“Review Artikel”
Disusun Oleh :
Maya Gustina
BP/NIM: 2018/18080024
Dosen Pengampu :
Ansosry, S.T., M.T.
Review Artikel 3
Judul Potensi dan Peranan PLTS Sebagai Energi Alternatif Masa
Depan di Indonesia
Jurnal Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia
(http://epaper.bppt.go.id/index.php/JSTI/article/view/919/751)
Volume, Vol. 14 No. 2
Nomor, dan ISSN: 1410-9409
Halaman Halaman 146 – 152
Tahun 2012
Penulis Mohamad Sidik Boedoyo
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengulas
Penelitian
pengembangan PLTS di Indonesia saat ini dan peluangnya di
masa depan.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah energi alternatif yaitu tenaga
Penelitian surya
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur
Penelitian dan pengumpulan data pendahuluan. Kemudian dilakukan survey
seperti mencari tahu pemanfaatan PLTS saat ini, kemudian
mencari tahu potensi pemanfaatan PLTS dengan cara mengetahui
jenis dan tipe pemanfaatan PLTS dan mengetahui kebijakan
energi, lalu mencari tahu permasalahan dalam pengembangan
PLTS dan terakhir melakukan analisis dan mencari solusi
terhadap pengembangan PLTS
Hasil dan 1. Analisis terhadap biaya pembangkitan
Pembahasa Analisis terhadap biaya pembangkitan menunjukkan
n Penelitian komponen biaya terdiri dari biaya peralatan, biaya
pemasangan, dan biaya perawatan. Perhitungan didasarkan
pada unit PLTS 50 Wp, dengan catatan makin besar kapasitas
unit harga alat akan makin murah. Peralatan PLTS 50 Wp
adalah panel surya, penyimpan daya accu 70 AH, pengatur
daya (inverter) serta peralatan penerangan 2 lampu LED 5
Watt @ Rp. 150.000, dimana biaya modul keseluruhan
mencapai Rp. 6 juta. Umur peralatan 20 tahun, accu berumur
3 tahun dengan harga Rp. 350.000, biaya perawatan yang
meliputi pembersihan serta penambahan air accu, waktu
operasi 365 hari dan 5 jam sehari. Perhitungan langsung
menunjukkan listrik yang dihasilkan: 5 jam X 50 watt X 365
hari = 91,25 KWh per tahun.
Untuk meningkatkan keekonomiannya, PLTS dapat
diintegrasikan dengan PLTD dengan sistem hibrid sehingga
tidak memerlukan media penyimpan. Dalam kondisi ini maka
akan diperoleh biaya pembangkitan yang lebih bersaing.
2. Analisis terhdap area kerja
Pada saat ini dikembangkan program pemanfaatan PLTS
1000 pulau oleh PT. PLN Persero yang bertujuan mengurangi
ketergantungan pada PLTD. Pemanfaatan di kota besar
dengan SHS yang memungkinkan ialah dengan pemasangan
di atas atap rumah
3. Analisis terhadap sistem penyimpanan daya
Kekurangan PLTS ialah panel surya tidak menghasilkan
listrik di malam hari. Oleh karena itu teknologi ini
memerlukan unit penyimpan daya atau accu. Percobaan
dengan bahan baru seperti Nicle Cadnium, atau Nicle Metal
Hibrid, yang dikembangkan untuk kendaraan listrik kurang
tepat karena mahal, sehingga tetap dipergunakan accu basah
yang umum dikenal sebagai accu kendaraan.
PLTS dengan kapasitas besar juga dapat diintegrasikan
dengan sistem pump storage sebagai penyimpan daya,
dimana daya yang dibangkitkan di siang hari hanya
dipergunakan sebagian dan kelebihan daya dipergunakan
untuk memompa air ke waduk atau “water storage”. Pada
saat malam hari air dari waduk dapat dipergunakan untuk
membangkitkan daya. Kekurangan sistem ini ialah rugi-rugi
yang relatif besar, baik dari pompa air maupun dari turbin air
dan generator sedangkan keuntungannya ialah tidak
memerlukan penyimpan daya ataupun integrasi dengan
PLTD yang menggunakan BBM.
