Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR

Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

LAPORAN AKHIR
Penelitian Geofisika GPR & Magnet Candi Blandongan dan Candi Lempeng

DISIAPKAN OLEH:
1. Dr. Ir. Prihadi Sumintadireja
2. Dr. Ir. Johan Arif
3. Tim Laboratorium Eksplorasi Geologi dan Geothermal (FITB-ITB)

1
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

1 PENDAHULUAN
Komplek percandian ada di kawasan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Yang cukup
terkenal yakni Candi Lempeng dan Candi Blandongan.

ITB tengah melaksanakan penelitian arkeologi dengan judul pencarian rangka manusia dan
Candi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada tanggal 13 September 2018. Pada
penelitian ini, dilakukan pemetaan bawah permukaan dengan menggunakan alat geofisika.
Alat geofisika yang digunakan yaitu Ground Penetrating Radar (GPR) dan Geomagnetik.
Alat GPR digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan tanah secara detil
dengan jangkauan kedalaman kurang dari 2.5 meter dari permukaan tanah. Alat Geomagnet
digunakan untuk melihat gambaran umum model bawah permukaan tanah yang terdapat di
lokasi komplek percandian.

Gambar 1.1 Lokasi Candi blandongan dan Candi Lempeng, Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Pengukuran difokuskan pada metoda GPR yang memiliki resolusi data paling teliti di
badingkan alat Magnetik. Pengukuran GPR dilakukan di dalam kedua área yaitu di merah
mudagiran Candi Blandongan dan Candi Lempeng. Pengukuran GPR di dalam pemakaman
diharapkan dapat mengidentifikasi keberadaan objek yang tertimbun di dalam tanah dan

2
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

membantu tim arkeologi untuk melakukan aktifitas penggalian dan identifikasi objek-objek
tersebut.

GPR dapat menunjukkan adanya suatu objek dengan perbedaan sifat fisis dengan tanah di
sekitarnya, namun perlu dilakukan verifikasi berupa penggalian langsung untuk
mengidentifikasi termasuk apakah objek yang terdeteksi tersebut.

Gambar 1.2 Denah situasi dan sebaran data pengukuran GPR dan Geomagnet di Candi blandongan
dan Candi Lempeng.

2 METODE GROUND PENETRATING RADAR (GPR)


2.1. SURVEI GPR

Studi ini bertujuan mendeteksi adanya berbagai instalasi yang ada di bawah permukaan
tanah. Metode yang dipergunakan adalah dengan Geo Penetrating Radar yang dapat
mendeteksi adanya objek-objek tertentu di bawah permukaan. Metode GPR dapat bekerja
dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik dengan interval frekuensi dari 25 MHz
hingga 2.000 MHz. Resolusi dan Jangkauan kedalaman survey GPR dapat dilihat pada
table dibawah ini

Tabel 1 Resolusi dan Jangkauan kedalaman survai Georadar.

3
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Diameter target Jangkauan Jangkauan


Frekuensi Antena Formatted Table
yang dapat kedalaman rata-rata kedalaman
(MHz)
dideteksi (m) (m) maksimum (m)
25 ≥ 10 5 – 30 35 – 60
50 ≥ 0,5 5 – 20 20 – 30
100 0,1 – 1,0 2 – 15 15 – 25
270 0,1 – 0,5 5–6 5–7
1000 ≥ 0,05 0,05 – 2 0,5 – 4

Pengukuran GPR sangat peka oleh adanya benda-benda konduktif di permukaan tanah,
misalnya adanya mobil atau benda-benda logam di permukaan tanah. Benda-benda logam
ini akan terlihat sebagai suatu benda yang memantul dengan kuatnya dan seolah-olah
berasal dari dalam tanah. Untuk mengatasi hal ini semua, maka digunakan shielded
antenna, yang memiliki pelindung khusus sehingga sinyal-sinyal di atas permukaan dapat
diredam dan dihilangkan sama sekali.

