Anda di halaman 1dari 25

TUGAS GEOTHERMAL

“Review Artikel”

Disusun Oleh :

Maya Gustina
BP/NIM: 2018/18080024

Dosen Pengampu :
Ansosry, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Review Artikel 1
Judul Identifikasi Manifestasi Panas bumi Berdasar Interpretasi Citra di Daerah
Manokwari, Provinsi Papua Barat
Jurnal Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi
(http://invotek.ppj.unp.ac.id/index.php/invotek/article/download/556/99)
Nomor, Vol. 19 No. 1
Volume ISSN: 1411 – 3411 (p) ISSN: 2549 – 9815 (e)
Halaman Halaman : 95 – 104
Tahun 2019
Penulis Pribowo A. Kusumo dan Agustinus D. U. Raharjo
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 16 September 2020
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk menemukan potensi
Penelitian
panasbumi baru berupa manifestasi panasbumi di sekitar Distrik Kebar,
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah di sekitar Distrik Kebar, Kabupaten
Penelitian Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penginderaan
Penelitian jarak jauh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra ASTER
L1B, Citra SRTM 30 meter, dan Peta RBI. Kemudian sebuah data
pendukung yaitu peta geologi regional, dimana peta ini memberikan
informasi gambaran kondisi geologi secara regional. Pengolahan data
diawali dengan proses deliniasi, analisa NDVI, analisa pelamparan
temperatur permukaan dan proses klasifikasi
Hasil dan Analisa prediksi struktur geologi dilakukan secara manual dengan
Pembahasan memperhatikan kriteriakriteria struktur geologi berdasar penampakan
Penelitian morfologi, analisa ini dilakukan dengan menarik garis-garis yang
memenuhi kriteria sebagai struktur geologi dengan secara manual (on
screen).
Hasil klasifikasi Citra terdapat lima (5) klasifikasi, yaitu daerah dengan
vegetasi lebat, sedang, jarang dan terbuka (tanpa vegetasi) serta no data
(daerah yang di masking akibat tertutup awan).
Pada analisa ini peneliti menggunakan TIR saluran 14 (band 14), citra
TIR saluran (band) 14 memiliki panjang gelombang 10.95- 11.65 μm.
Citra TIR saluran 14 (band 14) sebelum dianalisa, terlebih dahulu
dikonversi dari nilai DN ke spectral radiance, dilanjutkan mengubah
nilai spectral radiance menjadi suhu (ºK) dan tahap akhir mengkonversi
nilai suhu (ºK) menjadi nilai suhu (ºC).
Dalam mendeteksi spot thermal, peneliti tidak menggunaka nilai piksel
melainkan menggunakan pendekatan pola dan atau bentuk. Pada
umumnya thermal yang berasosiasi dengan aktivitas panasbumi akan
muncul pada satu atau beberapa titik dan menyebar secara radial
membentuk suatu pola tertutup. Untuk memudahkan pembacaan dalam
pendeteksian spot thermal, maka peneliti menggunakan pendekatan
klasifikasi. Klasifikasi pada penelitian ini didasarkan pada histogram
Citra ASTER TIR saluran 14 (band 14).
Zona panasbumi memiliki temperatur permukaan lebih tinggi daripada
temperatur ratarata harian zona tanpa ada aktifitas panasbumi, faktor
temperatur yang tinggi ini salah satu indikasi kemunculan aktifitas
hydrothermal, faktor temperatur ini juga menentukan lebat tidaknya
vegetasi yang ada. Untuk memastikan apakah spot termal yang
tertangkap citra benar-benar anomali termal yang ada kaitannya dengan
aktivitas hydrothermal, peneliti mempertimbangkan beberapa aspek.
Spot termal yang dicari adalah spot thermal yang keberadaannya tidak
berada di daerah pemukiman, berada atau berdekatan dengan struktur
geologi, dan tidak dalam vegetasi yang lebat. Teknik interpretasi yang
digunakan adalah dengan meng-overlaykan semua peta dalam sebuah
peta diatas peta morfologi daerah penelitian, sehingga akan memberikan
gambaran dan dapat ditarik kesimpulan terkait zona yang dicurigai.
Sebagai kalibrasi keakuratan dalam pengolahan citra, digunakan data
ordinat lapangan manifestasi panasbumi hasil penelitian peneliti
terdahulu.
Dengan teknik overlay dan hasil validasi data ordinat lapangan
manifestasi panasbumi, terdapat 5 zona yang pantas dicurigai sebagai
zona yang memiliki kemungkinan akan didapatkan manifestasi panas
bumi baru.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka daerah yang
memungkinkan terdapat aktifitas panasbumi berdasar analisa citra adalah
daerah yang memiliki panas permukaan tinggi, tidak berada pada vegetasi
lebat, dilalui atau dekat dengan struktur utama dan tidak berada didaerah
pemukiman. Daerah ini dikelompokan menjadi 5 zona yang tersebar di
beberapa Distrik, antara lain : Distrik Kebar Tengah ,Distrik Kebar
Timur, Distrik Kebar Barat, Distrik Wausin, Distrik Afrawi, Distrik
Siakwa.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode penelitian yang
telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan kaidah
penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai dengan
EYD.

