Anda di halaman 1dari 22

TUGAS GEOTHERMAL

“Review Artikel”

Disusun Oleh :

Maya Gustina
BP/NIM: 2018/18080024

Dosen Pengampu :
Ansosry, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Review Artikel 1
Judul Potensi Panas bumi Parangwedang Sebagai Sumber Energi
Alternatif dan Penunjang Perekonomian Daerah Kabupaten
Bantul
Jurnal Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
XIII Tahun 2018 (ReTII)
(https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/1063)
Nomor, dan ISSN: 1907-5995
Halaman Halaman 268 – 276
Tahun 2018
Penulis Rena Juwita Sari, Listriyanto
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
Penelitian
energi alternatif dan industri pariwisata di Parangwedang, desa
Parangtritis, Kabupaten Bantul.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Parangwedang di desa
Penelitian Parangtritis, kabupaten Bantul.
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur
Penelitian dan pengumpulan data pendahuluan. Kemudian dilakukan survey
geofisika (magnetic) dan survey sosial. Lalu dilakukan
pengolahan data survey. Kemudian dilakukan analisis geologi,
analisis geofisika, dan analisis geokimia, serta analisis dari aspek
teknis dan aspek sosial.
Hasil dan Pengambilan data magnetik di sekitar Sumber Air Panas
Pembahasa Parangwedang Desa Parangtritis, diperoleh jumlah titik sampling
n Penelitian nilai kemagnetan yaitu 120 titik. Jumlah line atau kumpulan titik
sampling diambil disekitar sumber air panas. Nilai intensitas
magnetic ditunjukkan dengan nilai mulai dari 44840 – 45240 nT.
Stratigrafi yang terdapat di daerah penelitian secara umum
tersusun oleh batuan sedimen dan sedikit batuan beku intrusi
andesit disekitar utara pantai Parangtritis. Nilai intensitas
magnetik yang tinggi diasosiasikan dengan endapan pasir besi
yang terbentuk di pantai selatan. Sedangkan dibagian selatan
pola intensitas rendah dengan dimensi klosur sekitar 100 meter
diduga sebagai pola heat source yang diduga menjadi sumber air
panas pada sumber air panas Parangwedang.
Metode magnetik digunakan pada daerah yang mempunyai
kontras suseptibilitas batuan yang besar dengan batuan
sekelilingnya, maka batuan yang lebih panas akan memiliki nilai
kemagnetan lebih rendah.
Analisis data magnetik didapatkan pola pada peta anomali medan
magnet kontinuasi kebawah pada z = 100 meter sampai z = 300
meter. Pada peta anomali medan magnet kontinuasi kebawah z =
300 meter pola klosur cenderung tidak berubah, sehingga dugaan
sumber panas pada daerah Parangwedang terletak pada
kedalaman antara 200 - 250 meter. Sedangkan analisis geokimia
di daerah Parangwedang untuk temperatur permukaan
(temperature cutt off) adalah 490ºC dan temperatur suhu
reservoarnya diperkirakan sebesar 115C.
Selain analisis geologi, geofisik dan geokimia, dalam penelitian
juga dilakukan survey soasial bertujuan untuk mengetahui
pemhaman penduduk sekitar mengenai potensi panasbumi dan
pemanafaatan sumber air panas Parangwedang. Dalam
pengembangan dan pengelolaan panas bumi di kawasan
permukiman penduduk perlu dilakukan sosialisasi. Hal ini
dilakukan karena pemahaman masyarakat yang berbeda-beda
sehingga tidak menimbulkan penolakan.
Berdasarkan beberapa hasil analisa di atas, daerah
Parangwedang, Desa Parangtritis berpotensi untuk
dikembangkan sebagai industri pariwisata dan perikanan
ditunjukkan dengan munculnya mata air panas di sekitar daerah
tersebut tetapi untuk pemanfaatan energi listrik dari sumber
panasbumi
Kesimpulan Berdasarkan kajian potensi panas bumi di daerah Parangwedang
sebagai sumber enegi alternatif dan penunjang perekonomian
daerah, maka disimpulkan bahwa:
1. Nilai anomali rendah ditunjukkan oleh nilai – 20 – (- 60) nT
dan diduga sebagai sumber panas pada daerah
Parangwedhang berada pada kedalaman 200 – 300 meter.
