Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

VENTILASI TAMBANG
“Simulasi Ventilasi Besi”

Disusun Oleh:

Maya Gustina
NIM/TM: 18080024/2018

Dosen Pengampu:
Drs. Bambang Heriyadi, M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah - Nya kepada kita, sehingga atas berkat
kesehatan yang telah diberikan–Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum “Simulasi Ventilasi Besi”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk mengikuti responsi sekaligus dapat dijadikan bahan dan materi
untuk mempelajari mata kuliah Ventilasi Tambang.
Pada kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, M.T. selaku Dosen Mata Kuliah Ventilasi
Tambang.
2. Aprig Ustianto dan Rahmat Zulmy selaku Asisten Praktikum Ventilasi
Tambang yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 27 Januari 2021

Maya Gustina

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Praktikum............................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................3
A. Teori Dasar........................................................................................3
B. Alat dan Bahan...............................................................................13
C. Langkah Kerja................................................................................13
D. Gambar Kerja.................................................................................13
BAB III HASIL PRAKTIKUM.................................................................14
A. Data Praktikum..............................................................................14
B. Pengolahan Data.............................................................................16
C. Pembahasan.....................................................................................18
BAB IV PENUTUP.....................................................................................20
A. Kesimpulan......................................................................................20
B. Saran................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi
peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada tambang
bawah tanah, sistem ventilasi diperlukan selain untuk menyediakan oksigen
gunamemenuhi kebutuhan pernapasan manusia atau pekerja juga dibutuhkan
untuk mendilusi gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di
dalam udara tambang dan untuk menurunkan temperatur udara tambang
sehingga memungkinkan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman.
Pada dasarnya ventilasi merupakan upaya pengontrolan terhadap
kualitas dan kuantitas udara tambang. Pengendalian kualitas udara tambang
bertujuan untuk menjaga agar kondisi udara tambang sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan antara lain pengendalian terhadap gas-gas yang
berbahaya maupun debu-debu tambang serta pengaturan temperatur dan
kelembaban udara tambang. Sedangkan pengendalian kuantitas udara bertujuan
untuk mengatur jumlah udara bersih yang mengalir ke dalam tambang sehingga
udara yang dialirkan tersebut mencukupi sesuai jumlah yang dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana simulasi ventilasi besi dengan metode hisap (exhaust system)?
2. Bagaimana simulasi ventilasi besi dengan metode hisap (exhaust system)
jika dipengaruhi oleh tekanan?
3. Bagaimana simulasi ventilasi besi dengan metode hembus (forcing
system)?
C. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ventilasi ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh percabangan terhadap kondisi aliran udara
2. Mengetahui pengaruh adanya tekanan terhadap kondisi aliran udara

1
3. Mengetahui pengaruh perubahan penampang terhadap aliran udara
4. Mengetahui sistem ventilasi dengan metode hisap (exhaust system) dan
metode hembus (forcing system)

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Dasar
Sistem ventilasi merupakan metode aplikasi dari prinsip fluida dinamik
(dalam hal ini udara) terhadap laju udara pada bukaan tambang bawah tanah.
Sistem ventilasi ini diperlukan tidak hanya untuk memberikan asupan udara
bersih bagi pekerja tambang tapi juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut.
Hal ini sangat diperlukan dalam proses penambangan bawah tanah karena
penambangan ini tidak berhubungan langsung dengan udara (underground).
Untuk mencari jumlah udara:
Q = V.A

Dimana:
3
Q = kuantitas (m /dtk)
V = velocity/ kecepatan (m/dtk)
A = Area/ Luas (m2)
1
π
Untuk mencari A lingkaran: A = 4
Untuk mencari A Persegi panjang: A = P x L
1. Fungsi Ventilasi Tambang
Pada sistem ventilasi tambang ini memiliki 3 fungsi secara umum
yang sesuai dengan prinsipprinsip pada fluida dinamik, yaitu:
a. Sebagai pengontrol kualitas udara (Quality Control) pada tambang
bawah. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur konsentrasi gas-gas
beracun di dalam tambang. Maka dari itu, ketika tambang bawah tanah
melakukan produksi, konsentrasi dari gas-gas beracun dapat diatur
konsentrasinya di dalam tambang sehingga tidak membahayakan para
penambang yang sedang bekerja.