Review Artikel 2
Judul Identifikasi Manifestasi Panas Bumi Dengan Memanfaatkan Kanal
Thermal Pada Citra Landsat (Studi Kasus : Kawasan Dieng)
Jurnal Jurnal Geodesi UNDIP
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/9900/9619)
Nomor, Vol. 4 No. 4
Volume ISSN: 2337-845X
Halaman Halaman : 25 – 33
Tahun 2015
Penulis Bram Ferdinand Saragih, Dr. Yudo Prasetyo, Bandi Sasmito
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 16 September 2020
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
Penelitian
1. Mengetahui besaran potensi sumber daya panas bumi di kawasan
Dieng.
2. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan tinjauan geologi dalam
penentuan lokasi dari sumberdaya panas bumi.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah daerah/kawasan Dieng
Penelitian
Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penginderaan
Penelitian jauh. Data yang digunakan adalah data dari Citra Landsat 7 bulan 5 tahun
2003, Citra Landsat 7 bulan 6 tahun 2006, Citra Landsat 8 bulan 8 tahun
2014. Kemudian data pendukung adalah Peta Geologi Bersistem
Indonesia, Peta Geomorfologi Regional, Peta Rupa Bumi Indonesia dan
Peta Rupa Bumi Kawasan Gunung Dieng.
Hasil dan Berdasarkan citra landsat 7 tahun 2003 yang telah diolah maka dapat
Pembahasan dianalisis bahwa citra landsat dapat merekam kenampakan dari
Penelitian manifestasi panas bumi yang ada dilapangan penelitian. Panas bumi yang
teridentifikasi tersebut berupa Kawah Sileri dengan luas 24,002.0607 m2,
Kawah Condrodimuko dengan luas 7,301.0584 m2, Kawah Sikidang
dengan luas 12,021.6106 m2 dan satu sumur inject di sebelah Timur
Kawah Sileri dengan luas 11,971.9100 m2. Dengan distribusi anomali
suhu dapat diinterpretasikan bahwa daerah yang memiliki suhu dengan
kisaran 12,812 ºC – 22,475 ºC berada pada kawasan yang lebih tinggi dari
pada daerah sekitarnya ataupun dapat dikatakan sebagai perbukitan,
vegetasi dan perkebunan. Sedangkan untuk temperatur dengan kisaran
22.475 ºC – 25,696 ºC diinterpretasikan sebagai vegetasi dan perkebunan.
Dan untuk temperatur dengan rentang antara 25,696 ºC – 38,579 ºC dapat
diinterpretasikan sebagai daerah pemukiman, vegetasi, tanah kosong,
sumur inject dan kawah.
Berdasarkan citra landsat 7 tahun 2006 yang telah diolah maka dapat
dianalisis bahwa manifestasi yang dapat direkam oleh citra landsat 7 ialah
Kawah Sileri dengan luas 23,755.7139 m2, Kawah Condrodimuko
dengan luas 2,681.6293 m2. Anomali yang suhu yang terjadi pada hasil
olahan citra landsat 7 tahun 2006 menunjukkan adanya penurunan suhu
permukaan dan kemungkinan hal tersebut dapat disebabkan karena pada
waktu perekaman kawasan Dieng dan sekitarnya sedang mengalami
musim kemarau. Untuk analisis suhu maka dapat diinterpretasikan bahwa
rentang suhu 11,180 ºC – 18,226 ºC berupa daerah yang lebih tinggi
(perbukitan), hutan, vegetasi, untuk rentang suhu 21,748 ºC – 25,271 C
berupa kawasan perkebunan, lahan kosong, dan vegetasi, untuk rentang
suhu 25,271 0C – 39,362 berupa kawasan pemukiman, vegetasi, lahan
kosong, sumur inject dan kawah.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari aspek spasial, temporal dan spektral maka dapat
disimpulkan:
a. Kanal termal atau kanal 6 pada landsat 7 dan kanal TIRS (Thermal
Infrared Sensor) atau kanal 10 dan 11 pada landsat 8 terbukti dapat
memberikan informasi temperatur permukaan yang kemudian
dapat dijadikan acuan dalam penentuan manifestasi panas bumi
dengan luas manifestasi lebih besar dari 30 m x 30 m. Manifestasi
panas bumi yang terdeteksi pada penelitian ini dominan berada
dijalur Barat Laut, Utara menuju ke Tenggara
b. Melalui analisis temporal maka manifestasi panas bumi yang
memiliki intensitas produksi panas yang baik adalah Kawah
Condrodimuko dan Kawah Sileri, hal tersebut didasari pada
pemantauan pada tahun 2003, 2006 dan 2014 menunjukkan adanya
aktivitas produksi panas yang teridentifikasi.