2. Temperatur bawah permukaan daerah Parangwedang
diperkirakan sebesar 1150C dan secara teknis temperatur
yang keluar dari sumber air panas (cut off) hanya 49ºC, ini
tidak memenuhi kriteria minimum temperatur cut off yaitu
90ºC dan batas temperatur.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada artikel
ini lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.
Review Artikel 2
Judul Pemetaan Potensi Panas Bumi (Geothermal) Untuk Mendukung
Program Energi Nasional Jawa Timur (Studi Kasus : G.
Lamongan, Kab. Probolinggo)
Jurnal Jurnal Geoid (Journal of Geodesy and Geomatics)
(http://www.iptek.its.ac.id/index.php/geoid/article/view/730/470)
Volume, Vol. 8 No. 2
Nomor, dan ISSN: 1858-2281
Halaman Halaman 198 – 206
Tahun 2013
Penulis Kukuh Danu Permadi, Yuwono
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan 1. Untuk memetakan titik-titik/daerah potensi panas bumi
Penelitian
(geothermal).
2. Untuk menganalisa hal-hal yang berkaitan lainnya dengan
menggunakan citra Landsat ETM yang diambil pada musim
panas yaitu bulan Juli 2009 sebagai upaya pengurangan
dampak pemanasan global dan alternatif dalam mencari
energi untuk mendukung program MP3EI.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Gunung Lamongan dan
Penelitian sekitarnya yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo dan
Lumajang menggunakan algoritma NDVI dan EVI
Metode Metodologi penelitian dari penelitian ini adalah :
Penelitian 1. Lokasi penelitian
Kabupaten Probolinggo dan sebagian Kabupaten Lumajang.
Secara geografis terletak pada koordinat 112º 50’ – 113º 30’
BT dan 7º 40’ – 8º 10’ LS.
2. Data dan Peralatan
a. Data
1) Citra Satelit Landsat 7 tanggal 9 Juli 2009 Level 1G.
2) Citra Satelit Landsat 7 tanggal 10 Agustus 2009
Level 1G.
3) Citra Satelit Landsat 7 tanggal 29 Oktober 2009
Level 1G.
4) Citra Satelit Landsat Orthometrik tahun 2002 resolusi
15 meter.
5) Peta RBI kabupaten Probolinggo skala 1:25000,
lembar Tiris, Klakah, Randuagung, Sumberbaru 6.
Data lapangan diambil secara in-situ di beberapa titik
lokasi penelitian.
b. Peralatan
1) Laptop
2) Sistem Operasi Windows 7
3) Microsoft Word 2007 untuk pembuatan laporan
4) Microsoft Excel 2007 untuk pengolahan data tabular
5) Microsoft Visio 2003 untuk pembuatan diagram alir
6) ArcGIS 9.3 untuk pembuatan layout peta.
Hasil dan 1. Koreksi Gemometrik Citra
Pembahasa Hasil koreksi geometrik pada citra Landsat 7 adalah 0.684
n Penelitian dengan 21 titik kontrol. Hasil RMS rata-rata citra mempunyai
nilai RMS rata-rata kurang dari 1 pixel dan SoF mendekati
nol sehingga dianggap memenuhi toleransi yang diberikan.
2. Ketinggian Lahan
Informasi ketinggian lahan diperoleh dari data vektor peta
RBI, peta vector RBI kemudian dibuat data DEM, file DEM
tersebut dikonversikan ke grid, Setelah dikonversikan, data
tersebut direklasifikasi sesuai dengan kelas ketinggian yang
telah ditentukan
3. Indeks Vegetasi
Daerah potensi sumber daya panasbumi di Indonesia
umumnya berada di kawasan hutan lindung, hutan
konservasi, dan cagar alam, dengan permukaan area sebagian
besar tertutup vegetasi. Pantulan vegetasi secara umum
menunjukkan nilai kecerahan yang tinggi pada panjang
gelombang inframerah pantulan. Oleh karena itu anomali
vegetasi pada area panas bumi perlu dikaji sebagai indikator
adanya sumberdaya panasbumi di area tersebut. Indikator
permukaan area panas bumi adalah mineral permukaan,
alterasi hidrotermal, vegetasi, dan anomali termal.