3
b. Sebagai pengontrol kuantitas udara (Quantity Control). Kontrol
kuantitas udara yang dimaksud disini adalah pengaturan jumlah volume
(debit) dan arah aliran udara dari debit tersebut. Pengontrolan ini tidak
hanya dilakukan pada suplai udara bersih di lubang bukaan dan saluran
pipa udara ventilasi, tetapi kontrol ini juga dilakukan pada tempat
pembuangan gas-gas beracun.
c. Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban udara. Pengaturan yang
dilakukan adalah pengaturan pendinginan, pemanasan, kelembaban, dan
penghilangan kelembaban uadara. Pada tambang bawah tanah sering
kali kondisi temperatur udara tidak sesuai dengan temperatur optimal
kerja, seperti udara yang terlalu panas dan kelembaban udara yang
tinggi. Maka dari itu, dengan adanya pengaturan, kebutuhan udara
pekerja dan alat yang berproduksi akan mendapatkan kondisi udara
yang optimal untuk bekerja.
2. Prinsip Aliran Udara Tambang Bawah Tanah
Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku
prinsip:
a. Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b. Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.
c. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan
resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur
bertahanan/resistansi yang lebih besar.
d. Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa positif
(Blowing) atau negatif (Exhausting).
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity
dan tekanan, bila quantity diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan
tekanan empat kali lipat. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu
diikuti dalam perhitungan pada ventilasi tambang.
3. Jaringan Sistem Ventilasi Tambang Bawah Tanah

4
Jaringan ventilasi tambang bawah tanah merupakan gabungan dari
beberapa jalur udara yang saling berhubungan antara satu sama lain dalam
rangkaian tertutup. Gabungan jalur udara ini sudah dikatakan kompleks.
Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aliran udara yang menuju
titik percabangan sama dengan jumlah aliran udara yang meninggalkan
titik percabangan aliran. Sistem ventilasi tambang bawah tanah dibedakan
berdasarkan suplai udara dan penggunaan fan nya bertujuan untuk
memberikan jaminan kenyamanan bagi pekerjanya.
4. Jenis – Jenis Ventilasi Tambang
a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan
pada kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke
dalam tambang meskipun tanpa alat mekanis. Ventilasi alam
disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin dari udara pada
upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan densitas
udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.
Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam
dan luar stope. Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi
terjadinya ventilasi alami. Apabila terdapat perbedaan temperatur intake
airway dan return airway yang ketinggian mulut pit intake dan
outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam
dan di luar stope atau udara di intake airway dan return airway yang
berbeda temperaturnya, yang akan membangkitkan aliran udara.
b. Ventilasi Mekanis (Artificial / Mechanical Ventilation)
Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara
masuk ke dalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh alat mekanis. Yang dimaksud peralatan ventilasi
mekanis adalah semua jenis mesin penggerak yang digunakan untuk
memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke dalam lubang
bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan atau
5
mesin angin. Mesin angin adalah pompa udara, yang menimbulkan
adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan
bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Ventilasi mekanis ada 3 metode
1) Metode hisap (exhaust system)
Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang
berkebalikan dengan sistem forcing, yaitu bertekanan negatif ke
front kerja. Tekanan negatif yang dimaksud disini adalah tekanan
yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara.
Pada sistem exhausting, fan diletakkan dekat dengan front
kerja, sehingga dapat memudahkan kerjanya dalam menghisap udara
dari front kerja tersebut.
2) Metode hembus (forcing system)
Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan
positif ke front kerja. Tekanan positif berarti aliran udara ini
mempunyai tekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer.
Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan front kerja
3) Metode hisap hembus (overlap system)
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan
forcing. Berbeda dengan kedua sistem diatas, sistem ini
menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain.
Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan), ada fan
yang bertugas untuk menghisap udara dari front (exhausting fan).
Tetapi exhaust fan dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front
penambangan. Sedangkan duct akhir dari intake fan dipasang lebih
dekat dengan front penambangan. Hal ini untuk mencegah agar
udara yang disuplai langsung dihisap oleh exhaust fan sehingga
udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front
penambangan.
c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)
6
Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun
ventilasi permuka kerja penambangan biasanya dilakukan dengan
membawa udara masuk (intake air) secara langsung melalui jalan udara
sepanjang penampang terowongan. Ventilasi juga dapat dilaksanakan
dengan mengirimkan udara yang dibangkitkan oleh kipas angin lokal,
air jet dan lain-lain. Dengan menggunakan saluran udara (air duct) ke
lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh ventilasi utama, seperti pada
lokasi terowongan buntu (lokasi pembuatan lubang maju). Dilihat dari
segi fasilitas peralatan, ventilasi bantu dapat dibagi menjadi ventilasi
saluran udara, brattice dan static air mover.
5. Temperatur Udara
Ventilasi digunakan untuk memenuhi kenyamanan kerja di
tambang bawah tanah yang kelanjutannya dapat meningkatkan efisiensi
dan produksi. Temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan
kehilangan efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka dia akan
mengalami gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki keterbatasan
dalam menerima panas sebelum system metabolismenya berhenti. Panas
udara dapat mempengaruhi manusia dalam menurunkan efisiensi, mampu
menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan, dan menyebabkan sakit dan
kematian. Panasnya temperatur udara di dalam tambang bawah tanah di
pengaruhi beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor geothermal
Faktor gradien geothermal merupakan panas didalam bumi yang
diakomodasi oleh adanya material panas dengan kedalaman beberapa
ribu kilometer di bawah permukaan yang menyebabkan terjadinya
aliran panas dari sumber tersebut hingga ke permukaan. Semakin ke
bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin meningkat atau
semakin panas.
b. Faktor suhu di permukaan