4. Analisis terhadap kapasitas unit
Mengingat sistem PLTS dibagi menjadi dua yaitu mandiri
(stand alone) dan tersambung ke grid (grid connected), maka
akan memerlukan suatu manajemen tersendiri dalam
mengelola sistem “grid connected” yang terdiri dari
beriburibu sambungan. Saat ini PLN dengan program PLTS
1000 pulau menerapkan sistem on-grid yaitu PLTS kapasitas
besar yang beroperasi untuk memenuhi beban dasar suatu
wilayah di siang hari dan PLTD beroperasi pada sore dan
malam hari.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam pengembangan
PLTS di Indonesia antara lain adalah:
1. Penerapan teknologi PLTS di masa mendatang adalah
sebagai pengganti atau substitusi penggunaan BBM pada
PLTD, maupun untuk meningkatkan rasio kelistrikan.
Pengembangan PLTS kapasitas besar pada pulau pulau dan
wilayah diluar Jawa oleh PLN dengan sistem on grid maupun
off grid akan sangat mendukung pengurangan penggunaan
BBM dengan PLTD.
2. Pembangunan PLTS secara tersentralisasi akan memudahkan
pengoperasian, perawatan dan perbaikan serta penyediaan
suku cadang.
3. Perlu segera dibangun industri ingot silikon untuk
mengantisipasi peningkatan kebutuhan panel surya pada
pengembangan program PLTS secara besar-besaran di
Indonesia.
4. Pembangunan PLTS mandiri di masa mendatang tidak hanya
terkonsentrasi pada unit kecil, tetapi juga pada unit yang
besar baik di pedesaan maupun di perkotaan. Untuk itu akan
diperlukan kebijakan Pemerintah dalam mendukung
penggunaan dan industri PLTS melalui upaya standarisasi
produk, subsidi, fiskal serta kebijakan lainnya.
5. Perlu dipikirkan untuk mengintegrasikan pembangunan
PLTS dengan pembangunan Pump Storage pada pulau-pulau
atau wilayah terpencil sehingga pemanfaatan PLTS dapat
lebih fleksibel dalam penyediaan listrik dapat memenuhi
kebutuhan listrik pada siang maupun malam hari, tidak
memerlukan penyimpan daya/accu, dan tidak memerlukan
penyediaan BBM.
6. Mengingat prospeknya yang sangat baik, perlu disusun
kebijakan perundangan untuk mendukung pengembangan
PLTS baik untuk PLTS mandiri maupun terintegrasi atau
grid connected agar PLTS lebih berperan dalam sistem
kelistrikan di Indonesia di masa mendatang.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat
dipahami.
2. Data serta hasil pengolahannya yang disajikan pada
artikel ini lengkap dan mudah dipahami.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan jurnal ini.
Seperti pada kata kunci (keywords), penulis
menggunakan Bahasa Indonesia, seharusnya penulis
menggunakan bahas inggris karena abstrak yang penulis
buat menggunakan bahasa inggris.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.
Review Artikel 4
Judul Sistem Panas Bumi Daerah Candi Umbul-Telomoyo
Berdasarkan Kajian Geologi dan Geokimia
Artikel BSDG (Buletin Sumber Daya Geologi)
(http://buletinsdg.geologi.esdm.go.id/index.php/bsdg/article/view/BSDG_VOL_7_NO_1_2012_1/63)
Volume, Vol. 7 No. 1
Nomor, dan ISSN: 1907-5387
Halaman Halaman 1 – 6
Tahun 2012
Penulis Dudi Hermawan, Sri Widodo, Eddy Mulyadi
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan Untuk lebih memahami lagi tentang karakteristik dan proses
Penelitian
pembentukan sistem panas bumi di daerah Candi Umbul-
Telomoyo.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Daerah Candi Umbul-
Penelitian Telomoyo.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi
Penelitian literatur dan kajian data sekunder berupa analisis data geologi
dan data geokimia.
Dalam studi literatur dikaji teori-teori dasar dari pembentukan
sistem panas bumi untuk mempelajari/mengumpulkan data yang
relevan sebagai pembanding penulisan makalah ini. Studi
literatur menghasilkan kerangka berpikir dan efisiensi
pembahasan yang lebih terarah.
Analisis data geologi adalah mengkaji data geologi yang ada
seperti stratigrafi, pola struktur geologi, batuan ubahan, dengan
tujuan untuk mengetahui dan memahami tatanan geologi yang
membentuk daerah kajian.