Semakin dangkal target kedalaman yang ingin diketahui, semakin tinggi frekuensi antena
yang digunakan. Target kedalaman dalam studi ini kurang lebih 4 meter, maka dari itu,
digunakan antena dengan frekuensi 400 MHz . Proses akuisis dapat dilihat pada gambar
2.1 dibawah ini

4
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.1 Akuisis data GPR.

Pantulan gelombang elektromagnetik (EM) yang dipancarkan oleh antena pemancar


(Transmitter) diterima oleh antenna penerima (Receiver) yang mana keduanya berada di
permukaan tanah. Gelombang EM yang dipancarkan tersebut melewati interface (bidang
batas) antara dua medium (batuan, beton, air, logam, dll.) yang memiliki nilai permitivitas
dielektrik atau kontras konstanta dielektrik berbeda. Pantulan gelombang EM ini dicitrakan
sebagai radargram yang dapat langsung diamati pada layar monitor unit control digital alat
GPR pada saat pengambilan data berlangsung secara umum.

Kegiatan survei GPR yang telah dilakukan meliputi persiapan lintasan GPR, akusisi atau
perekaman data GPR, pengolahan data serta interpretasi data. Pengukuran GPR dilakukan
disekitar Candi Blandongan yang terletak di sebelah utara dan Candi Lempeng yang
terletak di sebelah baratdaya. Lihat Gambar 2.2. Pengukuran GPR disekita Candi
Blandongan dibuat dengan arah timurlaut - baratdaya berjumlah 6 lintasan dan berarah
baratlaut – tenggara berjumlah 18 lintasan . Lihat Gambar 2.3, sedangkan pengukuran GPR

5
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

di sekitar Candi Lempeng berarah Utara - selatan berjumlah 15 lintasan dan berarah timur
– barat berjumlah 14 lintasan. Lihat Gambar 2.4. Lintasan-lintasan GPR disesuaikan
dengan akses lintasan di lokasi akibat area pesawahan yang relative berair.

Gambar 2.2 Lintasan GPR di dalam kawasan Candi Blandongan dan Candi Lempeng.

Gambar 2.3 Lintasan GPR di area Candi Blandongan.

6
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.4 Lintasan GPR di area Candi Lempeng.

Data hasil survei GPR menampilkan citra bawah permukaan sampai ± 84 nanosekon untuk
antenna 400 MHz dan ± 13 nanosekon untuk antenna 1600 MHz. Kecepatan gelombang
rambat rata-rata pada medium adalah 0,1 nanosekon/meter sehingga didapat jangkauan
kedalaman maksimal adalah ± 4 meter dan 0,5 meter. Hal ini didasarkan pada prinsip TWT
(two-way time) atau 2 kali jarak penjalaran, di mana cepat rambat medium ditempuh dalam
dua kali jarak.

Gambar 2.5 Prinsip Two Way Time (TWT).

2.2. PENGOLAHAN DATA GPR

Pengelolaan data GPR serta koordinat posisi lintasan harus dilakukan secara terstruktur dan
sistematis, sebab posisi dan arah lintasan yang tidak sesuai saat pengukuran dan pengolahan

7
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

data, akan mengacaukan posisi interpretasi anomali bawah permukaan yang terdeteksi.
Tahapan ini dilakukan saat masih berada di lapangan.

Data yang diperoleh saat pengukuran GPR sudah dapat memperlihatkan secara kasar
gambaran bawah permukaan di bawah lintasan yang dilalui antenna GPR secara real time.
Penghilangan efek noise-noise elektromagnetik dan penguatan sinyal benda anomali bawah
permukaan dilakukan melalui tahapan pemrosesan data GPR. Tahapan pertama yang
dilakukan adalah Pengkontrolan kualitas data mentah (raw data) ketika survei dilakukan,
Hal tersebut dilakukan dengan cara mengkalibrasi frekuensi dari antena pemancar, dan
penapisan gelombang dengan rentang nilai 150 – 600 MHz. Untuk mendapatkan resolusi
subsurface dari data GPR yang mengeliminasi gelombang bisingan (noise), maka data
mentah hasil survei GPR dilakukan proses pengolahan data dan penafsiran kondisi bawah
permukaan (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Diagram alir pengolahan data GPR.