7
Faktor suhu di permukaan dapat menjadi sumber panas apabila
terjadinya roses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama
planet atau satelit) yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Ini
disebabkan karena naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer.

c. Mesin
Mesin mekanik yang digunakan di tambang bawah tanah
menghasilkan panas. Besarnya panas yang dikeluarkan oleh mesin
mekanik ke udara tambang bawah tanah tergantung dari besarnya daya
pada mesin yang dipakai.
d. Panas peledakan
Panas yang ditimbulkan hasil peledakan dapat dikatakan dengan
panas yang dalam waktu singkat, namun panas ini dapat mengakibatkan
panas yang berkepanjangan apabila ventilasnya tidak bekerja dengan
baik. Hasil ledakan batuan yang tidak terangkut keluar dapat
mengakibatkan banyaknya genangan air (lumpur) sehingga dapat
mngakibatkan meningkatnya uap air udara.
e. Faktor Autocompresion
Faktor alam ini yang dapat mempengaruhi ruang kerja menjadi
panas. Faktor autocompresion adalah faktor dimana naiknya temperatur
setiap 1 km akan naik sebesar 1˚C.
f. Air tanah
Banyaknya air tanah yang mengenangi pada tambang bawah
tanah akan berpengaruh pada kelembaban udara. Kelembaban udara
yang tinggi akan menyebabkan udara menjadi panas.
Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah diukur dalam
satuan derajat Celcius. Temperatur yang digunakan di dalam tambang
bawah tanah adalah temperatur basah dan temperatur kering. Besarnya