Analisis data geokimia berupa kajian tentang karakteristik fluida
panas bumi yang diperoleh dari jenis manifestasi dan
konsentrasi senyawa kimia terlarut yang terabsorpsi dalam
fluida.
Hasil dan Sumber panas yang membentuk sistem panas bumi Candi Umbul
Pembahasa Telomoyo adalah sisa panas dari magma pada lingkungan
n Penelitian magma basaltik yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanik
termuda komplek Telomoyo. Magma basaltik memiliki
viskositas yang rendah, sehingga sifat fisiknya relatif lebih encer
dibandingkan dengan magma silisik, akan tetapi densitasnya
lebih tinggi, yang diakibatkan tingginya konsentrasi mineral
mafik (besi dan magnesium). Karena sifatnya yang lebih cair,
magma ini cenderung mampu bergerak sampai ke permukaan
melalui rekahan- rekahan membentuk kerucut muda Telomoyo.
Fluida panas bumi di daerah ini berasal dari air
permukaan/meteorik yang masuk ke bawah permukaan
membentuk sistem kantong fluida/reservoir melalui rekahan
maupun ruang antar butiran.
Permeabilitas dihasilkan oleh karakteristik stratigrafi (misal
porositas intergranular pada lapilli, atau lapisan bongkah-
bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar, dan
rekahan). Resevoir yang membentuk sistem panas bumi daerah
Candi Umbul-Telomoyo terletak pada lingkungan batuan
vulkanik dan sedimen yang memiliki permeabilitas tinggi.
Dengan tidak ditemukannya manifestasi panas bumi seperti
fumarol, dan temperatur reservoir sekitar 230oC pada kedalaman
yang cukup dalam (2.000 m), maka reservoir di daerah ini diduga
merupakan reservoir satu fasa yaitu fasa air.
Berdasarkan pemunculan manifestasi permukaan berupa batuan
ubahan di dalam kaldera komplek Telomoyo (daerah Sepakung,
Keningar, dan Kendal Duwur) dan jenis fluida yang
mempengaruhi proses ubahan, maka diperkirakan bahwa daerah
ini merupakan zona upflow. Sedangkan daerah Candi Dukuh,
Candi Umbul dan Pakis Dadu tempat munculnya mata air panas
sebagai zona outflow.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem panas bumi
Candi Umbul-Telomoyo terbentuk pada lingkungan magma
basaltik yang berasosiasi dengan aktivitas vulkanik terakhir
Komplek Telomoyo. Fluida panas bertemperatur tinggi
terakumulasi di reservoir membentuk sistem satu fasa yaitu fasa
air. Lapisan reservoir ini ditutupi oleh lapisan penudung berupa
batuan ubahan yang kedap air yang juga tersingkap luas di
permukaan.
Zona upflow terbentuk di dalam kaldera komplek Telomoyo,
sedangkan daerah sekitar menifestasi Candi Dukuh, Candi
Umbul dan Pakis Dadu merupakan zona outflow dari sistem
panas bumi Candi Umbul-Telomoyo.
Dengan karakteristik sistem panas bumi seperti ini, daerah panas
bumi Candi Umbul-Telomoyo potensial untuk dikembangkan,
dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang
mungkin akan dihadapi (misalnya teknologi eksplorasi yang akan
digunakan).
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana proses
pembentukan sistem panas bumi di daerah Candi Umbul-
Telomoyo.
2. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel.
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.
Review Artikel 5
Judul Analisis Sebaran Kawasan Potensial Panas Bumi Gunung Salak
Dengan Suhu Permukaan, Indeks Vegetasi Dan Geomorfologi
Jurnal Jurnal Geodesi UNDIP
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/11507/11166)
Volume, Vol. 5 No. 2
Nomor, dan ISSN: 2337-845X
Halaman Halaman 66 – 75
Tahun 2016
Penulis Putri Mariasari Sukendar, Bandi Sasmito, Arwan Putra Wijaya
Reviewer Maya Gustina
Tanggal 9 September 2020
Tujuan 1. Mengetahui sebaran potensi sumber daya panas bumi di suatu
Penelitian
daerah dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh
berdasarkan suhu permukaan, NDVI, dan DEM.
2. Mengetahui korelasi antara suhu permukaan dan NDVI di
lokasi panas bumi di wilayah Gunung salak, Jawa Barat.
