Anda di halaman 1dari 16

OPTIMALISASI PENGOLAHAN DATA GEORADAR UNTUK

ESTIMASI CADANGAN MINYAK SISA DI PT PERTAMINA


EP ASSET 1 RAMBA FIELD MUSI BANYUASIN SUMATERA
SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

Dibuat untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa


Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya

Oleh
M. Novaldi Zuhri
03021181520017

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul : Optimalisasi Pengolahan Data Georadar untuk Estimasi


Cadangan Minyak Sisa di PT Pertamina EP Asset 1
Ramba Field Musi Banyuasin Sumatera Selatan
2. Pengusul
a. Nama : M. Novaldi Zuhri
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM : 03021181520017
d. Semester : VII (Tujuh)
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Pertambangan
f. Alamat e-mail : novaldizuhri@gmail.com
g. Contact Person : 085377763370
3. Waktu Pelaksanaan : 26 Juli 2018 – 26 Agustus 2018
4. Lokasi Penelitian : PT Pertamina EP Asset 1 Ramba Field Musi Banyuasin
Sumatera Selatan

Indralaya, Juli 2018


Pembimbing Proposal, Pengusul,

Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, M. S. M. Novaldi Zuhri


NIP. 196211221991021001 NIM. 03021181520017
Menyetujui:
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani S.T., M.T.


NIP.196902091997032001
A. JUDUL
Optimalisasi Pengolahan Data Georadar untuk Estimasi Cadangan
Minyak Sisa di PT Pertamina EP Asset 1 Ramba Field Musi Banyuasin
Sumatera Selatan.

B. LOKASI PENELITIAN
PT Pertamina EP Asset 1 Ramba Field Musi Banyuasin Sumatera Selatan

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

D. LATAR BELAKANG
Georadar atau Ground Penetrating Radar (GPR) pada bidang geofisika
menurut (Elfarabi, 2017) merupakan metoda yang menggunakan sinyal
gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik akan dipancarkan
ke dalam bumi dan direkam oleh antena pada saat gelombang telah mencapai
kepermukaan. Gelombang elektromagnetik diteruskan, dipantulkan dan
dihamburkan oleh struktur permukaan, direkam oleh antena di permukaan
dan anomali jika terdapat di bawah permukaan.
Prinsip Georadar menurut (Daniel, 2004) adalah alat ini memancarkan
(transmisi) dan menerima (refleksi) gelombang elektromagnetik (EM)
frekuensi tinggi yaitu antara 1 MHz – 1 GHz. Dalam selang waktu ini, pulsa
akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antenna.
Pemancaran dan pengembalian gelombang elektromagnetik menurut (Allen,
1979) berlangsung sangat cepat oleh karena itu, satuan yang digunakan
adalah satuan waktu nanosecond.
Pada PT Pertamina EP Asset 1 Ramba Field Musi Banyuasin Sumatera
Selatan terdapat beberapa wilayah yang merupakan sumur tua yang diduga
masih memiliki cadangan minyak bumi yang masih bernilai ekonomis. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan metode georadar dengan
akuisisi data di lapangan untuk mengetahui apakah cadangan minyak di lokasi
penelitian masih bernilai ekonomis atau tidak.
Setelah dilakukan akuisisi data, maka perlu dilakukan pengolahan data
mentah tersebut dengan menggunakan software Geoscan32 agar selanjutnya
data tersebut dapat di lakukan interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana parameter optimal yang dimasukkan dalam software
Geoscan32 untuk eksplorasi minyak bumi agar data yang di dapatkan dapat
di intrepretasikan dengan benar.

E. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana parameter optimal dalam pengolahan data georadar untuk
eksplorasi minyak bumi ?;
2. Bagaimana nilai koefisien dielektrik lapisan tanah melalui pengolahan
data georadar untuk eksplorasi minyak bumi ?;

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pengolahan data menggunakan
software Geoscan32 dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini
berupa bagaimana parameter optimal dalam pengolahan data georadar untuk
eksplorasi minyak bumi dan bagaimana nilai koefisien dielektrik lapisan
tanah melalui pengolahan data georadar untuk eksplorasi minyak bumi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis parameter optimal dalam pengolahan data georadar untuk
eksplorasi minyak bumi;
2. Menganalisis nilai koefisien dielektrik lapisan tanah melalui pengolahan
data georadar untuk eksplorasi minyak bumi;

H. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui parameter optimal dalam pengolahan data georadar
untuk eksplorasi minyak bumi;
2. Dapat mengetahui nilai koefisien dielektrik lapisan tanah melalui
pengolahan data georadar untuk eksplorasi minyak bumi;
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Ground Penetrating Radar (GPR)
Ground Penetrating Radar (GPR) pada bidang geofisika menurut (Elfarabi,
2017) sering dikenal sebagai Ground Radar atau Georadar, metoda geofisika ini
menggunakan sinyal gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik
akan dipancarkan ke dalam bumi dan direkam oleh antena pada saat gelombang
telah mencapai kepermukaan. Gelombang elektromagnetik diteruskan, dipantulkan
dan dihamburkan oleh struktur permukaan dan anomali jika terdapat di bawah
permukaan. Gelombang elektromagnetik yang dipantulkan dan dihamburkan akan
direkam oleh antena di permukaan.
Ground Penetrating Radar (GPR) menurut (Heteren et al., 1998) merupakan
salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mendeteksi benda–benda yang
terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu, dengan menggunakan
sumber gelombang elektromagnetik berupa radar (Radio detection and ranging)
biasanya dalam range 10 MHz sampai 1 GHz.

Gambar 1. Diagram skema komponen-komponen yang dimiliki


oleh georadar (Arisona, 2009)
Pengukuran georadar menurut (Untoro, 2011) tidak dilakukan bila hujan,
karena berbahaya pengaruh halilintar dan juga tanah/batuan akan menjadi material
penghantar listrik atau konduktor yang menyebabkan resolusinya menjadi rendah.
Metode ini menurut (Knight, 2001) bersifat tidak merusak dan mempunyai resolusi
yang tinggi, tetapi terbatas sampai kedalaman beberapa puluh meter saja.
Gelombang elektromagnetik menurut (GSSI, 2003) pada kisaran frekuensi
tertentu dapat menembus batuan, tanah atau air seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan frekuensi, penerapan dan
kedalaman (GSSI, 2003)
Frekuensi Penerapan Kedalaman (m)

Struktur Beton, Jalan,


1,5 GHz 0,5
Jembatan

Beton, Tanah
900 MHz 1
Dangkal,Arkeologi

Geologi Dangkal,
400 MHz 4
Lingkungan,Arkeologi

200 MHz Geologi, Lingkungan 8


100 MHz Geologi, Lingkungan 20

2. Cara kerja Ground Penetrating Radar


GPR sebenarnya bekerja atas dasar teknologi yang sudah lama menurut
(Daniel, 2004) yaitu Radar yang merupakan warisan perang Dunia kedua.
Prinsipnya adalah alat ini memancarkan (transmisi) dan menerima (refleksi)
gelombang elektromagnetik (EM) frekuensi tinggi yaitu antara 1 MHz – 1 GHz.
Dalam selang waktu ini, pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali
lagi ke antenna. Pemancaran dan pengembalian gelombang elektromagnetik
menurut (Allen, 1979) berlangsung sangat cepat oleh karena itu, satuan yang
digunakan adalah satuan waktu nanosecond.
Dalam pengambilan data menurut (Sulaiman et al., 2011) ada beberapa cara
misalnya pemancar berada dilokasi tetap sedangkan penerima bergerak disepanjang
daerah yang ingin dipetakan. Cara lain adalah pemancar dan penerima bergerak
bersama-sama disepanjang daerah survei. Pencitraan yang diperoleh dengan cara
ini muncul dalam bentuk dua dimensi (2D). Jika kita memetakan dalam bentuk grid
maka dengan interpolasi kita akan mendapatkan gambaran tiga dimensi (3D).
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini menurut (Daniel, 2004)
merupakan metode yang sangat tepat untuk mendeteksi bawah permukaan dengan
kedalaman 0-10 meter, metoda ini dapat menghasilkan resolusi yang tinggi atau
konstanta dielektriknya rendah. Karena itu metoda GPR sering digunakan oleh para
peneliti untuk mengaplikasian arkeologi, teknik sipil, pengindikasian dan instalasi
bawah permukaan.