8
temperatur yang dihasilkan selalu temperature basah lebih rendah atau
sama dengan temperatur kering.
6. Temperatur Udara
Udara di dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air dan
tidak pernah pernah ada udara benar-benar kering. Oleh karena itu akan
selalu ada istilah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah jumlah
kandungan uap air yang ada di udara tambang bawah tanah. Kelembaban
udara ini mempengaruhi tingkat efektivitas pekerja. Tingginya
kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udara. Semakin tinggi temperatur
udara di suatu lokasi maka akan semakin tinggi pula kelembaban
udaranya. Bekerja pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab, dapat
menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan
yang datang terlalu dini. Sedangkan pada lingkungan yang terlalu dingin,
dapat menyebabkan hilangnya fleksibilitas terhadap alat-alat motorik
tubuh yang disebabkan oleh timbulnya kekakuan fisik tubuh. Kedua
kondisi ini dapat mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial
menyebabkan kecelakaan kerja.
7. Tekanan Udara
Konsep aliran udara dipengaruhi oleh perbedaan tekanan. Udara
akan mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sampai perbedaan
tersebut sama dengan 0 sehingga aliran berhenti.
Pada system ventilasi aliran udara, satu titik ke titik yang lain harus
mempunyai perbedaan tekanan antara dua titik tersebut. Perbedaan
tekanan ini disebut sebagai tekanan ventilasi dan berikut adalah aturan
yang biasa dipakai dalam tambang bawah tanah:
a. Udara selalu mengalir dari tekan tinggike tekanan rendah dan selama
perbedaan tekanan tetap maka udara akan tetap mengalir.
b. Semakin besar perbedaan tekanan antara dua titik maka semakin besar
jumlah aliran udara yang mengalir. Dengan asumsi nilai resistensi
tidak berubah.
9
c. Resistensi dapat mengurangi tekanan system ventilasi.Jika perbedaan
tekanan anatara dua titik sama dengan resistensi meningkat maka
kuantitas udara yang mengalir akan berkurang.
Tekanan adalah gaya yang digunakan pada luasan tertentu.
Didalam system ventialsi digunakan satuan pascal. Pascal (Pa) = 1 Newton
per meter persegi (N/m2).
Di tambang batubara perlu dilakukan berbagai macam pengukuran
untuk memeriksa apakah disetiap tempat di dalam pit telah dilakukan ventilasi
udara yang cukup, dengan maksud tidak mendapatkan kesalahan ventilasi, atau
untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk   perencanaan ventilasi atau
perbaikan ventilasi. Hal yang harus diukur antara lain adalah temperatur udara,
kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, jumlah angin, penurunan
tekanan, tekanan kipas angin, kadar gas, dan jumlah debu. Disini akan
dijelaskan mengenai pengukuran tekanan udara, kecepatan angin, jumlah
angin, penurunan tekanan dan tekanan kipas angin.
1. Kecepatan Angin
a. Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin di dalam pit bawah
tanah biasanya menggunakan anemometer. Ini adalah kincir angin yang
sangat ringan dan gesekannya kecil, dimana baling-balingnya terbuat
dari pelat aluminium dan membentuk sudut 42-44º terhadap arah poros.
Untuk mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran
udara untuk memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak
tempuh aliran udara per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah
putaran dalam waktu tertentu. Daerah kemampuan ukurnya adalah 0,5-
10 m/s.
b. Tabung Pitot
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total di depan
dan lubang ukur tekanan statis di samping. Perbedaan kedua tekanan