2.3. ANALISIS DATA GPR

Interpretasi data GPR pada kegiatan pekerjaan ini dititikberatkan pada interpretasi objek di
bawah permukaan Candi Blandongan dan Candi Lempeng pada kedalaman kurang dari 2
meter dari permukaan tanah. Interpretasi data GPR merupakan metode identifikasi secara
tidak langsung karena dilakukan berdasarkan adanya perbedaan karakterisik fisik dari
benda yang ingin diketahui. Pengenalan anomali bawah permukaan dilakukan berdasarkan
jenis respon data GPR dari bentuk kehadiran kurva-kurva hiperbola yang muncul, dan
konfigurasi refleksi yang mempunyai pola tertentu berdasarkan referensi terpublikasi
(Gambar ).

8
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.7 Contoh Radargram yang mengidentifikasi adanya ruang kosong (cavity).

Pada daerah homogen yang tidak terdapat material yang berbeda dengan tanah asli,
radargram akan menunjukkan pola yang lurus-lurus saja membentuk suatu lapisan-lapisan
yang berkorelasi dengan batas antara lapisan tanah pada kedalaman tertentu. Radargram
hasil pengukuran menunukkan adanya pola bright hingga kedalaman tertentu. Pola ini
dapat diterjemahkan adanya suatu objek atau materi dengan kontras nilai dielektrik yang
sangat berbeda dengan tanah asli.

Analisis data GPR yang sudah diproses dibagi menjadi 2 area sesuai Lokasi, yaitu Candi
Blandongan yang terletak di sebelah Utara dan Cnadi Lempeng yang berada di sebelah
Barat daya, Pematang sawah yang sudah di beton terletak diantara Candi Blandongan dan
Candi Lempeng.

2.3.1 Candi Blandongan

Radargram pada area Candi Blandongan pada umumnya menunjukkan karakter pola
refleksi dengan warna yang tegas. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisis di
bawah permukaan candi. Karakter lainnya adalah kurva-kurva hiperbola yang
teridentifikasi mulai dari kedalaman kurang dari 0,5 m hingga tidak lebih dari 2 m.

Radargram pada area Candi Blandongan berjumlah 24 lintasan dibagi menjadi dua yaitu
radargram yang berarah timurlaut-baratdaya pada lintasan BLD_02, BLD_03, BLD_04,
BLD_05 , BLD_06, dan lintasan berarah baratlaut – tenggara pada lintasan BLD_01,

9
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

BLD_08, BLD_09, BLD_10, BLD_11, BLD_12, BLD_13, BLD_14, BLD_15, BLD_16,


BLD_17, BLD_18, BLD_19, BLD_20, BLD_21, BLD_22, BLD_23, BLD_24. Dibawah
ini dijelaskan radargram pada masing masing lintasan :

a. Lintasan BLD_01, BLD_08, BLD_09, BLD_10 yang diukur dari baratlaut-tenggara


dengan posisi berurutan dari sisi Barat laut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada
lintasan ini terdapat 14 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada
kedalaman kurang dari 2 meter. Kurva-kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh
adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di
sekitarnya

Gambar 3 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_01, BLD_08, BLD_09, BLD_10

b. Lintasan BLD_11, BLD_12, BLD_13, BLD_14 yang diukur dari barat laut-tenggara
dengan posisi berurutan dari sisi Barat laut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada
lintasan ini terdapat 7 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman

10
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

kurang dari 1 meter. Kurva-kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek
yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

Gambar 2.9 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_11, BLD_12, BLD_13, BLD_14

c. Lintasan BLD_15, BLD_16, BLD_17, yang diukur dari baratlaut-tenggara dengan


posisi berurutan dari sisi Barat laut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat 8 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang
dari 1.5 meter. Kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki
sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

11
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.10 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_15, BLD_16, BLD_17

d. Lintasan BLD_18, BLD_19, BLD_20, yang diukur dari baratlaut-tenggara dengan


posisi berurutan dari sisi Barat laut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat 10 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang
dari 1 meter. Kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki
sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