Gambar 2. Prinsip kerja GPR (Bahri et al., 2010).

Secara teori sinyal yang dipancarkan GPR menurut (Sulaiman et al., 2011)
haruslah pulsa tunggal (wavelet), tetapi hal ini sulit secara praktik, jadi biasanya
orang menyebut frekuensi pusatnya seperti 50, 200 atau 400 MHz. Sebuah citra
GPR merupakan kumpulan dari sinyal yang diperoleh dari wavelet yang telah
mengalami peristiwa hamburan dengan material di dalam Bumi.
Control unit menurut (Oktaviani, 2007) berfungsi sebagai pengatur
pengumpulan data. Komputer memberikan informasi lengkap bagaimana prosedur
yang harus dilakukan, dan saat sistem diaktifkan, control unit mengatur transmitter
dan receiver. Control unit menyimpan data mentah dalam sebuah buffer sementara
dan saat dibutuhkan, dapat diambil dan ditransfer ke komputer.
Transsmitter menurut (Geria, 2018) menghasilkan energi elektromagnetik
dan mengirimnya pada daerah sekitar, khususnya ke dalam medium yang
diobservasi. Energi dalam bentuk pulsa pada amplitudo tinggi (370 V) yang
dipindahkan ke bagian antena. Receiver mengkonversi sinyal yang diterima oleh
antena menjadi nilai integer. Dalam unit receiver terdapat dua konektor optik,
pertama digunakan untuk mentransfer sinyal terkontrol dari control unit (bertanda
R) dan lainnya mengirim data yang diperoleh ke control unit (bertanda D).
Gambar 3. Diagram kerja GPR (Arisona, 2009)

Mode konfigurasi antenna transmitter dan receiver pada GPR menurut


(Fadlan, 2016) terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu
bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena sedangkan mode bistatik
bila kedua antena memiliki jarak pemisah.
Absorbsi (mengubah energi elektromagnet menjadi energi panas) menurut
(Reynolds, 2011) dapat menyebabkan energi hilang. Penyebab yang paling utama
hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat lstrik dan dielektrika
media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi (α) tergantung dari konduktivitas (σ),
permeabilitas magnetik (μ), dan permitivitas (ε) dari media yang dilalui oleh sinyal
dan frekuensi dari sinyal itu sendir (2πf). Sifat bulk dari material ditentukan oleh
sifat fisik dari unsur pokok yang ada dan komposisinya
Sistem GPR yang digunakan untuk mengukur keadaan di bawah permukaan
tanah menurut (Oktaviani, 2007) terdiri dari unit kontrol, antena pengirim dan
antena penerima, penyimpanan data yang sesuai dan peralatan display. Unit kontrol
radar menghasilkan pulsa trigger tersinkronasi ke pengirim dan penerima
elektronik di antena. Pulsa ini mengendalikan pengirim dan penerima elektronik
untuk menghasilkan sample gelombang dari pulsa radar yang dipantulkan.
Besar amplitudo rekaman GPR r(t) menurut (Fadlan, 2016) akan tampak pada
penampang rekaman GPR berupa variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar
batas lapisan menyebabkan energi hilang. Jika kemudian ditemukan benda yang
memiliki dimensi yang sama dengan panjang gelombang dari sinyal gelombang
elektromagnet maka benda ini menyebabkan penyebaran energi secara acak.
3. Koefisien Dielektrik
Kecepatan gelombang elektromagnetik menurut (Annan, 2003) pada suatu
medium selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan kecepatan gelombang
elektromagnetik di udara. Gelombang elektromagnetik melewati medium yang
memiliki permitivitas lebih tinggi dibandingkan ketika merambat pada medium
yang memiliki permitivitas lebih rendah, seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Parameter Fisis dari beberapa