4. Suhu Permukaan Darat
Suhu permukaan darat merupakan kenampakan rata-rata dari
suhu yang berada di permukaan tersebut. Pada umumnya,
semakin tinggi daerah tertentu, maka suhu permukaan
daratnya akan semakin menurun. Hal ini karena adanya
kenaikan altitude, dengan adanya penambahan jarak dari
radiasi panas bumi.
5. Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian pada
umumnya berarah NW-SE (barat-laut – tenggara). Struktur
sesar naik mengiri (sinistral) dengan bidang N 163º E/ 79º
SW, terdapat di daerah Tiris, tepatnya di Sungai Tancak.
Dari hasil convolution laplace band 4 maka terdapat dua
sesar patahan besar membujur dari utara ke selatan melewati
kawasan Gunung Lamongan dan di sebelah utara timur yang
diperkirakan merupakan struktur yang mengontrol
keberadaan manifestasi panas bumi di kawasan ini.
6. Uji Klasifikasi
Metode yang digunakan pada pengolahan ini yaitu
perhitungan confusion matrix dengan menggunakan software
ENVI 4.6. Sebelum melakukan uji ketelitian, dilakukan
groundtruth atau cek lapangan untuk mengecek kebenaran
hasil klasifikasi citra dengan kenampakan obyek di lapangan.
7. Uji Korelasi
Penentuan analisis korelasi dilakukan dengan cara
mengambil secara acak sebanyak 15 titik sampel yang
mewakili penyebaran indeks vegetasi pada berbagai kelas
ketinggian dan suhu permukaan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pemetaan hutan
menggunakan algoritma NDVI dan EVI, maka didapatkan
beberapa kesimpulan akhir dari penelitian ini, yaitu:
1. Nilai indeks vegetasi tersebar hampir diseluruh kelas
ketinggian, nilai indeks vegetasi yang mendominasi untuk
NDVI Landsat 7 ETM pada rentang -0,7868 - 0,8611.
2. Penutup lahan yang ada di daerah penelitian memiliki 8 jenis
tutupan lahan, yaitu badan air, pemukiman, hutan, kebun,
ladang, semak, sawah, tanah kosong dengan nilai uji
klasifikasi 83,67% dengan nilai RMS error 0,6843 dan SOF
0,1594.
3. Hasil korelasi antara indeks vegetasi dengan ketinggian
termasuk korelasi sangat rendah (0,00 – 0,199). Koefisien
korelasinya bertanda (+), artinya hubungan ketinggian tempat
dengan indeks vegetasi satu arah, sehingga jika ketinggian
semakin tinggi, maka nilai indeks vegetasi juga semakin
tinggi. Hasil korelasi antara indeks vegetasi dengan suhu
permukaan termasuk tingkat korelasi rendah (0,20 – 0,399).
Hasil korelasi antara ketinggian dengan suhu permukaan
termasuk tingkat korelasi sedang (-0,40 – - 0,599).
4. Hasil pemanfaatan panas bumi daerah jawa timur digunakan
sesuai dengan MP3EI. Maka Pulau Jawa dikhususkan untuk
pendorong industri dan jasa nasional dimana meliputi bidang
peralatan transportasi, perkapalan, dan makanan minuman.
5. Terdapat 2 sesar/kelurusan batuan dimana menjadi penanda
dari potensi panas bumi ini berada. Selain itu ditambah
dengan adanya anomali dari suhu permukaan darat daerah
Gunung Lamongan di bagian utara dan di bagian utara timur
serta nilai vegetasi.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat
dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada
artikel ini lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa variabel yang belum di analisis pada
penelitian ini, seperti semineral permukaan, alterasi
hidrotermal, titik panas (hot spot), dan penelitian secara
geofisika.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.