12
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.11 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_18, BLD_19, BLD_20

e. Lintasan BLD_21, BLD_22, BLD_23, yang diukur dari baratlaut-tenggara dengan


posisi berurutan dari sisi Barat laut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari
1 meter. Kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat
fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

13
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.12 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_21, BLD_22, BLD_23

f. Lintasan BLD_24 yang diukur dari Barat laut-tenggara dengan posisi berurutan dari
sisi baratlaut ke tenggara (lihat Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 5 kurva
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter. Kurva
hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda
dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

14
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.13 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_24

g. Lintasan BLD_02, BLD_03 yang diukur dari Timurlaut –Baratdayadengan posisi


berurutan dari timur laut ke barat daya (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat 4 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang
dari 1 meter. Kurva hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki
sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

15
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.14 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_02, BLD_03

h. Lintasan BLD_04, BLD_05 yang diukur dari Timur laut –Barat dayadengan posisi
berurutan dari timur laut ke barat daya (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat 6 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang
dari 0.5 meter dan terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1 meter. Kurva hiperbola
ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan
lingkungan soil yang ada di sekitarnya

16
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.15 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_04, BLD_05

i. Lintasan BLD_06, BLD_07 yang diukur dari Timur laut –Barat daya dengan posisi
berurutan dari timur laut ke barat daya (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini
terdapat 3 kurva hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang
dari 0.5 meter dan terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter. Kurva
hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda
dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

17
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.16 Hasil interpretasi data GPR di lintasan BLD_06, BLD_07

Plot titik-titik tersebut yang memiliki kelurusan antara satu lintasan dan lintasan lain yang
berada tidak jauh di sebelahnya dapat dihubungkan dan diinterpretasi sebagai suatu anomali
benda yang memanjang. Kelurusan-kelurusan ini perlu diklarifikasi di lapangan dengan
cara melakukan trenching atau test pit pada beberapa titik yang diduga terdapat anomali.

Pola-kurva hiperbola yang teridentifikasi diplot pada peta situasi Candi Blandongan
berjumlah 65 seperti pada Gambar 47 berikut ini.

18
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 4 Posisi lintasan GPR dan identifikasi anomali objek berdasarkan radargram terproses.

2.3.2 Candi Lempeng

Radargram pada area Candi Lempeng di sebelah baratlaut Candi Blandongan pada
umumnya menunjukkan karakter pola refleksi yang hampir mirip dengan karakter di Candi
Blandongan, yaitu terlihat dengan warna yang tegas dan kurang tegas. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan sifat fisis dibawah permukaan candi . Kurva hiperbola dapat
teridentifikasi mulai dari kedalaman kurang dari 0,5 m hingga tidak lebih dari 2 m.

Radargram pada area Candi Lempeng berjumlah 29 lintasan dibagi menjadi dua yaitu
radargram yang berarah barat-timur berjumlah 14 pada lintasan BLD_27, BLD_28,
BLD_29, BLD_30, BLD_31 dan BLD_32 BLD_33, BLD_34, BLD_35 BLD_36,
BLD_37, BLD_38, BLD_39 dan yang berarah utara-selatan berjumlah 15 pada lintasan

19
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

BLD_40, BLD_41, BLD_42, BLD_43, BLD_44, BLD_45, BLD_46, BLD_47, BLD_48,


BLD_49, BLD_50, BLD_51, BLD_52, BLD_53, BLD_54. Dibawah ini dijelaskan
radargram pada masing masing lintasan :

a. Lintasan BLD_27 dan BLD_28 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan
dari barat ke timur (lihat kembali 2.18). Pada lintasan ini terdapat 6 kurva hiperbola
yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 0.5 meter dan terdapat 1
anomali pada kedalaman kurang 1 meter. Pola hiperbola ini dapat disebabkan oleh
adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di
sekitarnya

Gambar 2.18 Interpretasi radargram Lintasan BLD_27, BLD_28.

