggi resolusi radiometric, semakin kaya informasi yang
terekam didalamnya. Citra dengan resolusi radiometric menengah disebut
citra multispectral, contohnya dalam hal ini adalah Landsat san SPOT. Citra
dengan resolusi radiometric sangat tinggi disebut citra hiperspectral,
contohnya LIDAR (Light Detection and Ranging).

(https://www.grafcan.es/productos/lidar)
Contoh Gambar Citra LIDAR

2.4 Satelit LANDSAT


Salah satu citra yang digunakan dalam penginderaan jauh yaitu satelit
Landsat. Satelit Landsat yang dimiliki USA, sampai saat ini telah sampai pada
generasi ketujuh sesuai dengan kemampuan resolusinya dibedakan atas tipe MSS
(Multi Spectral Scanner) yang beresolusi 80 m dan tipe TM (Thematic Mapper)
yang beresolusi 30 m (pada landsat-5 dan Landsat-7). Landsat adalah
pengembangan dari ERTS (Earth Resources Technology Satellite). Satelit ERTS-
1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat
1, Landsat 2, diteruskan dengan Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7
yang diorbitkan bulan Maret 1998. Citra Landsat merupakan citra yang paling
banyak digunakan dalam peta tutupan lahan sumberdaya. Resolusi spasial dari
citra Landsat cukup baik (30 m) dan kombinasi sensor radiometriknya pun cukup
tinggi (mempunyai 9 kanal). Disamping itu cakupan area per lembar (scene)-nya
cukup luas sehingga efisien untuk digunakan dalam aplikasi pemetaan di area
besar.Resolusi temporal Landsat adalah 16 hari dan memiliki kelengkapan data
historis amat baik. Harga citra Landsat pun tidak terlalu mahal. Kelemahan citra
Landsat terletak pada sensor yang bersifat pasif. Kualitas data yang dihasilkan
oleh sensor-sensor Landsat amat tergantung pada kondisi atmosfer pada saat
perekaman. Adanya awan, kabut, atau gangguan atmosfer lainnya akan
mengakibatkan menurunnya kualitas data yang dihasilkan. Oleh sebab itu, saat
ini hanya Landsat-5 dan 7 yang beroperasi.

(dikutip dari www.scribd.com)


Peta Lahan Di Delta Mahakam Citra Landsat TM Tahun 1994
BAB II
KESIMPULAN

Secara garis besar kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya suatu objek.
Setiap aplikasi penginderaan jauh dalam penginterpretasian citra mempunyai
kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dan tipe
energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu
memberikan resolusi spasial, spektral, temporal, dan radiometrik yang sesuai
dengan kebutuhan aplikasi. Dan untuk mengetahui kualitas foto objek yang di
tangkap oleh citra diperlukan karakteristik objek berdasarkan 9 unsur interpretasi
yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan
konvergensi bukti. Salah satu contoh pengaplikasian citra yaitu citra Landsat yang
biasa digunakan dalam pemetaan suatu lahan sumber daya alam khususnya tata
ruang wilayah pesisir .

DAFTAR PUSTAKA

- Estes J.E., 1974. Imaging with Photographic and


Nonphotographic Sensor System, In : Remote Sensing Tehciques
for Environtmental Analysis, California: Hamilton Publishing
Compagny.
- Anonim, 2008. Karakteristik Citra Satelit.
- Disunting dari www.scribd.com/doc/11885805/Citra-Digital
- Anonim, 2009. Interpretasi Citra Satelit. Disunting dari
www.scribd.com
- Anonim, 2009. Aplikasi Citra Satelit untuk Inventarisasi
Sumberdaya Alam Pesisir Disunting dari
pssdal.bakosurtanal.go.id/pssdalweb/.../lap2003_000021.pdf

Anda mungkin juga menyukai