Review Artikel 3
Judul Potensi dan Peranan PLTS Sebagai Energi Alternatif Masa
Depan di Indonesia
Jurnal Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
(http://epaper.bppt.go.id/index.php/JSTI/article/view/919/751)
Volume, Vol. 14 No. 2
Nomor, dan ISSN: 1410-9409
Halaman Halaman 146 – 152
Tahun 2012
Penulis Mohamad Sidik Boedoyo
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengulas
Penelitian
pengembangan PLTS di Indonesia saat ini dan peluangnya di
masa depan.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah energi alternatif yaitu tenaga
Penelitian surya
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur
Penelitian dan pengumpulan data pendahuluan. Kemudian dilakukan survey
seperti mencari tahu pemanfaatan PLTS saat ini, kemudian
mencari tahu potensi pemanfaatan PLTS dengan cara mengetahui
jenis dan tipe pemanfaatan PLTS dan mengetahui kebijakan
energi, lalu mencari tahu permasalahan dalam pengembangan
PLTS dan terakhir melakukan analisis dan mencari solusi
terhadap pengembangan PLTS
Hasil dan 1. Analisis terhadap biaya pembangkitan
Pembahasa Analisis terhadap biaya pembangkitan menunjukkan
n Penelitian komponen biaya terdiri dari biaya peralatan, biaya
pemasangan, dan biaya perawatan. Perhitungan didasarkan
pada unit PLTS 50 Wp, dengan catatan makin besar kapasitas
unit harga alat akan makin murah. Peralatan PLTS 50 Wp
adalah panel surya, penyimpan daya accu 70 AH, pengatur
daya (inverter) serta peralatan penerangan 2 lampu LED 5
Watt @ Rp. 150.000, dimana biaya modul keseluruhan
mencapai Rp. 6 juta. Umur peralatan 20 tahun, accu berumur
3 tahun dengan harga Rp. 350.000, biaya perawatan yang
meliputi pembersihan serta penambahan air accu, waktu
operasi 365 hari dan 5 jam sehari. Perhitungan langsung
menunjukkan listrik yang dihasilkan: 5 jam X 50 watt X 365
hari = 91,25 KWh per tahun.
Untuk meningkatkan keekonomiannya, PLTS dapat
diintegrasikan dengan PLTD dengan sistem hibrid sehingga
tidak memerlukan media penyimpan. Dalam kondisi ini maka
akan diperoleh biaya pembangkitan yang lebih bersaing.
2. Analisis terhdap area kerja
Pada saat ini dikembangkan program pemanfaatan PLTS
1000 pulau oleh PT. PLN Persero yang bertujuan mengurangi
ketergantungan pada PLTD. Pemanfaatan di kota besar
dengan SHS yang memungkinkan ialah dengan pemasangan
di atas atap rumah
3. Analisis terhadap sistem penyimpanan daya
Kekurangan PLTS ialah panel surya tidak menghasilkan
listrik di malam hari. Oleh karena itu teknologi ini
memerlukan unit penyimpan daya atau accu. Percobaan
dengan bahan baru seperti Nicle Cadnium, atau Nicle Metal
Hibrid, yang dikembangkan untuk kendaraan listrik kurang
tepat karena mahal, sehingga tetap dipergunakan accu basah
yang umum dikenal sebagai accu kendaraan.
PLTS dengan kapasitas besar juga dapat diintegrasikan
dengan sistem pump storage sebagai penyimpan daya,
dimana daya yang dibangkitkan di siang hari hanya
dipergunakan sebagian dan kelebihan daya dipergunakan
untuk memompa air ke waduk atau “water storage”. Pada
saat malam hari air dari waduk dapat dipergunakan untuk
membangkitkan daya. Kekurangan sistem ini ialah rugi-rugi
yang relatif besar, baik dari pompa air maupun dari turbin air
dan generator sedangkan keuntungannya ialah tidak
memerlukan penyimpan daya ataupun integrasi dengan
PLTD yang menggunakan BBM.
4. Analisis terhadap kapasitas unit
Mengingat sistem PLTS dibagi menjadi dua yaitu mandiri
(stand alone) dan tersambung ke grid (grid connected), maka
akan memerlukan suatu manajemen tersendiri dalam
mengelola sistem “grid connected” yang terdiri dari
beriburibu sambungan. Saat ini PLN dengan program PLTS
1000 pulau menerapkan sistem on-grid yaitu PLTS kapasitas
besar yang beroperasi untuk memenuhi beban dasar suatu
wilayah di siang hari dan PLTD beroperasi pada sore dan
malam hari.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam pengembangan
PLTS di Indonesia antara lain adalah:
1. Penerapan teknologi PLTS di masa mendatang adalah
sebagai pengganti atau substitusi penggunaan BBM pada
PLTD, maupun untuk meningkatkan rasio kelistrikan.
Pengembangan PLTS kapasitas besar pada pulau pulau dan
wilayah diluar Jawa oleh PLN dengan sistem on grid maupun
off grid akan sangat mendukung pengurangan penggunaan
BBM dengan PLTD.
2. Pembangunan PLTS secara tersentralisasi akan memudahkan
pengoperasian, perawatan dan perbaikan serta penyediaan
suku cadang.
3. Perlu segera dibangun industri ingot silikon untuk
mengantisipasi peningkatan kebutuhan panel surya pada
pengembangan program PLTS secara besar-besaran di
Indonesia.
4. Pembangunan PLTS mandiri di masa mendatang tidak hanya
terkonsentrasi pada unit kecil, tetapi juga pada unit yang
besar baik di pedesaan maupun di perkotaan. Untuk itu akan
diperlukan kebijakan Pemerintah dalam mendukung
penggunaan dan industri PLTS melalui upaya standarisasi
produk, subsidi, fiskal serta kebijakan lainnya.
5. Perlu dipikirkan untuk mengintegrasikan pembangunan
PLTS dengan pembangunan Pump Storage pada pulau-pulau
atau wilayah terpencil sehingga pemanfaatan PLTS dapat
lebih fleksibel dalam penyediaan listrik dapat memenuhi
kebutuhan listrik pada siang maupun malam hari, tidak
memerlukan penyimpan daya/accu, dan tidak memerlukan
penyediaan BBM.
6. Mengingat prospeknya yang sangat baik, perlu disusun
kebijakan perundangan untuk mendukung pengembangan
PLTS baik untuk PLTS mandiri maupun terintegrasi atau
grid connected agar PLTS lebih berperan dalam sistem
kelistrikan di Indonesia di masa mendatang.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat
dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada
artikel ini lengkap dan mudah dipahami.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan jurnal ini.
Seperti pada kata kunci (keywords), penulis
menggunakan Bahasa Indonesia, seharusnya penulis
menggunakan bahas inggris karena abstrak yang penulis
buat menggunakan bahasa inggris.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.

Review Artikel 4
Judul Sistem Panas Bumi Daerah Candi Umbul-Telomoyo
Berdasarkan Kajian Geologi dan Geokimia
Artikel BSDG (Buletin Sumber Daya Geologi)
(http://buletinsdg.geologi.esdm.go.id/index.php/bsdg/article/view/BSDG_VOL_7_NO_1_2012_1/63)
Volume, Vol. 7 No. 1
Nomor, dan ISSN: 1907-5387
Halaman Halaman 1 – 6
Tahun 2012
Penulis Dudi Hermawan, Sri Widodo, Eddy Mulyadi
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan Untuk lebih memahami lagi tentang karakteristik dan proses
Penelitian
pembentukan sistem panas bumi di daerah Candi Umbul-
Telomoyo.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Daerah Candi Umbul-
Penelitian Telomoyo.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi
Penelitian literatur dan kajian data sekunder berupa analisis data geologi
dan data geokimia.
Dalam studi literatur dikaji teori-teori dasar dari pembentukan
sistem panas bumi untuk mempelajari/mengumpulkan data yang
relevan sebagai pembanding penulisan makalah ini. Studi
literatur menghasilkan kerangka berpikir dan efisiensi
pembahasan yang lebih terarah.
Analisis data geologi adalah mengkaji data geologi yang ada
seperti stratigrafi, pola struktur geologi, batuan ubahan, dengan
tujuan untuk mengetahui dan memahami tatanan geologi yang
membentuk daerah kajian.