b. Lintasan BLD_29 dan BLD_30 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan
dari barat ke timur (lihat kembali 2.19). Pada lintasan ini terdapat 2 pola hiperbola yang

20
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter dan terdapat 1 anomali
pada kedalaman kurang 1.5 meter. Pola hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya
objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

Gambar 2.19 Interpretasi radargram Lintasan BLD_29, BLD_30.

c. Lintasan BLD_31 dan BLD_32 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan
dari barat ke timur (lihat kembali 2.20). Pada lintasan ini terdapat 6 pola hiperbola yang
terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter. Pola hiperbola ini
dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan
lingkungan soil yang ada di sekitarnya

21
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.20 Interpretasi radargram Lintasan BLD_31, BLD_32.

d. Lintasan BLD_33 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan dari barat ke
timur (lihat kembali 2.21). Pada lintasan ini terdapat 2 pola hiperbola yang terlihat di
dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter. Pola hiperbola ini dapat
disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil
yang ada di sekitarnya

22
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.21 Interpretasi radargram Lintasan BLD_33.

e. Lintasan BLD_34, BLD_35 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan dari
barat ke timur (lihat kembali 2.22). Pada lintasan ini terdapat 9 pola hiperbola yang
terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter. Pola hiperbola ini
dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan
lingkungan soil yang ada di sekitarnya

23
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.22 Interpretasi radargram Lintasan BLD_34, BLD_35

f. Lintasan BLD_36, BLD_37 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan dari
barat ke timur (lihat kembali 2.23). Pada lintasan ini terdapat 7 pola hiperbola yang
terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1.5 meter. Pola hiperbola ini
dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan
lingkungan soil yang ada di sekitarnya

24
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.23 Interpretasi radargram Lintasan BLD_36, BLD_37

g. Lintasan BLD_38, BLD_39 yang diukur dari barat-timur dengan posisi berurutan dari
barat ke timur (lihat kembali 2.24). Pada lintasan ini terdapat 10 pola hiperbola yang
terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter. Pola hiperbola ini
dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan
lingkungan soil yang ada di sekitarnya

25
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.24 Interpretasi radargram Lintasan BLD_36, BLD_37

h. Lintasan BLD_40, BLD_41 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 4 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 0.5 meter,
terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter dan terdapat 1 anomali pada
kedalaman kurang 2 meter Pola hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang
memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

26
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.25 Interpretasi radargram Lintasan BLD_40, BLD_41

i. Lintasan BLD_42, BLD_43 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 8 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1.5 meter. Pola
hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda
dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

27
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.26 Interpretasi radargram Lintasan BLD_42, BLD_43

j. Lintasan BLD_46, BLD_47 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 8 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter dan
terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter. Pola hiperbola ini dapat
disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil
yang ada di sekitarnya

28
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.27 Interpretasi radargram Lintasan BLD_46, BLD_47

k. Lintasan BLD_48, BLD_49 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 8 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter dan
terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter. Pola hiperbola ini dapat
disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil
yang ada di sekitarnya

29
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.28 Interpretasi radargram Lintasan BLD_48, BLD_49

l. Lintasan BLD_50, BLD_51 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 2 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 0.5 meter,
terdapat 6 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter dan terdapat 1 anomali pada
kedalaman kurang 2 meter. Pola hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya objek yang
memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

30
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.29 Interpretasi radargram Lintasan BLD_50, BLD_51

m. Lintasan BLD_52 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan dari utara
ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 4 pola hiperbola yang
terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter dan terdapat 1 anomali
pada kedalaman kurang 1.5 meter. Pola hiperbola ini dapat disebabkan oleh adanya
objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil yang ada di sekitarnya

31
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.30 Interpretasi radargram Lintasan BLD_52

n. Lintasan BLD_53, BLD_54 yang diukur dari Utara – selatan dengan posisi berurutan
dari utara ke selatan (lihat kembali Gambar 2.2). Pada lintasan ini terdapat 9 pola
hiperbola yang terlihat di dekat permukaan pada kedalaman kurang dari 1 meter dan
terdapat 1 anomali pada kedalaman kurang 1.5 meter. Pola hiperbola ini dapat
disebabkan oleh adanya objek yang memiliki sifat fisis berbeda dengan lingkungan soil
yang ada di sekitarnya