10
tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan manometer tabung U,
kemudian kecepatan angin diperoleh dari persamaan di bawah.
∆P = γ w 2 /2g
Keterangan:
1) ∆P = tekanan dinamis
2) w = kecepatan angin
3) γ  = berat jenis udara
4) g = percepatan gravitasi
2. Perbedaan Tekanan
Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke dalamnya
dimasukkan air atau cairan lain hanya setengah bagiannya, kemudian dua
buah tekanan yang hendak diukur masing-masing dihubungkan ke kedua
ujung tabung gelas dengan pipa, maka perbedaan tekanan dapat diukur
sebagai perbedaan ketinggian cairan. Apabila mau mengukur perbedaan
tekanan yang kecil, cukup dengan memiringkan tabung U. Dengan
memiringkannya sebesar 0º, sensitivitas akan meningkat 1/sin 0 kali.
3. Tekanan Udara
a. Barometer Air Raksa
Mengetahui tekanan udara melalui pengukuran tinggi kolom air
raksa yang terangkat oleh tekanan udara. 1 atmosfir adalah 760 mmHg.
Alat ini cocok untuk pengukuran di tempat tetap (diam), tetapi tidak
cocok digunakan dengan membawanya di dalam pit bawah tanah.
b. Barometer Aneloide
Wadah yang bagian dalamnya kedap dibuat dengan
menempelkan 2 lembar logam tipis berbentuk lingkaran bergelombang.
Dengan adanya perubahan tekanan, wadah tersebut mengembang dan
mengempis, dimana deformasi yang kecil tersebut diperbesar secara
mekanis untuk ditunjukkan dengan jarum. Kurang memuaskan dari segi
ketelitian, tetapi cocok untuk dibawa.
4. Penurunan Tekanan
11
Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena
mengalirnya udara di dalam lorong angin adalah hal yang sangat penting.
Apabila pada 2 titik pengukuran di dalam lorong angin diletakkan tabung
tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya diletakkan tabung U,
kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya pipa karet), maka perbedaan
tekanan yang tampak pada tabung U adalah penurunan tekanan. Apabila 2
titik yang hendak diukur   penurunan tekanannya berjarak jauh, selang
jarak tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian penurunan
tekanannya diukur dan nilai penjumlahan untuk selang 2 titik tersebut
boleh dianggap sebagai penurunan tekanan. Pada waktu melakukan
pengukuran mulai dari mulut pit udara masuk kemudian mengelilingi pit
dan sampai ke mulut pit udara buang, maka nilai penjumlahan penurunan
tekanan selama itu setara dengan jumlah tekanan kipas angin dan tekanan
ventilasi alami. Melakukan pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan
menggunakan barometer aneloide, kemudian dari perbedaan tekanan
tersebut menghitung penurunan tekanannya.

12
13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi
peningkatan produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada tambang
bawah tanah, sistem ventilasi diperlukan selain untuk menyediakan oksigen
gunamemenuhi kebutuhan pernapasan manusia atau pekerja juga dibutuhkan
untuk mendilusi gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di
dalam udara tambang dan untuk menurunkan temperatur udara tambang
sehingga memungkinkan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman. Pada
dasarnya ventilasi merupakan upaya pengontrolan terhadap kualitas dan
kuantitas udara tambang.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan nilai
dari debit udara (kuantitas udara) pada system hisap sebesar 0.166 m³/s, dan
pada system hembus sebesar 0.511 m³/s. Sedangkan tekanan rata – rata yang
diperoleh pada sistem hisap adalah 3.3.
B. Saran
Dalam melaksanakan praktikum, diharapkan praktikan untuk focus dan
serius saat pengambilan data agar tidak terjadi kesalahan pada data.

20
DAFTAR PUSTAKA

Heriyadi, Bambang. 2017. Rancangan Dan Pembuatan Alat Simulasi Sistem


Ventilasi Tambang Pada Laboratorium Untuk Pembelajaran Ventilasi
Tambang. Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. 17, No.2.

Syaputra, D., & Heriyadi, B. 2019. Analisis Pengaruh Kecepatan Aliran Udara
Terhadap Penurunan Temperatur Efektif Pada Alat Simulasi Ventilasi
Tambang Bawah Tanah. Jurnal Bina Tambang, 4(1), 198-211.

Yanuar. 2011. Laporan Praktikum Ventilasi Yanuar. (Online)


(https://www.scribd.com/doc/165146156/Laporan-Praktikum-Ventilasi-
Yanuar-h1c108079 diakses tanggal 27 Januari 2021)

Ventilasi Tambang. Diktat Ventilasi Tambang. Hal. 1 - 59 Program D-III


T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004

21

Anda mungkin juga menyukai