material (Annan, 2003)
Material ߝ଴ ߪ (ms/s) ‫( ݒ‬m/s) ߙ(dB/m)

Udara 1 0 0.3 0

Air Distilasi 80 0.01 0.033 2x10‐2

Air Murni 80 0.5 0.033 0.1

Air Laut 80 3x103 0.01 103


Pasir Kering 3‐5 0.01 0.15 0.01
Pasir Basah 20‐30 0.1‐1 0.06 0.03‐0.3
Limestone 4‐8 0.5‐2 0.12 0.4‐1
Shale 5‐15 1‐100 0.09 1‐100

Silt 5‐30 1‐100 0.07 1‐100


Clays 5‐40 2‐1000 0.06 1‐300
Granite 4‐6 0.01‐1 0.13 0.01‐1
Garam Kering 5‐6 0.01‐1 0.13 0.01‐1
Es 3‐4 0.01 0.16 0.01

Kecepatan rambat gelombang elektromagnetis (EM) terhadap batuan/tanah


menurut (Johansson, 1997) bergantung pada dielektrik, konduktivitas elektrik dan
permeabilitas magnetiknya. Porositas dan kandungan air di dalam tanah sangat
berpengaruh terhadap hantaran gelombang EM. Pengukuran georadar mendeteksi
pula perbedaan konduktivitas atau kecepatan hantaran gelombang radio pada tanah.

4. Keuntungan Ground Penetrating Radar (GPR)


Keuntungan pengukuran GPR menurut (Fadlan, 2016) adalah relatif mudah
untuk dilakukan, antena tidak harus bersentuhan secara langsung dengan
permukaan tanah, dengan cara demikian dapat mempermudah dan mempercepat
pengukuran. Performa yang optimum, terlebih dengan jarak yang kecil dari antena
ke permukaan tanah, biasanya akan dapat diamati hanya dengan menggunakan
detail nilai dari geometri dan sifat alami tanah.
Keuntungan lain dari sistem georadar menurut (Oktaviani, 2007) adalah
kemampuannya dalam mendeteksi tipe sasaran tertentu yang diberikan dan
menghasilkan gambar sasaran dalam 3 dimensi. Dalam material yang memiliki
konduktivitas frekuensi rendah yang tinggi, seperti air garam, tanah liat dan bijih
yang konduktif atau mineral, akan terjadi peredaman sinyal yang besar. Hal tersebut
dapat saja dikurangi dengan menurunkan frekuensi yang dipancarkan, tetapi hal ini
juga dapat mengurangi resolusi antara target.

Gambar 4. Aplikasi GPR untuk mendeteksi struktur


beton pada dinding (Oktaviani, 2007)