32
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.31 Interpretasi radargram Lintasan BLD_53, BLD_54

Plot titik-titik tersebut yang memiliki kelurusan antara satu lintasan dan lintasan lain yang
berada tidak jauh di sebelahnya dapat dihubungkan dan diinterpretasi sebagai suatu anomali
benda yang memanjang. Kelurusan-kelurusan ini perlu diklarifikasi di lapangan dengan
cara melakukan trenching atau test pit pada beberapa titik yang diduga terdapat anomali.

Pola-pola hiperbola yang teridentifikasi diplot pada peta situasi Candi Lempeng berjumlah
108 seperti terlihat pada Gambar 4 berikut ini.

33
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 2.32 Candi Lempeng.

3 METODE GEOMAGNET
3.1. SURVEY GEOMAGNET

Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi struktur bawah permukaan. Data geomagnet didasarkan pada sifat
kemagnetan atau kerentanan magnet batuan sehingga efektifitas metode ini bergantung
kepada kontras magnetik batuan di bawah permukaan. Penyelidikan geomagnet dilakukan
dengan menggunakan dua (2) set alat magnetometer, satu alat digunakan untuk pengukuran
di lapangan (rover) dan satu alat digunakan untuk mengukur variasi harian kemagnetan
(Base Station). Pembacaan di base station diatur setiap 1 menit karean area survey tidak
terlalu luas. Data ini kemudian digunakan untuk melakukan koreksi harian (diurnal
correction). Setiap titik (station) pengukuran dilakukan pengukuran/pembacaan sebayak
2 kali untuk menjaga kualitas data pada tahap pemerolehan data.

34
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 3.1 Persiapan dan pengambilan data Geomagnetik.

3.2. PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET

Data geomagnet yang diperoleh saat di lapangan perlu dilakukan Koreksi Diurnal atau
Koreksi Harian. Koreksi diurnal bertujuan untuk mengkoreksi hasil pengukuran pada titik
pengamatan terhadap adanya variasi medan magnet harian (variasi temporal) sehingga hasil
pengukuran tersebut secara murni menggambarkan variasi spasial atau anomali akibat
formasi / struktur batuan. Sebelum dilakukan koreksi variasi harian, data hasil pengukuran
di lintasan pengamatan dan di Base Station dikoreksi terlebih dahulu terhadap adanya
variasi selain variasi harian. Gangguan setempat, misalnya aktivitas kendaraan di sekitar
Base Station dapat menimbulkan harga yang melonjak atau menurun secara tiba-tiba
(spikes dan drop outs). Koreksi terhadap adanya noise selain spikes dan drop outs pada
data dari Base Station dapat dilakukan melalui proses pem-filter-an sehingga diperoleh
variasi harian yang relatif smooth.

35
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Fenomena kemagnetan bersifat dipolar (dwi-kutub) sehingga suatu formasi batuan yang
termagnetisasi umumnya menghasilkan anomali magnetik yang terdiri dari pasangan
anomali positif (tinggi) dan negatif (rendah). Pasangan anomali tinggi dan rendah tersebut
membujur dalam arah Utara – Selatan sebagaimana arah medan magnet utama bumi. Posisi
sumber anomali penyebab timbulnya anomali magnetik tidak dapat diperkirakan secara
tepat karena umumnya berada di antara anomali rendah dan anomali tinggi.

Sinyal analitik merupakan penguatan energi (Energy envelope) dari anomali magnetik yang
dikenalkan oleh Nabighian (1972,1984). Karakteristik penting dari sinyal analitik adalah
tidak bergantung pada arah kemagnetan sumber benda anomali, dengan kata lain bahwa
Amplitudo sinyal analitik merupakan amplitudo kemagnetan dari benda anomali. Dalam
interpretasi kualitatif, sinyal analitik dapat membantu menunjukkan batas dari benda
anomali magnetik.

3.3. ANALISIS DATA GEOMAGNET

Data geomagnet yang sudah dikoreksi menghasilkan nilai TMI (Total Magnetic Intensity),
yaitu intensitas magnet total akibat dari medan magnet utama bumi dan medan magnet
lokal yang berasal dari sumber geologi lokal seperti batuan yang mengandung mineral
termagnetisasi. Peta TMI menunjukkan anomali yang bersifat dua kutub, yaitu sumber
benda magnetik berada pada posisi di antara pola nilai yang tinggi (merah) dan rendah
(biru). Untuk memudahkan interpretasi, dilakukan proses reduksi ke ekuator di mana sifat
anomali magnetic dua kutub tersebut ditransformasi menjadi satu kutub pada Gambar 3.2.
Nilai anomali magnetik yang tinggi (merah) diakibatkan oleh batuan yang memiliki sifat
kemagnetan kuat dan sebaliknya yaitu nilai anomali magnetik yang rendah (hijau-biru)
disebabkan oleh batuan yang memiliki sifat kemagnetan lemah. Analisis data magnetik
dipertajam dengan melakukan proses signal analytic (analisis sinyal) sehingga batas umum
suatu sumber anomali magnet dapat teridentifikasi lebih jelas.

36
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

Gambar 3.2 Peta Magnetik Candi Blandongan dan Candi Lempeng.

Lokasi penelitian dibedakan menjadi daerah dengan nilai magnetik tinggi yang didalam
peta diberi dengan warna merah-merah muda lokasi tersebar di sekitar candi blandongan
dan di sebelah barat daya candi blandongan serta di sebelah timur dari candi lempeng.
Daerah ini merupakan daerah yang memiliki keterdapatan batuan yang berbeda dengan
lingkungan sekitarnya.

Daerah dengan nilai magnetik sedang dengan warna merah-kuning menempati daerah
dengan luas area yang kecil terdapat di sebelah baratlaut Candi Blandongan dan sebelah
barat Candi Lempeng. Daerah ini merupakan daerah yang masih terpengaruhi oleh batuan
yang memiliki nilai magnetik tinggi disekitar lingkungan yang memiliki nilai magnetik
rendah

Daerah dengan nilai magnetik rendah terdapat di bawah situs candi lempeng dengan warna
hijau-biru. Daerah ini memiliki nilai magnetik yang sama dengan daerah di sekitarnya
dimana batuan yang memiliki nilai magnetik tinggi sudah tidak ada.

37
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

4 OVERLAY DATA MAGNET DAN GPR


Keberadaa batuan dengan nilai magnetik tinggi dilokasi penelitian menjadi hal yang
menarik karena berbeda dengan batuan di sekitarnya. Keberadaan situs candi dipermukaan
memberikan dugaan kuat bahwa sumber dari nilai magnetik tinggi dilokasi penelitian
berasal dari batuan penyusun candi.

Kurva kurva hiperbola dilokasi penelitian memiliki jumlah yang cukup banyak, tersebar
disekitar daerah yang memiliki nilai magnetik tinggi pada lokasi candi blandongan, serta
pada lokasi candi lempeng tersebar paling banyak pada daerah dengan nilai magnetik
rendah

4.1. CANDI BLANDONGAN

Keberadaan batuan dengan nilai magnetik tinggi dilokasi penelitian yang dipengaruhi oleh
keberadaan situs Candi Blandongan menunjukan adanya kurva-kurva hiperbola hasil
interpretasi radargram pada kedalaman kurang dari 2 meter. Kurva-kurva hiperbola pada
radargram berjumlah 40 ini merupakan objek yang berbeda dengan soil yang ada
dilingkungan sekitar. Keberadaan objek yang berbeda ini merupakan hal yang menarik
untuk dilakukan test pit sehingga diketahui sumber dari objek ini. Lihat Gambar 4.1