c. Melalui analisis spektral maka citra landsat dapat digolongkan
memiliki tingkat resolusi spektral sedang karena pada citra landsat
7 hanya memiliki 7 kanal sedangkan untuk landsat 8 memiliki 11
kanal
2. Besar suhu manifestasi panas bumi yang terdeteksi adalah 25ºC –
39ºC, pada lapangan penelitian tidak semua pada rentang suhu
tersebut merupakan manifestasi panas bumi. Pemisahan dapat
dilakukan dengan melakukan tumpang tindih terhadap citra landsat
itu sendiri, dengan memanfaatkan teknologi Google Earth ataupun
dengan memanfaatkan citra dengan resolusi tinggi namun dengan
biaya yang relatif besar.
3. Berdasarkan luas dan suhu manifestasi panas bumi yang terdeteksi,
maka hanya Kawah Sileri yang dapat dijadikan tempat pembangkit
listrik tenaga panas bumi. Sedangkan untuk Kawah Sikidang dan
Kawah Condrodimuko lebih cocok sebagai objek pariwisata ataupun
dimanfaatkan untuk keperluan lain oleh penduduk setempat. Hal ini
juga dibuktikan dengan tinjauan lapangan.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode penelitian yang
telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan kaidah
penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Sebaiknya gunakan citra satelit yang memilki kanal termal dengan
resolusi spasial yang lebih baik dari pada citra landsat.
2. Terdapat beberapa format penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan kaidah tata tulis karya ilmiah.

Review Artikel 3
Judul Identifikasi Potensi Panas Bumi Menggunakan Landsat 8 Serta
Penentuan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Studi
Kasus : Kawasan Gunung Lawu)
Jurnal Jurnal GEOID
(http://iptek.its.ac.id/index.php/geoid/article/view/2393)
Nomor, Vol. 12 No. 1
Volume ISSN: 2337-845X
Halaman Halaman: 36 – 42
Tahun 2016
Penulis Teguh Hariyanto, Farrel Narendra Robawa
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 16 September 2020
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk
Penelitian
mengidentifikasi daerah potensi panas bumi dan mengetahui
karakteristik spektral permukaan,
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah daerah/Kawasan Gunung Lawu.
Penelitian
Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
Penelitian penginderaan jauh (kanal termal). Data yang digunakan adalah data
dari Citra Landsat 8, data hasil survei eksplorasi pendahuluan (data
geologi, geofisika, dan geokimia) di Kawasan Gunung Lawu, dan
peta dasar (Basemap) berupa Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 :
25000, yaitu lembar Peta Poncol dan Ngerambe.
Hasil dan A. Hasil Pengolahan Kerapatan Vegetasi
Pembahasan Untuk mendapatkan peta tutupan lahan, metode yang digunakan
Penelitian yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) dengan
metode maximum likelihood. Dihasilkan nilai NDVI dengan
rentang sebesar (- 0.118) – 0.608. NDVI bernilai positif (+) terjadi
karena permukaan vegetasi lebih banyak memantulkan radiasi
pada geolombang panjang infra merah dibandingkan dengan
cahaya tampak, indeks vegetasi yang bernilai nol (0) karena
pemantulan energi yang direkam oleh gelombang cahaya tampak
sama dengan gelombang inframerah dekat, sering terjadi di
daerah pemukiman dan daratan non vegetasi. Sedangkan NDVI
bernilai negatif (-) karena permukaan awan dan air lebih banyak
memantulkan energi gelombang cahaya tampak dibandingkan
infra merah dekat. Dari nilai NDVI tersebut kemudian dikelaskan
sesuai kisaran tingkat NDVI dari Departemen Kehutanan (2003)
yang membagi menjadi 3 kelas yaitu jarang, sedang dan tinggi.
B. Hasil Pengolahan Tutupan Lahan
Klasifikasi tutupan lahan yang dihasilkan berupa semak belukar,
sawah, ladang, hutan, permukiman dan alang -alang. Adanya
dominasi area hutan dan semak belukar di Kawasan Gunung
Lawu, sedangkan area permukiman berada pada sebelah barat laut
dari Kawasan Gunung Lawu. Sedangkan di sebelah selatan dari
Kawasan Gunung Lawu masih didominasi areahutan, semak
belukar dan alangalang karena masih merupakan daerah
pegunungan.
C. Hasil Pengolahan Suhu Permukaan Tanah (LST)
Untuk suhu permukaan tanah memiliki nilai dengan rentang
sebesar 11 – 32ºC dengan tingkat persebaran LST yang paling
tinggi yaitu berada di sebelah barat daya dari Gunung Lawu.
Sedangkan untuk tingkat LST paling rendah yaitu berada di
hampir sekitar puncak Gunung Lawu yang berupa hutan karena
pengaruh dari tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi. Adanya area
yang memiliki tingkat LST yang besar diantara LST yang kecil
(anomali) di sebelah barat daya dari puncak Gunung Lawu.
Anomali ini dapat terjadi sebagai dampak suhu yang ada pada
manifestasi panas bumi dan dijadikan sebagai tinjauan awal
penentuan potensi panas bumi.
D. Hasil Pengolahan Ketinggian dan Kemiringan Lahan
Ketinggian lahan pada daerah penelitian adalah 200 – 3265 m.
Untuk kelas-kelas dari kemiringan lahan terbagi menjadi 5 kelas
yang mengacu pada Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah. Kemiringan lahan dengan
nilai>45% berada pada sekitar puncak yang memanjang ke arah
selatan pada daerah penelitian. Pada Kawasan Gunung Lawu
memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan
Hargo Dumilah.
E. Analisa Potensi Panas Bumi
a. Pengolahan Landsat 8. Dari hasil pengolahan data citra satelit
Landsat 8 didapatkan area anomali suhu permukaan sebesar
18,6 km2 dengan luas daerah penelitian sebesar 25 x 25 km
(625 km2).
b. Survei Geologi. Dalam survei geologi yang menunjukan
daerah potensi panas bumi terdapat 3 bagian manifestasi
berupa 8 kelompok mata air panas, batu ubahan dan 2 fumarol.
Selain itu, juga terdapat struktur geologi (sesar) berarah barat-
timur dan barat lauttenggara yang dipengaruhi oleh gaya
tektonik regional Pulau Jawa yang berarah utara-selatan. Sesar
ini yang memfasilitasi keluarnya sejumlah mata air panas di
lokasi penelitian.
c. Survei Geokimia. Dalam survei geokimia yang
mengindikasikan area potensi panas bumi adanya nilai anomali
dalam pengukuran sebaran Hg dan CO2 yang tinggi. Untuk
nilai Hg yang dianggap anomali adalah Hg> 200 ppb yang
berlokasi di air panas Kawah Candradimuka, sedangkan CO2
yang dianggap anomali adalah CO2> 4.5% yang berlokasi di
sekitar fumarol dan mata air panas Kawah Candradimukan
serta mata air panas Tasin.
d. Terdapat 3 jenis survei geofisika yang telah dilakukan yaitu
survei gaya berat, geomagnetik, dan tahanan jenis DC.
Berdasarkan survei geomagnet adanya sebaran anomali
magnet rendah di sekitar mata air panas Kwah Candradimuka
yang melebar ke arah barat daya. Dalam survei gaya berat
terlihat adanya sebaran yang cukup variatif ke arah barat laut
tenggara dan barat daya – timur laut. Pada sebaran tahanan
jenis semu rendah hampir mendominasi daerah penyelidikan
tersebar di sebelah barat dan membesar ke arah selatan Gunung
Lawu.
Besarnya potensi panas bumi Gunung Lawu di tentukan dengan
menggunakan metode volumetrik(Lump Parameter) dengan
menggunakan asumsi tebal reservoir = 2 km, recovery factor = 50%,
faktor konversi =10% dan lifetime = 30 tahun. Dengan luas prospek
terduga = 17 km2 , temperature bawah permukaan 2500C [5], dan
temperatur cut-off = 180oC maka potensi energi panas bumi di
daerah Gunung Lawu sebagai berikut :
Q = K x A x (Tres – T cut-off) Q = 0,2317 x 17 x (250 ºC - 180 ºC) = 275
MWe. Jadi, besarnya potensi panas bumi kelas spekulatif dari
reservoir panas bumi di Gunung Lawu adalah sekitar 275 MWe.
F. Analisa Korelasi Ketinggian dengan Suhu Reservoir
Dari data ketinggian pada masing - masing mata air panas dapat
dikorelasikan dengan suhu reservoir pada masing-masing mata air
panas tersebut. Dari gambar di atas di dapatkan hubungan antara
ketinggian dengan suhu reservoir sangat kuat dengan nilai
korelasi > 80%. Semakin kecil nilai ketinggian (semakin rendah
permukaannya) maka suhu reservoir yang ada juga semakin kecil.
Begitu juga sebaliknya dimana semakin besar ketinggiannya
maka semakin besar suhu reservoir.
G. Analisa Rekomendasi Lokasi PLTP
Daerah yang sesuai untuk lokasi PLTP ditentukan berdasarkan
parameter tutupan lahan, kemiringan lahan, struktur geologi,
akses jalan dan lokasi sumber mata air panas. Untuk rekomendasi
lokasi PLTP dengan luas area penelitian sebesar 25 x 25 km,
didapatkan area yang sesuai untuk lokasi PLTP sebesar 159,920
km2 dan area yang tidak sesuai sebesar 487,560 km2. Untuk
rekomendasi lokasi pembangunan PLTP terbagi menjadi 4 site,
yaitu Site A, Site B, Site C, dan Site D.
Karena sumber mata air panas terletak di sebelah selatan dari
Gunung Lawu maka area yang sesuai dan direkomendasikan
adalah site B dikarenakan memiliki jarakyang lebih dekat dengan
sumber mata air panas dan jarak lokasi dengan jalan kurang dari
800 meter sehingga apabila PLTP dibangun tidak memerlukan
biaya yang lebih banyak karena instalasi pipanya tidak terlalu
panjang. Dengan luas site B sebesar 11,379 km2 (1137,905 Ha)
sangat mencukupi untuk dibangunnya PLTP dikarenakan luas
minimum pembangkit hanya memerlukan lahan seluas 404 m2
(0,04 Ha) per GWh atau antara 0,004 - 0,03 km2 (0,4 - 3 Ha). Site
B berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Penggunaan lahan dari
wilayah Desa Berjo sebagian besar adalah tanah pekarangan dan
selebihnya berupa hutan, serta tanah sawah dengan irigasi.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Didapatkan luas area potensi panas bumi sebesar 17km2.
2. Dengan perhitungan kelas spekulatif didapatkan potensi sekitar
275 Mwe dengan area yang berpotensi sebesar 0,0272% dari
seluruh area penelitian.
3. Didapatkan area yang sesuai untuk rekomendasi lokasi
pembangunan PLTP sebesar 50,717 km2 dan area yang tidak
sesuai sebesar 574,283 km2. Dan site yang direkomendasikan
adalah site B (Desa Berjo) dengan luas 11,379km2.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode penelitian
yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Penelitian ini tidak mempertimbangkan dari aspek ekonomi
dan aspek lingkungan.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai dengan
tata penulisan karya ilmiah.

Review Artikel 4
Judul Identifikasi Potensi Geothermal Non-Vulkanik Dengan Perpaduan
Data Remote Sensing (Gis) Dan Pemetaan Geologi Di Parang
Wedang, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Jurnal Artikel Repository Universitas Gadjah Mada
(https://repository.ugm.ac.id/274915/)
Nomor, Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-11 Perspektif Ilmu
Volume Kebumian Dalam Kajian Bencana Geologi Di Indonesia 5 – 6
Halaman September 2018, Grha Sabha Pramana
Halaman: 1065 – 1074
Tahun 2018
Penulis Yasinthus Delvianus Tae, Filadelfiana Florency, Rici Anggun Putri,
Muhammad Aprischal Padjeko, Serafim Ekklesia Senduk, Desi
Kiswiranti.
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 16 September 2020
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
Penelitian
1. Untuk memodelkan sistem panas bumi dan kondisi geologi yang
mengontrol panas bumi pada daerah penelitian.
2. Mengidentifikasi potensi geotermal non Vulkanik di Parang
Wedang, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah daerah di Parang Wedang,
Penelitian Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode Dalam pelaksanaan penelitian tersebut peneliti mengunakan
Penelitian beberapa metode penelitian diantaranya:
1. Metode Pemetaan Geologi. Pemetaan geologi dilakukan pada
lokasi penelitian dengan luasan kapling 2 km x 2 km untuk
mengamati serta mengetahui kondisi geomorfologi, persebaran
litologi, struktur geologi penyusun lokasi penelitian. Pemetaan ini
dilakukan selama 2 hari secara langsung di lapangan guna
mengumpulkan data geologi permukaan daerah penelitian.
Kemudian data-data tersebut diolah menjadi sebuah peta geologi.
2. Metode Remote Sensing (GIS). Metode ini menggunakan citra
landsat 8 dengan dengan mengkombinasikan dua saluran citra
yaitu band 10 dan band 11 menghasilkan landsat termal.
Pengolahan citra mengunakan aplikasi ENVI 5.1 dan Arcgis 10.2.
Hasil landsat thermal tersebut digunakan untuk mendeteksi suhu
permukaan pada daerah penelitian.
3. Metode Geofisika. Metode geofisika berupa data geomagnet yang
digunakan dalam menginterpretasi kondisi geologi bawah
permukaan. Data ini bersifat data sekunder yang membantu
peneliti untuk menginterpretasi jenis litologi, struktur bawah
permukaan serta kedalaman batuan reservoir dalam sistem
geotermal.
4. Metode Geokimia. Metode geokimia yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder sebagai data pendukung
dalam penelitian tersebut. Data ini digunakan dalam
mengindentifikasi jenis fluida termal pada lokasi penelitian.
Hasil dan 1. Analisis Data Geologi
Pembahasan Data geologi yang peroleh berupa geomorfologi, penyebaran
Penelitian batuan dan struktur geologi. Geomorfologi daerah penelitian
termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan di Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengalami proses depresi,
sehingga tertutup oleh endapan aluvial berupa dataran pantai yang
luas. Pada lokasi penelitian dijumpai morfologi bertopografi terjal
berada pada bagian Timur Laut sedangkan daerah dengan
topografi landai berada pada bagian Barat dan Selatan.
Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari batuan gunung api. Secara
tidak selaras di atasnya diendapkan batuan sedimen karbonat
berupa batugamping. Secara geologi regional lokasi penelitian
termasuk dalam Formasi Nglanggran, Formasi Wonosari dan
endapan kuarter.
Struktur Geologi yang berkembang pada lokasi penelitian berupa
sesar turun dan sesar mendatar Parangkusumo. Pada saat
melakukan penelitian di lapangan peneliti hanya menjumpai
beberapa singkapan struktur yang masih segar. Hal ini
dikarenakan tingkat pelapukan yang tinggi pada lokasi penelitian.
Namun, terdapat beberapa kenampakan morfologi yang dapat
diinterpretasikan sebagai hasil proses dari struktur geologi.
Sturktur geologi terjadi sebagai akibat dari subduksi selatan pulau
Jawa (Java Trench).
Berdasarkan hasil pemetaan geologi dapat dinterpretasikan bahwa
kemungkinan batuan breksi andesit tersebutlah yang menjadi
reservoir dari sistem panas bumi di lokasi penelitian. Kemudian
struktur geologi berupa sesar inilah yang menjadi jalur keluarnya
fluida panas bumi tersebut ke permukaan. Dan batuan-batuan
intrusi pada daerah penelitian seperti mikrodiorit inilah dapat
diduga sebagai batuan pemanas (Heat rock) dari sistem panas
bumi tersebut.
2. Analisis Remote Senssing
Berdasarkan analisis data remote senssing dapat diinterpretasikan
suhu permukaan dari lokasi penelitian. Hasil interpretasi tersebut
diperoleh dari analisis sebuat foto citra hasil pengolahan citra
landsat 8 dengan kombinasi citra band 10 dan 11. Pada foto citra
diketahui suhu permukaan pada lokasi penelitian, dimana pada
bagian Barat-Selatan diinterpretasikan memiliki suhu permukaan
yang tinggi; dalam foto citra ditunjukan dengan warna merah-
orange sedangkan pada bagian Utara-Timur diinterpretasikan
memiliki suhu permukaan yang rendah; dalam foto citra
ditunjukan dengan warna biru muda-biru tua. Oleh sebab itu,
dugaan sementara dari hasil interpretasi foto citra termal maka
daerah prospek panas bumi berada di bagian Barat- Selatan pada
daerah penelitian.
Citra tersebut memiliki kelemahan sebab hasil pembacaan suhu
permukaan pada lokasi penelitian tersebut tidak semena-mena
suhu termal pada lokasi penelitian. Tetapi juga ada faktor alami
maupun buatan yang mempengaruhi suhu permukaan pada saat
pengambilan foto udara tersebut. Faktor tersebut dapat berupa
suhu matahari yang begitu terik, pembakaran lahan, atau faktor
lain yang menghasilkan suhu permukaan bertambah. Jadi, citra
foto tersebut harus dikoreksi dan tidak dapat digunakan secara
penuh dalam menginterpretasi suatu potensi thermal. Sehingga
dibutuhkan penelitian lebih lanjut guna membuktikan hasil citra
foto tersebut dengan melakukan pemetaan geologi, geofisika,
geokimia pada lokasi penelitian.
3. Analisis Geofisika
Pola kontur anomali medan magnetik total ditopografi terdiri dari
pasangan klosur positif dan klosur negatif yang berjumlah banyak.
Pasangan klosur positif dan klosur negatif ini menunjukkan
anomali magnetik adalah dipole (dwi kutub). Jumlah pasangan
dipole magnetik yang banyak menunjukkan anomali medan
magnetik total di topografi masih sangat dipengaruhi oleh anomali
lokal. Oleh sebab itu dilakukan pemisahan anomali lokal dari
anomali regional sehingga dilakukan proses kontinuasi ke atas
dengan uji trial and error. Data pengamatan pada penelitian ini
diperhalus guna menghilangkan efek lokal dengan penganggkatan
ke atas (upward continuation) setinggi 300 meter dengan
menggunakan perangkat lunak magpick.
Data anomali medan magnetik total kemudian di reduksi ke kutub.
Reduksi ke kutub adalah salah satu filter pengolahan data
magnetik untuk menghilangkan pengaruh sudut inklinasi
magnetik. Daerah penyelidikan dihasilkan oleh anomali magnet
positif - negatif. Secara geologi merupakan manifestasi bahwa di
bawah permukaan terdapat batuan non magnetik yang ditafsirkan
merupakan manifestasi bahwa di bawah permukaan terdapat
batuan yang telah terubahkan secara kuat sampai rendah. Indikasi
batuan tersebut telah terubahkan didasarkan atas ditemukannya
chloritisasi dan serisitisi.
Nilai magnet yang rendah tersebut dapat menginterpretasikan
zona-zona potensial sebagai reservoar diperkirakan merupakan
batuan reservoar manifestasi panas bumi berada pada kedalaman
580 meter dengan ditandai adanya batuan yang telah terubahkan
secara kuat. Diperkirakan juga manifestasi panas bumi ini
diakibatkan oleh struktur yang berarah selatan utara dan berarah
barat daya – timur laut.
4. Analisis Geokimia
Berdasarkan tinjauan pustaka, yaitu hasil penyelidikan terpadu
geologi, geokimia dan geofisika untuk panas bumi Daerah
Parangtritis, mengindikasikan mata air panas Parang Wedang 1
dan 2 terletak pada posisi klorida yang bersifat netral hasil analisa
diagram segi tiga Cl-SO4-HCO3, Na-K-Mg dan Cl-Li-B.
Konsentrasi klorida yang tinggi pada air panas Parangwedang 1
dan 2 ini disebabkan oleh kontaminasi oleh air laut. Hal ini
didukung oleh rasa air yang asin, daya hantar listrik yang tinggi,
pH netral, serta posisi air panas terletak pada pojok atas klorida
pada diagram segi tiga Cl-Li-B. Posisi air panas terletak pada
partial equilibrium, yang diakibatkan oleh adanya keseimbangan
antara K-felsdfar dan Nafelsdfar dengan fluida panas. Suhu mata
air panas di permukaan berkisar antara 47ºC - 49ºC dan suhu
bawah permukaan 115 oC. Potensi panas bumi masuk dalam
kategori entalphi rendah.
Kesimpulan Hasil analisis data geologi daerah penelitian berada pada daerah
dengan litologi penyusun didominasi oleh batuan vulkanik tersier.
Sehingga manifestasi panas bumi pada lokasi tersebut adalah tipe
panas bumi non vulkanik. Sesuai hasil analisis geologi juga dikontrol
oleh struktur sesar turun dan sesar mendatar yang memanifestasi
fluida geotermal tersebut muncul di permukaan.
Hasil analisis citra termal juga menunjukan bahwa lokasi munculnya
mata air panas tersebut adalah lokasi dengan suhu permukaan yang
tinggi. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil analisis geomagnet,
dimana pada lokasi tersebut memiliki anomali medan magnet yang
rendah dan diinterpretasikan sebagai reservoir geotermal dengan
perkiraan kedalaman 580 meter. Fluida termal ini dapat
termanifestasikan ke permukaan karena adanya sturktur sesar turun
dan sesar mendatar pada daerah tersebut. Hasil analisis geokimia
menunjukan bahwa tipe fluida termalnya adalah Klorida dengan suhu
115 ºC entalpi rendah dan sistem panas buminya dominasi air.
Berdasarkan keseluruhan data yang dianalisis maka peneliti dapat
memodelkan sistem panas bumi pada lokasi peneltian dalam gambar
3D seperti pada gambar 7. Sedangkan secara potensial peneliti dapat
menyimpulkan bahwa panas bumi pada lokasi peneletian kurang
berpotensi karena entalpi panas buminya masih tergolong rendah.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode penelitian
yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai dengan
tata penulisan karya ilmiah.

Review Artikel 5
Judul Kajian Awal Penentuan Daerah Prospek Panas Bumi di Gunung Bur
Ni Telong Berdasarkan Analisis Data DEM SRTM dan Citra Landsat
8
Jurnal Jurnal Rekayasa Elektrika
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/JRE/article/view/8332)
Nomor, Vol. 13 No. 3
Volume ISSN: 1412-4785
Halaman Halaman : 125 – 132
Tahun 2017
Penulis Lukmanul Hakim, Nazli Ismail dan Faisal
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 16 September 2020
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Penelitian
1. Mengetahui kondisi morfologi di kawasan panas bumi Gunung
Bur Ni Telong.
2. Mengetahui indeks kerapatan vegetasi dan distribusi suhu
permukaan di kawasan panas bumi Gunung Bur Ni Telong serta
kaitannya dengan manifestasi panas bumi.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Kawasan Gunung Bur Ni Telong
Penelitian
Metode Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap
Penelitian utama, yaitu analisis DEM SRTM, pembuatan peta kerapatan
vegetasi, dan pembuatan peta distribusi suhu permukaan.
Hasil dan A. Densitas Lineament
Pembahasan Nilai densitas lineament diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu
Penelitian kelas rendah (0–0.25 km/km2), kelas sedang (0.25–0.50 km/km2),
dan kelas tinggi (0.50–0.78 km/km2).
B. Kerapatan Vegetasi
Rentang nilai NDVI berkisar antara -1 hingga 1. nilai NDVI
minimum adalah -0,775 dan nilai maksimum adalah 0,885. Untuk
kelas vegetasi jarang memiliki nilai NDVI 0,338–0,566. Wilayah
penelitan umumnya memiliki tutupan lahan yang baik dengan
dominasi tingkat kerapatan vegetasi sedang hingga tinggi.
Wilayah yang dominan ini merupakan kawasan perkebunan dan
hutan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh morfologi di kawasan
Bur Ni Telong. Zona-zona ini memiliki pola strip gelap-terang.
Zona yang terang menunjukkan vegetasi yang tumbuh dengan
sangat baik pada kawasan lereng atau lembah, yang menjadi
tempat terakumulasinya air dari gunung. Sementara zona yang
gelap merupakan puncak bukit atau gunung, dengan tutupan
vegetasi yang lebih sedikit.
Peta Kerapatan vegetasi sangat bergantung pada nilai suhu
permukaan. Vegetasi yang baik umumnya menunjukkan nilai
suhu permukaan yang rendah. Sedangkan kawasan vegetasi yang
buruk memiliki nilai suhu permukaan yang tinggi. Titik-titik
manifestasi panas bumi terdapat pada kawasan dengan vegetasi
jarang hingga sedang. Manifestasi yang terdapat di kawasan
vegetasi jarang berada di wilayah Wih Pesam dan batas antara
Bukit dan Permata. Sedangkan untuk manifestasi yang terdapat
pada kawasan vegetasi sedang berada di wilayah Pintu Rime Gayo
dan Silih Nara.
C. Distribusi Suhu Permukaan
Nilai suhu permukaan maksimum berada pada kisaran 48,82 ºC.
Untuk wilayah dengan suhu permukaan yang minimum, memiliki
nilai 6,21 ºC. Nilai kerapatan vegetasi yang tinggi menyebabkan
nilai suhu permukaan yang terekam menjadi rendah, seperti pada
wilayah Rusip Antara di sebelah Barat Daya Gunung Bur Ni
Telong. Untuk wilayah Matangkuli di sebelah Timur Laut
Gunung Bur Ni Telong, nilai suhu permukaan yang tinggi
disebabkan pengaruh dominasi lahan yang terbuka.
Dari peta kerapatan vegetasi, wilayah manifestasi panas bumi
berada pada kawasan yang bervegetasi jarang hingga sedang.
Namun pada peta sebaran suhu permukaan, kawasan ini juga
memiliki nilai temperatur yang tinggi, seperti pada kawasan Silih
Nara dan Pintu Rime Gayo, Wih Pesam, dan Silih Nara. Kondisi
ini dipengaruhi karena manifestasi ini merupakan tempat
keluarnya fluida panas dari bawah permukaan, sehingga
menyebabkan suhu permukaannya meningkat dibanding area
sekitarnya.Sementara manifestasi Termal di perbatasan Bukit dan
Permata tergolong kedalam tempeartur menengah. Manifestasi
termal tersebut berada di kawasan pegunungan yang dapat
menyebabkan nilai temperatur yang terekam oleh satelit
dipengaruhi oleh nilai temperatur kawasan sekitarnya.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dari struktur sesar
dan rekahan dominan memiliki arah Barat–Timur dan Barat Laut–
Tenggara. Nilai densitas lineament yang tinggi terdapat di kawasan
Silih NaraKetol-Peulimbang sampai ke Peudada, kawasan Juli
hingga Sawang, serta pada kawasan Bandar. Manifestasi panas bumi
yang dilalui oleh sesar terdapat pada kawasan Pintu Rime Gayo, Wih
Pesam, dan Silih Nara. Hasil dari perhitungan NDVI menunjukkan
wilayah lokasi penelitian memiliki tutupan lahan yang baik dengan
dominasi tingkat kerapatan vegetasi sedang hingga tinggi. Lokasi
manifestasi panas bumi berada pada kawasan yang bervegetasi jarang
(wilayah Wih Pesam dan BukitPermata) serta kawasan bervegetasi
sedang (Wilayah Silih Nara dan Pintu Rime Gayo). Untuk nilai suhu
permukaan maksimum berada pada kawasan pemukiman seperti pada
kawasan Simpang Tiga Redelong dan Takengon. Walaupun
manifestasi panas bumi berada pada kawasan yang bervegetasi
seperti pada kawasan Pintu Rime Gayo, Wih Pesam dan Silih Nara,
namun nilai suhu permukaannya juga tinggi yang disebabkan oleh
energi termal dari bawah permukaan.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode penelitian
yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai dengan
tata penulisan karya ilmiah

Anda mungkin juga menyukai