5. Keterbatasan Ground Penetrating Radar (GPR)


Keterbatasan utama GPR menurut (Fadlan, 2016) adalah lokasi capaiannya
yang spesifik. Seringkali, kedalaman penetrasi dibatasi oleh adanya mineralogi
tanah liat atau pori-pori cairan dengan konduktivitas tinggi yang dapat menghambat
pencapaian resolusi dan kedalaman penetrasi yang tinggi. Selain itu kondisi
material tanah yang berbeda-beda pada tiap lokasi menyebabkan resolusi dan
kedalaman penetrasi menjadi berubah-ubah pula sehingga untuk mendapatkan
resolusi dan kedalaman penetrasi yang konstan harus mengubah frekuensi serta
durasi pulsa. Oleh karena itu beberapa sistem GPR dilengkapi dengan pembangkit
pulsa untuk transmisi impuls dengan berbagai durasi yang berbeda untuk
kedalaman penetrasi yang berbeda.
J. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Anshari et al., (2013) tentang “Identifikasi
Perakaran Tumbuhan di Bawah Tanah Menggunakan Metode Ground Penetrating
Radar di Lahan Bakal Gedung FIS UM” menunjukkan bahwa dari Ground
Penetrating Radar (GPR) atau georadar didapatkan citra yang menggambarkan
kondisi di bawah permukaan tanah. Melalui data citra GPR (radargram), dapat
dilihat bentuk-bentuk hiperbola. Berdasarkan perbandingan lokasi yang
teridentifikasi terdapat akar dengan lokasi hiperbola pada radargram, didapatkan
kesesuaian lokasinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Elfarabi et al., (2017) tentang “Pemetaan
Bawah Permukaan Pada Daerah Tanggulangin, Sidoarjo Dengan Menggunakan
Metoda Ground Penetrating Radar (GRP)” menunjukkan bahwa pada saat
pengolahan data dengan menggunakan mean spatial filter, karhunen loeve filter,
dan phase shifting migration. Dengan menggunakan parameter yang sudah di coba
diatas akan mengeluarkan hasil yang optimal dan akan mereduksi noise pada hasil
pengolahan dimana tidak ada lompatan frekuensi yang terlalu jauh.
Penelitian yang dilakukan oleh Munfarikha et al., (2015) tentang “Pengukuran
Resistivitas dan Dielektrisitas Tanah Perkebunan Apel: Sebuah Langkah Awal
dalam Studi Agrogeophysics” menunjukkan bahwa resolusi 1200 MHz dari
radargram membantu dalam penelitian studi perakaran perkebunan apel karena
menghasilkan resolusi 0,05 m dengan kedalaman GPR mencapai 2,18 m. Semua
lintasan yang discan mengandung perakaran apel dengan epsilon 4,9 serta material
lainnya yang teridentifikasi yaitu udara ( : 0-1), batu pasir (basah) ( : 6) , pasir
kering ( : 3-6), dan tanah liat kering ( : 3).
Penelitian yang dilakukan oleh Solihin et al., (2017) tentang “Studi Geofisika
untuk menentukan Batas Formasi Jampang dan Formasi Ciletuh di Kawasan
Geopark Ciletuh” menunjukkan bahwa pengambilan data GPR frekuensi antena
dari transmiter diperkecil agar jangkauan penetrasinya lebih dalam. Sedangkan
pada metode magnetik sebaiknya dilakukan permodelan 2D untuk mendapatkan
gambaran lebih detail mengenai struktur bawah permukaan tanah. Serta sebaiknya
dilakukan pengukuran pada hasil bor agar mendapatkan kolerasi yang lebih akurat.
K. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang diimplementasikan pada Tugas Akhir ini meliputi:
1. Pengambilan data
a. Data Primer, yaitu data kajian teknis yang dikumpulkan dengan
melakukan pengamatan langsung dilapangan, meliputi
1. Data Jumlah Cadangan
2. Data Dimensi Cadangan
3. Data kedalaman Cadangan
b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan literatur dan
referensi, meliputi :
1. Data Log Bor
2. Data Geologi Regional
3. Data Seismik
4. Data Lapangan
5. Data Gambaran Umum Perusahaan

2. Pengolahan Data
1. Konversi data ke penggunaan format digital: Pada kebanyakan unit GPR,
data secara otomatis direkam dalam format digital atau data unit GPR yang
diperoleh dimasukan ke komputer dan diproses dengan perangkat lunak.

2. Proses normalisasi jarak: Proses ini dilakukan untuk mengubah jarak yang
ditampilkan pada profil radar sesuai dengan panjang lintasan pengukuran di
lapangan.