Nilai magnetik rendah disebelah tenggara Situs Candi Blandongan menunjukan nilai
magnetik dari lingkungan sekitar. Pada daerah ini batuan yang memiliki nilaimagnetik
tinggi yang merupakan batuan penyusun candi sudah tidak ada. Pada daerah ini terdapat
kurva-kurva hiperbola pada analisis data GPR dengan jumlah 12. Jumlah ini lebih sedikit
dibanding daerah dengan nilai magnetik tinggi, dimana pengaruh dari objek yang berbeda
dengan lingkungan soil disekitarnya lebih sedikit. Lihat Gambar 4..1

Keberadaan batuan dengan nilai magnetik tinggi dilokasi penelitian diperkirakan menjadi
bagian dari situs candi dikarenakan berbeda dengan lingkungan sekitarnya dan keberadaan
situs candi dipermukaan yang mememberikan dugaan kuat batuan bernilai magnetik tinggi
berasal dari situs candi. Pada lokasi penelitian terdapat daerah dengan nilai magnetik yang
sedang didalam Gambar 4.1 diberi warna merah-kuning. dimana pengaruh batuan situs
candi masih ada akan tetapi tidak sebanyak daerah yang berada di tengah daerah penelitian.

38
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

daerah ini memiliki 10 kurva kurva hiperbola akibat dari keberadaan objek yang berbeda
dengan lingkungan soil disekitarnya.

Gambar 3.2 Peta Anomali GPR dan Magnetik Candi Lempeng.

4.2. CANDI LEMPENG

Keberadaan batuan dengan nilai magnetik tinggi disebelah timur situs Candi Lempeng
diperkirakan menjadi bagian dari Candi Lempeng. Pada daerah ini terdapat kurva kurva
hiperbola sebanyak 11 buah. Keberadaan kurva-kurva hiperbola disekitar Situs Candi
Blandongan dipengaruhi oleh objek yang berbeda dengan lingkungan soil disekitarnya.
Keberadaan objek yang berbeda ini merupakan hal yang menarik untuk dilakukan test pit
sehingga diketahui sumber dari objek ini. Lihat Gambar 4.2

Nilai magnetik rendah disekitar Candi Lempeng menunjukan pengaruh batuan penyusun
candi sudah tidak ada. Keberadaan nilai magnetik rendah ini memberikan dugaan bahwa
batuan penyusun candi sudah tidak ada, yang tersisa adalah dasar dari situs candi dimana

39
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

nilai magnetiknya sama dengan nilai magnetik di lingkungan sekitar. Pada daerah nini
memiliki jumlah kurva-kurva hiperbola dengan jumlah 89. Jumlah ini sangat banyak
dibandingkan dengan daerah yang memiliki nilai magnetik tinggi. Lihat Gambar 4.2

Pada bagian barat situs candi keterdapatan nilai magnetik tinggi. Nilai magnetik tinggi pada
daerah ini diperkirakan pengaruh dari luar situs candi, dimana terdapat sumur dan bangunan
lain yang menunjukan keberadaan situs candi sudah tidak ada. Lihat Gambar 4.2

Gambar 4.2 Peta Anomaly GPR dan Magnetik Candi Lempeng.

40
LAPORAN AKHIR
Penelitian Geologi dan Geofisika di Candi Bandongan dan Candi Lempeng

5 KESIMPULAN

Terdapat batuan yang menjadi bagian dari situs Candi Blandongan disebelah baratdaya
Situs Candi Blandongan dan terdapat banyak objek yang berbeda dengan lingkungan soil
dikitarnya pada kedalaman kurang dari 2 meter

Terdapat batuan yang menjadi bagian dari Situs Candi Lempeng di sebelah timur Situs
Candi Lempeng dan terdapat objek yang berbeda dengan lingkungan soil disekitarnya pada
kedalaman kurang dari 2 meter.

Bagian tengah Situs Candi Lempeng merupakan dasar dari Candi Lempeng dan terdapat
banyak objek yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya pada kedalaman kurang dari 2
meter

Dilakukan pemboran dan test pit untuk mengetahui karakteristik batuan dan benda-benda
yang ada di bawah permukaan Situs Cadi Blandongan dan Candi Lempeng

41

Anda mungkin juga menyukai