Subjek Subjek dari penelitian ini adalah Kawasan Gunung Salak,
Penelitian Sukabumi, Jawa Barat.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari studi
Penelitian literatur dan kajian data dari alat Citra Landsat 8, GDEM Aster,
dan Peta Geologi.
1. Alat dan Bahan Penelitian
Perangkat pengolahan data terdiri dari 2 (dua) perangkat,
yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software):
a. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan dalam pengolahan data
yaitu:
1) Laptop merk Asus prosesor Intel(R) Celeron(R) CPU
847@ 1.10GHz (2CPUs), ~1.1GHz; Memori 4,096 GB
RAM; Sistem operasi Windows 7 Ultimate 64-bit.
b. GPS Handheld
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan
data yaitu:
a. Software ArcGIS 10.1
b. Software ENVI 5.1
c. Software SPSS 17.1
d. Microsoft office 2015
3. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Citra Satelit Landsat 8 tanggal 12 Juni 2015
b. Citra GDEM Aster 2014
c. Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000
d. Peta Geologi Berbasis Indonesia skala 1 : 100.000
e. Peta Batas Administrasi format shapefile Kemendagri
2010
Hasil dan Dari hasil pengolahan data citra satelit dengan menggunakan
Pembahasa metode NDVI didapatkan hasil nilai indeks vegetasi yang
n Penelitian diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas non vegetasi,
vegetasi rendah, vegetasi sedang, vegetasi rapat.
Pada sebaran indeks vegetasi di Kawasan Gunung Salak kelas
kecamatan, kelas yang memiliki luas paling tinggi adalah kelas
vegetasi sedang dengan total luas 387.467,35 Ha atau 55,84 %
dari total luas keseluruhan, yang mendominasi pada kelas ini
adalah Kecamatan Kalapa nunggal. Sedangkan Untuk kelas
vegetasi sangat rapat mencapai luasan sebesar 46.201,31 Ha atau
6,66% dari total luas keseluruhan, dengan penyebarannya
didominasi oleh Kecamatan Kabandungan.
Untuk kelas vegetasi rendah yaitu sebesar 159.194,71 Ha atau
22,94% dari luas total keseluruhan dengan penyebarannya
didominasi oleh Kecamatan Pamijahan. Dan sisanya yaitu kelas
non vegetasi sebesar 101.004,70 Ha atau 14,57% dari luas
keseluruhan, dengan penyebarannya didominasi oleh Kecamatan
Tamansari.
Dari hasil pengolahan data suhu permukaan, didapatkan sebaran
estimasi nilai suhu permukaan yang diklasifikasikan menjadi 6
kelas.
Pada penelitian ini didapatkan nilai estimasi suhu terendah yaitu
pada rentang kelas 1 dan 2 yaitu dengan masing-masing sebesar
60C sampai 11oC; 12oC sampai 17oC dengan luasan sebesar 7.361
Ha dan 13.606 Ha atau dengan persentase sebesar 1,06% dan
1,96% dari luasan keseluruhan. Nilai estimasi suhu pada rentang
ini merupakan kawasan pegunungan, dataran tinggi. Pada
rentang kelas 3 dan 4 didapatkan hasil estimasi nilai suhu sebesar
18oC sampai 23oC; 24oC sampai 29oC dengan luasan masing-
masing sebesar 60.132 Ha dan 385.152 Ha atau dengan
persentase sebesar 8,62% dan 55,23% dari luas keseluruhan.
Nilai estimasi suhu ini didominasi oleh hutan, vegetasi sedang,
pemukiman, sawah. Sedangkan pada rentang kelas 5 dan 6
didapatkan hasil estimasi nilai suhu sebesar 30oC sampai 35oC;
>39oC dengan luasan masing-masing sebesar 227.557 Ha dan
59.71 Ha atau dengan persentase sebesar 32,80% dan 0,01% dari
luasan keseluruhan. Nilai estimasi suhu ini didominasi oleh
pemukiman, pabrik sawah, tegalan, sumur inject pada kawasan
potensial panas bumi.
Dari hasil overlay (suhu permukaan dan indeks vegetasi)
didapatkan dua kesimpulan nilai estimasi terhadap nilai
kerapatan vegetasi yaitu nilai kerapatan vegetasi
>=0,35 merupakan kelas vegetasi sedang dan rapat pada hasil
NDVI, pada gambar divisualisasikan dengan warna biru.
Sedangkan Untuk nilai kerapatan vegetasi <0,35 merupakan
kelas vegetasi rendah, non vegetasi, dan badan air/awan.
Berdasarkan hasil overlay disertai dengan hasil validasi lapangan
menunjukan bahwa panas yang dihasilkan bukan merupakan
manifestasi panas bumi, akan tetapi panas yang disebabkan
karena adanya aktifitas manusia seperti pemukiman, tegalan,
pabrik, sawah, perairan.
Sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari
sumber panas di sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
secara konveksi. Reservoir merupakan batuan yang memiliki
permeabilitas tinggi sehingga bisa menjadi tempat
terakumulasinya fluida. Fluida panas ini tidak keluar atau bocor
ke permukaan dikarenakan ditutupi oleh batuan penudung yang
merupakan batuan yang kedap air (impermeable). Adanya
struktur geologi berupa kelurusan yang memotong reservoir,
menyebabkan fluida panas ini dapat keluar ke permukaan berupa
manifestasi panas. Kelurusan mengindikasikan adanya struktur
geologi yang bisa berupa sesar atau patahan. Daerah yang
memiliki banyak kelurusan merupakan daerah zona lemah
dimana pada daerah ini dapat menjadi jalan air menuju
permukaan yang menjadi sumber panas pada sistem panas bumi
yang berupa manifestasi permukaan.
Berdasarkan hasil morfologi dan kelurusan maka daerah prospek
panas bumi Gunung salak berada di bagian barat daya gunung
salak pada morfologi V2 (kompleks kerucut gunung api).
Dari hasil korelasi antara suhu permukaan dan NDVI, didapatkan
nilai korelasi antara suhu permukaan dan indeks vegetasi dengan
metode NDVI sebesar -0,727. Hasil korelasi ini termasuk
kategori memiliki keterhubungan kuat (0,60–0,799). Sedangkan
untuk nilai korelasi bertanda (-) menunjukan bahwa hubungan
suhu permukaan dengan indeks vegetasi berkebalikan arah.
Dimana semakin tinggi nilai indeks vegetasi suatu titik maka
suhu akan semakin rendah.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil pengolahan suhu permukaan dan indeks vegetasi
didapatkan hasil yang mendominasi dari masing-masing
yaitu: nilai distribusi suhu kelas 4 (24ºC-29ºC) dengan luas
385.152,432 Ha pada kawasan Kecamatan Pamijahan.
Sedangkan nilai indeks vegetasinya yaitu pada kelas vegetasi
sedang (0,36- 0,48) dengan luas 387.467,35 Ha pada kawasan
Kecamatan Kalapa Nunggal.
2. Sebaran potensial panas bumi di kawasan Gunung Salak
teridentifikasi memiliki suhu pada rentang kelas 4 (24ºC-
29ºC) dengan nilai indeks vegetasinya pada kelas non
vegetasi (0.09- 0.22) dan vegetasi rendah (0.23-0.35).
Manifestasi teridentifikasi ditunjukan dengan adanya 7 sumur
inject, kawah, dan kolam air panas.
3. Hasil regresi antara indeks vegetasi dengan suhu permukaan
dapat diwakili dengan persamaan y = -25.203x + 36.996,
dengan R- square (R2) yang didapat yaitu sebesar 0,529 atau
52,9%. Sedangkan korelasi yang dihasilkan antara suhu
permukaan dan indeks vegetasi sebesar -0,727 (memiliki
hubungan kuat) dengan nilai korelasi bertanda (-) yang
menunjukan hubungan yang terjadi berkebalikan arah dengan
semakin tinggi nilai indeks vegetasi suatu titik maka suhu
akan semakin rendah.
Opini A. Kekuatan (Kelebihan)
1. Telah dipaparkan dengan jelas bagaimana metode
penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat dipahami.
2. Data serta hasil pengolahan yang disajikan pada artikel ini
lengkap.
3. Penulisan artikel penelitian ini teratur dan sesuai dengan
kaidah penulisan artikel
B. Kelemahan (Kekurangan)
1. Terdapat beberapa variabel yang belum di analisis pada
penelitian ini, seperti semineral permukaan, alterasi
hidrotermal, titik panas (hot spot), dan penelitian secara
geofisika.
2. Terdapat beberapa penulisan kalimat yang tidak sesuai
dengan EYD.