3. Penghilangan atau minimalisasi gelombang direct dan gelombang udara


dari data: Seringkali, ada amplitudo refleksi yang besar pada batas antara
permukaan udara dan tanah seketika di bawah antena GPR. Kontras yang
tinggi antara daya konduktivitas udara dan tanah dapat menciptakan
gelombang direct dan gelombang udara yang dapat mengaburkan refleksi dari
objek penting di bawah permukaan. Gelombang direct dan gelombang udara
ini dapat dihilangkan dengan komputasi waktu tempuh dan panjang
gelombang, kemudian dengan mengurangkan gelombang teoritis sepanjang
lebar panjang gelombang dari gelombang aslinya pada setiap trace GPR.
4. Penyesuaian amplitudo pada data: Dalam banyak kasus baterai unit GPR
dapat melemah saat survei masih berlangsung. Ini menghasilkan trace GPR
dengan amplitudo refleksi yang semakin lemah. Menentukan waktu habisnya
baterei dari waktu ke waktu, kemudian mengalikan masing-masing trace
dengan suatu konstanta untuk memperbaiki pengurangan tadi dapat
memperbaiki masalah ini.

5. Penyesuaian penguatan pada data: Selama sinyal transmisi dari unit GPR
menembus tanah, terjadi atenuasi terhadap trace GPR. Atenuasi itu dapat
dikoreksi dengan melakukan penyesuaian penguatan pada setiap trace.

6. Penyesuaian statis: Penyesuaian ini menghilangkan efek yang disebabkan


oleh perubahan elevasi dan peningkatan antena GPR. Proses pengkoreksian
posisi antena transmitter dan receiver. Pada tahap ini koreksi statis yang
digunakan adalah move starttime yaitu menghilangkan pengaruh dari direct
wave dan gelombang udara secara manual.

7. Filtering data: Tujuan dari filtering adalah menghilangkan noise background


yang tidak diinginkan. Untuk menghilangkan noise yang tidak diinginkan ini,
data trace time-domain dikonversi dalam bentuk domain frekuensi dengan
menggunakan transformasi Fourier. Frekuensi yang diinginkan disaring, dan
trace dikonversi kembali menjadi domain time dengan menggunakan invers
transformasi Fourier.

8. Analisis kecepatan: Analisis kecepatan atau Velocity analisis melibatkan


penentuan kecepatan gelombang pada material bawah permukaan, kemudian
mengubah travel time ke kedalaman.

9. Migrasi: Migrasi adalah suatu prosedur untuk mengubah permukaan yang


telah terekam dalam data GPR ke data dengan lokasi heterogenetis bawah
permukaan pada posisi yang benar.

3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dilakukan setelah melakukan analisis data terkait pemasalahan
yang dibahas.
4. Bagan Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan dimulai dengan judul
“Optimalisasi Pengolahan Data Georadar untuk Estimasi Cadangan Minyak Sisa di
PT Pertamina EP Asset 1 Ramba Field Musi Banyuasin Sumatera Selatan”.
Tahapan-tahapan yang dilakukan hingga didapatkan kesimpulan dapat dilihat pada
Gambar 5.
Studi
Literatur

Pengolahan Data dengan Software Geoscan32

 Konversi data ke penggunaan format digital


 Proses normalisasi jarak
 Penghilangan atau minimalisasi gelombang
direct dan gelombang udara
 Penyesuaian amplitudo
 Penyesuaian penguatan
 Penyesuaian statis
 Filtering data
 Analisis kecepatan
 Migrasi

Menganalisis parameter optimal

Menganalisis nilai koefisien


dielektrik lapisan tanah

Pembahasan dan Kesimpulan

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian


L. JADWAL PELAKSANAAN
Rencana pelaksanaan penelitian ini mulai tanggal 26 Juli 2018 sampai
dengan 26 Agustus 2018.

M. PENUTUP
Demikianlah proposal ini saya buat sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan agar dapat diterima untuk melaksanakan Tugas Akhir. Melihat
keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka saya sangat
mengharapkan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari
pihak Universitas untuk kelancaran penelitian tugas akhir ini.
Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan
penlitian tugas akhir ini adalah:
1. Adanya bimbingan selama penelitian tugas akhir.
2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian (akomodasi) ataupun
pengambilan data-data yang diperlukan selama melaksanakan tugas akhir.