Analisis data geokimia berupa kajian tentang karakteristik fluida
panas bumi yang diperoleh dari jenis manifestasi dan
konsentrasi senyawa kimia terlarut yang terabsorpsi dalam
fluida.
Hasil dan Sumber panas yang membentuk sistem panas bumi Candi Umbul
Pembahasa Telomoyo adalah sisa panas dari magma pada lingkungan
n Penelitian magma basaltik yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanik
termuda komplek Telomoyo. Magma basaltik memiliki
viskositas yang rendah, sehingga sifat fisiknya relatif lebih encer
dibandingkan dengan magma silisik, akan tetapi densitasnya
lebih tinggi, yang diakibatkan tingginya konsentrasi mineral
mafik (besi dan magnesium). Karena sifatnya yang lebih cair,
magma ini cenderung mampu bergerak sampai ke permukaan
melalui rekahan- rekahan membentuk kerucut muda Telomoyo.
Fluida panas bumi di daerah ini berasal dari air
permukaan/meteorik yang masuk ke bawah permukaan
membentuk sistem kantong fluida/reservoir melalui rekahan
maupun ruang antar butiran.
Permeabilitas dihasilkan oleh karakteristik stratigrafi (misal
porositas intergranular pada lapilli, atau lapisan bongkah-
bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar, dan
rekahan). Resevoir yang membentuk sistem panas bumi daerah
Candi Umbul-Telomoyo terletak pada lingkungan batuan
vulkanik dan sedimen yang memiliki permeabilitas tinggi.
Dengan tidak ditemukannya manifestasi panas bumi seperti
fumarol, dan temperatur reservoir sekitar 230oC pada kedalaman
yang cukup dalam (2.000 m), maka reservoir di daerah ini diduga
merupakan reservoir satu fasa yaitu fasa air.
Berdasarkan pemunculan manifestasi permukaan berupa batuan
ubahan di dalam kaldera komplek Telomoyo (daerah Sepakung,
Keningar, dan Kendal Duwur) dan jenis fluida yang
mempengaruhi proses ubahan, maka diperkirakan bahwa daerah
ini merupakan zona upflow. Sedangkan daerah Candi Dukuh,
Candi Umbul dan Pakis Dadu tempat munculnya mata air panas
sebagai zona outflow.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem panas bumi
Candi Umbul-Telomoyo terbentuk pada lingkungan magma
basaltik yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanik terakhir
Komplek Telomoyo. Fluida panas bertemperatur tinggi
terakumulasi di reservoir membentuk sistem satu fasa yaitu fasa
air. Lapisan reservoir ini ditutupi oleh lapisan penudung berupa
batuan ubahan yang kedap air yang juga tersingkap luas di
permukaan.
Zona upflow terbentuk di dalam kaldera komplek Telomoyo,
sedangkan daerah sekitar menifestasi Candi Dukuh, Candi
Umbul dan Pakis Dadu merupakan zona outflow dari sistem
panas bumi Candi Umbul-Telomoyo.
Dengan karakteristik sistem panas bumi seperti ini, daerah panas
bumi Candi Umbul-Telomoyo potensial untuk dikembangkan,
dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang
mungkin akan dihadapi (misalnya teknologi eksplorasi yang akan
digunakan).
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana proses
pembentukan sistem panas bumi di daerah Candi Umbul-
Telomoyo.
2. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.

Review Artikel 5
Judul Analisis Sebaran Kawasan Potensial Panas Bumi Gunung Salak
Dengan Suhu Permukaan, Indeks Vegetasi Dan Geomorfologi
Jurnal Jurnal Geodesi UNDIP
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/11507/11166)
Volume, Vol. 5 No. 2
Nomor, dan ISSN: 2337-845X
Halaman Halaman 66 – 75
Tahun 2016
Penulis Putri Mariasari Sukendar, Bandi Sasmito, Arwan Putra Wijaya
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan 1. Mengetahui sebaran potensi sumber daya panas bumi di suatu
Penelitian
daerah dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh
berdasarkan suhu permukaan, NDVI, dan DEM.
2. Mengetahui korelasi antara suhu permukaan dan NDVI di
lokasi panas bumi di wilayah Gunung salak, Jawa Barat.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Kawasan Gunung Salak,
Penelitian Sukabumi, Jawa Barat.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi
Penelitian literatur dan kajian data dari alat Citra Landsat 8, GDEM Aster,
dan Peta Geologi.
1. Alat dan Bahan Penelitian
Perangkat pengolahan data terdiri dari 2 (dua) perangkat,
yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software):
a. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan dalam pengolahan data
yaitu:
1) Laptop merk Asus prosesor Intel(R) Celeron(R) CPU
847@ 1.10GHz (2CPUs), ~1.1GHz; Memori 4,096 GB
RAM; Sistem operasi Windows 7 Ultimate 64-bit.
b. GPS Handheld
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan
data yaitu:
a. Software ArcGIS 10.1
b. Software ENVI 5.1
c. Software SPSS 17.1
d. Microsoft office 2015
3. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Citra Satelit Landsat 8 tanggal 12 Juni 2015
b. Citra GDEM Aster 2014
c. Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000
d. Peta Geologi Berbasis Indonesia skala 1 : 100.000
e. Peta Batas Administrasi format shapefile Kemendagri
2010
Hasil dan Dari hasil pengolahan data citra satelit dengan menggunakan
Pembahasa metode NDVI didapatkan hasil nilai indeks vegetasi yang
n Penelitian diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas non vegetasi,
vegetasi rendah, vegetasi sedang, vegetasi rapat.
Pada sebaran indeks vegetasi di Kawasan Gunung Salak kelas
kecamatan, kelas yang memiliki luas paling tinggi adalah kelas
vegetasi sedang dengan total luas 387.467,35 Ha atau 55,84 %
dari total luas keseluruhan, yang mendominasi pada kelas ini
adalah Kecamatan Kalapa nunggal. Sedangkan Untuk kelas
vegetasi sangat rapat mencapai luasan sebesar 46.201,31 Ha atau
6,66% dari total luas keseluruhan, dengan penyebarannya
didominasi oleh Kecamatan Kabandungan.
Untuk kelas vegetasi rendah yaitu sebesar 159.194,71 Ha atau
22,94% dari luas total keseluruhan dengan penyebarannya
didominasi oleh Kecamatan Pamijahan. Dan sisanya yaitu kelas
non vegetasi sebesar 101.004,70 Ha atau 14,57% dari luas
keseluruhan, dengan penyebarannya didominasi oleh Kecamatan
Tamansari.
Dari hasil pengolahan data suhu permukaan, didapatkan sebaran
estimasi nilai suhu permukaan yang diklasifikasikan menjadi 6
kelas.
Pada penelitian ini didapatkan nilai estimasi suhu terendah yaitu
pada rentang kelas 1 dan 2 yaitu dengan masing-masing sebesar
60C sampai 11oC; 12oC sampai 17oC dengan luasan sebesar 7.361
Ha dan 13.606 Ha atau dengan persentase sebesar 1,06% dan
1,96% dari luasan keseluruhan. Nilai estimasi suhu pada rentang
ini merupakan kawasan pegunungan, dataran tinggi. Pada
rentang kelas 3 dan 4 didapatkan hasil estimasi nilai suhu sebesar
18oC sampai 23oC; 24oC sampai 29oC dengan luasan masing-
masing sebesar 60.132 Ha dan 385.152 Ha atau dengan
persentase sebesar 8,62% dan 55,23% dari luas keseluruhan.
Nilai estimasi suhu ini didominasi oleh hutan, vegetasi sedang,
pemukiman, sawah. Sedangkan pada rentang kelas 5 dan 6
didapatkan hasil estimasi nilai suhu sebesar 30oC sampai 35oC;
>39oC dengan luasan masing-masing sebesar 227.557 Ha dan
59.71 Ha atau dengan persentase sebesar 32,80% dan 0,01% dari
luasan keseluruhan. Nilai estimasi suhu ini didominasi oleh
pemukiman, pabrik sawah, tegalan, sumur inject pada kawasan
potensial panas bumi.
Dari hasil overlay (suhu permukaan dan indeks vegetasi)
didapatkan dua kesimpulan nilai estimasi terhadap nilai
kerapatan vegetasi yaitu nilai kerapatan vegetasi
>=0,35 merupakan kelas vegetasi sedang dan rapat pada hasil
NDVI, pada gambar divisualisasikan dengan warna biru.
Sedangkan Untuk nilai kerapatan vegetasi <0,35 merupakan
kelas vegetasi rendah, non vegetasi, dan badan air/awan.
Berdasarkan hasil overlay disertai dengan hasil validasi lapangan
menunjukan bahwa panas yang dihasilkan bukan merupakan
manifestasi panas bumi, akan tetapi panas yang disebabkan
karena adanya aktifitas manusia seperti pemukiman, tegalan,
pabrik, sawah, perairan.
Sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari
sumber panas di sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
secara konveksi. Reservoir merupakan batuan yang memiliki
permeabilitas tinggi sehingga bisa menjadi tempat
terakumulasinya fluida. Fluida panas ini tidak keluar atau bocor
ke permukaan dikarenakan ditutupi oleh batuan penudung yang
merupakan batuan yang kedap air (impermeable). Adanya
struktur geologi berupa kelurusan yang memotong reservoir,
menyebabkan fluida panas ini dapat keluar ke permukaan berupa
manifestasi panas. Kelurusan mengindikasikan adanya struktur
geologi yang bisa berupa sesar atau patahan. Daerah yang
memiliki banyak kelurusan merupakan daerah zona lemah
dimana pada daerah ini dapat menjadi jalan air menuju
permukaan yang menjadi sumber panas pada sistem panas bumi
yang berupa manifestasi permukaan.
Berdasarkan hasil morfologi dan kelurusan maka daerah prospek
panas bumi Gunung salak berada di bagian barat daya gunung
salak pada morfologi V2 (kompleks kerucut gunung api).
Dari hasil korelasi antara suhu permukaan dan NDVI, didapatkan
nilai korelasi antara suhu permukaan dan indeks vegetasi dengan
metode NDVI sebesar -0,727. Hasil korelasi ini termasuk
kategori memiliki keterhubungan kuat (0,60–0,799). Sedangkan
untuk nilai korelasi bertanda (-) menunjukan bahwa hubungan
suhu permukaan dengan indeks vegetasi berkebalikan arah.
Dimana semakin tinggi nilai indeks vegetasi suatu titik maka
suhu akan semakin rendah.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil pengolahan suhu permukaan dan indeks vegetasi
didapatkan hasil yang mendominasi dari masing-masing
yaitu: nilai distribusi suhu kelas 4 (24ºC-29ºC) dengan luas
385.152,432 Ha pada kawasan Kecamatan Pamijahan.
Sedangkan nilai indeks vegetasinya yaitu pada kelas vegetasi
sedang (0,36- 0,48) dengan luas 387.467,35 Ha pada kawasan
Kecamatan Kalapa Nunggal.
2. Sebaran potensial panas bumi di kawasan Gunung Salak
teridentifikasi memiliki suhu pada rentang kelas 4 (24ºC-
29ºC) dengan nilai indeks vegetasinya pada kelas non
vegetasi (0.09- 0.22) dan vegetasi rendah (0.23-0.35).
Manifestasi teridentifikasi ditunjukan dengan adanya 7 sumur
inject, kawah, dan kolam air panas.
3. Hasil regresi antara indeks vegetasi dengan suhu permukaan
dapat diwakili dengan persamaan y = -25.203x + 36.996,
dengan R- square (R2) yang didapat yaitu sebesar 0,529 atau
52,9%. Sedangkan korelasi yang dihasilkan antara suhu
permukaan dan indeks vegetasi sebesar -0,727 (memiliki
hubungan kuat) dengan nilai korelasi bertanda (-) yang
menunjukan hubungan yang terjadi berkebalikan arah dengan
semakin tinggi nilai indeks vegetasi suatu titik maka suhu
akan semakin rendah.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahan yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel

B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa variabel yang belum di analisis pada
penelitian ini, seperti semineral permukaan, alterasi
hidrotermal, titik panas (hot spot), dan penelitian secara
geofisika.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.

Anda mungkin juga menyukai