N. DAFTAR PUSTAKA

Allen, R. L. 1979. “Studies In Fluviatile Sedimentation: Anelementary Geometric


Model For The Connectedness Of Avulsion-Related Channel Sand Bodies”.
Sedimentary Geology. 24(1), 253-267.

Annan, A. P. 2003. Ground Penentrating Radar Principles, Procedures &


Aplications. Canada: Sensors & Software Inc.

Anshari, H., Suadi, D. A., dan Sujito. 2013. Identifikasi Perakaran Tumbuhan di
Bawah Tanah Menggunakan Metode Ground Penetrating Radar di Lahan
Bakal Gedung FIS UM. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Arisona. 2009. “Migrasi Data Dengan Metode Pergeseran Fasa”. Jurnal Aplikasi
Fisika. 5(1), 46-53.

Bahri., Syaeful, A., Supriyanto., dan Sentosa, B. J., 2010. Penentuan Karakteristik
Dinding Gua Seropan Gunung kidul Dengan Metode Ground Penetrating
Radar. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Daniel, D. J. 2004. Ground Penetrating Radar. London: Institution of Electrical


Engineering London.
Elfarabi., Widodo, A., dan Syaifudin, F., 2017. “Pemetaan Bawah Permukaan Pada
Daerah Tanggulangin, Sidoarjo Dengan Menggunakan Metoda Ground
Penetrating Radar (GRP)”. Jurnal Geosaintek. 3(1), 45-51.

Fadlan, M. dan Intan. 2016. “Georadar dalam Penelitian Arkeologi di Indonesia”.


Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. 10(1), 25-40.

Geophysical Survey Systems, Inc. (GSSI). 2003. New Hampshire: TerraSIRch SIR
System-3000. User’s Manual..

Geria, I. M. 2018. Menyingkap Misteri Terkuburnya Peradaban Tambora.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Heteren, V. S., Fitzgerald, D. M., McKinlay, P. A., dan Buynevich, I. V., 1998.
Radar Facies of Paraglacial Barrier System. Coastal New England:
Sedimentology.

Johansson, S. 1997. Seepage Monitoring in Embankment Dams. Doctoral Thesis.


Stockholm: Royal Institute of Technology.

Knight, R. 2001. “Ground Penetrating Radar for Environment Application”. Annu.


Rev. Earth Planet. Sci. 29(1), 229-55.

Munfarikha, N., Hikma, R. A., dan Kurniawan, H. C., 2015. “Pengukuran


Resistivitas dan Dielektrisitas Tanah Perkebunan Apel: Sebuah Langkah
Awal dalam Studi Agrogeophysics”. Jurnal Fisika. 16(1), 52-55.

Oktafiani, F., Sulistyaningsih., dan Wijayanto, Y. N., 2007. “Sistem Ground


Penetrating Radar untuk Mendeteksi Benda-benda di Bawah Permukaan
Tanah”. Jurnal Informatika, Sistem Kendali dan Komputer. 1(2), 53-57.

Reynold, J. M. 2011. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.


New York: John Willey & Sons.

Solihin, C., Taufik, A., Muhammad, F. H., dan Denya, R., 2017. “Studi Geofisika
untuk menentukan Batas Formasi Jampang dan Formasi Ciletuh di Kawasan
Geopark Ciletuh”. Wahana Fisika. 2(2), 31-41.

Sulaiman, A. dan Taufik, M. 2011. “Pemodelan Georadar 2D dengan Metode Beda


Hingga Domain Waktu”. IJ-GEOSTECH. 1(1), 31-43.

Untoro. 2011. Aplikasi Georadar. Bahan Presentasi Pertemuan. Tidak


dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai